Anda di halaman 1dari 10

BAB III

KEGIATAN PENYELIDIKAN

3.1. PENYELIDIKAN SEBELUM LAPANGAN

Pelaksanaan kegiatan sebelum lapangan dimulai dengan tahapan sebagai


berikut :
 Pembuatan rencana kerja kegiatan eksplorasi yang meliputi rencana kerja dan
biaya yang dibutuhkan.
 Persiapan dan pengumpulan data penyelidikan terdahulu dan pembuatan peta-
peta dasar rencana kegiatan eksplorasi.
 Perizinan kepada instansi terkait serta penyiapan administrasi dan dokumen
legal lainnya.
 Pengurusan pembebasan lahan dan tanam tumbuh daerah yang akan
dibutuhkan untuk jalan eksplorasi, pemboran, dll.

3.2. PENYELIDIKAN LAPANGAN

Aktivitas lapangan dalam kegiatan eksplorasi tersebut diuraikan sebagai


berikut :
 Penyiapan lahan terdiri dari pembuatan jalan eksplorasi, penyiapan lokasi titik
bor, pengukuran lokasi bor, penyiapan gorong-gorong, perawatan jalan
eksplorasi dan penyiapan basecamp, dan sarananya.
 Pemboran terdiri mobilisasi/demobilisasi mesin bor, pemboran coring dan non
coring, transportasi peralatan lapangan.
 Pengujian mutu batubara terdiri dari parameter proksimat, ultimat, nilai panas,
HGI, total sulfur, true specific density, analisa petrografi.
 Pengujian geomekanika batuan terdiri dari parameter unconfined strength
(UCS), triaxial test, Density, Modulus Young dan Possion Ratio.
 Penyusunan laporan

Laporan Kegiatan Eksplorasi PT. Bima Putra Abadi Citranusa (PT. BPAC) III - 1
3.2.1. Waktu
Kegiatan penyelidikan eksplorasi ini dilakukan selama 10 bulan dimulai
dari bulan Januari sampai dengan bulan Oktober tahun 2009. Pelaksanaan
kegiatan penyelidikan meliputi kegiatan lapangan selama 6 bulan dan Kegiatan
studi pengolahan data dan penyusunan laporan selama 4 bulan.

3.2.2. Pemetaan Geologi


Kegiatan pemetaan singkapan batubara dilakukan dengan skala 1:1.000.
Peta dasar yang digunakan adalah Peta Topografi skala 1:1.000 yang merupakan
peta hasil pengukuran lapangan yang dilaksanakanbekerjasama dengan PT.
Lematang Energi Prima Mining Services Company. Pemetaan dilakukan dengan
metode lintasan dan pengukuran singkapan batubara.
Kegiatan pengambilan contoh batubara dilakukan pada setiap titik stasiun
pengamatan singkapan batubara, diambil pada setiap lapisan batubara sebesar
13 kg yang dianalisis di laboratorium.
Pemetaan geologi dilakukan dengan cara pemetaan singkapan batuan dan
soil pada peta dasar berupa peta topografi skala 1:5.000. Pengamatan singkapan
batuan dilakukan dengan melakukan diskripsi batuan maupun soil hasil pelapukan
batuan, pencatatan perkembangan struktur geologi pada singkapan batuan.
Singkapan batuan yang dilakukan pengamatan termasuk juga singkapan
batubara. Dalam suatu pengamatan singkapan kegiatan yang dilakukan meliputi
pengukuran kedudukan lapisan batuan, pengeplotan. pada peta dasar, pencatatan
data yang didapat dari singkapan, pendiskripsian serta pengambilan conto batuan
baik batubara maupun non batubara. Pengambilan (sampling) contoh batubara
perlu dilakukan untuk keperluan analisa laboratorium. Apabila tidak dijumpai
singkapan batuan maka pengamatan dilakukan terhadap sebaran soil hasil
pelapukan batuan. Dari hasil pelapukan tersebut dapat diperkirakan jenis
batuannya
Pemetaan dan pengamatan singkapan dilakukan selama kurang lebih 2
bulan bersamaan dengan kegiatan pemboran dan dilakukan oleh petugas
lapangan terdiri dari geologist, asistent, geologist, dan buruh rintis. Hasil pemetaan

Laporan Kegiatan Eksplorasi PT. Bima Putra Abadi Citranusa (PT. BPAC) III - 2
lapangan setelah melalui proses pengolahan data kemudian disusunlah peta
gologi daerah penyelidikan dengan skala 1 : 1.000.
Traverse pemetaan geologi dilakukan melalui jalur sungai maupun jalan
yang sering kali ditemukan banyak singkapan batuan dengan meksud untuk
mengetahui susunan lapisan batuan dari kegiatan traverse ini juga dapat diketahui
kemungkinan keberadaan batubara diantara susunan batuan yang ada. Sebelum
melakukan kegiatan traverse terlebih dahulu menentukan jalur lintasan sungai
atau jalan yang akan dilakukan traverse. Lintasan traverse yang dipilih untuk
tujuan penyusunan strtigrafi, terutama adalah lintasan yang dapat mewakili
susunan stratigrafi daerah penyelidikan dengan jalur lintasan memotong strike
lapisan batuan.

3.2.3. Penyelidikan Geofisika


Untuk melengkapi data bawah tanah terutama ketebalan batubara setelah
selesai pemboran dilakukan geophysical well logging. Pada eksplorasi batubara,
kegiatan ini belum dilakukan. Biasanya alat loging yang digunakan OYO Type
3010, sedangkan parameter yang dipakai untuk mendeteksi lubang bor yaitu
Gamma Ray, Density dan resistivity. Penentuan jenis litologi dengan
menggunakan data pengukuran sinar gamma, density dan resistivity batuan
didasarkan pada jumlah kandungan material radioaktif, kepadatan dan tahanan
batuan tersebut. Untuk lapisan lempung (shale) dapat dibatasi dengan cara
menganggap jumlah kandungan lempung sama dengan 100% pada kurva log,
kemudian ditentukan batas-batas harga maksimum dan minimum dari jumlah cps
(counter per second) yang sesuai dengan kandungan lempung.
Pembacaan yang lebih kecil dari minimum simpangan untuk lapisan
lempung menunjukan bertambahnya kandungan batupasir, gamping dan
batubara, sehingga batas-batas harga maksimum dan minimum suatu kurva log
sinar gamma alamiah dapat menunjukan tebal lapisan.
Untuk daerah penelitian ini batas-batas sinar gamma dan density untuk
masing-masing lapisan dapat ditentukan setelah memperbandingkan seluruh
penampang logging yang ada. Berdasarkan data sekunder dalam penafsiran jenis
litologi di daerah penelitian dapat ditafsirkan batas sebagai berikut
 Untuk lapisan batubara jumlah CPS 1,5-2,0, density 1,2-2,8.
Laporan Kegiatan Eksplorasi PT. Bima Putra Abadi Citranusa (PT. BPAC) III - 3
 Untuk pasir (fine sand) jumlah cps berkisar 10-20, density 1,8-3.
 Untuk lempung (shale) jumlah cps 11,5-20, density 2,4-3,3.
 Untuk tufa jumlah cps berkisar 15-20, density 2,5-3,0.

Untuk menentukan batas lapisan batuan dapat ditentukan dengan gamma


ray density dan resistivity. Batas lithologi dengan gamma ray adalah 1/3 dari kurva
tertinggi, sedangkan penentuan batas litologhi dengan density ditentukan dengan
half density point yaitu penjumlahan density maksimum dan minimum yang terlihat
pada kurva kemudian penjumlahan tersebut dibagi dua.

3.2.4. Pemboran, Sumur Uji dan Parit Uji


Pemboran inti (coring) yang dilakukan menggunakan type NQ tripple tube
split core barrel dengan sistem wire line. Jenis bor yang dipergunakan pada
kegiatan ini adalah Jacro 100. Mesin ini cukup memadai untuk dipakai di daerah
ini dengan pertimbangan target kedalaman lubang bor yang direncanakan bisa
dicapai dengan kapasitas kemampuan mesin bor tersebut. Seluruh pemboran
dilakukan secara tegak.
Jenis mesin bor tersebut dalam kondisi prima mempunyai kemampuan
pemboran mencapai 90 meter.
Pengambilan contoh batubara dilakukan kurang lebih setiap 1 meter
ketebalan tanpa memperlihatkan kandungan pengotor (dirt materials). Hal ini
dimungkinkan karena penambangan yang akan dilakukan, material pengotor
tersebut akan ditambang bersamaan dengan batubara. Sedangkan sisipan
batulempung dengan ketebalan lebih dari 30 cm dipisahkan dari contoh batubara,
sedangkan lebih tipis dari 30 cm disatukan dengan batubara. Kemudian contoh
batubara tersebut dimasukan ke dalam kantong plastik, disiram dengan air agar
terhindar dari pengaruh oksidasi.
Pada kegiatan pemboran ini ditemui beberapa kendala yang menimbulkan
keterlambatan pekerjaan, antara lain:
a. Curah hujan yang cukup tingggi pada awal kegiatan yang menyebabkan jalan
dan gorong-gorong rusak.
b. Kerusakan pada beberapa komponen alat bor.

Laporan Kegiatan Eksplorasi PT. Bima Putra Abadi Citranusa (PT. BPAC) III - 4
Kegiatan pembuatan parit uji dan sumur uji dalam kegiatan eksplorasi
batubara dimaksudkan guna memastikan ketebalan dan kemiringan lapisan
batubara yang biasa ditemukan pada lokasi penyelidikan. Biasanya aktifitas ini
dilakukan pada kondisi batas ketebalan dan kemiringan lapisan batubara suatu
lokasi penyelidikan tidak jelas. Namun pada konteks lokasi penyelidikan PT.BPAC
tidak dilaksanakan pembuatan parit uji dan sumur uji karena batas-batas
ketebalan dan kemiringan lapisan batubara dapat diukur dari lokasi singkapan-
singkapan yang ada di lokasi penyelidikan.

3.2.5. Kajian masalah hidrogeologi


a. Permodelan Hidrogeologi
Permodelan hidrogeologi bertujuan untuk mengetahui pola aliran bawah
tanah berdasarkan kondisi batuan disekitarnya. Permodelan menggunakan
metode elemen hingga dengan software phase2 versi 6 dari Rockscience.

b. Sistem Penanggulangan Air Tanah di dalam Pit


Penanggulangan air tanah yang masuk ke dalam tambang direncanakan
akan dilakukan dengan pembuatan saluran (drainage) dengan dimensi
tertentu disesuaikan dengan debit rancana yang akan mengalir ke dalam
pit.
Perhitungan dimensi saluran dalam penanggulangan air tanah tersebut,
didasarkan pada asumsi bahwa kecepatan aliran air yang dianggap cukup
lancar minimal sebesar 1 m/s. Secara teoritis, dimensi saluran dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.

Keterangan :
Q = debit
A = Luas penampang basah
S = gradient

Laporan Kegiatan Eksplorasi PT. Bima Putra Abadi Citranusa (PT. BPAC) III - 5
n = koefisien kekasaran manning (kekasaran dinding saluran). Dinding
Beton n = 0.011, Tanah n = 0.03
P = keliling basah

c. Penanggulangan air tambang dengan sistem pemompaan


Debit air tambang yang akan ditanggulangi dengan sistem pemompaan
merupakan jumlah air di dalam pit akibat discharge velocity dari batuan
dalam pit maupun air hujan dan limpasan.
Dalam memilih pompa yang akan digunakan untuk sistem pemompaan air
tambang, perlu mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu kekeruhan air,
pH, tinggi angkat total sistem pemompaan (total head), dan kapasitas
(debit) serta karakteristik pompa. Data-data ini dapat diperoleh dari
pengukuran di lapangan dan desain tambang yang akan direncanakan.
Setiap tipe pompa umumnya mempunyai kurva unjuk kerja (karakteristik)
pompa, yaitu grafik yang menunjukkan kemampuan atau kapasitas (debit)
pemompaan terhadap variasi tinggi angkat total sistem (head) serta
efisiensi kerja pompa).
Penggunaan pompa BS 2151 MT dengan kapasitas 30 liter/det atau 0.03
m3/det (yang banyak dipakai pada tambang menengah-kecil), dengan
asumsi curah hujan rata-rata maksimum.

3.3. PENYELIDIKAN LABORATORIUM

3.3.1. Analisis Kimia

Analisis contohan batubara untuk penentuan mutu batubara dilakukan baik


dalam bentuk contoh individu maupun contoh komposit. Parameter yang dianalisis
adalah proksimat, ultimat, nilai kalor, komposisi abu, kadar sulfur, nilai
ketergerusan (hardgrove grindability index/HGI), relative density dan titik leleh
abu/ash fusion temperature (kondisi oksidasi dan reduksi).
Secara rincian parameter jenis analisis mutu batubara yang dilakukan
meliputi :
1) Proksimat (ar, adb) terdiri dari Total Moisture, Air Lembab, Abu, VM, dan FC.
2) Ultimat (ar, adb) terdiri dari C, H, N, O, S (Komposit).
3) Nilai Kalor (gross) (ar, adb)
Laporan Kegiatan Eksplorasi PT. Bima Putra Abadi Citranusa (PT. BPAC) III - 6
4) Nilai Kalor (net) (ar, adb) (Komposit).
5) Analisis komposisi abu (SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2, CaO, MgO, K2O, Na2O, P2O5,
MnO2, SO3) (Komposit)
6) Bentuk Sulfur (Komposit)
7) Hardgroove Grindability Index (HGI)
8) Relative Density
9) Ash Fusion (oksidasi dan reduksi) (Komposit).

Standard analisis dan pengujian tersebut mengacu kepada pedoman baku


ASTM (American Society for Testing and Materials). Hasil pengujian laboratorium
disajikan dalam Lampiran 10.

3.3.2. Analisis Fisika/Geoteknik

Penyelidikan geoteknik yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam


kegiatan eksplorasi geologi, dimaksudkan untuk mengetahui dan mendata kondisi,
karakteristik fisik dan karakteristik teknik/mekanik substruktur tanah & batuan
daerah setempat.
Kegiatan penyelidikan geoteknik, dilakukan bersamaan dengan kegiatan
penyelidikan eksplorasi batubara. Dengan cara memanfaatkan beberapa lokasi
bor eksplorasi yang sekaligus dijadikan sebagai bor geoteknik.
Hasil dari Studi Geoteknik yang telah dilakukan maka dihasilkan rekomendasi
geoteknik sebagai berikut :
a) Disain lereng akhir tambang (final pit slope design)
 Lereng tunggal (single slope) : Tinggi (H) = 10m, Sudut (α) = 550,
 Lereng keseluruhan (overall pit slope)

Tabel 3.1. Rekomendasi Geoteknik


Tinggi Lereng, H Sudut, α
(meter) (…..0)
H ≤ 50 53
50 < H ≤ 60 50
60 < H ≤ 70 47
60 < H ≤ 70 47
70 < H ≤ 80 45

Laporan Kegiatan Eksplorasi PT. Bima Putra Abadi Citranusa (PT. BPAC) III - 7
b) Disain lereng akhir timbunan
 Lereng tunggal : Tinggi (H) = 10m, Sudut (α) = 450,
 Lereng keseluruhan: Tinggi (H) = 45m, Sudut (α) = 300.

Dari data dan kajian penyelidikan geoteknik, dapat dirancang suatu bentuk
geometri teras tambang terbuka, agar tetap aman sesuai dengan
persyaratan/kaidah teknis dan menguntungkan ditinjau dalam segi ekonomi.
Geometri teras tambang terbuka, terdiri dari dimensi tinggi dan kemiringan
bukaan lereng tambang, baik lereng jenjang/tunggal (bench slope) dan lereng
keseluruhan/total (overall slope). Penentuan geometeri teras tambang, diperoleh
melalui analisis perhitungan kemantapan lereng berdasarkan potensi dan tipe
longsoran yang dapat terjadi saat penambangan berlangsung.
Pengujian geomekanika batubara dan batuan dilakukan dalam bentuk
contoh individu beberapa lapisan batubara dan batuan, dilakukan di Laboratorium
Mekanika.
Adapun jenis pengujian meliputi pengujian sifat dasar dan indeks untuk
menentukan karaktristik dan klasifikasi batuan, serta pengujian sifat mekanika
untuk menentukan permeabilitas, nilai kuat geser, triaksial dan kuat tekan
(termasuk nilai elastis modulus).
Rincian jenis pengujian tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pengujian sifat fisik dasar (basical properties), antara lain : kadar air (water
content), berat isi asli (natural density), berat isi kering (dry density), berat isi
jenuh (saturated density), porositas (porosity) dan derajat kejenuhan
(Saturated).
b. Pengujian sifat indeks/perilaku (Index Properties) Batas-batas Attenberg
(Consistency) dan distribusi butir (Grainsize).
c. Pengujian permeabilitasm diperlukan untuk mengetahui nilai lulus air dalam
suatu lapisan batuan yang homogen.
d. Pengujian kekuatan geser langsung (Direct Shear) untuk memperoleh nilai
kohesi (cohession) dan sudut geser dalam (internal friction angle) dalam
kondisi puncak dan sisa, pengujian ini diperlukan untuk menghitung analisis
kemantapan lereng.

Laporan Kegiatan Eksplorasi PT. Bima Putra Abadi Citranusa (PT. BPAC) III - 8
e. Pengujian Triaxial (Khusus Batubara) untuk memperoleh nilai kohesi dan sudut
geser dalam normal, dimaksudkna untuk mengetahui nilai kekuatan batuan
setempat.
f. Pengujian Unconfined Compression Strength untuk memperoleh nilai kekuatan
batuan (qu) dan elastic modulus yang dikaitkan dengan penggalian atau
pengupasan (diggability).

Dalam penyelidikan geoteknik ini acuan standar yang digunakan adalah


standar SNI (Standar Nasional Indonesia), ASTM (American Standard for Testing
Materials) dan ISRM (International Society of Rock Mechanics). Ketiga standar ini
perlu digunakan untuk saling melengkapi.
Adapun pemakaian metode standar penyelidikan geoteknik ini antara lain
seperti yang tercantum pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Metode dan Standar Uji Geoteknik yang Digunakan

NO. URAIAN STANDAR UJI


A. Penyelidikan Lapangan
1. Pemboran ASTM : D-2113
2. Pengambilan Sampel ASTM : D-4220, D-5079
D-4543
3. Pemerian (Visual & Manual) ASTM : D-2488
ISRM : Part 1, Site Characterization
4. Definisi, Terminologi dan Klasifikasi ASTM : D-653 & D-2487
ISRM : Doc.6
B. Pengujian Laboratorium
1. Kadar Air ASTM : D-2216
ISRM : Doc.2, Part 1
2. Batas Attenberg ASTM : D-422
3. Berat Isi (Density) ISRM : Doc.2, Part 1
4. Ukuran Butir ASTM : D-2216
5. Kuat Tekan (Unconfined) ASTM : D-2166
ISRM : Doc.7, Part 1
6. Geser Langsung ASTM : D-2850
7. Triaxial ASTM : D-4767
ISRM : Doc.1, Part 2
8. Point Load ISRM : Doc.9

Laporan Kegiatan Eksplorasi PT. Bima Putra Abadi Citranusa (PT. BPAC) III - 9
3.4. PENGOLAHAN DATA
3.4.1. Pengolahan Data Geologi
Pengolahan data geologi dilakukan dengan cara sederhana yaitu melalui
pengecekan data secara kuantitatif maupun kualitatif dengan verifikasi dan
pencocokan antar masing-masing data yang berhubungan.
Secara kualitatif dilakukan dengan pembuatan permodelan geologi secara
sederhana untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan data. Kegiatan ini
dapat dilakukan secara manual maupun komputer dengan metode interpolasi dan
interpretasi geologi.
Perhitungan cadangan batubara di daerah penyelidikan dilakukan dengan
metode, yaitu : Polygon, Triangular, Cross Section, Inverse Distance dan
Geostatistik serta Grid Kisi. Metode Poligon, Triangular dan Cross Section
termasuk ke dalam kelompok perhitungan Geometrical Methods (Patterson,
1959). Metode Inverse Distance termasuk kelompok perhitungan Distance
Weighting Method. Metoda Geostatistik yang menggunakan estimasi Kriging
termasuk ke dalam kelompok geostatistik Linier. Perhitungan cadangan dengan
blok-blok perhitungan grid kisi 250 m x 250 m dilakukan dengan metoda
Geostatistik. Geometrical methods dan Distance Weighting methods termasuk ke
dalam estimasi cadangan bahan galian secara konvensional.
Dalam perhitungan cadangan batubara, ada 2 hal utama yang sangat
penting untuk diperhatikan, yaitu konsep perluasan daerah (extension area) dan
konsep kesalahan estimasi (error of estimation).

3.4.2. Pengelolaan Contohan


Conto batubara diambil dari inti bor, conto harus bersih dari lapisan
lempungan dari roof dan floor lapisan batubara, sisipan batulempung sebagai
pengotor batubara yang lebih tebal dari 30 cm dipisahkan dari conto batubara
(tidak dianalisa), sedangkan sisipan batulempung yang lebih tipis dari 30 cm
disatukan dengan conto batubara (dianalisa). Conto tersebut dimasukkan ke
dalam kantong plastik, diberi nomor kemudian dikirim ke Laboratorium Sucofindo
di Palembang dan Geoservice Bandung untuk dianalisa.

Laporan Kegiatan Eksplorasi PT. Bima Putra Abadi Citranusa (PT. BPAC) III - 10

Anda mungkin juga menyukai