PEMBAHASAN
Urutan kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan eksplorasi bijih besi mulai dari
kegiatan sebelum lapangan sampai setelah lapangan adalah sebagai berikut :
26
pengolahan data serta laporan kegiatan sebelumnya. Studi Penginderaan Jarak Jauh :
dengan jenis data yang dapat digunakan dalam studi ini meliputi : data Citra Landsat
MSS TM/ Tematic mapper, SLAR, Spot image dan foto udara. Dengan data
penginderaan jarak jauh ini dapat dilakukan interpretasi gejala–gejala geologi yang
berguna sebagai acuan dalam eksplorasi bijih besi. Penyediaan peralatan antara lain peta
topografi, peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu dan kompas geologi,
loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer, kappameter dan peralatan
geofisika.
27
petrografi, dan berat jenis (BD). Sedangkan pengolahan data adalah interpretasi hasil
dari penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium.
28
besi di bawah permukaan bumi. Metode geomagnetik ini didasarkan pada pengukuran
variasi medan magnetik di permukaan bumi yang disebabkan adanya benda
termagnetisasi di bawah permukaan bumi. Data pengukuran dapat menginformasikan
sifat fisis batuan dan geometri batuan bawah permukaan beserta posisi kedalamannya.
Informasi itu hanya bisa kita dapat bila kita mengetahui hubungan antara sifat fisis
tersebut dan data observasi.
Beberapa tipe bijih seperti magnetit, ilmenit, dan phirotit yang dibawa oleh bijih
sulfida menghasilkan distorsi dalam magnet kerak bumi, dan dapat digunakan untuk
melokalisir sebaran bijih. Di samping aplikasi langsung tersebut, metoda magnetik
dapat juga digunakan untuk survei prospeksi untuk mendeteksi formasi-formasi
pembawa bijih dan gejala-gejala geologi lainnya (seperti sesar, kontak intrusi, dll).
Penggunaan metoda magnetik didalam prospek geofisika adalah berdasarkan atas
adanya anomali medan magnet bumi akibat sifat kemagnetan batuan yang berbeda satu
terhadap lainnya. Alat untuk mengukur perbedaan kemagnetan tersebut adalah
magnetometer.
29
Gambar 3.1. Proton Precission Magnetometer (PPM)
Komponen sensor pada proton magnetometer adalah tabung silinder yang berisi
cairan penuh atom hidrogen yang dikelilingi lilitan kabel. Cairan yang digunakan
umumnya terdiri atas air, kerosin dan alkohol. Sensor tersebut dihubungkan dengan
kabel ke unit yang berisi sebuah power supply, saklar elektronik, amplifier dan
pencatat frekuensi.
30
• Perubahan arah sumbu putar dari proton ini (dari medan yg kuat ke medan
magnet bumi) disebut dengan presesi. Perubahan arah sumbu putar ini yang
kemudian diterjemahkan oleh alat menjadi pembacaan besarnya medan
magnet bumi di lokasi tersebut.
Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik adalah Global
Positioning System (GPS). Peralatan ini digunakan untuk mengukur posisi titik
pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam
penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal
satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu
oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.
Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei
magnetik, antara lain :
a. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet
bumi.
b. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran
pada saat survei magnetik di lokasi
c. Meteran
d. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
e. PC atau laptop dengan software seperti MS.Excel, Surfer 8, Geomag60,
Magpick, Mag3D, Photoscape dan lain-lain.
Eksplorasi endapan bijih besi menggunakan metode geomagnetik pada dasarnya terdiri
atas 4 tahap utama yaitu :
Studi pustaka : studi geologi daerah penelitian baik secara regional maupun lokal
Akuisisi data lapangan : Hasil pengukuran dari berbagai titik pengukuran
Processing : pengolahan data dan koreksi terhadap pembacaan medan magnet
bumi
Interpretasi data : secara kualitatif maupun kuantitatif
31
Gambar 3.3. Diagram Alir Penelitian
A. Studi Pustaka
Tahapan pertama dari prosedur penelitian ini adalah studi pustaka atau studi
literatur yang nantinya digunakan sebagai latar belakang dan acuan dalam
penerapan metode geomagnetik. Adapun studi pustaka yang dilakukan adalah :
Studi pustaka struktur geologi, topografi dan stratigrafi lokasi penelitian yang
akan dijadikan sebagai acuan dalam menginterpretasi data magnetik.
Konsep fisika dasar mengenai sifat magnetik suatu batuan atau mineral untuk
mengetahui jenis batuan dan mineral yang mengandung bijih besi yang bernilai
ekonomis tinggi.
Studi literatur mengenai konsep dasar eksplorasi bijih besi dengan
menggunakan metode geomagnetik.
32
B. Akuisisi Data Lapangan
Pada tahap akuisisi data di lapangan terlebih dahulu mempersiapkan beberapa hal :
Menentukan koordinat titik ukur magnetik yang dilakukan dengan
menggunakan GPS
Menentukan arah utara magnet bumi dengan menggunakan kompas geologi
Lokasi pengukuran medan magnet harus jauh dari gangguan benda-benda
magnetik
Membuat lintasan geomagnetik
Survei magnetik yang dilakukan adalah survei magnetik rinci. Jarak antar titik
ukur serapat mungkin untuk menghindari terlalu banyak interpolasi pada peta
geomagnetik yang dihasilkan. Letak dan penyebaran titik pengamatan disesuaikan
dengan sasaran yang ingin dicapai misalnya komponen vertikal medan magnet
bumi.
Magnetometer yang digunakan berjumlah 2 buah. Satu alat dioperasikan pada satu
titik amat tertentu yang tetap (base station) untuk mengamati perubahan medan
magnet total selama satu hari pengukuran (variasi harian), dan satu lagi
dioperasikan di lapangan. Menentukan lokasi atau tempat tertentu untuk menjadi
Base Station (BS) harus dicari suatu tempat yang mempunyai harga pembacaan
stabil, artinya bila dilakukan beberapa kali pengukuran harganya relatif stabil.
Titik BS harus agak jauh dari gangguan benda-benda yang mengandung sifat
magnet, seperti rumah-rumah beratap seng, pagar besi, lalu lintas kendaraan dan
jaringan listrik.
33
Pengukuran variasi harian dilakukan setiap satuan waktu yang diinginkan misalnya
setiap 10 menit. Koreksi harian merupakan koreksi sebagai akibat dari perubahan
temperatur sepanjang hari selama pengukuran berlangsung yang akan
mempengaruhi intensitas magnet total. Data variasi harian digunakan untuk
melakukan koreksi terhadap titik ukur magnetik di lapangan.
Dalam pengambilan data di lapangan, penentuan titik ukur dilakukan secara acak
dengan melihat kondisi medan yang memungkinkan untuk dapat dijangkau.
Dengan demikian distribusi titik ukur cenderung mengikuti pola jalan maupun
perkebunan dan hutan yang dapat dilalui dengan jalan kaki dan biasa dilalui
penduduk setempat. Titik-titik amat yang diambil diusahakan tersebar merata dan
adanya pengkonsentrasian pada daerah survei.
Medan magnet observasi merupakan medan magnetik lapangan hasil pengukuran
oleh magnetometer pada titik-titik pengukuran. Pengukuran medan magnet
observasi pada tiap titik ukur dilakukan sebanyak lima kali, hal ini dilakukan agar
data magnetik yang dihasilkan mempunyai tingkat akurasi yang baik.
Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah
menentukan base station dan membuat stasiun - stasiun pengukuran dengan
membentuk grid - grid. Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi
pengukuran, kemudian dilakukan pengukuran medan magnet di stasiun - stasiun
pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang bersamaan pula dilakukan
pengukuran variasi harian di base station.
34
Tabel 3.1. Contoh data hasil pengamatan intensitas medan magnet di
lapangan setelah dikoreksi variasi harian
( t base
Hstation = (
t station−t base awal
akhir−t base awal
) ×( H base akhir −H base awal ) )
Kemudian digunakan persamaan :
ΔH = Htotal ± ΔHharian
2. Koreksi IGRF
Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah nilai IGRF. Koreksi IGRF
diperoleh berdasarkan data hasil International Geomagnetik Reference Field
(IGRF) dengan titik acuan pada base station.
Nilai IGRF (TIGRF) dapat diperoleh dengan menggunakan software yang biasa
disebut dengan calculator IGRF yang dapat diakses dan digunakan secara online.
Harga medan magnetik regional (TIGRF/F), nilai deklinasi (D) dan nilai inklinasi
35
(I) pada daerah survei diolah dan diketahui dengan menggunakan calculator
IGRF.
Tabel 3.2. Contoh data intensitas magnetik hasil koreksi harian dan IGRF
Waktu
Data magnetik
TIGRF (nT) ΔT (nT)
Jam menit (nT)
Dalam proses menentukan nilai IGRF ini, ada beberapa data yang digunakan
sebagai input diantaranya koordinat pengukuran yang meliputi koordinat lintang
dan bujur, sudut elevasi dan waktu pengambilan data. Sedangkan data
keluaran/output pada software berupa nilai magnetik total, nilai medan magnetik
dalam komponan x, y, dan z serta intensitas horizontal medan magnetik
36
Gambar 3.6. Kolom output pada calculator IGRF
37
Gambar 3.7. Diagram Alir Pengolahan Data Magnetik
38
5. Proyeksi Universal Transverce Mercator (UTM)
Sebelum data intensitas magnetik diolah dengan menggunakan software surfer
8.0, koordinat daerah penelitian terlebih dahulu diproyeksikan ke UTM
menggunakan software coordtrans. Proyeksi UTM yang dibuat oleh US Army
telah menjadi standar untuk pemetaan topografi. Proyeksi ini memotong bola
bumi pada 2 buah meridian yang disebut dengan meridian standar. Meridian
pada pusat zone disebut meridian tengah. Daerah diantara 2 meridian ini disebut
zone. Bola bumi terbagi dalam 60 zone. Untuk wilayah Indonesia terbagi atas 9
zone UTM.
39
langkah selanjutnya adalah penggambaran kontur anomali magnetik dengan
menggunakan software surfer 8.0.
Tabel 3.4. Contoh data input pada program surfer
8. Permodelan Inversi 3D
Pengolahan data pada tahapan ini menggunakan program Mag3D.
Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi
kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur
anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda
termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola
anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi
geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi,
yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan
kedalaman benda anomali atau struktur geologi melalui pemodelan matematis.
Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu
dengan lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh,
sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran. Beberapa pemodelan yang
biasa digunakan yaitu pemodelan dua dimensi yang hanya memiliki koordinat x, y
atau hanya memiliki ukuran panjang dan lebar dan pemodelan tiga dimensi yang
memiliki koordinat x, y, z atau memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi .
40
3.4. Interpretasi Data Geomagnetik
3.4.1. Interpretasi Kualitatif Data Magnetik
Interpretasi kualitatif data magnetik didasarkan pada pola sebaran anomali
magnet yang bersumber dari distribusi dari benda-benda yang termagnetisasi
atau struktur bawah permukaan bumi. Pola anomali medan magnetik yang
dihasilkan ditafsirkan dari informasi geologi, fisiografi dan stratigrafi daerah
penelitian. Sebaran anomali medan magnetik ini disajikan dalam bentuk peta
kontur anomali medan magnetik.
Anomali Magnet Total
Anomali magnet total diperoleh setelah data medan magnet hasil observasi
telah mengalami koreksi harian dan koreksi IGRF.
Dari peta kontur anomali magnet total di atas dapat diketahui nilai persebaran
anomali magnet total.
Anomali Magnet Residual
Anomali medan magnet residual mencerminkan sumber anomali yang relatif
dangkal. Orde yang digunakan dalam menentukan nilai anomali magnet
residual menyatakan kedalaman. Orde yang digunakan berbanding terbalik
dengan kedalaman. Artinya semakin besar orde maka kedalaman semakin
dangkal. Contohnya orde 3 menyatakan kedalaman yang lebih dangkal
(mendekati permukaan) dibandingkan orde 1.
41
Gambar 3.9. Contoh Peta Kontur Anomali Magnet Residual Orde 3
42
Gambar 3.10. Contoh Ukuran Mesh
Setelah setelah proses inversi selesai, selain model 3D yang dihasilkan, mag3D
juga memberikan nilai anomali magnet hasil inversi yang disebut predicted data.
Bila pola predicted data sudah memiliki kecocokan dengan pola data observasi
yang menjadi masukan tadi maka hasil inveri 3D sudah siap untuk
diinterpretasikan.
Berikut contoh gambar tampilan data observasi sebagai masukan dan tampilan
predicted data sebagai hasil inversi mag3D :
43
Gambar 3.12. Contoh Tampilan Predicted Data
Sedangkan contoh gambaran data observasi hasil inversi secara 3 dimensi
dengan mesh yang telah ditentukan dan warna yang menunjukkan nilai
suseptibilitas magnetik adalah sebagai berikut :
44
Gambar 3.14. Contoh Irisan Gambar 3D pada Kedalaman 0 – 283.5m
Dapat dilihat pada contoh di atas, terdapat perubahan nilai suseptibilitas batuan
maupun mineral seiring dengan bertambahnya kedalaman. Pada kedalaman 0 m
kontras suseptibilitas didominasi warna hijau dan warna kuning artinya
menunjukkan suseptibilitas nilai negatif. Pada bagian timur (tenggara) lokasi
penelitian terdapat persebaran nilai suseptibilitas positif yang ditunjukkan oleh
warna merah. Suseptibilitas positif ditafsirkan berkaitan dengan batuan yang
bersifat paramagnetik dan mineral magnetik (bijih besi) dengan jenis batuan
beku andesit.
45
Dapat dilihat kembali pada contoh di atas adanya persebaran warna merah
hingga warna merah muda yang menunjukkan persebaran endapan bijih besi
hematit.
Secara umum metode geomagnetik yang diterapkan dalam eksplorasi endapan bijih
besi dapat digambarkan sebagai berikut :
46