Anda di halaman 1dari 21

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Konsep Umum Eksplorasi Bijih Besi

Eksplorasi merupakan penyelidikan awal di bidang pertambangan yang bertujuan


untuk mengetahui potensi mineral atau bahan galian di suatu wilayah penelitian. Hasil
sebuah eksplorasi biasanya berupa karakteristik bahan tambang, sebaran mineral, atau
jumlah cadangan mineral. Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan
eksplorasi sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan
lapangan yang dilakukan untuk mengetahui potensi bijih besi.

Urutan kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan eksplorasi bijih besi mulai dari
kegiatan sebelum lapangan sampai setelah lapangan adalah sebagai berikut :

 Kegiatan sebelum lapangan :


• Studi literatur
• Penginderaan jarak jauh
 Kegiatan lapangan :
• Penyelidikan geologi
• Pengukuran topografi
• Penyelidikan geofisika
• Pemboran inti
 Kegiatan setelah lapangan :
• Analisis Laboratorium
• Pengolahan Data
• Penentuan Sumber Daya dan Cadangan

Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui


gambaran mengenai prospek cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur dan
penginderaan jarak jauh. Studi literatur yang dilakukan meliputi: pengumpulan dan

26
pengolahan data serta laporan kegiatan sebelumnya. Studi Penginderaan Jarak Jauh :
dengan jenis data yang dapat digunakan dalam studi ini meliputi : data Citra Landsat
MSS TM/ Tematic mapper, SLAR, Spot image dan foto udara. Dengan data
penginderaan jarak jauh ini dapat dilakukan interpretasi gejala–gejala geologi yang
berguna sebagai acuan dalam eksplorasi bijih besi. Penyediaan peralatan antara lain peta
topografi, peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu dan kompas geologi,
loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer, kappameter dan peralatan
geofisika.

Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi


meliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi, survei
geomagnetik dan pemboran inti. Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang
berkaitan dengan aspek-aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi, parit uji, sumur
uji. Pemetaan adalah pengamatan dan pengambilan conto yang berkaitan dengan aspek
geologi dilapangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi,
ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan conto berupa batuan
terpilih.

Penyelidikan Geofisika adalah penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik batuan,


untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan, geometri cebakan mineral, serta
sebarannya secara horizontal maupun secara vertical yang mendukung penafsiran
geologi dan geokimia secara langsung maupun tidak langsung. Pemboran inti dilakukan
setelah penyelidikan geologi dan penyelidikan geofisika. Penentuan jumlah cadangan
(sumberdaya) mineral yang mempunyai nilai ekonomis adalah suatu hal pertama kali
yang perlu dikaji, dihitung sesuai standar perhitungan cadangan yang berlaku, karena
akan berpengaruh terhadap optimasi rencana usaha tambang, umur tambang dan hasil
yang akan diperoleh.

Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain adalah


analisis laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi analisis kimia
dan fisika. Unsur yang dianalisis kimia antara lain : Fe total, Fe2O3, Fe3O4, TiO2, S, P, SiO2,
MgO, CaO, K2O, Al2O3, LOI. Analisis fisika yang dilakukan antara lain : mineragrafi,

27
petrografi, dan berat jenis (BD). Sedangkan pengolahan data adalah interpretasi hasil
dari penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium.

Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya


dilaksanakan melalui 4 tahap sebagai berikut : survei tinjau, prospeksi, eksplorasi
umum, dan eksplorasi rinci. Khususnya dalam eksplorasi bijih besi primer lazim
dilakukan dua tahap, yaitu : penyelidikan umum dan eksplorasi.
 Penyelidikan Umum
Penyelidikan umum adalah tahapan eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah
potensial keterdapatan bijih besi primer pada skala regional terutama berdasarkan
hasil studi geologi regional dan analisis penginderaan jarak jauh. Pada tahapan
ini juga dilakukan pekerjaan pemboran.
Pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini adalah :
• Pemetaan geologi dan topografi skala 1 : 25.000 sampai skala 1 : 10.000
• Pembuatan sumur uji
• Survei geofisika : aeromagnetik
• Hasilnya sumber daya bijih besi primer hipotetik sampai tereka
 Eksplorasi
Merupakan tahapan lanjutan setelah penyelidikan umum. Tujuannya adalah
untuk mengetahui sumber daya endapan bijih besi primer secara rinci.
Pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini adalah :
• Pemetaan geologi dan topografi skala 1 : 5000 sampai 1 : 1000
• Survei geofisika : Geomagnetik
• Pemboran inti
• Hasilnya sumber daya bijih besi primer terunjuk dan terukur.

3.2. Konsep Umum Eksplorasi Geomagnetik

Metoda geomagnetik tergolong dalam metoda tidak langsung, dan sering


digunakan pada tahapan eksplorasi pendahuluan (reconnaissance), mendahului
kegiatan-kegiatan eksplorasi intensif lainnya. Metoda geomagnetik merupakan metoda
yang sangat tepat untuk memetakan sumber daya alam terkhususnya endapan bijih

28
besi di bawah permukaan bumi. Metode geomagnetik ini didasarkan pada pengukuran
variasi medan magnetik di permukaan bumi yang disebabkan adanya benda
termagnetisasi di bawah permukaan bumi. Data pengukuran dapat menginformasikan
sifat fisis batuan dan geometri batuan bawah permukaan beserta posisi kedalamannya.
Informasi itu hanya bisa kita dapat bila kita mengetahui hubungan antara sifat fisis
tersebut dan data observasi.
Beberapa tipe bijih seperti magnetit, ilmenit, dan phirotit yang dibawa oleh bijih
sulfida menghasilkan distorsi dalam magnet kerak bumi, dan dapat digunakan untuk
melokalisir sebaran bijih. Di samping aplikasi langsung tersebut, metoda magnetik
dapat juga digunakan untuk survei prospeksi untuk mendeteksi formasi-formasi
pembawa bijih dan gejala-gejala geologi lainnya (seperti sesar, kontak intrusi, dll).
Penggunaan metoda magnetik didalam prospek geofisika adalah berdasarkan atas
adanya anomali medan magnet bumi akibat sifat kemagnetan batuan yang berbeda satu
terhadap lainnya. Alat untuk mengukur perbedaan kemagnetan tersebut adalah
magnetometer.

3.3. Penerapan Metode Geomagnetik dalam Eksplorasi Bijih Besi

3.3.1. Alat yang Digunakan


Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang
digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat
medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission
Magnetometer (PPM) merupakan jenis portable magnetometer yang digunakan untuk
mengukur nilai kuat medan magnetik total. Hasil pengukurannya adalah medan
magnet absolut, ketelitiannya biasanya sampai 1 nT (nano tesla). Cara mengukurnya
bisa dengan magnetometer portable (alatnya digendong seperti tas/ punggung), bisa
dengan aero magnetometer (digandeng dengan pesawat) dan menggunakan kapal laut.

29
Gambar 3.1. Proton Precission Magnetometer (PPM)
Komponen sensor pada proton magnetometer adalah tabung silinder yang berisi
cairan penuh atom hidrogen yang dikelilingi lilitan kabel. Cairan yang digunakan
umumnya terdiri atas air, kerosin dan alkohol. Sensor tersebut dihubungkan dengan
kabel ke unit yang berisi sebuah power supply, saklar elektronik, amplifier dan
pencatat frekuensi.

Gambar 3.2. Skema Kerja Sensor Magnetometer (Breiner, 1973)


Cara Kerja Alat
• Prinsip kerjanya menggunakan presesi dari proton. Medan magnet yg cukup
kuat akan menginduksi proton (yang terdapat dalam cairan kaya hidrogen).
Sumbu putar proton akan mengikuti sumbu dari magnet. Medan magnet yang
kuat dihilangkan sehingga sumbu putar proton akan berubah mengikuti
sumbu medan magnet bumi.

30
• Perubahan arah sumbu putar dari proton ini (dari medan yg kuat ke medan
magnet bumi) disebut dengan presesi. Perubahan arah sumbu putar ini yang
kemudian diterjemahkan oleh alat menjadi pembacaan besarnya medan
magnet bumi di lokasi tersebut.
Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik adalah Global
Positioning System (GPS). Peralatan ini digunakan untuk mengukur posisi titik
pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam
penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal
satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu
oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.
Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei
magnetik, antara lain :
a. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet
bumi.
b. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran
pada saat survei magnetik di lokasi
c. Meteran
d. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
e. PC atau laptop dengan software seperti MS.Excel, Surfer 8, Geomag60,
Magpick, Mag3D, Photoscape dan lain-lain.

3.3.2. Tahap-tahap Eksplorasi Geomagnetik

Eksplorasi endapan bijih besi menggunakan metode geomagnetik pada dasarnya terdiri
atas 4 tahap utama yaitu :
 Studi pustaka : studi geologi daerah penelitian baik secara regional maupun lokal
 Akuisisi data lapangan : Hasil pengukuran dari berbagai titik pengukuran
 Processing : pengolahan data dan koreksi terhadap pembacaan medan magnet
bumi
 Interpretasi data : secara kualitatif maupun kuantitatif

31
Gambar 3.3. Diagram Alir Penelitian

A. Studi Pustaka
Tahapan pertama dari prosedur penelitian ini adalah studi pustaka atau studi
literatur yang nantinya digunakan sebagai latar belakang dan acuan dalam
penerapan metode geomagnetik. Adapun studi pustaka yang dilakukan adalah :
 Studi pustaka struktur geologi, topografi dan stratigrafi lokasi penelitian yang
akan dijadikan sebagai acuan dalam menginterpretasi data magnetik.
 Konsep fisika dasar mengenai sifat magnetik suatu batuan atau mineral untuk
mengetahui jenis batuan dan mineral yang mengandung bijih besi yang bernilai
ekonomis tinggi.
 Studi literatur mengenai konsep dasar eksplorasi bijih besi dengan
menggunakan metode geomagnetik.

32
B. Akuisisi Data Lapangan
Pada tahap akuisisi data di lapangan terlebih dahulu mempersiapkan beberapa hal :
 Menentukan koordinat titik ukur magnetik yang dilakukan dengan
menggunakan GPS
 Menentukan arah utara magnet bumi dengan menggunakan kompas geologi
 Lokasi pengukuran medan magnet harus jauh dari gangguan benda-benda
magnetik
 Membuat lintasan geomagnetik
Survei magnetik yang dilakukan adalah survei magnetik rinci. Jarak antar titik
ukur serapat mungkin untuk menghindari terlalu banyak interpolasi pada peta
geomagnetik yang dihasilkan. Letak dan penyebaran titik pengamatan disesuaikan
dengan sasaran yang ingin dicapai misalnya komponen vertikal medan magnet
bumi.
Magnetometer yang digunakan berjumlah 2 buah. Satu alat dioperasikan pada satu
titik amat tertentu yang tetap (base station) untuk mengamati perubahan medan
magnet total selama satu hari pengukuran (variasi harian), dan satu lagi
dioperasikan di lapangan. Menentukan lokasi atau tempat tertentu untuk menjadi
Base Station (BS) harus dicari suatu tempat yang mempunyai harga pembacaan
stabil, artinya bila dilakukan beberapa kali pengukuran harganya relatif stabil.
Titik BS harus agak jauh dari gangguan benda-benda yang mengandung sifat
magnet, seperti rumah-rumah beratap seng, pagar besi, lalu lintas kendaraan dan
jaringan listrik.

Gambar 3.4. Contoh grid pengukuran metode geomagnetik

33
Pengukuran variasi harian dilakukan setiap satuan waktu yang diinginkan misalnya
setiap 10 menit. Koreksi harian merupakan koreksi sebagai akibat dari perubahan
temperatur sepanjang hari selama pengukuran berlangsung yang akan
mempengaruhi intensitas magnet total. Data variasi harian digunakan untuk
melakukan koreksi terhadap titik ukur magnetik di lapangan.
Dalam pengambilan data di lapangan, penentuan titik ukur dilakukan secara acak
dengan melihat kondisi medan yang memungkinkan untuk dapat dijangkau.
Dengan demikian distribusi titik ukur cenderung mengikuti pola jalan maupun
perkebunan dan hutan yang dapat dilalui dengan jalan kaki dan biasa dilalui
penduduk setempat. Titik-titik amat yang diambil diusahakan tersebar merata dan
adanya pengkonsentrasian pada daerah survei.
Medan magnet observasi merupakan medan magnetik lapangan hasil pengukuran
oleh magnetometer pada titik-titik pengukuran. Pengukuran medan magnet
observasi pada tiap titik ukur dilakukan sebanyak lima kali, hal ini dilakukan agar
data magnetik yang dihasilkan mempunyai tingkat akurasi yang baik.
Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah
menentukan base station dan membuat stasiun - stasiun pengukuran dengan
membentuk grid - grid. Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi
pengukuran, kemudian dilakukan pengukuran medan magnet di stasiun - stasiun
pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang bersamaan pula dilakukan
pengukuran variasi harian di base station.

C. Processing atau Pengolahan Data Magnetik


Secara umum data intensitas magnetik yang diperoleh di lapangan merupakan data
mentah yang harus diolah untuk memperoleh gambaran anomali magnetik
residual. Pengolahan data untuk penyelidikan geomagnet yaitu dengan melakukan
koreksi variasi harian dan koreksi IGRF terhadap data hasil pengamatan intensitas
medan magnet di lapangan untuk mendapatkan data anomali magnet daerah survei.
Berikut ini adalah contoh data hasil pengamatan di lapangan setelah dikoreksi
variasi harian.

34
Tabel 3.1. Contoh data hasil pengamatan intensitas medan magnet di
lapangan setelah dikoreksi variasi harian

waktu bujur lintang Data


titik magnetik
Jam menit Derajat menit detik Derajat menit detik
(nT)
8 0.00 BS 106 10 31.4 6 7 17.0 44367
9 20.00 1 106 16 53.6 6 8 18.6 44704.52
10 0.00 2 106 16 42.5 6 8 6.3 44137.94
10 8.00 3 106 16 28.6 6 8 57.3 45783.28
10 22.00 4
106 16 32.7 6 7 49.6 45374.12
Sumber : PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi)

1. Koreksi variasi harian


Koreksi harian merupakan koreksi sebagai akibat dari perubahan temperatur
sepanjang hari selama pengukuran berlangsung yang akan mempengaruhi
intensitas magnet total. Data variasi harian digunakan untuk melakukan koreksi
terhadap titik ukur magnetik di lapangan. Data hasil pengamatan di lapangan
kemudian ditambah atau dikurangi dengan data hasil pengamatan di Base Station
setiap selang waktu tetentu (10 menit).
Dalam menentukan nilai base station digunakan persamaan :

( t base
Hstation = (
t station−t base awal
akhir−t base awal
) ×( H base akhir −H base awal ) )
Kemudian digunakan persamaan :
ΔH = Htotal ± ΔHharian

2. Koreksi IGRF
Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah nilai IGRF. Koreksi IGRF
diperoleh berdasarkan data hasil International Geomagnetik Reference Field
(IGRF) dengan titik acuan pada base station.
Nilai IGRF (TIGRF) dapat diperoleh dengan menggunakan software yang biasa
disebut dengan calculator IGRF yang dapat diakses dan digunakan secara online.
Harga medan magnetik regional (TIGRF/F), nilai deklinasi (D) dan nilai inklinasi
35
(I) pada daerah survei diolah dan diketahui dengan menggunakan calculator
IGRF.

Tabel 3.2. Contoh data intensitas magnetik hasil koreksi harian dan IGRF

Waktu
Data magnetik
TIGRF (nT) ΔT (nT)
Jam menit (nT)

8 0.00 44367 44864,4 139,1


9 20.00 44704.52 44864,4 -188,9
10 0.00 44137.94 44864,4 -474,2
10 8.00 45783.28 44864,4 -267,8
10 22.00 45374.12 44864,4 -289,2
Sumber : PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi)

Dalam proses menentukan nilai IGRF ini, ada beberapa data yang digunakan
sebagai input diantaranya koordinat pengukuran yang meliputi koordinat lintang
dan bujur, sudut elevasi dan waktu pengambilan data. Sedangkan data
keluaran/output pada software berupa nilai magnetik total, nilai medan magnetik
dalam komponan x, y, dan z serta intensitas horizontal medan magnetik

Gambar 3.5. Kolom input pada calculator IGRF

36
Gambar 3.6. Kolom output pada calculator IGRF

3. Menentukan Anomali Magnet Total


Medan magnet anomali ditafsirkan disebabkan oleh batuan yang mengandung
mineral bermagnet yang merupakan target survei. Medan magnet anomali
didapatkan setelah medan magnet observasi mengalami koreksi harian dan
koreksi IGRF. Koreksi harian bertujuan untuk mereduksi medan magnet luar
sedangkan koreksi IGRF mereduksi medan magnet utama bumi.
Setelah didapat nilai variasi harian dan variasi IGRF maka harga anomali magnet
total diperoleh dengan persamaan :
ΔH = Hobs ± Hhv ± HIGRF
Dimana : ΔH = anomaly magnet total (nT)
Hobs = medan magnet bumi hasil pengukuran (nT)
Hhv = medan magnet akibat variasi harian (nT)
HIGRF = medan magnet hasil utama

Setelah diperoleh anomali magnet total, dilanjutkan pemisahan anomali medan


magnet regional dan residual dengan menggunakan metode polynomial fitting.

37
Gambar 3.7. Diagram Alir Pengolahan Data Magnetik

4. Pemisahan Anomali Regional dan Anomali Residual


Anomali magnet total merupakan gabungan antara anomali regional dan anomali
residual (sisa). Data anomali medan magnetik yang menjadi target survei disebut
dengan anomali residual. Sedangkan anomali magnet yang berasal dari sumber
yang sangat dalam dan luas di bawah permukaan disebut anomali regional
(Breiner 1973). Untuk menginterpretasi anomali magnet yang menjadi target
survei maka dilakukan koreksi efek regional untuk memisahkan anomali regional
dan anomali residual. Banyak metode yang dilakukan, salah satunya adalah
dengan menggunakan metode polynomial fitting (metode kuadrat terkecil).
Metode ini mengasumsikan bahwa permukaan polynomial dapat
menggambarkan model bidang regional yang lebih halus. Pemisahan anomali ini
menggunakan software surfer 8.0. Pemisahan anomali dengan metode ini
merupakan pemisahan anomali secara tidak langsung karena dengan data
anomali magnet total sebagai input dan anomali magnet regional sebagai output.
Persamaannya sebagai berikut : ΔTresidual =ΔT - ΔTregional

38
5. Proyeksi Universal Transverce Mercator (UTM)
Sebelum data intensitas magnetik diolah dengan menggunakan software surfer
8.0, koordinat daerah penelitian terlebih dahulu diproyeksikan ke UTM
menggunakan software coordtrans. Proyeksi UTM yang dibuat oleh US Army
telah menjadi standar untuk pemetaan topografi. Proyeksi ini memotong bola
bumi pada 2 buah meridian yang disebut dengan meridian standar. Meridian
pada pusat zone disebut meridian tengah. Daerah diantara 2 meridian ini disebut
zone. Bola bumi terbagi dalam 60 zone. Untuk wilayah Indonesia terbagi atas 9
zone UTM.

Tabel 3.3. Contoh konversi titik-titik pengamatan ke dalam UTM


bujur lintang Easting Southing
titik
derajat menit detik derajat menit detik (m) (m)
1 106 15 20 6 8 46.7 638922.03 9320474.86
2 106 15 50 6 7 50 632456.76 9317658.43
3 106 15 46 6 8 0 632678.8 9376482.73
4 106 15 42 6 8 10 639742.12 9310436.32
5 106 15 35 6 8 20 639452.83 9328935.07
Sumber : PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi)

6. Pengangkatan ke Atas (upward continuation)


Medan magnet memenuhi hukum laplace. Jika harga medan magnet pada suatu
permukaan diketahui maka dapat ditentukan besar medan magnet pada
sembarang tempat apabila tidak ada massa di antara 2 tempat tersebut. Proses ini
menggunakan software magpick. Proses pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi,
karena ini dapat mereduksi anomali magnetik lokal yang bersumber dari benda
magnetik atau struktur geologi yang menjadi target survei magnetik ini.

7. Penggambaran Pola Anomali Medan Magnet Total, Regional dan Residual


Setelah nilai anomali medan magnet total, regional dan residual (sisa) didapatkan
dari hasil pengolahan data, dan telah dikonversikan ke dalam UTM, maka

39
langkah selanjutnya adalah penggambaran kontur anomali magnetik dengan
menggunakan software surfer 8.0.
Tabel 3.4. Contoh data input pada program surfer

easting southing ΔT (nT) Titik amat


638922.03 9320474.86 139.1 1
632456.76 9317658.43 -188.9 2
632678.8 9376482.73 -471.8 3

8. Permodelan Inversi 3D
Pengolahan data pada tahapan ini menggunakan program Mag3D.

D. Interpretasi Data Magnetik

Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi
kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur
anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda
termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola
anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi
geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi,
yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan
kedalaman benda anomali atau struktur geologi melalui pemodelan matematis.
Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu
dengan lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh,
sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran. Beberapa pemodelan yang
biasa digunakan yaitu pemodelan dua dimensi yang hanya memiliki koordinat x, y
atau hanya memiliki ukuran panjang dan lebar dan pemodelan tiga dimensi yang
memiliki koordinat x, y, z atau memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi .

40
3.4. Interpretasi Data Geomagnetik
3.4.1. Interpretasi Kualitatif Data Magnetik
Interpretasi kualitatif data magnetik didasarkan pada pola sebaran anomali
magnet yang bersumber dari distribusi dari benda-benda yang termagnetisasi
atau struktur bawah permukaan bumi. Pola anomali medan magnetik yang
dihasilkan ditafsirkan dari informasi geologi, fisiografi dan stratigrafi daerah
penelitian. Sebaran anomali medan magnetik ini disajikan dalam bentuk peta
kontur anomali medan magnetik.
 Anomali Magnet Total
Anomali magnet total diperoleh setelah data medan magnet hasil observasi
telah mengalami koreksi harian dan koreksi IGRF.

Gambar 3.8. Contoh Peta Kontur Anomali Magnet Total

Dari peta kontur anomali magnet total di atas dapat diketahui nilai persebaran
anomali magnet total.
 Anomali Magnet Residual
Anomali medan magnet residual mencerminkan sumber anomali yang relatif
dangkal. Orde yang digunakan dalam menentukan nilai anomali magnet
residual menyatakan kedalaman. Orde yang digunakan berbanding terbalik
dengan kedalaman. Artinya semakin besar orde maka kedalaman semakin
dangkal. Contohnya orde 3 menyatakan kedalaman yang lebih dangkal
(mendekati permukaan) dibandingkan orde 1.

41
Gambar 3.9. Contoh Peta Kontur Anomali Magnet Residual Orde 3

3.4.2. Interpretasi Kuantitatif Data Magnetik


Interpretasi kuantitatif ini merupakan interpretasi dari hasil inversi 3 dimensi
(3D) dari data magnetik. Proses inversi merupakan suatu proses pengolahan data
lapangan yang melibatkan teknik penyelesaian matmatika dan statistik untuk
mendapatkan informasi yang berguna mengenai distribusi sifat fisis bawah
permukaan. Proses inversi dilakukan dengan menggunakan program mag3D.
Acuan utama proses ini adalah data-data hasil pengukuran di lapangan yang
terdiri dari posisi lintang, bujur, ketinggian, anomali magnet serta nilai standar
deviasi. Selain data observsasi tersebut juga terdapat juga data ukuran mesh dan
cell sebagai data pendukung untuk mengontrol proses inversi. Ukuran cell ini
menentukan seberapa besar model yang dihasilkan. Agar program mag3D ini
dapat dijalankan maka data hasil observasi tersebut di-grid terlebih dahulu
dengan menggunakan surfer 8.0

42
Gambar 3.10. Contoh Ukuran Mesh
Setelah setelah proses inversi selesai, selain model 3D yang dihasilkan, mag3D
juga memberikan nilai anomali magnet hasil inversi yang disebut predicted data.
Bila pola predicted data sudah memiliki kecocokan dengan pola data observasi
yang menjadi masukan tadi maka hasil inveri 3D sudah siap untuk
diinterpretasikan.
Berikut contoh gambar tampilan data observasi sebagai masukan dan tampilan
predicted data sebagai hasil inversi mag3D :

Gambar 3.11. Contoh Tampilan Data Observasi

43
Gambar 3.12. Contoh Tampilan Predicted Data
Sedangkan contoh gambaran data observasi hasil inversi secara 3 dimensi
dengan mesh yang telah ditentukan dan warna yang menunjukkan nilai
suseptibilitas magnetik adalah sebagai berikut :

Gambar 3.13. Contoh Model 3D hasil Inversi Arah Selatan


Agar interpretasi dapat dilakukan maka model tersebut harus diiris berdasarkan
kedalaman yang diinginkan. Interval yang digunakan berdasarkan besarnya cell
yang dibuat untuk mendapatkan bentuk mesh dalam permodelannya. Tiap cell
penyusun mesh memiliki ukuran tertentu.

44
Gambar 3.14. Contoh Irisan Gambar 3D pada Kedalaman 0 – 283.5m
Dapat dilihat pada contoh di atas, terdapat perubahan nilai suseptibilitas batuan
maupun mineral seiring dengan bertambahnya kedalaman. Pada kedalaman 0 m
kontras suseptibilitas didominasi warna hijau dan warna kuning artinya
menunjukkan suseptibilitas nilai negatif. Pada bagian timur (tenggara) lokasi
penelitian terdapat persebaran nilai suseptibilitas positif yang ditunjukkan oleh
warna merah. Suseptibilitas positif ditafsirkan berkaitan dengan batuan yang
bersifat paramagnetik dan mineral magnetik (bijih besi) dengan jenis batuan
beku andesit.

Gambar 3.15. Contoh Irisan Gambar 3D pada Kedalaman 378 – 661.5m

45
Dapat dilihat kembali pada contoh di atas adanya persebaran warna merah
hingga warna merah muda yang menunjukkan persebaran endapan bijih besi
hematit.

Secara umum metode geomagnetik yang diterapkan dalam eksplorasi endapan bijih
besi dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.16. Diagram Alir Penerapan Metode Geomagnetik

46

Anda mungkin juga menyukai