Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PENDAHULUAN I

METODE MAGNETIK

“RESUME TENTANG METODE GEOMAGNETIK MULAI DARI


SEJARAH, APLIKASINYA, TEORI DASARNYA, DAN AKUISISI DATA”

OLEH:

BESSE MULIANA

R1A117005

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
SEJARAH METODE GEOMAGNETIK

Ilmu yang mempelajari kemagnetan bumi merupakan cabang ilmu


geofisika tertua. Hal ini diketahui selama lebih dari 3 abad yang menyatakan
bahwa bumi merupakan suatu magnet. Sir William Gilbert (1540-1603)
melakukan percobaan alamiah pertama terhadap kemagnetan bumi. Beliau
mencatatnya pada de Magnete, yang ilmunya dibawa ke Eropa dari Cina oleh
MarcoPolo. Gilbert menunjukkan bahwa medan magnet bumi setara dengan
magnet permanen yang arahnya utara-selatan yang dekat dengan sumbu rotasi
bumi.

Karl Frederick Gauss menyatakan tentang ilmu yang membahas medan


magnetik bumi pada tahun 1830-1842 yang hampir semua pernyataannya
tergolong valid. Beliau menggunakan analisis matematika bahwa medan magnet
lebih besar berasal dari material yang berasal dari dalam bumi, dan beliau
menyatakan bahwa adanya kemungkinan hubungan antara medan magnet bumi
dan rotasi bumi karena sumbu dipol yang mempengaruhi besar medan di area
sekitar sumbu rotasi bumi.

Medan magnet terestrial telah dipelajari sejak era Gilbert, tapi tidak
sampai tahun 1843 dimana von Wrede yang pertama menggunakan variasi medan
untuk menentukan lokasi deposit dari bijih magnetik yang kemudian
dipublikasikan pada tahun 1879 “The Examination of Iron Ore Deposits Bay
Magnetic Measurements” oleh Thalen yang ditandai dengan penggunaan pertama
metode magnetik.

Sampai akhir tahun 1940, pengukuran medan magnetik mayoritas


menggunakan keseimbangan magnetik yang mengukur satu komponen dari
medan bumi, biasanya komponen vertikal. Pengukuran ini biasanya dilakukan di
permukaan daratan. Magnetometer fluxgate pertama kali ditemukan pada perang
dunia 2 untuk mendeteksi kapal selam dari pesawat. Pasca perang, magnetometer
(dan navigasi radar, dan peralatan perang lainnya) digunakan untuk pengukuran
aeromagnetik. Magnetometer proton-presisi ditemukan pada awal 1950an sangat
handal dan operasi yang sederhana dan cepat. Dan saat ini digunakan pada
mayoritas alat instrumentasi. Mangetometer pompa optik alkali-uap yang pertama
kali ditemukan pada 1962 memiliki akurasi yang tinggi pada pengukuran
magnetik. Bagaimanapun magnetometer proton-presisi dan pompa optik hanya
mengukur besaran nilai, tidak termasuk arah dari medan magnet. Pengukuran
gradiometer ariborne dimulai sejak akhir tahun 1960, meskipun pengukuran pada
permukaan telah lama ditemukan. Gradiometer kerap menggunakan dua
magnetometer yang jaraknya berkisar 1-30 m. Perbedaan pembacaan tidak hanya
memberikan gradien vertikal, tapi juga sebagian besar menghilangkan efek dari
variasi medan temporal yang sering mempengaruhi faktor batas akurasi.
Perekaman digital dan pemrosesan data magnetik menghilangkan nilai
jenuh yang terkandung saat mengoreksi pengukuran ke peta magnetik. Algoritma
interpretasi sekarang memungkinkan untuk menghasilkan gambar profil yang
terkomputerisasi untuk menunjukkan penyebaran magnetisasi. Sejarah survey
magnetik telah dibahas oleh Reford (1980) dan nilai seninya dibahas oleh
Paterson dan Reeves (1985).

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK

Kemampuan suatu batuan untuk dapat termagnetisasi sangat dipengaruhi


oleh faktor susceptibilitas batuan. Objek pengamatan dari metode ini adalah benda
yang bersifat magnetik, dapat berupa gejala struktur bawah permukaan ataupun
batuan tertentu. Metode ini dapat ,dipakai sebagai preliminary survey untuk
menentukan bentuk geometri dari bentuk basement, intrusi dan patahan.

TEORI DASAR METODE GEOMAGNETIK

Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan


yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya
perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi
tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-masing batuan. Harga
suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat
yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan semakin
besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin banyak.
Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika denga metode
gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehingga
keduanya sering disebut sebagai metode potensial. Namun demikian, ditinjau ari
segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar.
Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besaran vektor
magnetisasi, sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor
percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukkan sifat residual
kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu
lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat,
laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada
pencarian prospek benda-benda arkeologi.

Medan Magnet Bumi

Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga
elemen medan magnet bumi (gambar I), yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan
intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :Deklinasi (D), yaitu
sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang dihitung dari utara
menuju timur. Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang
horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.
Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang
horizontal. Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik
total.

Gambar I. Tiga Elemen medan magnet bumi

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk


menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang
disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui
setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran
rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu
tahun. Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :

1. Medan magnet utama (main field) didefinisikan sebagai medan rata-rata


hasil pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah
dengan luas lebih dari 106 km2..

2. Medan magnet luar (external field) berasal dari pengaruh luar bumi yang
merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet
dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik
yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan
ini terhadap waktu jauh lebih cepat.

3. Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal
field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral
F S F TO
bermagnet seperti magnetite ( e 7 8 ), titanomagnetite ( e 2 i 4 ) dan lain-lain
yang berada di kerak bumi.

Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari


pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali
magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan
magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen
mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan
arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan
sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari
survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah
medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka
anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik,
efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari
25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976), sehingga dalam pengukuran
medan magnet berlaku :
   
HT  H M  H L  H A

dengan :

H T : medan magnet total bumi

H M : medan magnet utama bumi

H L : medan magnet luar

H A : medan magnet anomali

AKUISISI DATA METODE GEOMAGNETIK

Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang


digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat
medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission
Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan
magnetik total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik
adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini digunaka untuk mengukur
posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS
ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan bantuan satelit.
Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat
luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.
Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei
magnetik, antara lain (Sehan, 2001) :
1. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet
bumi.
2. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran
pada saat survei magnetik di lokasi
3. Sarana transportasi
4. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
5. PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-
lain.
Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan menggunakan
peralatan PPM, yang merupakan portable magnetometer. Data yang dicatat selama
proses pengukuran adalah hari, tanggal, waktu, kuat medan magnetik, kondisi
cuaca dan lingkungan.
Tabel 2. Contoh form untuk mencatat data hasil pengukuran
No Stasiun Waktu Posisi Geografis Kuat Keadaan
Pengukuran Tgl. Jam Bujur Lintang Tinggi Medan Lokasi
1
2

Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah


menentukan base station dan membuat station - station pengukuran (usahakan
membentuk grid - grid). Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi
pengukuran, kemudian dilakukan pengukuran medan magnet di station - station
pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang bersamaan pula dilakukan
pengukuran variasi harian di base station.
Pengaksesan Data IGRF
IGRF singkatan dati The International Geomagnetic Reference Field.
Merupakan medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF
merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF termasuk
nilai yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran medan magnetik di
permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam survei
geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya. Koreksi
nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan karena nilai
yang menjadi terget survei magnetik adalan anomali medan magnetik (ΔHr0).
Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan
magnetik total dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran.
Meskipun nilai IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama
dengan nilai sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat
memasukkan pemodelan dan interpretasi (Ismail,2010).

REFERENSI:

Ismail.2010. Metode Geomagnetik. Universitas Sebelas Maret: Surakarta

Anda mungkin juga menyukai