Anda di halaman 1dari 9

PEM BENTUKAN BAUKSIT

1.1. PROSES PEMBENTUKAN DAN GENESA BAUKSIT


Genesa bijih bauksit, alumina dpat bersumber dari batuan primer
(magmatic dan hidrotermal) maupun dari batuan sekunder (pelapukan dan
metamorphosis). Namun, secara luas yang berada dipermukaan bumi ini
berasal dari batuan sekunder hasil proses pelapukan dan pelindian
Genesa dari bauksit sendiri dapt terbentuk dari 4 proses yaitu :
1.
2.
3.
4.

magamatik
Hidrotermal
Metamorfosa
pelapukan.

KLASIFIKASI BAUKSIT Berdasarkan genesanya, bijih bauksit terbagi atas 5


yaitu,
1.
2.
3.
4.
5.

bauksit pada batuan klastik kasar,


bauksit pada terrarosa,
bauksit pada batuan karbonat,
bauksit pada batuan sedimen klastik
bauksit pada batuan fosfat.

Sedangkan berdasarkan letak depositnya bauksit terbadi atas 4 yaitu


1.
2.
3.
4.

deposit
deposit
deposit
deposit

bauksit
bauksit
bauksit
bauksit

residual,
koluvial,
alluvial pada perlapisan
alluvial pada konglomerat kasar.

SYARAT TERBENTUKNYA BAUKSIT 1.


1.
2.
3.
4.
5.

Iklim humid tropis dan subtropics


Batuan sumber mengandung alumina tinggi
Reagent yang sesuai pH dan Eh, sehingga mampu merubah silikat .
Infiltrasi air meteoric prmukaan secara lambat
kondisi bawah permukaan (larutan bawah permukaan) yang mampu

melarutkan unsure batuan yang dilaluinya


6. Sublitas tektinik yang berlangsung lama
7. Preservation

1.2.EKSPLORASI BAUKSIT METODE


Tahapan eksplorasi bauksit meliputi
1.
2.
3.
4.
5.

pengukuran dan pemetaan,


pembuata sumur uji,
pengambilan conto laterit bauksit,
perhitungan cadangan,
ketebalan tanah penutup (OB)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASONAL YOGYAKARTA

6. swell factor dan factor konkresi.


1.3.METODE PENAMBANGAN
Tambang bauksit berupa surface mining. Endapan bauksit di setiap lokasi
mempunyai kadar yang berbeda-beda, sehingga penambangannya dilakukan
secara selektif dan pencampuran (blending) merupakan salah satu cara untuk
memenuhi persyaratan ekspor.
1.4.SISTEM PENAMBANGAN
Metode dan urutan penambangan bijih bauksit secara umum adalah :
1. Pembersihan local (land clearing) dari tumbuh tumbuhan yang
2.

terdapat diatas endapan bijih bauksit.


Pengupasan lapisan penutup (stripping OB) yang umumnya memiliki

3.

ketebalan 0.2 meter. Untuk pengupasan lapisan digunkan bulldozer.


Penggalian (digging) endapan bauksit dengan excavator dan
pemuatan bijih digunakan dump truck.

BAB I
2.1.TAHAP PEMETAAN
Eksplorasi sumber minyak dimulai dengan pencarian karakteristik pada
permukaan bumi yang menggambarkan lokasi deposit. Pemetaan kondisi
permukaan bumi diawali dengan pemetaan umum (reconnaissance), dan
apabila ada indikasi tersimpannya mineral, dimulailah pemetaan detil. Kedua

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASONAL YOGYAKARTA

pemetaan ini membutuhkan kerja validasi lapangan, akan tetapi kerja


pemetaan ini sering lebih mudah jika dibantu foto udara atau citra satelit.
Setelah proses pemetaan, kerja eksplorasi lebih intensif pada metoda-metoda
geo-fisika, terutama seismik, yang dapat memetakan konstruksi bawah
permukaan bumi secara 3-dimensi untuk menemukan lokasi deposit secara
tepat.
Kemudian dilakukan uji pengeboran Pemetaan lineament walaupun dapat
dilakukan secara monoskopik (menggunakan satu citra), tetapi akan lebih
produktif jika digabungkan dengan pemetaan lithologic atau pemetaan unitunit bebatuan yang dilakukan secara stereoskopik (yang dapat mendeteksi
ketinggian, karena dilakukan pada dua buah citra stereo).
Kalangan ahli geologi meyakini bahwa refleksi gelombang elektromagnetik
pada kisaran 1,6 sampai 2,2 mikrometer (=10-6 meter) atau pada spektrum
pertengahan infra-merah (1,3 3,0 mikrometer) sangat cocok untuk eksplorasi
mineral dan pemetaan lithologic. Keberhasilan pemetaan ini bergantung pada
bentuk topografi dan karakteristik spektral sebagaimana diamati citra
satelit. Untuk kawasan yang dipenuhi tumbuhan, mesti dilakukan
pendekatan

geo-botanic,

yaitu

pengetahuan

tentang

hubungan

antara jenis tetumbuhan dengan kebutuhan nutrisi serta air pada


tanah tempat tumbuhan ini tumbuh. Dengan demikian distribusi
tetumbuhan pun dapat menjadi indikator dalam mendeteksi komposisi
tanah dan material bebatuan di bawahnya.
Interpretasi citra dalam menemukan garis-garis patahan geologis memang
membutuhkan keahlian tersendiri. Jika hanya mengandalkan lineaments,
maka beberapa riset menunjukkan cukup banyak perbedaan interpretasi.
Karenannya data garis ini dikorelasikan dengan karakteristik lain yang
tertangkap sensor remote sensing, yaitu jenis bebatuan, yang merupakan
cerminan mineralisasi permukaan bumi. Studi tentang jenis bebatuan dan
respon spektral sangat membantu pencarian permukaan di mana deposit
mineral tersimpan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASONAL YOGYAKARTA

2.3.Penyelidikan dengan sumur uji (Test Pit) dan pengambilan


contpoh laterit
Untuk memperoleh bukti mengenai keberadaan suatu endapan bahan
galian di bawah tanah dan mengambil contoh batuan (rock samples)-nya
biasanya digali sumur uji (test pit) dengan mempergunakan peralatan
sederhana seperti cangkul, linggis, sekop, pengki, dsb.
Bentuk penampang sumur uji bisa empat persegi panjang, bujur
sangkar, bulat atau bulat telur (ellip) yang kurang sempurna. Tetapi bentuk
penampang yang paling sering dibuat adalah empat persegi panjang;
ukurannya berkisar antara 75 x 100 m sampai 150 x 200 m. Sedangkan
kedalamannya tergantung dari kedalaman endapan bahan galiannya atau
batuan dasar (bedrock)nya dan kemantapan (kestabilan) dinding sumur uji.
Bila tanpa penyangga kedalaman sumur uji itu berkisar antara 4 - 5 m.
Agar dapat diperoleh gambaran yang representatif mengenai bentuk
dan letak endapan bahan secara garis besar, maka digali beberapa sumur uji
dengan pola yang teratur seperti empat persegi panjang atau bujur sangkar
(pada sudut-sudut pola tersebut digali sumur uji) dengan jarak-jarak yang
teratur pula (100 - 500 m), kecuali bila keadaan lapangan atau topografinya
tidak memungkinkan.
Dengan ukuran, kedalaman dan jarak sumur uji yang terbatas tersebut,
maka volume tanah yang digali juga terbatas dan luas wilayah yang rusak
juga sempit.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASONAL YOGYAKARTA

2.4.PERHITUNGAN CADANGAN / RESERVE / DEFOSIT BATUBAR

Bagaimanakah caranya untuk sumber daya batubara (Coal Resources)


adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan.
Sumber daya batu bara ini dibagi dalam kelas-kelas sumber daya berdasarkan
tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh kondisi
geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi.
Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan
kajian kelayakan dinyatakan layak. Cadangan batubara (coal reserves)
merupakan hal penting dalam menentukan penambangan endapan dengan
ekonomis. Tingkat kepastian cadangan terestimasi menentukan resiko
kelayakan ekonomi tambang dan garansi bagi pengembalian modal (capital
investment). Estimasi sumberdaya batubara (coal resources) dan cadangan
meliputi klasifikasi (kategorisasi) dari kalkulasi sumberdaya batubara dan
cadangan. Perhitungan cadangan ini merupakan hal yang paling vital dalam
kegiatan eksplorasi.
Perhitungan yang dimaksud di sini dimulai dari sumberdaya sampai pada
cadangan yang dapat di tambang yang merupakan tahapan akhir dari proses
eksplorasi. Hasil perhitungan cadangan tertambang kemudian akan digunakan
untuk mengevaluasi apakah sebuah kegiatan penambangan yang
direncanakan layak untuk di tambang atau tidak. Adapun metode perhitungan
cadangan antara lain :
1. Metode Cross Section Masih sering dilakukan pada tahap-tahap paling
awal dari perhitungan. Hasil perhitungan secara manual ini dapat
dipakai sebagai alat pembanding untuk mengecek hasil perhitungan
yang lebih canggih dengan menggunakan komputer.
2. Metode Isoline (Metode Kontur) Metoda ini dipakai untuk digunakan
pada endapan bijih dimana ketebalan dan kadar mengecil dari tengah
ke tepi endapan. Volume dapat dihitung dengan cara menghitung luas
daerah yang terdapat di dalam batas kontur, kemudian
mempergunakan prosedur-prosedur yang umum dikenal.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASONAL YOGYAKARTA

3.

Metode Model Blok (Grid) Aspek yang paling penting dalam


perhitungan cadangan
adalah
metode
penaksiran,
terdapat
bermacam-macam metode penaksiran yang bisa dilakukan yaitu
metode klasik yang terdiri dari NNP (Neighborhood Nearest Point) dan
IDW (Inverse Distance Weighting) serta metode non klasik yaitu
penaksiran dengan menggunakan Kriging. Metode Kriging adalah yang
paling baik dalam hal ketepatan penaksirannya (interpolasi), metode
ini sudah memasukkan aspek spasial (posisi) dari titik referensi yang
akan digunakan untuk menaksir suatu titik tertentu.
4. Metode Poligon (area of influence) Metoda poligon ini merupakan
metoda perhitungan yang konvensional. Metoda ini umum diterapkan
pada endapan-endapan yang relatif homogen dan mempunyai
geometri yang sederhana. Kadar pada suatu luasan di dalam poligon
ditaksir dengan nilai conto yang berada di tengah-tengah poligon
sehingga metoda ini sering disebut dengan metoda poligon daerah
pengaruh (area of influence). Daerah pengaruh dibuat dengan
membagi dua jarak antara dua titik conto dengan satu garis sumbu
Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya
batubara yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan
kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak
untuk ditambang.
Klasifikasi sumber daya dan cadangan batubara didasarkan pada tingkat
keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut
mengandung dua aspek, yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi. Kelas
Sumber Daya
Sumber Daya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource) Sumber
daya batu bara hipotetik adalah batu bara di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan
survei tinjau. Sejumlah kelas sumber daya yang belum ditemukan yang
sama dengan cadangan batubara yg diharapkan mungkin ada di
daerah atau wilayah batubara yang sama dibawah kondisi geologi atau
perluasan dari sumberdaya batubara tereka. Pada umumnya,
sumberdaya berada pada daerah dimana titik-titik sampling dan
pengukuran serat bukti untuk ketebalan dan keberadaan batubara
diambil dari distant outcrops, pertambangan, lubang-lubang galian,
serta sumur-sumur. Jika eksplorasi menyatakan bahwa kebenaran dari
hipotesis sumberdaya dan mengungkapkan informasi yg cukup tentang
kualitasnya, jumlah serta rank, maka mereka akan di klasifikasikan
kembali sebagai sumber daya teridentifikasi (identified resources).
Sumber Daya Batubara Tereka (inferred Coal Resource) Sumber daya
batu bara tereka adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan
prospeksi. Titik pengamatan mempunyai jarak yang cukup jauh
sehingga penilaian dari sumber daya tidak dapat diandalkan. Daerah
sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup,
rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan
bukti geologi dalam daerah antara 1,2 km 4,8 km. termasuk antrasit
dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus
dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm
atau lebih.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASONAL YOGYAKARTA

Sumber Daya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource) Sumber


daya batu bara tertunjuk adalah jumlah batu bara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk
tahap eksplorasi pendahuluan. Densitas dan kualitas titik pengamatan
cukup untuk melakukan penafsiran secara relistik dari ketebalan,
kualitas, kedalaman, dan jumlah insitu batubara dan dengan alasan
sumber daya yang ditafsir tidak akan mempunyai variasi yang cukup
besar jika eksplorasi yang lebih detail dilakukan. Daerah sumber daya
ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan
kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti
gteologi dalam daerah antara 0,4 km 1,2 km. termasuk antrasit dan
bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sib bituminus dengan
ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm.
Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resourced) Sumber
daya batu bara terukur adalah jumlah batu bara di daerah peyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data
yang memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi
rinci. Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk diandalkan
untuk melakukan penafsiran ketebalan batubara, kualitas, kedalaman,
dan jumlah batubara insitu. Daerah sumber daya ini ditentukan dari
proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik
pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam radius 0,4
km. Termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau
lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan
ketebalan 150 cm.

Penghitungan Sumber Daya Ada beberapa metode yang dapat digunakan


untuk menghitung sumberdaya batubara di daerah penelitian. Pemakaian
metode disesuaikan dengan kualitas data, jenis data yang diperoleh, dan
kondisi lapangan serta metode penambangan (misalnya sudut penambangan).
Karena data yang digunakan dalam penghitungan hanya berupa data
singkapan, maka metode yang digunakan untuk penghitungan sumber daya
daerah penelitian adalah metode Circular (USGS) (Gambar).
Aturan Penghitungan Sumberdaya Batubara dengan Metode Circular (USGS)
(Wood et al., 1983) Penghitungan sumber daya batubara menurut USGS dapat
dihitung dengan rumus Tonnase batubara = A x B x C,
dimana A = bobot ketebalan rata-rata batubara dalam inci, feet, cm atau
meter B = berat batubara per stuan volume yang sesuai atau metric ton.
C = area batubara dalam acre atau hektar Kemiringan lapisan batubara juga
memberikan pengaruh dalam perhitungan sumber daya batubara.
Bila lapisan batubara memiliki kemiringan yang berbeda-beda, maka
perhitungan dilakukan secara terpisah.
1. Kemiringan 00 100 Perhitungan Tonase dilakukan langsung dengan
menggunakan rumus Tonnase = ketebalan batubara x berat jenis
batubara x area batubara
2. Kemiringan 100 300 Untuk kemiringan 100 300, tonase batubara
harus dibagi dengan nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.
3. Kemiringan > 300 Untuk kemiringan > 300, tonase batubara dikali
dengan nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASONAL YOGYAKARTA

2.5. Pengupasan lapisan tanah pucuk(topsoil)


Kegiatan pengupasan lapisan tanahpucuk pada tambang Senakin Setelah
melakukan kegiatan penyiapan lahan, kemudiandilanjutkan dengan
pengupasan lapisantanah pucuk(topsoil)
Ketebalan lapisan tanah penutup pada tambang Senakinberkisar 0,5 sampai 1
meter.
Lapisan topsoil merupakan lapisan tanahpenutup paling atas yang cukup
lunak.Lapisan tanah pucuk(topsoil) digunakan sebagai lapisan tanah penutup
yang paling atas saat kegiatan Reklamasi dan saat penutupan ulanglubang
bekas galian batubara.Pengupasan lapisan tanah penutup mempunyai tujuan
untuk :
1. Memisahkan tanah penutup dengan tanah penutup bagian
atas(Overburden) sebelum aktivitas penggalian tambang dimulai
2. Penutupan lahan tambang sebagai tanah cadangan.4.2.2.1 Pemuatan
lapisan tanah pucuk(topsoil) Lapisantopsoil

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASONAL YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASONAL YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai