DASAR TEORI
3.1. Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu kegiatan untuk mencari endapan mineral berharga. Tahap
eksplorasi batubara umumnya dilakasanakan melalui empat tahap, yakni suervei
tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan, dan eksplorasi rinci. Tujuan
penyelidikan geologi ini adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan, keberadaan,
ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitas suatu endapan batubara sebagai
dasar analisis/kajian kemungkinan dilakukannya investasi. Tahap penyelidikan
tersebut menentukan tingkat keyakinan geologi dan kelas sumberdaya batubara
yang dihasilkan.
28
29
2. Prospeksi (Prospecting)
Tahap ini dimaksud untuk membatasi daerah sebaran endapan yang akan
menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan pada tahap ini antara lain
: Pemetaan geologi dengan skala minimum 1 : 50.000, pengukuran
penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran
uji, percontoan dan analisis.
3. Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Eksploration)
Tahap eksplorasi ini dimaksud untuk mengetahui gambaran awal bentuk
tiga dimensi endapan batubara meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi,
sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan penyelidikan antara lain:
pemetaan geologi dengan skala minimum 1:10.000, pemetaan topografi,
pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologi, penampang
geofisika, pembuatan sumuran.
4. Eksplorasi Rinci (Detailed Eksploration)
Tahap eksplorasi ini dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas
serta model tiga dimensi endapan secara lebih rinci. Kegiatan yang harus
dilakukan adalah pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal
1:2.000, pemboran dan percontohan yang dilakukan dengan jarak yang
sesuai dengan kondisi geologinya, penampang (logging) geofisika, serta
pengkajian geohidrologi dan geoteknik. Pada tahap ini perlu dilakukan
penyelidikan pendahuluan pada batubara, batuan, air dan lainnya yang
dipandang perlu sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan
dengan rencana kegiatan penambangan yang diajukan.
Cadangan batubara (Reserve) adalah bagian dari sumberdaya batubara yang telah
diketahui dimensi, sebaran kuantitas dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian
kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang.
1. Aspek geologi
Berdasarkan tingkat keyakinan geologi sumberdaya terukur harus
mempunyai tingkat keyakinan yang lebih besar dibandingkan dengan
sumberdaya tertunjuk, begitu pula sumberdaya terunjuk harus mempunyai
tingkat keyakinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumberdaya
tereka. Sumberdaya terukur dan terunjuk dapat ditingkatkan menjadi
sumberdaya terkira dan terbukti jika telah memenuhi criteria layak.
Tingkat keyakinan geologi tersebut secara kuantitatif dicerminkan oleh
jarak titik informasi yaitu titik bor.
2. Aspek ekonomi
Ketebalan minimal lapisan batubara yang dapat ditambang dan ketebalan
maksimal dirt parting atau lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan
pada saat proses penambangan yang menyebabkan kualitas batubara
menurun karena kandungan abunya meningkat, merupakan beberapa
unsure yang terkait aspek ekonomi dan perlu diperhatikan dalam
penggolongan sumerdaya dan cadangan batubara.
Hubungan antara sumberdaya Dan cadangan dapat dilihat pada (gambar 3.1).
32
Gambar 3.1
Hubungan Sumberdaya dan Cadangan Batubara
3.1.4. Persyaratan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan
Tabel 3.1
Kondisi Sumberdaya
Kriteria Hipotek Tereka Terunjuk Terukur
Geologi
Sederhana Jarak titik Tak 1000<X≤150 500<X≤1000 X≤500
informasi dibatasi 0
Moderat 500<X≤1000 250<X≤1000 X≤250
(m)
Kompleks 200<X≤400 100<X≤400 X≤100
Sumber : Badan Standarisai Nasional (BSN)
33
Menurut SNI 5015 Tahun 2011, cadangan dapat digolongkan menjadi dua yaitu
cadangan terkira dan cadangan terbukti. Cadangan batubara terkira (probable coal
reserve), cadangan batubara terkira adalah sumberdaya tertunjuk dan sebagian
semberdaya terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang
terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajianya dinyatakan layak. Sedangkan
36
Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
Gambar 3.2
Metode Cross Section Berpedoman Pada Rule Of Gradual Changes
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a+b
T = x h x ρ ...…………………….………………………………...
2
(3.1)
Keterangan:
a+b
Vob = x h ….....…………………………………………………...
2
(3.2)
Keterangan:
Gambar 3.3
Rumus Mean Area
S 1+ S 2
V= L1………………………………………..…………………..
2
(3.3)
40
Keterangan :
V = Volume
S 1+ S 2 S 2+ S 3 Sn+ Sn
V= L1+ L2+………...+ Ln ………………..
2 2 2
………..(3.4)
maka :
maka semakin sedikit overburden yang harus digali. Dalam menentukan nisbah
pengupasan dapat dihitung dengan rumus berikut :
Volume Overburden
SR = ……………………………………………………..
Tonase Batub ara
(3.7)
Tambang terbuka (open mine) adalah suatu sistem penambangan dimana seluruh
aktivitas kerjanya berhubungan langsung dengan atmosfir atau udara luar.
Tambang terbuka merupakan salah satu dari tiga sistem penambangan yang
dikenal, yaitu: Tambang bawah tanah (Underground mining), Tambang terbuka
(Open mine), Tambang bawah air (Underwater mining).
Dalam pemilihan metode tambang terbuka ada dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu: Kedalaman endapan, yaitu penyesuaian kedalam endapan
yang ditambang, Pertimbangan ekonomis, dalam hal ini menguntungkan atau
tidak jika suatu bahan galian ditambang.
Pemilihan dan penentuan pit potensial merupakan langkah awal dalam melakukan
evaluasi cadangan batubara. Pemilihan pit potensial ini diperlukan untuk dapat
43
Langkah awal yang dilakukan untuk penentuan pit potensial ini adalah membuat
peta iso-overburden, yaitu dengan cara melakukan overlay antara peta struktur
roff (elevasi top) dengan peta topografi. Nilai kontur pada peta iso-overburden
merupakan refleksi dari ketebalan overburden. Peta iso overburden secara umum
dapat menggambarkan kondisi sebaran batubara terhadap variasi topografi pada
areal tertentu.
Parameter yang menentukan dalam penentuan dimensi jenjang antara lain ukuran
alat angkut, jangkauan gali alat muat kekerasan batuan dan metode peledakan
yang dlakukan. Faktor – faktor yang mempengaruhi geometri jenjang antara lain
(Novian, 2008) :
1. Produksi
Pembuatan jenjang tujuannya adalah untuk mendapatkan endapan batubara
sesuai dengan produksi yang diinginkan. Dimensi jenjang yang akan
dibuat perlu mempertimbangkan jumlah produksi yang direncanakan.
Jumlah produksi menentukan dimensi jenjang yang akan dibuat.
2. Kondisi batuan
Kondisi batuan menentukan peralatan yang harus digunakan. Kondisi
batuan yang dominan antara lain kekuatan batuan, faktor pengembangan,
densitas batuan dan struktur geologi. Penggalian dapat langsung dilakukan
pada permukaan kerja material yang lunak. Jarak dan ketinggian
penggalian perlu diperhitungkan dalam memperkirakan lebar dan tinggi
jenjang.
3. Peralatan produksi
Peralatan produksi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan
kapasitas produksi yang diinginkan dan sesuai material yang akan
44
3.5. Resgraphyc
Tujuan pembuatan resgraphyc yaitu untuk menggambarkan nilai-nilai SR yang
berada dalam tabel menjadi sebuah bentuk grafis gradual-gradasi warna. Dari
graduasi warna tersebut dapat menentukan batas luar pit yang ekonomis untuk
ditambang.
Wilayah telitian pertama kali dibagi menjadi satu Blok besar (hasil dari
pembatasan wilayah penaksiran/pit limit), batas yang digunakan yaitu pada kontur
struktur batubara yang akaan menjati batas pit bottom
Pembuatan blok ini juga bertujuan untuk keperluan urutan penambangan dan
penjadwalan produksi, dimana luasan blok tersebut tergantung dari rencana kelas
unit-unit loading yang akan dipergunakan. Blok yang membatasi daerah analisis
SR dibagi lagi menjadi blok kecil berukuran 50 m x 50 m. Untuk menghasilkan
perhitungan yang lebih detil penamaan blok-blok ini diurutkan menyesuaikan arah
penyebaran endapan batubara (strike) dan dip. Penamaan Blok ini, secara otomatis
terbentuk pada saat pembuatan strip dan Blok. Pada daerah penelitian, penamaan
strip dimulai dari S01, dan penamaan Blok selalu dimulai dengan huruf “B01”,
sehingga nama Blok pertama kali ialah: B01S04, dan nama Blok kedua ialah
B01S04 dan seterusnya hingga selesai. Pada Blok yang berada disisi Blok
pembatas tidak selalu berbentuk persegi, hal ini dikarenakan berpotongan dengan
Blok pembatas.
3.5.2. Analisis SR Menggunakan Resgraphyc
blok besar yang melingkupi. Batas perhitungan ditentukan oleh model surface
sebagai batas atas, dan pit bottom sementara. Hasil analisis Stripping Ratio (SR)
dengan menggunakan System Resgrapich dalam program komputer merupakan
daerah-daerah yang memiliki perbedaan nilai stripping ratio yang ditunjuk dengan
perbedaan warna pada setiap blok-blok kecil, warna untuk blok dengan SR dari
tinggi ke rendah digambarkan dengan warna ungu sampai dengan warna merah.
Blok-blok tersebut akan membatasi dan menjadi blok-blok yang merupakan pit
limit atau batas pembuatan desain pit penambangan dengan nilai stripping ratio
(SR) ≤ 10 : 1.