Anda di halaman 1dari 18

BAB III

DASAR TEORI

3.1. Eksplorasi

Eksplorasi adalah suatu kegiatan untuk mencari endapan mineral berharga. Tahap
eksplorasi batubara umumnya dilakasanakan melalui empat tahap, yakni suervei
tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan, dan eksplorasi rinci. Tujuan
penyelidikan geologi ini adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan, keberadaan,
ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitas suatu endapan batubara sebagai
dasar analisis/kajian kemungkinan dilakukannya investasi. Tahap penyelidikan
tersebut menentukan tingkat keyakinan geologi dan kelas sumberdaya batubara
yang dihasilkan.

3.1.1. Tahap Eksplorasi Batubara

Tahap eksplorasi batubara berdasarkan klasifikasi sumberdaya dan cadangan


dikutip dari Standar Nasional Indonesia (1999), dilaksanakan melalui empat tahap
yaitu:

1. Survei Tinjau (Recconnaissance)


Merupakan tahap eksplorasi paling awal dengan tujuan mengidentifikas
daerahdaerah yang secara geologis terdapat endapan batubara yang
potensial untuk penyelidikan lebih lanjut serta mengumpulkan informasi
tentang kondisi geografi, tataguna lahan, serta kesampaian daerah.
Kegiatan penyelidikan antara lain studi geologi regional, penaksiran,
penginderaan jauh, dan metode tak langsung lainnya serta inspeksi
lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala
sekurang-kurangnya 1 : 100.000.

28
29

2. Prospeksi (Prospecting)
Tahap ini dimaksud untuk membatasi daerah sebaran endapan yang akan
menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan pada tahap ini antara lain
: Pemetaan geologi dengan skala minimum 1 : 50.000, pengukuran
penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran
uji, percontoan dan analisis.
3. Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Eksploration)
Tahap eksplorasi ini dimaksud untuk mengetahui gambaran awal bentuk
tiga dimensi endapan batubara meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi,
sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan penyelidikan antara lain:
pemetaan geologi dengan skala minimum 1:10.000, pemetaan topografi,
pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologi, penampang
geofisika, pembuatan sumuran.
4. Eksplorasi Rinci (Detailed Eksploration)
Tahap eksplorasi ini dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas
serta model tiga dimensi endapan secara lebih rinci. Kegiatan yang harus
dilakukan adalah pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal
1:2.000, pemboran dan percontohan yang dilakukan dengan jarak yang
sesuai dengan kondisi geologinya, penampang (logging) geofisika, serta
pengkajian geohidrologi dan geoteknik. Pada tahap ini perlu dilakukan
penyelidikan pendahuluan pada batubara, batuan, air dan lainnya yang
dipandang perlu sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan
dengan rencana kegiatan penambangan yang diajukan.

3.1.2. Sumberdaya dan Cadangan Batubara

Sumberdaya batubara (Resource) adalah bagian dari endapan batubara yang


diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumberdaya batubara ini dibagi dalam kelas-
kelas sumberdaya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara
kualitatif oleh kondisi geologi atau tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif
oleh jarak titik informasi. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan
apabila sudah dilakukan kajian kelayakan dan dinyatakan layak.
30

Cadangan batubara (Reserve) adalah bagian dari sumberdaya batubara yang telah
diketahui dimensi, sebaran kuantitas dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian
kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang.

3.1.3. Klasifiksi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara merupakan pengelompokan yang


didasarkan pada tingkat keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan
tersebut mengandung dua aspek yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.

1. Aspek geologi
Berdasarkan tingkat keyakinan geologi sumberdaya terukur harus
mempunyai tingkat keyakinan yang lebih besar dibandingkan dengan
sumberdaya tertunjuk, begitu pula sumberdaya terunjuk harus mempunyai
tingkat keyakinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumberdaya
tereka. Sumberdaya terukur dan terunjuk dapat ditingkatkan menjadi
sumberdaya terkira dan terbukti jika telah memenuhi criteria layak.
Tingkat keyakinan geologi tersebut secara kuantitatif dicerminkan oleh
jarak titik informasi yaitu titik bor.
2. Aspek ekonomi
Ketebalan minimal lapisan batubara yang dapat ditambang dan ketebalan
maksimal dirt parting atau lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan
pada saat proses penambangan yang menyebabkan kualitas batubara
menurun karena kandungan abunya meningkat, merupakan beberapa
unsure yang terkait aspek ekonomi dan perlu diperhatikan dalam
penggolongan sumerdaya dan cadangan batubara.

Kriteria dan klasifikasi sumberdaya dan cadangan dapat dijelaskan berdasarkan


SNI 13-6011-1999. Adapun kelas sumberdaya (Resource) berdasarkan klasifikasi
antara lain sebagai berikut :

1. Sumberdaya batubara hipotetik (hypothetical coal resource)


Sumberdaya batubara hipotek adalah jumlah batubara didaerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang ditaksir
31

berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan untuk


tahap penyelidikan survey tinjau.
2. Sumberdaya batubara tereka (inferred coal resource)
Sumbedaya tereka adalah jumlah batubara didaerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan untuk tahap penyelidikan
penyelidikan prospeksi.
3. Sumberdaya batubara tertunjuk (indicated coal resource)
Sumberdaya tertunjuk adalah jumlah batubara didaerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan untuk tahap eksplorasi
pendahuluan.
4. Sumberdaya batubara terukur (measured coal resource)
Batubara terukur adalah jumlah batubara didaerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.

Sedangkan untuk kelas cadangan (reserves) berdasarkan klasifikasi antara lain


sebagai berikut :

1. Cadangan batubara terkira (probable coal reserves)


Cadangan batubara terkira adalah sumberdaya batubara tertunjuk dan
sebagian sumberdaya terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua
faktor terkait yang telah terpenuhi sehingga hasil kajian dinyatakan layak.
2. Cadangan terbukti (proved coal reserve)
Sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian kelayakan semua
faktor terkait yang telah terpenuhi sehingga hasil kajian dinyatakan layak.

Hubungan antara sumberdaya Dan cadangan dapat dilihat pada (gambar 3.1).
32

(Sumber : SNI 5015, 2011)

Gambar 3.1
Hubungan Sumberdaya dan Cadangan Batubara
3.1.4. Persyaratan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan

Menurut pedoman pelapor estimasi sumberdaya dan cadangan batubara,


persyaratan kerpatan titik yang optimal untuk masing-masing kategori
sumberdaya tergantung pada kondisi geologi dan tingkat keyakinan geologi yang
diinginkan. Kerpatan titik untuk tiap kategori sumberdaya pada kondisi kondisi
geologi sederhana, moderat dan kompleks telah ditentukan oleh Badan
Standarisasi Indonesia (BSN) tentang perhitungan sumberdaya dan cadangan
mineral dan batubara. (Tabel 3.1)

Tabel 3.1

Jarak Titik Informasi Untuk Tiap Kategori dan Keadaan Geologinya.

Kondisi Sumberdaya
Kriteria Hipotek Tereka Terunjuk Terukur
Geologi
Sederhana Jarak titik Tak 1000<X≤150 500<X≤1000 X≤500
informasi dibatasi 0
Moderat 500<X≤1000 250<X≤1000 X≤250
(m)
Kompleks 200<X≤400 100<X≤400 X≤100
Sumber : Badan Standarisai Nasional (BSN)
33

Menurut BSN (1999), berdasarkan tingkat kesulitannya kondisi geologi endapan


batubara dibagi menjadi tiga, sebagai berikut :

1. Kondisi Geologi Sederhana


Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. endapan batubara dalam kelompok ini umumnya tidak dipengaruhi
oleh aktivitas tektonik, seperti sesar, lipatan dan intrusi.
b. Lapisan batubara pada umumnya landai, menerus secara lateral sampai
ribuan meter, dan hamper tidak mempunyai percabangan.
c. Ketebalan lapisan batubara secara lateral dan kualitasnya tidak
memperlihatkan variasi yang berarti.
2. Kondisi Geologi Moderat
Dengan cirri-ciri sebagai berikut :
a. batubara dalam kelompok ini diendapkan dalam kondisi sedimentasi
yang lebih bervariasi dan sampai tingkat tertentu telah mengalami
pengaruh deformasi tektonik.
b. Pada beberapa tempat, intrusi batuan beku mempengaruhi struktur
lapisan dan kualitas sumberdaya.
c. Sesar dan lipatan tidak banyak, begitu pula pergeseran dan perlipatan
yang diakibatkan relative sedang.
d. Dicirikan oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan lateral yang
sedang serta berkembangnya percabangan lapisan batubara, namun
sebarannya masih dapat diikuti sampai ratusan meter.
3. Kelompok Geologi Komplek
Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Umumnya diendapkan dalam system sedimentasi yang komplek atau
telah mengalami deformasi tektonik yang ekstensif yang
mengakibatkan terbentuknya lapisan batubara dengan ketebalan yang
beragam.
34

b. Kualitas batubaranya banyak dipoengaruhi oleh perubahan-perubahan


yang terjadi pada saat proses sedimentasi berlangsung atau pada pasca
pengendapan seperti pembelahan atau kerusakan lapisan.
c. Pergeseran, perlipatan dan pembalikan (overturned) yang ditimbulkan
oleh aktivitas tektonik, umum dijumpai dan sifatnya rapat senhingga
membuat lapisan batubara susah terkolerasi.
d. Perlipatan yang kuat juga mengakibatkan kemiringan lapisan yang
terjal. Secara lateral, sebaran lapisan batubara terbatas dan hanya dapat
diikuti sampai puluhan meter.

3.2. Dasar Pemilihan Metode

Telah banyak dikemukakan mengenai berbagai metode perhitungan cadangan dan


kalaupun ada perbedaan hanya berupa sedikit modifikasi dari sesuatu yang sangat
umum. Pada prinsipnya, metode perhitungan cadangan harus dapat menghitung
dengan cepat, dipercaya, dan mudah dilakukan cek ulang. Perbedaan dari berbagai
metode perhitungan cadangan biasanya dibedakan menurut penentuan
perhitungannya yang dipisahkan menjadi bagian-bagian atau blok. Hal ini
didasarkan oleh factor struktur geologi, ketebalan kadar, nilai ekonomi,
kedalaman, dan lapisan penutup. Oleh karena itu, dalam pemilihan metode
tergantung pada kondisi geologi endapan mineral, system eksplorasi,
penambangan, dan factor ekonomi.

Dalam melakukan perhitungan cadangan batubara di PT, Fontana Resources


Indonesia untuk mempermudah perhitungan menggunakan media bantuan
program computer. Perhitungan cadangan ini sangat penting karena sumberdaya
cadangan merupakan parameter untuk menghitung nilai ekonomis suatu endapan
batubara. Sumberdaya cadangan juga dapat menjadikan salah satu parameter
untuk menentukan umur tambang. Penaksiran sumberdaya cadangan batubara
dapat dilakukan dengan menggunakan metode konvesional diantaranya metode
penampang vertikal (cross section) dengan berpedoman pada Rule Of Gradual
Changes. Metode ini dilakukan dengan cara menghitung luasan sayatan dan
mengkorelasikan antar sayatan untuk mendapatkan volume overburden dan
35

volume batubara. (Isaaks, dkk 1989) selanjutnya untuk mengetahui tonase


batubara harus mempertimbangkan bobot isi batubara (ton/m3).

3.2.1. Perhitungan Cadangan

Penentuan nilai cadangan merupakan bagian terpenting dalam perencanaan


tambang atau kemajuan tambang dan penjadwalan produksi. Didalam menentukan
nilai cadangan terdapat beberapa parameter atau dasar penentuan nilai cadangan,
dasar perhitungan cadangan tersebut antara lain:

a. Perhitungan cadangan merupakan sebuah langkah yang kuantifikasi


terhadap suatu sumberdaya alam. Perhitungan dilakukan dengan berbagai
prosedur atau metode yang didasarkan pada pertimbangan empiris maupun
teoritis.
b. Dalam perhitungan cadangan batubara terdapat beberapa unsur pokok
yang mempengaruhi kualitas hasil yang akan dicapai yaitu pengambilan
contoh, penentuan daerah pengaruh, interpretasi daerah pengaruh dan tebal
semu dan tebal sebenarnya. Pengambilan contoh merupakan proses
pengambilan sejumlah kecil dari populasi batuan yang mewakili sifat fisik
dan kimia tertentu. Tujuan dari pengambilan contoh adalah untuk
mengetahui ada tidaknya endapan bahan tambang, bentuk dan posisi
endapan yang akan digunakan untuk perhitungan cadangan. Perhitungan
cadangan memberikan beberapa manfaat penting seperti taksiran dari
kuantitas (tonase) dan kualitas dari cadangan batubara. Faktor lain yang
sangat penting yaitu perkiraan dalam bentuk tiga dimensi dari endapan
batubara sehingga dapat ditentukan tahapan atau urutan penambangan
yang juga berdampak pada pemilihan alat mekanis.

Menurut SNI 5015 Tahun 2011, cadangan dapat digolongkan menjadi dua yaitu
cadangan terkira dan cadangan terbukti. Cadangan batubara terkira (probable coal
reserve), cadangan batubara terkira adalah sumberdaya tertunjuk dan sebagian
semberdaya terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang
terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajianya dinyatakan layak. Sedangkan
36

cadangan batubara terbukti (proved coal reserve), cadangan batubara terbukti


adalah sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian kelayakanya semua
faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajianya dinyatakan layak.

3.2.2. Prinsip Perhitungan Cadangan

Beberapa prinsip dalam perhitungan sumberdaya dan cadangan :

1. Perhitungan sumberdaya dan cadangan batubara didasarkan pada data-data


yang aktual secara objektif.
2. Hasil penaksiran seminimal mungkin mengandung random error. Artinya
dapat mencerminkan kondisi dan karakter geologi.
3. Metode perhitungan cadangan yang digunakan harus memberikan hasil
yang dapat dikaji ulang.
4. Metode perhitungan cadangan bergantung pada tujuan dan metode
penambangan, apakah dalam rangka long term atau short term mine
planning.
3.2.3. Metode perhitungan cadangan batubara

Didalam menentukan metode perhitungan cadangan batubara terlebih dahulu


harus mengetahui karakteristik endapan, kemenerusan dan persebaran endapan.
Parameter – parameter ini akan menjadi dasar pertimbangan dalam memilih
metode apakah menggunakan metode konvensional atau menggunakan metode
komputerisasi. Metode konvensional dimaksud penggunaan metode – metode
secara manual diantaranya metode cross section, metode daerah pengaruh, metode
pollygon dan lain sebagainya. Sedangkan metode komputerisasi merupakan salah
satu metode yang menggunakan konsep model diantaranya konsep blok dan
konsep gridde seam model. Didalam penerapan konsep blok model terdapat
beberapa metode perhitungan berdasarkan konsep masing – masing baik itu blok
model maupun gridde seam model.

Pemilihan metode perhitungan cadangan didasari oleh faktor geologi endapan,


metode eksplorasi, data yang dimiliki, tujuan perhitungan, dan tingkat
kepercayaan yang diinginkan. Berdasarkan metode (teknik, asumsi, pendekatan),
37

maka perhitungan cadangan terdiri dari metode konvesional dan Inkonvensional


yang terdiri dari metode penampang vertical (dengan menggunakan rumus Mean
Area, Frustum, dan Obelisk) dan penampang horizontal (Metode Isoline, Metode
Poligon, metode Triangle, dan Metode circular. Selain itu dapat pula dilakukan
dengan metode geostatistik dan metode blok.

Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut.

1. Metode Cross Section (Metode Penampang Vertikal)

Metode penampang vertical menggambarkan kondisi endapan, bijih, tanah


penutup dan penampang-penampang vertical. Perhitungan luas masing-masing
elemen tersebut dilakukan pada masing-masing penampang. Perhtungan tonase
dan volume digunakan rumus-rumus yang sesuai.

Metode penampang vertical digunakan dengan cara sebagai berikut. Membuat


irisan-irisan penampang melintang yang memotong endapan batubara yang akan
dihitung, menghitung batubara dan Overburden. Setelah luasan dihitung maka
volume dan tonase dihitung dengan rumusan perhitungan, perhitungan tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan satu penampang, dua penampang ataupun
rangkaian banyak penampang dengan jarak antar penampang sama panjang.

a. Metode Cross Section Berpedoman Pada Rule Of Gradual Changes

Penerapan perhitungan tonase sumberdaya batubara dan volume


overburden dengan Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of
Gradual Changes sangat tergantung pada data pemboran dan data
singkapan endapan. Pada prinsipnya ada beberapa langkah dalam
perhitungan, yaitu membagi lapisan batubara dan lapisan overburden
menjadi beberapa blok-blok penampang dengan selang jarak tertentu.
Selang jarak tersebut dapat sama tiap blok atau berbeda-beda tergantung
pada kondisinya (Gambar 3.2).
38

(Sumber : Isaaks dkk, 1989)

Gambar 3.2
Metode Cross Section Berpedoman Pada Rule Of Gradual Changes
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Menghitung luas sayatan


b. Menghitung jarak tiap sayatan
c. Menghitung tonase batubara atau volume overburden

Jumlah tonase batubara yang terdapat di daerah penelitian dihitung dengan


rumus sebagai berikut:

a+b
T = x h x ρ ...…………………….………………………………...
2
(3.1)

Keterangan:

T = Tonase batubara (ton)

a = Luas sayatan (m²)

b = Luas sayatan (m²)

h = Jarak antar sayatan (m)

ρ = Bobot isi batubara (ton/m³)


39

Sedangkan total volume overburden yang terdapat di daerah penelitian


dihitung dengan rumus sebagai berkut :

a+b
Vob = x h ….....…………………………………………………...
2
(3.2)

Keterangan:

Vob = Volume overburden (BCM)

a = Luas sayatan (m²)

b = Luas sayatan (m²)

h = Jarak antar sayatan (m)

Perhitungan volume pada pedoman Rule Of Gradual Changes


menggunakan persamaan Mean Area. Persamaan ini digunakan apabila
terdapat dua buah penampang S1 dan S2 relatif sama atau lebih besar dari
0,5 sampai mendekati 1. Persamaan Mean Area adalah sebagai berikut
(Gambar 3.3) :

(Sumber : Isaaks dkk, 1989)

Gambar 3.3
Rumus Mean Area
S 1+ S 2
V= L1………………………………………..…………………..
2
(3.3)
40

Keterangan :

V = Volume

L1, L2, L3, …………, Ln = jarak anatar sayatan (m)

S1, S2, S3, …………, Sn = luas setiap penampang (m2)

Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus diatas karena


perhitungan volume batubara ditaksir per blok. Jenis perhitungan ini, dapat
pula dilakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini bila mempunyai
jarak yang sama:

S 1+ S 2 S 2+ S 3 Sn+ Sn
V= L1+ L2+………...+ Ln ………………..
2 2 2
………..(3.4)

V = ((S1 + S2) + (S2 + S3) + (S3 + S4) + (Sn + Sn)…………)L/2

maka :

V = ((S1 + 2S2 + 2S3 +…….+ 2Sn + Sn )L/2 ………………………(3.5)

Sedangkan perhitungan luas pada mean area yang menghitung volume


antara 2 buah penampang dengan kondisi S1< 0,5 S2, maka perhitungan
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

V = {S1 + 2S2 + √ s 1 s 2} L/3 …………………………………….…(3.6)

3.2.4. Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)


Nisbah pengupasan adalah perbandingan antara volume lapisan tanah penutup
yang akan digali dengan jumlah tonase batubara yang akan diambil. Ini dilakukan
untuk dapat menentukan pada elevasi berapakah nisbah pengupasan yang paling
menguntungkan untuk ditambang dengan cara tambang terbuka. Nisbah
pengupasan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan ekonomis
tidaknya pengambilan suatu cadangan batubara. Semakin besar nisbah
pengupasannya, berarti semakin banyak overburden yang harus digali untuk
mengambil endapan batubara. Sebaliknya semakin kecil nisbah pengupasannya,
41

maka semakin sedikit overburden yang harus digali. Dalam menentukan nisbah
pengupasan dapat dihitung dengan rumus berikut :

Volume Overburden
SR = ……………………………………………………..
Tonase Batub ara
(3.7)

3.3. Pemodelan Batubara


Interpretasi geologi merupakan hal yang penting dalam tahap penyelidikan
eksplorasi endapan batubara. Pemodelan sumberdaya yang dibuat merupakan
pendekatan dari kondisi geologi, pemodelan tersebut memberikan :
1. Taksiran jumlah sumberdaya batubara (tonnase).
2. Perkiraan bentuk tiga dimensi sumberdaya batubara, jumlah cadangan
dengan kaitannya dengan perhitungan umur tambang.
3. Batas-batas kegiatan penambangan yang dibuat berdasarkan taksiran
sumberdaya.
4. Hasil perhitungan stripping ratio

Pada umunya pemodelan sumberdaya mempunyai batas-batas koordinat,


misal kearah utara dan kearah timur. Perubah (variable) yang diperlukan untuk
pemodelan yaitu topografi daerah penelitian, informasi geologi, ketebalan dan
kualitas endapan, jenis batuan, berat jenis, tonase tiap unit. Tahap pemodelan
sumberdaya mineral meliputi

1. Pemasukan dan pengecekan data.


2. Pemodelan topografi dan geologi.
3. Konstruksi model geologi.
4. Dimensi model geologi
3.4. Metode dan Sistem Penambangan
42

Tambang terbuka (open mine) adalah suatu sistem penambangan dimana seluruh
aktivitas kerjanya berhubungan langsung dengan atmosfir atau udara luar.
Tambang terbuka merupakan salah satu dari tiga sistem penambangan yang
dikenal, yaitu: Tambang bawah tanah (Underground mining), Tambang terbuka
(Open mine), Tambang bawah air (Underwater mining).

3.4.1. Pembagian Metode Tambang Terbuka

Beradasarkan macam material yang ditambang, tambang terbuka dapat dibagi


menjadi: a. Open pit/Open cut, b. Quarry, c. Strip mine, d. Alluvial mine

a. Open pit/Open cut/Open cast, adalah suatu sistem penambangan yang


diterapkan untuk endapan yang mengandung logam atau batubara yang
keterdapatan endapan jauh dengan permukaan atau ketebalan tanah
penutupnya cukup besar, misalnya tambang nikel di Sorowako, tambang
batubara di Bukit Asam, dan di Adaro Tanjung Tabalong.
b. Quarry, adalah suatu sistem tambang terbuka yang diterapkan untuk
endapan mineral industri (industrial minerals), contohnya tambang
marmer di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Tambang marmer di
daerah Tulung Agung Jawa Timur.
c. Strip mine, yaitu suatu sistem penambangan yang diterapkan untuk
endapan bijih atau batubara yang letaknya horisontal atau miring relatif
dekat dengan permukaan dan kemiringn endapan relatif kecil.
d. Alluvial mine, yaitu suatu sistem penambangan yang diterapkan untuk
endapan alluvial (terendapkan).

Dalam pemilihan metode tambang terbuka ada dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu: Kedalaman endapan, yaitu penyesuaian kedalam endapan
yang ditambang, Pertimbangan ekonomis, dalam hal ini menguntungkan atau
tidak jika suatu bahan galian ditambang.

3.4.2. Penentuan Geometri Penambangan

Pemilihan dan penentuan pit potensial merupakan langkah awal dalam melakukan
evaluasi cadangan batubara. Pemilihan pit potensial ini diperlukan untuk dapat
43

memperkirakan/memprediksi suatu areal sumberdaya batubara yang potensial


untuk nantinya dikembangkan menjadi suatu lokasi pit penambangan.

Langkah awal yang dilakukan untuk penentuan pit potensial ini adalah membuat
peta iso-overburden, yaitu dengan cara melakukan overlay antara peta struktur
roff (elevasi top) dengan peta topografi. Nilai kontur pada peta iso-overburden
merupakan refleksi dari ketebalan overburden. Peta iso overburden secara umum
dapat menggambarkan kondisi sebaran batubara terhadap variasi topografi pada
areal tertentu.

3.4.3. Geometri Lereng

Parameter yang menentukan dalam penentuan dimensi jenjang antara lain ukuran
alat angkut, jangkauan gali alat muat kekerasan batuan dan metode peledakan
yang dlakukan. Faktor – faktor yang mempengaruhi geometri jenjang antara lain
(Novian, 2008) :

1. Produksi
Pembuatan jenjang tujuannya adalah untuk mendapatkan endapan batubara
sesuai dengan produksi yang diinginkan. Dimensi jenjang yang akan
dibuat perlu mempertimbangkan jumlah produksi yang direncanakan.
Jumlah produksi menentukan dimensi jenjang yang akan dibuat.

2. Kondisi batuan
Kondisi batuan menentukan peralatan yang harus digunakan. Kondisi
batuan yang dominan antara lain kekuatan batuan, faktor pengembangan,
densitas batuan dan struktur geologi. Penggalian dapat langsung dilakukan
pada permukaan kerja material yang lunak. Jarak dan ketinggian
penggalian perlu diperhitungkan dalam memperkirakan lebar dan tinggi
jenjang.

3. Peralatan produksi
Peralatan produksi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan
kapasitas produksi yang diinginkan dan sesuai material yang akan
44

dikerjakan. Melalui pertimbangan tersebut, dimensi jenjang mempunyai


kondisi kerja yang baik, dimana hal ini akan mempengaruhi efisiensi kerja.

3.5. Resgraphyc
Tujuan pembuatan resgraphyc yaitu untuk menggambarkan nilai-nilai SR yang
berada dalam tabel menjadi sebuah bentuk grafis gradual-gradasi warna. Dari
graduasi warna tersebut dapat menentukan batas luar pit yang ekonomis untuk
ditambang.

3.5.1. Pembagian Blok dan Strip

Wilayah telitian pertama kali dibagi menjadi satu Blok besar (hasil dari
pembatasan wilayah penaksiran/pit limit), batas yang digunakan yaitu pada kontur
struktur batubara yang akaan menjati batas pit bottom

Pembuatan blok ini juga bertujuan untuk keperluan urutan penambangan dan
penjadwalan produksi, dimana luasan blok tersebut tergantung dari rencana kelas
unit-unit loading yang akan dipergunakan. Blok yang membatasi daerah analisis
SR dibagi lagi menjadi blok kecil berukuran 50 m x 50 m. Untuk menghasilkan
perhitungan yang lebih detil penamaan blok-blok ini diurutkan menyesuaikan arah
penyebaran endapan batubara (strike) dan dip. Penamaan Blok ini, secara otomatis
terbentuk pada saat pembuatan strip dan Blok. Pada daerah penelitian, penamaan
strip dimulai dari S01, dan penamaan Blok selalu dimulai dengan huruf “B01”,
sehingga nama Blok pertama kali ialah: B01S04, dan nama Blok kedua ialah
B01S04 dan seterusnya hingga selesai. Pada Blok yang berada disisi Blok
pembatas tidak selalu berbentuk persegi, hal ini dikarenakan berpotongan dengan
Blok pembatas.
3.5.2. Analisis SR Menggunakan Resgraphyc

Analisis SR pada blok tersebut menggunakan system resgrapich pada program


komputer, analisis daerah dilakukan dengan menghitung total keseluruhan
endapan batubara yang dibatasi dengan blok berukuran 50 m x 50 m seluas batas
45

blok besar yang melingkupi. Batas perhitungan ditentukan oleh model surface
sebagai batas atas, dan pit bottom sementara. Hasil analisis Stripping Ratio (SR)
dengan menggunakan System Resgrapich dalam program komputer merupakan
daerah-daerah yang memiliki perbedaan nilai stripping ratio yang ditunjuk dengan
perbedaan warna pada setiap blok-blok kecil, warna untuk blok dengan SR dari
tinggi ke rendah digambarkan dengan warna ungu sampai dengan warna merah.
Blok-blok tersebut akan membatasi dan menjadi blok-blok yang merupakan pit
limit atau batas pembuatan desain pit penambangan dengan nilai stripping ratio
(SR) ≤ 10 : 1.

Anda mungkin juga menyukai