EKSPLORASI TAMBANG
KONSEP EKSPLORASI
OLEH
RINAL KHAIDAR ALI, ST.,M.Eng
PENGERTIAN
Menurut Dhadar (1980), eksplorasi bahan galian didefinisikan sebagai
penyelidikan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu keterangan
mengenai letak, sifat-sifat, bentuk, cadangan, mutu serta nilai ekonomis
dari endapan bahan galian.
Koesoemadinata (1995) berpendapat bahwa eksplorasi adalah suatu
aktivitas untuk mencari tahu keadaan suatu daerah, ruang ataupun realm
yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya, sedangkan istilah
eksplorasi geologi adalah mencari tahu tentang keadaan suatu objek
geologi yang umumnya berupa cebakan mineral.
KBBI mengartikan eksplorasi sebagai penjelajahan lapangan dengan tujuan
memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang keadaan, terutama
sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu.
SNI mengartikan eksplorasi sebagai kegiatan penyelidikan geologi yang
dilakukan untuk mengidentifikasi, menentukan lokasi, ukuran, bentuk,
letak, sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan bahan galian untuk
kemudian dapat dilakukan analisis/kajian kemungkinan dilakukannya
penambangan.
TUJUAN
mencari dan menemukan cadangan bahan galian baru,
mengendalikan (menambah) pengembalian investasi yang
ditanam, sehingga pada suatu saat dapat memberikan
keuntungan yang ekonomis (layak),
mengendalikan (penambahan/pengurangan) jumlah
cadangan, dimana cadangan merupakan dasar dari aktivitas
penambangan,
menginventarisir keberadaan bahan galian ekonomis di
suatu daerah,
mengendalikan atau memenuhi kebutuhan pasar atau
industri,
mengontrol sumber-sumber bahan baku sehingga dapat
berkompetisi dalam persaingan pasar,
menghitung nilai ekonomis suatu endapan mineral bijih
pada sebuah area/daerah
PRINSIP EKSPLORASI
Sebagai suatu aktifitas ekonomi, perencanaan
suatu eksplorasi harus memenuhi tiga prinsip
utama, yaitu :
Efektif, yaitu penggunaan metoda atau peralatan
harus sesuai dengan sasaran eksplorasi.
Efisien, yaitu dari sisi waktu dan biaya dapat dilakukan
secara efisien.
Manfaat biaya (Cost-benefit), yaitu eksplorasi ini
harus memiliki nilai manfaat baik bagi perusahaan
maupun bagi masyarakat sekitar (community
development).
1. Kriteria stratigrafi
Kriteria stratigrafi digunakan jika suatu endapan
mineral ditemukan dalam lapisan stratigrafi. Tugas
utama dalam tahap prospeksi yaitu menentukan secara
stratigrafi kedudukan endapan mineral, seperti
determinasi singkapan dan menentukan luas horison
(singkapan horison diikuti sepanjang strike dan dip),
kemudian dipetakan secara detail. Kriteria stratigrafi
penting artinya untuk mencari endapan sedimen dan
endapan hipogene yang berasosiasi dengan lapisan
sedimen, seperti batubara, bijih tembaga sedimen,
uranium, bauksit, endapan placer, lempung, karbonat
dan garam.
2. Kriteria litologi
Kriteria litologi terbagi menjadi dua, pada
endapan primer dan pada endapan sekunder.
Pada endapan primer, dilihat secara genetik (dari
komposisi endapan mineral yang terbentuk).
Pada endapan sekunder, contohnya seperti
endapan placer, litologi batuan sangat penting
karena variasi litologi awal yang tererosi akan
mempengaruhi produk/akumulasi mineral berat
yang terbentuk.
3. Kriteria struktur
Struktur pada kerak bumi sering merupakan faktor
pengontrol dalam formasi endapan mineral (seperti
perlipatan yang diiringi dengan intrusi). Smirnov (1957)
dalam Kuzvart and Bohmer (1986) membagi struktur
mineralisasi menjadi 6 grup, yaitu :
Struktur konkordan dari lapisan batuan
Endapan mineral yang berasosiasi dengan sesar
Endapan mineral dalam zona stress akibat tektonik
Endapan mineral pada kontak dengan batuan beku
Endapan mineral dalam kombinasi struktur
Endapan mineral dalam intrusi.
4. Kriteria magmatogenik
Kriteria magmatogenik terbagi menjadi :
Hubungan antara deposit dengan komposisi
magma
Hubungan antara deposit dengan diferensiasi
magma dan kristalisasi
Hubungan antara endapan/deposit dengan
alterasi batuan
Hubungan antara deposit dengan ukuran butir
batuan.
5. Kriteria geomorfologi
Kriteria geomorfologi memiliki peranan yang
penting pula, sebagai contoh dalam prospeksi
endapan placer/letakan.
6. Kriteria paleogeografi
Kriteria paleogeografi dapat diterapkan pada
eksplorasi endapan placer, nikel laterit dan
sebagainya. Sebagai contoh untuk
mengetahui perkembangan lembah.
7. Kriteria paleoklimat
Kriteria paleoklimat diterapkan pada endapan
mineral yang mengalami pengkayaan akibat
pelapukan. Contoh, kaolin yang merupakan
hasil lapukan batuan feldspatik, dan timah
sekunder di P. Bangka.
8. Kriteria historis
Kriteria sejarah meliputi laporan tambang
tua, peta terdahulu, bekas-bekas
penambangan, dan nama-nama/sebutan
masyarakat lokal untuk endapan mineral
tersebut.
Korelasi litologis
Tipe batuan (berupa batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf)
Kandungan mineral
Tekstur, warna dan bentuk struktur-struktur batuan primer
Urutan stratigrafis
Tebal/lebar singkapan
Pengenalan urutan stratigrafi yang sama terhadap suatu formasi pada tempat-tempat yang berbeda
namun dapat dikorelasikan. Dalam keadaan normal, maka lapisan yang berada di atas selalu lebih
muda.
Pengenalan suatu lapisan tertentu yang penyebarannya luas dan memiliki selang umur yang pendek,
serta mudah dikenal yang dapat dipakai sebagai suatu marker bed (key bed).
Korelasi paleontologis
Cara ini dalam keadaan tertentu dapat sangat membantu terutama pada daerah
yang memiliki litologi berupa batuan sedimen yang mengandung fosil. Dalam hal ini
keterdapatan fossil index sangat penting.
Korelasi vegetasi
Korelasi vegetasi dilihat dari adanya tumbuhan tertentu yang bersifat sangat selektif
dalam pertumbuhannya terhadap lingkungan, seperti :
Kondisi air (dangkal/dalam)
Tipe tanah (kandungan mineral, pelapukan, dll).
Korelasi topografis
Batuan yang bersifat resisten terhadap pelapukan/erosi umumnya memiliki
topografi yang lebih menonjol dibanding batuan yang mudah lapuk/lunak.
Cara ini banyak dipakai dalam penyelidikan-penyelidikan pendahuluan dalam
eksplorasi, tetapi tidak terlalu reliable untuk penentuan kontinuitas suatu formasi.