Abstrak
Penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra
yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan sutau
objek. (Sabins (1996) dalam Kerle et al. (2004)). Indonesia merupakan negara kepulauan yang
mempunyai potensi sumberdaya alam pesisir dan lautan yang sangat besar. Teknologi
penginderaan jauh mempunyai kemampuan untuk mengindentifikasi serta melakukan
monitoring terhadap perubahan sumberdaya alam dan lingkungan wilayah pesisir dan laut.
Salah satu upaya untuk memperoleh informasi tentang potensi sumberdaya wilayah pesisir dan
lautan dalam rangka untuk mengoptimalkan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan adalah
penggunaan teknologi penginderaan jauh. Informasi mengenai obyek yang terdapat pada suatu
lokasi di permukaan bumi diambil dengan menggunakan sensor satelit, kemudian sesuai dengan
tujuan kegiatan yang akan dilakukan, informasi mengenai obyek tersebut diolah, dianalisa,
diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk informasi spasial dan peta tematik tata ruang
dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis.
1.2. TUJUAN
Tujuan dari dilaksanakannya Kerja Praktik di Badan Informasi Geospasial (BIG) antara
lain:
a. Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia perguruan
tinggi dan dunia kerja sebagai pengguna outputnya.
b. Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami aplikasi
ilmunya di dunia industri pada umumnya serta mampu menyerap dan berasosiasi
dengan dunia kerja secara utuh.
c. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja di dunia industri,
sekaligus mampu mengadakan pendekatan masalah secara utuh yang terjadi di
dunia industri.
d. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif, serta memahami
permasalahan yang terjadi di dunia khususnya di dalam aplikasi teknologi survey
dan pemetaan.
1.3 MANFAAT
Manfaat yang didapatkan dari kerja praktik di Badan Informasi Geospatial ini antara
lain adalah:
1. Bagi mahasiswa
a. Sebagai persiapan diri untuk memahami dunia kerja.
b. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah ke dalam dunia
kerja terutama di bidang pengindraan jauh.
c. Sebagai bekal dan pengalaman bagi mahasiswa dimana kerja tim sangat diperlukan
untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi dalam bidang tersebut.
2. Bagi instansi dimana mahasiswa melakukan kerja praktik
a. Sebagai wujud peran serta Badan Informasi Geospatial untuk ikut memajukan
pendidikan nasional.
b. Dapat terjalinnya kerjasama yang baik antara instansi dan perguruan tinggi
negeri.
c. Dapat dimanfaatkan Peta Perairan Indonesia Kawasan Selat Sunda untuk
masyarakat sekitar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penginderaan jauh adalah suatu ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
obyek, daerah atau fenomena dengan jalan menganalisa data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji
(Lillesand dan Kiefer,1979). Detector yang digunakan dalam sensor penginderaan jauh adalah
detektor elektronik dengan menggunakan tenaga elektromagnetik yang luas, yaitu spektrum
gelombang. Dilihat dari sumber energinya, satelit penginderaan jauh dibagi menjadi dua, yaitu
sistem penginderaan jauh aktif dan sistem penginderaan jauh pasif.
Sistem penginderaan jauh aktif menggunakan sumber energi buatan yaitu dengan
menggunakan panjang gelombang elektromagnetik dan sensor yang digunakan adalah berupa
kamera dan sensor elektromagnetik yang bekerja pada spectrum bertenaga elektrik dalam
bentuk sinyal elektrik yang beroperasi pada spectrum dari sinar X sampai gelombang radio dan
menghasilkan foto atau citra. Contoh satelit yang menggunakan sistem ini adalah RADAR,
NOAA-AVHRR, MODIS. Sedangkan sistem penginderaan jauh pasif menggunakan sumber
energy alam (matahari) yaitu dengan menggunakan panjang gelombang elektromagnetik yang
bertenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik yang beroperasi pada spectrum yang lebih luas,
yaitu dari sinar X sampai gelombang radio dan menghasilkan foto atau citra. Contoh satelit
yang menggunakan sistem ini adalah LANDSAT, SPOT, Ikonos, Quickbird.
INTERPRETATION
RADIATION
MEDIUM (ATMOSPHER)
OBJECT OBJECT
GROUND TRUTH
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah sistem yang didesain untuk
menangkap, menyimpan, memanipulasi, menganalisa, mengatur dan menampilkan seluruh
jenis data geografis. Sistem informasi geografis juga bisa disebut sebagai kumpulan alat yang
powerful untuk mengumpulkan, menampilkan, mentransformasikan data spasial dari dunia
nyata (Burrough,1986). Dalam artian sederhana sistem informasi geografis dapat disimpulkan
sebagai gabungan kartografi, analisis statistic, dan teknologi sistem basis data. SIG tidak lepas
dari data spasial, yang merupakan sebuah data yang mengacu pada posisi, obyek dan ubungan
di antaranya dalam ruang bumi. Data spasial merupakan salah satu item dari informasi dimana
di dalamnya terdapat informasi mengenai bumi, termasuk permukaan bumi, di bawah
permukaan bumi, perairan, kelautan, dan bawah atmosfer.
SIG sangat dibutuhkan saat ini karena data spatial penanganannya sangat sulit terutama
karena peta dan data statistik cepat kadaluarsa sehingga tidak ada pelayanan penyediaan data
dan informasi yang diberikan menjadi tidak akurat. Selain itu, SIG mampu melakukan
pembagian informasi dengan visualisasi bentuk, ukuran, pola, serta dampak. Secara umum
proses SIG terdiri atas tiga bagian, yaitu masukan data (input data), manipulasi dan analisis
data, menyajikan data (output data). Data dasar yang dimasukkan dalam SIG diperoleh dari tiga
sumber, yaitu data lapangan (terestris), data peta dan data penginderaan jauh.
Dalam kaitan nama unsur rupabumi, seperti nama unsur alami, unsur buatan manusia,
ada beberapa istilah dengan pengertian yang sama yang pada kenyataannya masih tetap
digunakan, baik dalam ucapan maupun dalam tulisan. Istilah pertama adalah nama rupabumi.
Istilah ini untuk pertama kali digunakan oleh BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional) pada pembuatan peta dasar yang dikenal dengan Peta Rupabumi
Indonesia, disingkat Peta RBI. Sementara itu, peta Topografi sudah dibuat oleh Jawatan
Topografi TNI-AD untuk keperluan militer. Antara dua jenis peta yang dibuat oleh dua instansi
tersebut tentu perlu dibedakan. Usulan pemberian istilah rupabumi pertama kali diusulkan oleh
Prof. Jacub Rais. Istilah rupabumi dapat pula dijumpai pada Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 112 Tahun 2006 tentang Pembakuan Nama Rupabumi. Istilah kedua untuk nama
rupabumi adalah nama geografis (geographical names). Nama ini masih tetap digunakan oleh
sebagian masyarakat, termasuk kalangan akademik. Istilah ketiga untuk nama rupabumi adalah
toponim. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, topos artinya tempat dan onyma artinya nama
(Rais, dkk, 2008).
Dalam kazanah ilmu toponimi, nama unsur rupabumi terdiri atas dua elemen, elemen
generik dan elemen spesifik. Elemen generik adalah nama yang menerangkan dan/atau
menggambarkan bentuk umum suatu unsur rupabumi dalam bahasa Indonesia atau bahasa
daerah. Sungai, gunung, bukit, lembah, tanjung, teluk adalah contoh-contoh elemen generik
dari unsur rupabumi dalam Bahasa Indonesia. Bulu (gunung dalam Bahasa Bugis), krueng
(sungai dalam bahasa Aceh), Batang (sungai dalam bahasa Minangkabau), dolok (gunung
dalam bahasa batak) adalah contoh-contoh elemen generic dalam bahasa daerah. Semua contoh
elemen generik yang disebutkan tentunya belumlah lengkap karena elemen generik tersebut
perlu didampingi dengan elemen spesifik. Elemen spesifik disini merupakan nama diri dari
elemen generik. Elemen generik disebut juga dengan nama generik dan elemen spesifik bisa
juga disebut nama spesifik. Contoh dari elemen spesifik unsur rupabumi adalah Sungai Musi,
sungai adalah nama generik, Musi adalah nama spesifik dari sungai tersebut.
Citra digital dibentuk dari elemen-elemen gambar atau pixel (picture element) yang
menyatakan tingkat keabuan pada gambar. Sedangkan pengertian citra sendiri adalah gambaran
objek yang dibuahkan oleh pantulan atau pembiasan sinar yang difokuskan oleh sebuah lensa
atau sebuah cermin. Mutu dari sebuah citra satelit dapat dilihat secara kualitatif dan kuantitatif.
Secara kualitatif dapat diekspresikan sebagai sifat yang berkaitan dengan karakter radiometrik.
Sedankan mutu secara kuantitatif dapat diekspresikan sebagai sifat yang berkaitan dengan
karakter geometric, yaitu dapat diukur atau diamati secara dimensional. Keuntungan
menggunakan citra satelit secara umum biayanya terjangkau dan murah, tingkat akurasi proses
geometrik tidak menggunakan sistem ikat pada lapangan GCP. Hasil band dari citra satelit
sangat beragam dan bervariasi. Misalnya seperti world view 2 terdiri atas 8 band. Hal ini
memudahkan dalam pemakaian interpretasi jangka panjang, salah satunya seperti palm
counting, membedakan navigasi dan masih banyak yang lainnya. Sedangkan kekurangan
menggunakan citra satelit adalah sistem penggunaannya tergantung cuaca yang ada, misalnya
kabut, awan dan hujan. Karena sistem pengoperasian dilakukan langsung dari luar angkasa dan
proses pemotretan masih belum dapat menembus awan. Untuk daerah yang memiliki intensitas
hujan yang besar dan selalu dikelilingi kabut, susah untuk mendapatkan hasil data citra satelit
yang akurat.
(sumber: www.matafoto.co.id)
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
PERSIAPAN
PENGUMPULAN DATA
DATA
CITRA
KOREKSI GEOMETRIK
CITRA
TERKOREKSI
PEMBUATAN UNSUR
PENYAJIAN PETA
(sumber: penulis)
Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam melakukan sesuatu kegiatan. Seperti
mempersiapkan proposal, menghubungi pihak BIG. Kemudian mempersiapkan apa saja data
yang akan diperlukan seperti citra satelit resolusi tinggi. Setelah itu dilakukan proses Koreksi
Geometrik. Setelah melakukan koreksi geometric, maka akan dihasilkan citra yang sudah
terkoreksi. Setelah itu dapat dilakukan pembuatan unsur. Ketika pembuatan unsur sudah dirasa
cukup jelas dan lengkap, maka peta akan dilakukan layout-ing peta agar peta dapat disajikan.
Pelaksana kegiatan dalam Kerja Praktik ini adalah mahasiswa Jurusan Teknik
Geomatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang berjumlah dua orang, yaitu:
Demikian proposal kerja praktik ini kami susun, sebagai acuan dalam melaksanakan
Kerja Praktik dan sebagai bahan pertimbangan supaya kami dapat melaksanakan Kerja Praktik
di Badan Informasi Geospasial (BIG). Besar harapan kami untuk dapat diterima melaksanakan
kerja praktik di Badan Informasi Geospasial (BIG) demi keberhasilan kerja praktik yang akan
kami laksanakan. Perlu diketahui bahwa kami bersedia ditempatkan di unit manapun dan kami
menerima revisi judul oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Atas bantuan dan kerjasamanya
kami sampaikan terimakasih.
Irwansyah, Edy. 2013. Sistem Informasi Geografis: Prinsip Dasar Dan Pengembangan
Aplikasi. Yogyakarta: digibooks.
Asadi. (2015). "Nama Rupabumi, Toponim, Aturan dan Kenyataan". Jurnal Lingkar
Widyaiswara (garis bawah). 2 (4), 18-35.
Sukojo, Bangun Muljo. 2012. Penginderaan Jauh: Dasar Teori & Terapan. Surabaya: ITS Press.
Lampiran 1. CV
AYU KURNIA PERMATASARI
PENDIDIKAN
· TK Pertiwi Teladan Surabaya
· SD Negeri Kertajaya Surabaya
· SMP Negeri 6 Surabaya
· SMA Negeri 16 Surabaya
· Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember
PENGALAMAN ORGANISASI
· Staff Departemen Daya Cipta Kreasi Mahasiswa HIMAGE-ITS 2015/2016
· Sekretaris Departemen Daya Cipta Kreasi Mahasiswa HIMAGE-ITS 2016/2017
PENGALAMAN KEPANITIAAN
· Sie Publikasi Dokumentasi Olimpiade FTSP 2015
· Sie Publikasi Dokumentasi Makrab FTSP 2015
· Sie Publikasi Dokumentasi Rapat Kerja Nasional Ikatan Mahasiswa Geodesi Indonesia 2016
· Sie Publikasi Dokumentasi Dies Natalis Ikatan Mahasiswa Geodesi Indonesia ke 22 2016
· Sekretaris II Geoicon 2016
RIWAYAT PELATIHAN
· Pra LKMM TD FTSP ITS 2014
· Pelatihan Karya Tulis Ilmiah HIMAGE-ITS 2014
· Pelatihan SPATIAL HIMAGE-ITS 2015
· Pelatihan Program Kreatif Mahasiswa (PKM) ON FIRE 2015
· Pelatihan Open Street Map for Geomatics ITS 2015
RISMA INDRIYA LUDFI
PENDIDIKAN
· TK Aisyiyah Bustanul Athfal 13 Blimbing Malang
· SD Negeri Blimbing 3 Malang
· SMP Negeri 3 Malang
· SMA Negeri 3 Malang
· Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember
PENGALAMAN ORGANISASI
· Anggota Sekertaris Bidang 1 SMP Negeri 3 Malang
· Wakil Ketua Komisi 5 Perwakilan Mahasiswa SMA Negeri 3 Malang
· Ketua Komisi Perwakilan Mahasiswa SMA Negeri 3 Malang
· Bendahara II HIMAGE-ITS
· Bendahara I HIMAGE-ITS
· Anggota Badan Koordinasi Pemandu ITS
PENGALAMAN KEPANITIAAN
· Anggota Sekertaris Bidang 1 SMP Negeri 3 Malang
· Wakil Ketua Komisi 5 Perwakilan Mahasiswa SMA Negeri 3 Malang
· Ketua Komisi Perwakilan Mahasiswa SMA Negeri 3 Malang
· Bendahara II HIMAGE-ITS
· Bendahara I HIMAGE-ITS
· Anggota Badan Koordinasi Pemandu ITS
RIWAYAT PELATIHAN
· Pelatihan Karya Tulis Ilmiah HIMAGE-ITS 2014
· Pelatihan SPATIAL oleh GIS HIMAGE-ITS 2015
· Pra LKMM TD FTSP ITS 2014
· LKMM TD HIMAGE-ITS 2015
· PP LKMM FTSP ITS 2016
Lampiran 2. Transkrip
TRANSKRIP MATA KULIAH
Status Normal
Total Sks 96
IPK 2.96
CATATAN
1. Pengajuan Beasiswa
2. Melamar Pekerjaan
3. Persyaratan Yudisium
4. Tunjangan Gaji
5. ........................................................... (tuliskan keperluannya)
Status Normal
IP Tahap Sarjana : 3
Total Sks 96
IPK 2.99
CATATAN
1. Pengajuan Beasiswa
2. Melamar Pekerjaan
3. Persyaratan Yudisium
4. Tunjangan Gaji
5. ........................................................... (tuliskan keperluannya)