Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

MEMBACA HEADER MAUPUN INFORMASI KETIGA CITRA


(LANDSAT, ALOS AVNIR, DAN QUICK BIRD)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penginderaan Jauh

(ABKA530)

Dosen Pengampu :

Dr. Rosalina Kumalawati, M.Si.

Aswin Saputra, S.Pd., M.Sc.

Muhammad Muhaimin, S.Pd., M.Sc.

DISUSUN OLEH :

Nur Kholipah (1710115120016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Membaca Header maupun
Informasi Ketiga Citra (Landsat, Alos Avnir, Dan Quick Bird)” yang penyusun
buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Penginderaan Jauh.

Atas selesainya penyusunan makalah ini penyusun menyampaikan ucapan


terimakasih yang tidak terhingga kepada bapak dan ibu sebagai dosen pengajar
mata kuliah Penginderaan Jauh yang telah membimbing penyusun sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik, serta semua pihak yang telah membantu
dan memberikan dukungan.

Penyusun berharap makalah yang cukup sederhana ini dapat bermanfaat


dan dapat dijadikan sebagai sarana informasi yang berguna bagi para generasi
muda dalam pembelajaran Penginderaan Jauh.

Mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih banyak


kesalahan sehingga perlu ada saran yang sifatnya membangun. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai kalangan baik
pelajar maupun masyarakat.

Banjarmasin, 18 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
C. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
A. PENGINDERAAN JAUH............................................................................3
B. CITRA...........................................................................................................5
C. KONSEP PENGOLAHAN CITRA..............................................................6
D. KOREKSI CITRA........................................................................................7
BAB III..................................................................................................................10
PEMBAHASAN....................................................................................................10
A. KOREKSI RADIANCE DAN REFLECTAN..............................................10
B. OLI AND TIRS AT SENSOR SPECTRAL RADIANCE.........................10
C. OLI TOP OF ATMOSPHERE REFLECTANCE......................................11
D. LANGKAH-LANGKAH KOREKSI RADIANCE DAN REFLECTANCE
.....................................................................................................................13
E. HASIL KOREKSI RADIANCE DAN REFLECTANCE...........................17
BAB IV..................................................................................................................25
PENUTUP..............................................................................................................25
A. KESIMPULAN...........................................................................................25
B. SARAN.......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penginderaan jauh adalah : Ilmu untuk memperoleh, mengolah dan


menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi
antara gelombang elektromagnetik dengan sutau objek. (Sabins (1996)
dalam Kerle, et al. (2004)
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data
yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek,
daerah atau fenomena yang dikaji.
Data penginderaan jauh diperoleh dari suatu satelit, pesawat udara
balon udara atau wahana lainnya. Data-data tersebut berasal dari rekaman
sensor yang memiliki karakteristik berbeda-beda pada masing-masing
tingkat ketinggian yang akhirnya menentukan perbedaan dari data
penginderaan jauh yang di hasilkan. Hasil proses rekaman data
penginderaan jauh tersebut berupa :
 Data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan
menggunakan komputer.
 Data visual dibedakan lebih jauh atas data citra dan data non citra
untuk dianalisis dengan cara manual.
Konsep pengolahan citra dimulai dari langkah preprocessing citra,
yang merupakan pengolahan awal sebelum proses pengklasifikasian dan
sebelum selanjutkanya akan di interprtasi dan di olah menggunakan GIS .
Dalam kegiatan prepocessing citra, koreksi citra (geometrik dan
radiometrik) dilakukan. Data diterima oleh stasiun penerima dalam bentuk
format digital mentah. Kemudian data tersebut akan diproses untuk
pengkoreksian sistematik, geometrik dan atmosferik dan dikonversi
menjadi format standard.
Penyebab perlunya pengkoreksian adalah karena adanya awan,
debu, atau partikel- partikel lain yang berada di atmosfer akan
membiaskan pantulan gelombang ini. Atas dasar pembiasan yang terjadi,
sebelum dilakukan analisa terhadap citra diperlukan kegiatan koreksi
radiometrik.
Salah satu contoh citra adalah citra Landsat 8 Oli yang merupakan
data kontinyu diperoleh dari nilai radian dan reflektransi permukaan bumi.
Sebagai catatan untuk mendapatkan hasil yang valid pada citra tersebut
harus dilakukan pengkoreksian radiometrik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan citra ?
2. Apa saja konsep pengolahan citra ?
3. Bagaimana proses koreksi radiometrik ?

C. TUJUAN
1. Mendeskripsikan yang dimaksud dengan citra
2. Menyebutkan konsep pengolahan citra
3. Menjelaskan bagaimana proses koreksi radiometrik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGINDERAAN JAUH

Penginderaan jauh berasal dari kata Remote sensing memiliki


pengertian bahwa Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu dan seni untuk
memperoleh data dan informasi dari suatu objek dipermukaan bumi dengan
menggunakan alat yang tidak berhubungan langsung dengan objek yang
dikajinya (Lillesand dan Kiefer, 1979). Jadi penginderaan jauh merupakan
ilmu dan seni untuk mengindera/menganalisis permukaan bumi dari jarak
yang jauh, dimana perekaman dilakukan di udara atau di angkasa dengan
menggunakan alat (sensor) dan wahana.

Alat yang dimaksud adalah alat perekam yang tidak berhubungan


langsung dengan objek yang dikajinya yaitu ; alat tersebut pada waktu
perekaman tidak ada di permukaan bumi, tetapi di udara atau di angkasa.
Karena itu dalam perekaman tersebut menggunakan wahana (platform)
seperti satelit, pesawat udara, balon udara dan sebagainya. Sedangkan data
yang merupakan hasil perekaman alat (sensor) masih merupakan data
mentah yang perlu dianalisis. Untuk menjadi suatu informasi tentang
permukaan bumi yang berguna bagi berbagai kepentingan bidang ilmu yang
berkaitan perlu dianalisis dengan cara interpretasi.

Untuk memperoleh data penginderaan jauh, maka dalam perekaman


objek dipermukaan bumi diperlukan adanya wahana (Platform), tenaga
alami atau buatan, objek yang direkam, alat (sensor) dan deteksi (detektor).
Tenaga yang memancar dari matahari ke permukaan bumi (objek) akan
memantul maupun memancar kembali dan sebagian tenaga yang memantul
maupun yang memancar direkam oleh alat (sensor). Pada sensor terdapat
detektor yang ada di dalam alat yang dipasang pada wahana (seperti
pesawat, balon udara). Komponen dari sistem penginderaan jauh ditunjukan
pada gambar 2.1
Gambar 2.1. Komponen Sistem Penginderaan Jauh (Sutanto, 1986)

Perekaman objek oleh alat harus terjadi interaksi antara tenaga dan
objek yang direkam. Hasil interaksi tersebut, maka tenaga direkam oleh
suatu alat (sensor). Dan hasil rekaman alat merupakan data yang sesuai
dengan keadaan sebenarnya dari sebagian permukaan bumi yang direkam
oleh alat berupa Scanner pada saat perekaman. Pada dasarnya energi yang
masuk kepermukaan bumi tidak seluruhnya sampai, tapi hanya sebagian
kecil masuk kepermukaan bumi. Energi tersebut dihambat oleh atmosfer
melalui serapan, pantulan dan transmisi (diteruskan). Energi yang
mencapai permukaan bumi dan berinteraksi dengan objek, sehingga
sebagian energi diserap, dipantulkan dan diteruskan oleh objek. Jadi ke-3
energiyang berinteraksi tersebut merupakan energi yang sampai ke
permukaan bumi.
Gambar 2.2. Interakasi antara Sistem Elektromagnetik dan Atmosfer
(Sabin,1978 dalam Sutanto, 1986).

Interaksi energi tersebut ditunjukan pada gambar 2.2. Data hasil


perekaman belum menjadi suatu informasi yang bermanfaat, data tersebut
dapat menjadi informasi yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan
bermanfaat bila data tersebut dianalisis/diinterpretasi. Artinya keakuratan
suatu informasi tergantung pada interpreter, karena itu interpreter harus
memiliki wawasan luas mengenai sifat dan ciri-ciri objek yang ada
dipermukaan bumi, selain memahami sifat dan ciri-ciri tenaga yang
digunakan dalam perekaman.

B. CITRA
Citra merupakan gambaran visual yang direkam dari objek di
permukaan bumi. Atas dasar spektrum, sensor dan detektornya yang
berbeda, maka citra diklasifikasikan menjadi 2 yaitu ; (1) Citra Foto dan, (2)
Citra Non Foto.Citra foto dalam perekamannya didasarkan pada pantulan
tenaga dari objek dan perekamannya menggunakan sensor kamera
sedangkan detektornya adalah film dengan prosesnya bersifat kimiawi. Oleh
karena perbedaan spektrum elektromagnetik yang digunakan, maka citra
foto diklasifikasikan menjadi beberapa citra.
Penginderaan jauh dengan sistem fotografik didasarkan kepada
tenaga/sinar yang dipantulkan oleh objek. Umumnya tenaga yang digunakan
sistem ini adalah tenaga matahari, sehingga pengideraan jauh yang
menggunakan tenaga/sinar matahari (alami) disebut sistem pasif. Hasil dari
sistem ini dan sebutannya didasarkan kepada spektrum alat, detektor dan
proses yang digunakan. Atas dasar penggunaan spektrum maupun saluran,
maka hasil citra sistem fotografik diklasifikasikan menjadi foto ultraviolet,
foto ortokromatik, foto pankromatik dan foto inframerah.
Salah satu contoh citra adalah citra Landsat 8 hanya memerlukan
waktu 99 menit untuk mengorbit bumi dan melakukan liputan pada area
yang sama setiap 16 hari sekali. Resolusi temporal ini tidak berbeda dengan
landsat versi sebelumnya. Satelit Landsat 8 yang direncanakan mempunyai
durasi misi selama 5 –10 tahun ini, dilengkapi dua sensor yang merupakan
hasil pengembangan dari sensor yang terdapat pada satelit -satelit pada
Program Landsat sebelumnya. Kedua sensor tersebut yaitu Sensor
Operational Land Manager (OLI) yang terdiri dari 9 band serta Sensor
Thermal InfraRed Sensors (TIRS) yang terdiri dari 2 band.
Untuk Sensor OLI yang dibuat oleh Ball Aerospace, terdapat 2 band
yang baru terdapat pada satelit Program Landsat yaitu Deep Blue
Coastal/Aerosol Band (0.433 –0.453 mikrometer) untuk deteksi wilayah
pesisir serta Shortwave-InfraRed Cirrus Band (1.360 –1.390 mikrometer)
untuk deteksi awan cirrus. Sedangkan sisa 7 band lainnya merupakan band
yang sebelumnya juga telah terdapat pada sensor satelit Landsat generasi
sebelumnya. (Sari, Taufik and Jaelani, 2015)

C. KONSEP PENGOLAHAN CITRA


Konsep Pengolahan Citra secara umum pengolahan citra terbagi
kedalam : (Rahman, 2018)
1. Preprocessing citra, merupakan pengolahan awal sebelum proses
pengklasifikasian. Dalam kegiatan ini, koreksi citra (geometrik dan
radiometrik) dilakukan.
2. Display dan Enhancement/Penajaman :
Diplay (B/W dan Color Composite, Contrast Enhancement
(Stretching), Spatial Enhancement (Filtering).

3. Classification/Klasifikasi :
Klasifikasi citra, merupakan tahap intrepretasi informasi pada citra
yang dibuat berdasarkan klas katagori tertentu.
Metoda klasifikasi secara umum terbagi menjadi dua:
o Klasifikasi tidak terbimbing (un-supervised classification),
merupakan metoda klasifikasi yang memberikan keleluasaan bagi
computer untuk mengklasifikasikan citra secara mandiri.
o Klasifikasi terbimbing (supervised classification), merupakan
metoda klasifikasi yang memberikan bimbingan kepada komputer
dalam proses klasifikasinya.
4. Integration ke GIS:
Generalisasi, Konversi Raster ke Vektor dan Konversi Vektor ke
Raster.

D. KOREKSI CITRA
Prosedur standar sebelum memanfaatkan citra satelit adalah
melakukan koreksi radiometrik untuk ekstraksi informasi. Koreksi
radiometrik dilakukan karena hasil rekaman satelit mengalami kesalahan
yang disebabkan oleh gangguan atmosfer. Gangguan atmosfer
menyebabkan nilai pantulan yang diterima oleh sensor mengalami
penyimpangan. Besarnya penyimpangan dipengaruhi oleh besar kecilnya
gangguan atmosfer pada waktu perekaman. Koreksi radiometrik
dimaksudkan untuk menyusun kembali nilai pantulan yang direkam oleh
sensor mendekati atau mempunyai pola seperti pantulan obyek yang
sebenarnya sesuai dengan panjang gelombang perekamannya (Parman,
2010: 31).
Pada tahap Prepocessing citra, koreksi citra (geometrik dan
radiometrik) dilakukan, sebagai berikut :
1. Transformasi geometri yang paling mendasar dalam Arnanto (2013:
158) adalah penempatan kembali posisi piksel sedemikian rupa,
sehingga pada citra digital yang tertransformasi dapat dilihat gambaran
obyek di permukaan bumi yang terekamsensor. Pengubahan bentuk
kerangka liputan dari bujur sangkar menjadi jajaran genjang
merupakan hasil dari transformasi ini. Tahap ini diterapkan pada citra
digital mentah (langsung hasil perekaman satelit), dan merupakan
koreksi kesalahan geometrik sistematik. Koreksi geometrik pada citra
Landsat merupakan upaya memperbaiki kesalahan perekaman secara
geometrik agar citra yang dihasilkan mempunyai sistem koordinat dan
skala yang seragam, dan dilakukan dengan cara translasi, rotasi, atau
pergeseran skala. Sebagai titik kontrol medan (koordinat acuan) untuk
koreksi geometrik digunakan peta rupa bumi skala 1:25.000. Titik-titik
kontrol medan ditentukan dengan cara membandingkan antara
kenampakan obyek pada peta dan citra satelit. Jumlah titik kontrol
medan yang digunakan untuk koreksi geometrik sebanyak 10 titik,
yang menyebar di daerah penelitian. Teknik transformasi koordinat
yang digunakan menggunakan teknik transformasi affine orde1, sedang
untuk resampling dilakukan dengan teknik nearest neighbour (Parman,
2010: 31).
2. Koreksi radiometrik ditujukan untuk memperbaiki nilai piksel agar
sesuai dengan yang seharusnya yang biasanya mempertimbangkan
faktor gangguan atmosfer sebagai sumber kesalahan utama (Soenarmo,
2009), dan juga untuk menghilangkan atau meminimalisir kesalahan
radiometrik akibat aspek eksternal berupa gangguan atmosfer pada saat
proses perekaman. Biasanya gangguan atmosfer ini dapat berupa
serapan, hamburan, dan pantulan yang menyebabkan nilai piksel pada
citra hasil perekaman tidak sesuai dengan nilai piksel obyek
sebenarnya di lapangan. Kesalahan radiometrik pada citra dapat
menyebabkan kesalahan interpretasi terutama jika interpretasi
dilakukan secara digital yang mendasarkan pada nilai piksel. Koreksi
radiometrik ini sangat penting untuk dilakukan agar hasil yang
diperoleh sesuai dengan yang diinginkan (Chander, et al., 2007).
Tahap koreksi radiometrik : (Lathifah, 1994)

Produk standar Landsat 8 yang di download dari USGS


(http://glovis.usgs.gov/), merupakan produk citra dengan format .TIFF yang
telah di konversi atau di skalakan dalam bentuk Digital Number (DN, atau
nilai piksel). Nilai piksel dengan format 16-bit unsigned integer dapat di
konversikan kembali dalam bentuk energi yang diterima oleh sensor (bentuk
energi sebelum di ubah menjadi nilai piksel).
Produk Landsat 8 dapat di koreksi menjadi Top Of Atmosphere (TOA)
reflectance atau radiance dengan rescalling nilai piksel ke dalam nilai
satuan energi radiasi yang diterima oleh sensor. Nilai yang digunakan
terdapat pada metadata citra yang di download (file .MTL). dapat di
katakan, untuk melakukan koreksi radiometrik pada Landsat 8, harus
membaca metadata dari citra yang akan di koreksi.
Mengacu Reeves, et al. (1975), nilai
radian spektral didefinisikan sebagai
fluks radian per unit pada sudut tertentu
yang di radiasikan oleh suatu objek ke
arah tertentu. Secara lebih jelas dapat
dijelaskan pada gambar (2).

Berikut adalah tahapan perekaman dari energi


dari bumi hingga terekam pada sensor.

Sedangkan nilai reflektan merupakan rasio


energi yang dipantulkan dengan total energi
yang mengenai suatu permukaan per unit
area (Reeves, et al., 1975). Ekspresi lain yang mendekati maksud ini agar mudah di
mengerti adalah albedo. Jadi, nilai keduanya merupakan dua jenis terminologi
yang berbeda. Seringkali, dalam proses pengolahan citra digital seperti indeks,
transformasi, dan lain lain; menggunakan nilai reflektan.. Pada Landsat 8 ini,
koreksi keduanya dipisahkan secara persamaan. Ini mengacu pada penelitian
Flynn, et al. (2001) yang menjelaskan tentang saturasi sensor, atau kemampuan
maksimal sensor mendeteksi suhu. ini mengacu pada hukum Wien. Flynn, et al.
(2001) menganalisis gunungapi Etna dengan Landsat ETM+, yang menunjukkan
bahwa lava dengan suhu yang
tinggi dapat di deteksi
menggunakan band 4 yang
peka terhadap suhu 595 – 926
derajat Celsius, sedangkan
pada band 6 termal, hanya
peka pada suhu -33 sampai 51 derajat Celsius. Itulah yang menyebabkan pada
energi radian spektral memiliki satuan W/(m2 .sr.μm), dan reflektan tanpa satuan.
Serta perbedaan penggunaan kedua jenis koreksi untuk aplikasinya.
BAB III

PEMBAHASAN

A. HEADER MAUPUN INFORMASI KETIGA CITRA

B. TAMPILAN MASING-MASING SALURAN DARI SALAH SATU


CITRA DALAM BENTUK GRAYSCALE

C. STATISTIK CITRA DARI TAMPILAHN INFORMASI


1. STATISTIK DESKRIPTIF CITRA
2. KORELASI ANTAR SALURAN DI CITRA

D. TAMPILAN HISTOGRAM CITRA UNTUK SALURAN,


INTERPRTASI BENTUK HISTROGRAM BESERTA
PENJELASAN PENGARUH DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI
PIXEL PADA CITRA

E. PENEJELASAN CITRA MEMILIKI PUNCAK HISTOGRAM


LEBIH DARI SATU (MULTI-MODAL)

F. HISTOGRAM STRCHING DAN FUNGSINYA

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Citra merupakan gambaran visual yang direkam dari objek di
permukaan bumi. Atas dasar spektrum, sensor dan detektornya yang
berbeda, maka citra diklasifikasikan menjadi 2 yaitu ; (1) Citra Foto dan,
(2) Citra Non Foto.Citra foto dalam perekamannya didasarkan pada
pantulan tenaga dari objek dan perekamannya menggunakan sensor
kamera sedangkan detektornya adalah film dengan prosesnya bersifat
kimiawi. Oleh karena perbedaan spektrum elektromagnetik yang
digunakan, maka citra foto diklasifikasikan menjadi beberapa citra.

Konsep pengolahannya melalui tahap prepocessing data,


penajaman, klasifikasi dan intergrasi dalam GIS. Pada tahap preprocessing
data adalah tahap koreksi geomtrik dan radiometrik.

Proses koreksi radiometrik dengan menggunakan sowftware envi


classic 32 bit dimulai dari membuat layer stacking 11 band yang kemudian
dilanjutkan dengan koreksi radian dan koreksi reflekstan dan diakhiri
dengan dengan memasukkan rumus pada tabel sun elevation yang telah
dikonversi ke sin sun elevation yang menghasilkan TOA.

B. SARAN

Saran untuk mahasiswa yang selanjutnya akan melakukan


praktikum ini agar melakukannya dengan hati-hati dan teliti karena ketika
salah memasukkan rumus maka akan terjadi eror, selain itu jika sudah
memberi nama file melalui sofware envi jangan dirubah karena citra tidak
bisa dibuka oleh karena itu harus benar-benar fokus dan teliti ketika
mengerjakan. Semoga ilmu yang telah diajarkan dan praktikum yang telah
dilakukan dengan baik dan sesuai arahan dapat menjadi ilmu yang
bermanfaat dikemudian hari dan apat dikembangkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Chander, G., Markham, L. B. L. & Barsi, J. A. 2007. Revised Landsat-5 Thematic


Mapper Radiometric Calibration. IEEE Geoscience and Remote Sensing
Letters, 4(3), pp. 490-494.
Lathifah, A. N. (1994) ‘LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH
ACARA’, (15405241014).
Lillesand,Kiefer.1979. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra..Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
RAHMAN, A. (2018) ‘Pengolahan citra digital dan aplikasinya (bekerja dengan
envi 4.5)’, (April).

Reaves PM., Etgen WM, James RE, 1987. Dairy Cattle and Feeding
Management. Canada: John Wiley Sons..
Sari, V. D., Taufik, M. and Jaelani, L. M. . 2015. ‘Perbandingan Pengaruh
Koreksi Radiometrik Citra Landsat 8 Terhadap Indeks Vegetasi Pada
Tanaman Padi’, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana
Wilayah (ATPW), (November), pp. 13–20. doi:
10.13140/RG.2.1.2774.7280.

Survey, D. of the I. U. S. G. .2016 .‘Lansat 8 Data Users Handbook’, 8.

Sutanto. 1986. Pengideraan Jauh Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai