BAB 7
KETENTUAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-
unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai rencana rinci
tata ruang. Oleh karena itu, untuk dapat menyusun peraturan zonasi perlu ditetapkan
Rencana Rinci Tata Ruang yang merupakan penjabaran dari Rencana Umum Tata
Ruang ini. Rencana Rinci Tata Ruang yang merupakan perangkat operasional
Rencana Umum Tata Ruang perlu dilakukan penyusunannya untuk kawasan-kawasan
strategis yang telah ditetapkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito
Kuala.
Peraturan zonasi ini berisi ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan
pada setiap zona pemanfaatan ruang adalah dapat dilihat pada Tabel 7.1 berikut:
7-1
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR
7-2
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR
7-3
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR
7-4
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR
7-5
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR
7-6
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR
7-7
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR
7-8
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR
7-9
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR
7-10
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR
7-11
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR
7-12
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR
7-13
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011 – 2031 LAPORAN AKHIR
7-14
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR
Jenis perizinan yang harus dimiliki untuk suatu kegiatan dan pembangunan diatur dan
ditetapkan oleh Peraturan Daerah (PERDA). Selain itu, Peraturan Daerah itu juga
mengatur persyaratan dan ketentuan khusus yang harus dimiliki oleh pemohon izin
untuk setiap jenis kegiatan atau pembangunan.
Izin pemanfaatan ruang telah dikeluarkan dan atau diperoleh, dapat dibatalkan apabila:
7-15
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR
Ketentuan umum mengenai perizinan dibahas secara rinci yang meliputi beberapa hal
sebagai berikut:
2) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan
masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7-16
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR
4) Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi
kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan
oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
6) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan
rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak.
8) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan Izin dan tata cara
penggantian yang layak diatur dengan peraturan pemerintah.
B. Jenis-jenis Perizinan
7-17
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR
b) Izin Tetap : merupakan persetujuan akhir setelah izin lokasi diperoleh. Izin
lokasi menjadi persyaratan sebelum memberikan persetujuan final tentang
pengembangan kegiatan tersebut.
3) Izin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk
memperoleh tanah/pemindahan hak atas tanah menggunakan tanah yang
diperlukan dalam rangka penanaman modal.
7-18
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR
b) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) : setiap aktivitas budidaya rinci yang bersifat
binaan (bangunan) perlu memperoleh IMB jika akan dibangun. Perhatian
utama diarahkan pada kelayakan struktur bangunan melalui penelaahan
rancangan rekayasa bangunan. Rencana tapak disetiap blok peruntuan
(terutama bangunan berskala besar) atau rancangan arsitektur disetiap persil.
Persyaratan teknis lainnya seperti lingkungan sekitar misalnya garis sempadan
(jalan dan bangunan) KDB, KLB, KDH.
c) Izin Tempat Usaha (ITU) yang diterbitkan Dinas Perizinan Kabupaten. Izin ini
diperlukan untuk bangunan yang telah memiliki IMB yang digunakan untuk
usaha baik sebagian maupun seluruhnya.
b) Persetujuan RKL dan RPL : persetujuan RKL dan RPL untuk kawasan yang
sifat kegiatannya rinci yang berada di dalamnya secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama berdampak penting terhadap lingkungan hidup. Persetujuan
RKL dan RPL untuk kawasan terpadu diterbitkan oleh Menteri Lingkungan
Hidup. Sedangkan RKL dan RPL yang tergantung pada karakteristik kawasan
diterbitkan oleh Bupati melalui Komisi AMDAL terkait.
7) Izin Operasional seperti surat izin operasional pada perdagangan pada Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perdagangan (TDP), surat izin
operasional kesehatan, surat izin operasional pendidikan. Izin operasional ini
biasanya diterbitkan oleh oleh Walikota atau Bupati melalui Instansi atau SKPD
yang mempunyai kewenangan bidang tersebut seperti SIUP, TDP di Dinas
7-19
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR
Selain dasar pertimbangan di atas, juga perlu diketahui prosedur pengenaan insentif
dan disinsentif, antara lain :
7-20
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR
Tidak semua kegiatan pengembangan suatu kawasan atau wilayah diberikan insentif
atau disinsentif, hal ini perlu diberikan kriteria pengenaan insentif dan disinsentif,
antara lain sebagai berikut:
1. Insentif
a. Mendorong/merangsang pembangunan yang sejalan dengan rencana tata ruang;
b. Mendorong pembangunan yang memberikan manfaat yang besar kepada
masyarakat;
c. Mendorong partisipasi masyarakat dan pengembang dalam pelaksanaan
pembangunan
2. Disinsentif:
a. Menghambat/membatasi pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang;
b. Menimbulkan dampak yang cukup besar bagi masyarakat disekitarnya.
1) keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan
urun saham;
2) pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
3) kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
4) pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah.
1) Perpanjang prosedur;
7-21
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR
2) Perketat/tambah syarat;
3) Pajak tinggi;
4) Retribusi tinggi;
5) Denda / charge;
6) Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.
Jenis pelanggaran yang dapat dilakukan oleh instansi/ aparat pemerintah adalah
penertiban izin yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan atau tidak sesuai
dengan prosedur administrasi yang telah ditetapkan. Pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan Rencana Tata Ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang
tidak memiliki izin dikenai sanksi oleh Pemerintah Kabupaten Barito Kuala. Pengenaan
sanksi dapat berupa:
a. Sanksi administrasi;
b. Sanksi perdata, dan atau
c. Sanksi pidana.
7-22
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR
f. Pembatalan izin;
g. Pembongkaran bangunan;
h. Pemulihan fungsi ruang; dan atau
i. Denda administratif
Sementara sanksi pidana penjara dan atau sanksi pidana denda dapat dikenakan
setelah melalui proses penyidikan, penuntutan serta penetapan sanksi melalui proses
hukum. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 telah mengatur ketentuan pidana tentang
pelanggaran tata ruang. Selain itu, Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah telah mengatur bentuk sanksi pidana penjara dan sanksi pidana
denda dalam pasal 143 sebagai berikut:
Ketentuan lebih lanjut tentang bentuk dan tata cara pemberian sanksi perlu diatur
dengan Peraturan Daerah.
7-23
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR
b. Evaluasi, dan;
c. Pelaporan.
Kegiatan tersebut dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, sesuai dengan
kewenangannya dengan melibatkan peran serta masyarakat. Tindakan pemantauan,
evaluasi dan pelaporan merupakan kegiatan mengamati dengan cermat, menilai
tingkat pencapaian rencana secara objektif dan memberikan informasi hasil evaluasi
secara terbuka.
Informasi hasil evaluasi tersebut dapat terbukti terjadi penyimpangan, maka dapat
menjadi dasar dalam memberikan disinsentif, sanksi, maupun pemprosesan lebih
lanjut secara hukum. Untuk dapat dilakukan pemrosesan secara hukum, Undang-
Undang No. 26 Tahun 2007 telah mengatur adanya Petugas Penyidik selain pejabat
penyidik dari Kepolisian Republik Indonesia, yaitu pegawai negeri sipil tertentu di
lingkungan instansi pemerintahan yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
bidang penataan ruang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk membantu
pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
7-24
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR
Keberhasilan dari kegiatan pengawasan penataan ruang tidak terlepas dari peran serta
masyarakat dalam memberikan informasi ataupun laporan terhadap penyelenggaraan
penataan ruang. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang
telah dijamin dalam Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
dengan mengatur hak, kewajiban dan peran masyarakat
7-25