Anda di halaman 1dari 25

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031


LAPORAN AKHIR

BAB 7
KETENTUAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG

Berdasarkan Undang-Undang No.26 tahun 2007, pengendalian pemanfaatan ruang


adalah merupakan upaya untuk mewujuudkan tertib tata ruang yang dilakukan melalui
penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberi insentif dan disinsentif serta
pengenaan sanksi. Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala, substansi tentang pengendalian tata ruang memuat:

a. Ketentuan Umum Peraturan zonasi;


b. Ketentuan Perizinan;
c. Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif, dan;
d. Arahan Sanksi.

7.1 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-
unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai rencana rinci
tata ruang. Oleh karena itu, untuk dapat menyusun peraturan zonasi perlu ditetapkan
Rencana Rinci Tata Ruang yang merupakan penjabaran dari Rencana Umum Tata
Ruang ini. Rencana Rinci Tata Ruang yang merupakan perangkat operasional
Rencana Umum Tata Ruang perlu dilakukan penyusunannya untuk kawasan-kawasan
strategis yang telah ditetapkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito
Kuala.

Peraturan zonasi ini berisi ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan
pada setiap zona pemanfaatan ruang adalah dapat dilihat pada Tabel 7.1 berikut:

7-1
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR

Ketentuan Peraturan Zonasi Wilayah Kabupaten Barito Kuala

Kegiatan Pemanfaatan Ruang Tingkat Intensitas


Kegiatan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
No Komponen Rencana Yang Diperbolehkan Kegiatan
Yang Diperbolehkan Yang Tidak Diperbolehkan
Bersyarat/Terbatas Pemanfaatan Ruang
II Ketentuan Pola Ruang
A Kawasan Lindung
a. Kawasan Suaka Kawasan lindung dengan fungsi Pelarangan terhadap kegiatan Pembatasan pemanfaatan ruang
Alam, Pelestarian sebagai Suaka Margasatwa, selain dari penelitian, hanya untuk penelitian,
Alam, dan Cagar Taman Wisata Alam, dan pendidikan, dan wisata alam. pendidikan, dan wisata alam
Budaya Kawasan Pantai Berhutan Pelarangan pendirian Pembatasan pendirian
Bakau bangunan yang bukan untuk bangunan , yaitu hanya untuk
menunjang kegiatan menunjang kegiatan penelitian,
penelitian, pendidikan, dan pendidikan, dan wisata alam
wisata alam
b. Kawasan Lindung Kawasan lindung dengan fungsi Pelarangan terhadap kegiatan Pembatasan pemanfaatan
sebagai perlindungan sistem yang berpotensi mengurangi ruang, yaitu hanya untuk wisata
penyangga kehidupan untuk luas kawasan hutan dan alam dengan tanpa mengubah
mengatur tata air dan tutupan vegetasi bentang alam
memelihara kesuburan tanah. Pembatasan pemanfaatan ruang
Fungsi lindung ikutan: untuk kegiatan budidaya, yaitu
Terdapat hutan bakau hanya didijinkan bagi penduduk
(Mangrove), Sempadan Pantai asli dengan luasan tetap, tidak
mengurangi fungsi lindung
kawasan, dan di bawah
pengawasan ketat
c. Sempadan Pantai Pemanfaatan ruang sempadan Pelarangan terhadap kegiatan Pembatasan pendirian Lebar sempadan
pantai untuk ruang terbuka hijau yang mengubah bentuk dan bangunan, yaitu hanya pantai yang
Pengembangan struktur alami fungsi sebagai cagar budaya bangunan yang menunjang proporsional dengan
dan struktur buatan untuk Pelarangan terhadap semua kegiatan rekreasi pantai bentuk dan kondisi fisik
mencegah abrasi kegiatan yang dapat Pemanfaatan ruang untuk pantai, minimal 100
Penetapan lebar sempadan menurunkan luas, nilai kegiatan yang mampu meter dari titik pasang
pantai sesuai dengan ketentuan ekologis, dan estetika melindungi atau memperkuat tertinggi kearah darat
peraturan perundang-undangan kawasan perlindungan sempadan pantai
Pelarangan pendirian dari abrasi dan ilfitrasi air laut ke
bangunan yang bukan untuk dalam tanah
menunjang kegiatan rekreasi
pantai

7-2
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR

Lanjutan Lampiran VII


Kegiatan Pemanfaatan Ruang Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
No Komponen Rencana Yang Diperbolehkan Kegiatan
Yang Diperbolehkan Yang Tidak Diperbolehkan
Bersyarat/Terbatas Pemanfaatan Ruang
d. Sempadan Sungai Pemanfaatan ruang sempadan Pelarangan pendirian Pembatasan pendirian Lebar sempadan
sungai untuk ruang terbuka hijau bangunan selain untuk bangunan, yaitu hanya untuk sungai bertanggul
Pengembangan struktur alami pengelolaan badan air dan/ pengelolaan badan air dan/ atau adalah 5 meter dari
dan struktur buatan untuk atau pemanfaatan air sungai pemanfaatan air kaki tanggul
mencegah abrasi dan/ atau Pelarangan pembuangan Bila sempadan sungai juga sebelah luar
mempertahankan bentuk badan limbah industri ke sungai berfungsi sebagai taman Lebar sempadan
sungai dan aliran sungai Pencegahan dilakukan rekreasi, maka dapat didirikan sungai besar tidak
Penetapan lebar sempadan kegiatan budidaya di bangunan yang terbatas untuk bertanggul di luar
sungai sesuai dengan ketentuan sepanjang sungai yang dapat menunjang fungsi rekreasi permukiman
peraturan perundang-undangan mengganggu atau merusak Pengendalian terhadap kegiatan minimal 100 meter
Penanaman pohon galam kualitas air sungai yang telah ada di sepanjang dari tepi sungai
sebagai vegetasi sungai agar tidak berkembang Lebar sempadan
pelindungdisepanjang lebih jauh anak sungai tidak
sempadan sungai. bertanggul di luar
permukiman
minimal 100 meter
dari tepi sungai
Lebar sempadan
sungai di kawasan
permukiman antara
10-15 meter yang
diperkirakan cukup
untuk jalan inspeksi

7-3
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR

Lanjutan Lampiran VII


Kegiatan Pemanfaatan Ruang Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
No Komponen Rencana Yang Diperbolehkan Kegiatan
Yang Diperbolehkan Yang Tidak Diperbolehkan
Bersyarat/Terbatas Pemanfaatan Ruang
e. Ruang Terbuka Pemanfaatan ruang tebuka hijau Pelarangan pendirian Pembatasan pendirian Berbentuk satu
Hijau dalam kawasan perkotaan untuk bangunan yang bukan untuk bangunan, yaitu hanya terbatas hamparan,
kegiatan rekreasi, estetika/ menunjang kegiatan rekreasi untuk bangunan penunjang berbentuk jalur,
landscape kawasan, dan dan fasilitas umum lainnya kegiatan rekreasi dan fasilitas atau kombinasi
perbaikan ilkim mikro yang diperbolehkan umum lainnya hamparan dan jalur
(kesejukan) Luas total ruang
terbuka hijau kota
minimal 30 % dari
luas kawasan
perkotaan
B Kawasan Budidaya
a. Kawasan Hutan Kawasan hutan dengan fungsi Pelarangan pendirian Pembatasan pemanfaatan hasil
Produksi hutan produksi (HP) bangunan yang bukan untuk hutan untuk menjaga kestabilan
Pengambil hasil hutan bukan menunjang kegiatan neraca sumber daya kehutanan
kayu secara selektif, pemanfaatan hasil hutan Pendirian bangunan dibatasi
pemanfaatan jasa lingkungan hanya untuk menunjang
(penelitian, pendidikan, wisata) kegiatan pemanfaatan hasil
hutan
b. Kawasan Kawasan pertanian berupa Pelarangan terhadap kegiatan Pembatasan pengembangan
Perkebunan Besar perkebunan yang dikelola badan yang dapat menurunkan kegiatan budidaya lain, yaitu
usaha dengan tanaman sejenis kualitas lingkungan, seperti hanya untuk permukiman,
dan/ atau tidak sejenis, serta pembuangan limbah tanpa fasilitas, dan prasarana yang
didukung oleh: melalui pengolahan terlebih menunjang kegiatan perkebunan
Prasarana pendukung kegiatan dahulu dan kehidupan pekerja dalam
usaha Pelarangan alih fungsi menjadi kawasan perkebunan besar
Permukiman pekerja kawasan budidaya non- Pembatasan alih fungsi lahan
perkebunan pertanian atau terbangun yang hanya untuk kegiatan, fasilitas,
Bangunan yang menunjang tidak berhubungan dengan dan prasarana tersebut di atas
kegiatan usaha (pabrik, gudang, kegiatan perkebunan
dsb)
Badan usaha diwajibkan untuk
menyediakan area perlindungan
setempat berupa hutan galam

7-4
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR

Lanjutan Lampiran VII


Kegiatan Pemanfaatan Ruang Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
No Komponen Rencana Yang Diperbolehkan Kegiatan
Yang Diperbolehkan Yang Tidak Diperbolehkan
Bersyarat/Terbatas Pemanfaatan Ruang
c. Kawasan Kawasan pertanian berupa Pelarangan terhadap kegiatan Pembatasan pengembangan
Perkebunan Rakyat perkebunan rakyat (baik berdiri yang dapat menurunkan kegiatan budidaya lain, yaitu
sendiri atau pun sebagai kualitas lingkungan, seperti hanya untuk permukiman,
plasma) dengan tanaman pembuangan limbah tanpa fasilitas, dan prasarana yang
sejenis atau campuran melalui pengolahan terlebih menunjang kehidupan
Kegiatan pertanian lainnya dahulu masyarakat petani
selain perkebunan dapat berada Pembatasan alih fungsi lahan
di dalam kawasan perkebunan hanya untuk kegiatan, fasilitas,
rakyat, yang sifatnya saling dan prasarana yang menunjang
mendukung dengan kegiatan kehidupan masyarakat
perkebunan rakyat
d. Kawasan Pertanian Kawasan pertanian tanaman Pelarangan alih fungsi lahan Pembatasan pengembangan
Tanaman holtikultura (tegalan, ladang, dan menjadi lahan budidaya non kegiatan budidaya lain, yaitu
Holtikultura kebun campuran) pertanian kecuali terbatas hanya untuk permukiman
Kegiatan pertanian tanaman untuk pembangunan sistem perdesaan, fasilitas, dan
holtikultura, sesuai dengan jaringan prasarana utama, dan prasarana yang menunjang
potensi lahannya fasilitas pendukung pertanian kehidupan masyarakat petani
yang mempengaruhi Pembatasan alih fungsi lahan
peningkatan produktivitas dan hanya untuk kegiatan, fasilitas,
pengolahan hasil panen dan prasarana yang menunjang
kehidupan masyarakat
e. Kawasan Pertanian Kegiatan pertanian lahan basah Pelarangan terhadap Pembatasan pengembangan
Tanaman Pangan untuk tanaman pangan (sawah) pengurangan luas lahan kegiatan budidaya lain, yaitu
dan/ atau perikanan tambak di pertanian lahan basah pada hanya untuk permukiman
dekat pesisir kawasan pertanian perdesaan, fasilitas, dan
Pemanfaatan ruang untuk berkelanjutan prasarana yang menunjang
kawasan pemijahan dan/atau kehidupan masyarakat petani
kawasan sabuk hijau Pembatasan alih fungsi lahan
Pemanfaatan pohon galam hanya untuk kegiatan, fasilitas,
untuk perlindungan dan reservoir dan prasarana yang menunjang
air di areal pertanian. kehidupan masyarakat

7-5
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR

Lanjutan Lampiran VII


Kegiatan Pemanfaatan Ruang Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
No Komponen Rencana Yang Diperbolehkan Kegiatan
Yang Diperbolehkan Yang Tidak Diperbolehkan
Bersyarat/Terbatas Pemanfaatan Ruang
f. Kawasan Pemanfaatan ruang untuk Pelarangan terhadap kegiatan Pemanfaatan ruang untuk
peruntukan kawasan penghijauan atau yang dapat merusak sumber permukiman petani atau nelayan
perikanan kawasan sabuk hijau daya air dan perikanan dengan kepadatan rendah
Pemanfaatan sumber daya
perikanan agar tidak melebihi
potensi lestari
g. Kawasan Kegiatan perkotaan berskala Pelarangan terhadap kegiatan Pembatasan terhadap kegiatan Intensitas
Permukiman regional, didukung fasilitas dan yang tidak sesuai dan/ atau budidaya bukan perkotaan pemanfaatan ruang
Perkotaan prasarana yang sesuai dengan dapat menurunkan kualitas (seperti pertanian dsb) yang rendah hingga
skala pelayanan regional lingkungan perkotaan dapat mengurangi fungsi sedang, dan mulai
Pengembangan kawasan ruang Pemanfaatan bangunan sebagai kawasan perkotaan dikembangkan
terbuka hijau (RTH) minimal 30 dengan KDB > dari 60 % bangunan vertikal/
% dari luas kawasan perkotaan bertingkat
h. Kawasan Industri Kegiatan industri dan pelabuhan Pengawasan terhadap bentuk Pembatasan terhadap kegiatan Intensitas
dan Pelabuhan terpadu, yang saling mendukung kegiatan yang dapat yang dapat berdampak pada pemanfaatan ruang
Terpadu (KIPT) diantara keduanya, yang terletak memberikan dampak merusak/ kualitas lingkungan kawasan rendah hingga
dalam suatu kawasan menurunkan kualitas sebagai kawasan industry dan sedang
Penataan peruntukan dalam lingkungan, terutama yang pelabuhan terpadu
kawasan menurut jenis industri, berkaitan dengan limbah
pelabuhan umum, dan industri.Prinsip bahwa limbah
pelabuhan khusus industri harus diolah sesuai
Dukungan infastruktur/ dengan standar pengolah
prasarana lainnya; energi, limbah industri yang
telekomunikasi, pengolahan ditetapkan dalam peraturan
limbah, dan sebagainya perundang-undangan
Diwajibkan membuat kajian
AMDAL

7-6
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR

Lanjutan Lampiran VII


Kegiatan Pemanfaatan Ruang Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
No Komponen Rencana Yang Diperbolehkan Kegiatan
Yang Diperbolehkan Yang Tidak Diperbolehkan
Bersyarat/Terbatas Pemanfaatan Ruang
i. pertambangan pemanfaatan ruang untuk lahan pelarangan bentuk kegiatan Pemanfaatan ruang untuk
bekas tambang yang merupakan penambangan diatas kawasan pengembangan kawasan
lahan marginal untuk komoditas lindung dan budidaya sawah pertambangan dilakukan dengan
lahan dan memiliki nilai ekonomi yang tidak boleh alih fungsi mempertimbangkan potensi
lahan dengan tanpa bahan galian, kondisi geologi
melakukan kajian AMDAL, dan geohidrologi.
kelayakan secara lingkungan, Pengelolaan kawasan bekas
sosial, fisik dan ekonomi. penambangan harus
direhabilitasi sehingga menjadi
lahan yang dapat digunakan
sebagai kawasan hijau
Kawasan yang teridentifikasi
pertambangan minyak dan gas,
sementara pada bagian atas
kawasan penambangan meliputi
kawasan lindung dan budidaya
sawah yang tidak boleh alih
fungsi, maka eksplorasi dan/atau
eksploitasi harus disertai AMDAL
j.Kawasan Wisata Kegiatan wisata yang Pelarangan bentuk kegiatan Pembatasan kegiatan dan Intensitas
memanfaatkan potensi alam dan dan bangunan yang pendirian bangunan hanya untuk pemanfaatan ruang
budaya masyarakat, sesuai mengganggu fungsi sebagai yang menunjang kegiatan wisata rendah
dengan potensi alam dan kawasan wisata pada lokasi pada lokasi yang bersangkutan
budaya masyarakat, sesuai yang bersangkutan
dengan daya dukung dan daya
tamping lingkungan
Pemeliharaan dan apresiasi
terhadap bangunan/ situs
peninggalan kebudayaan masa
lampau

7-7
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR

Lanjutan Lampiran VII


Kegiatan Pemanfaatan Ruang Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
No Komponen Rencana Yang Diperbolehkan Kegiatan
Yang Diperbolehkan Yang Tidak Diperbolehkan
Bersyarat/Terbatas Pemanfaatan Ruang
k. Kawasan Kawasan Perkantoran Pelarangan terhadap kegiatan Pembatasan terhadap kegiatan Pemanfaatan ruang
Perkantoran Pemerintah dengan kegiatan komersial skala besar yang di sekitarnya yang tidak selaras setelah melalui
pelayanan jasa bagi masyarakat dapat mengangu aktifitas dengan kegiatan jasa prosedur teknis dan
Kabupaten kegiatan jasa pelayanan pemerintahan legal/ administratif
Kawasan Perkantoran perkatoran pemerintahan. Pembatasan terhadap kawasan sesuai peraturan
Perkantoran menyediakan area Pelarangan pengembangan ini tidak diperkenankan adanya yang berlaku
untuk menampung tenaga kerja pada kawasan pemukiman kegiatan industry menengah Pemanfaatan ruang
secara terbatas, penggunaan terkecuali pada pusat hingga besar setelah melalui
kegiatan ritel hanya sebagai pemukiman itu sendiri, prosedur teknis dan
penunjang dan diijinkan legal/ administratif
pembangunan hunian dengan sesuai peraturan
intensitas sedang sampai tinggi; yang berlaku
Zona ini dimaksudkan untuk
diaplikasikan pada pusat-pusat
kegiatan yang besar atau pada
kawasan-kawasan khusus
dimana kegiatan-kegiatan
komersial serba ada tidak
dikehendaki

7-8
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR

Lanjutan Lampiran VII


Kegiatan Pemanfaatan Ruang Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
No Komponen Rencana Yang Diperbolehkan Kegiatan
Yang Diperbolehkan Yang Tidak Diperbolehkan
Bersyarat/Terbatas Pemanfaatan Ruang
l.Perdagangan Kegiatan perdagangan Jenis Pelarangan terhadap kegiatan Kegiatan yang diperbolehkan Pemanfaatan ruang
pasar dimana kegiatan ini perumahan yang berkembang adalah kegiatan yang untuk” pada
biasanya bersifat basah dan pada kawasan pelayanan mendukung kegiatan pasar kawasan ini, setelah
diperlukan dukangan ifrastruktur pasar seperti pengembangan kantor melalui prosedur
lingkungan yang memadai serta Pada Kawasan ini tidak jenis Bank, Koperasi dan teknis dan legal/
lahan parkir yang cukup. diperkenankan sejenisnya administratif sesuai
Kegiatan Perdagangan jenis pengembangan kawasan Pada kawasan ini diperkenankan peraturan yang
Pasar Modern, pada sentra industry, terminal, maupun bersyarat pembangunan ruko berlaku
bisnis Ibukoya Kabupaten, kawasan pemukiman dengan intensitas rendah. Intensitas
hingga pusat kecamatan. Pada kawasan ini tidak Pada kawasan ini pemanfaatan
Kegiatan Perdagangan diperkenankan pembangunan diperkenankan dikembangkan Ruang rendah
pertokoan Lokal. yang menganggu kepadatan perkantoran dan perumahan hingga sedang,
Sentra lokal dan tersier, yang bangunan kawasan pertokoan dengan memperhatikan jarak Intemsitas
disediakan untuk kegiatan local, dan lokasi perpakiran dengan kawasan pertokoan pemanfaatan ruang
perbelanjaan dan jasa lokal, local. rendah
terdiri dari toko ritel dan
perusahaan jasa pribadi dengan
pilihan yang luas, memenuhi
kebutuhan yang sering berulang.
Kegiatan ini memerlukan lokasi
nyaman, berdekatan dengan
semua lingkungan perumahan,
relatif tidak menimbulkan
pengaruh yang tidak
dikehendaki lingkungan
perumahan yang berdekatan.
zona ini tersebar di seluruh kota;
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2010.

7-9
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR

Lanjutan Lampiran VII


Kegiatan Pemanfaatan Ruang Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
No Komponen Rencana Yang Diperbolehkan Kegiatan
Yang Diperbolehkan Yang Tidak Diperbolehkan
Bersyarat/Terbatas Pemanfaatan Ruang
I Ketentuan Struktur Ruang
A Sistem Jaringan Transportasi
1 Jalan Raya
a. Jalan arteri primer Prasarana pergerakan yang Pelarangan alih fungsi lahan Pembatasan terhadap bangunan Jalan 2 jalur,
menghubungkan antara pusat- berfungsi lindung di sepanjang dengan penetapan garis masing-masing jalur
pusat utama (PKN-PKN, PKN- jalan arteriprimer sempadan bangunan yang minimal 1 lajur
PKW), pada skala nasional terletak di tepi jalan arteri primer Kecepatan
Dapat juga dimanfaatkan bagi Pembatasan alih fungsi lahan kendaraan 60 km/
pergerakan local dengan tidak dengan menetapkan batas jam
mengurangi fungsi pergerakan pemanfaatan kawasan
antar pusat-pusat utama permukiman dari kanan kiri as
tersebut jalan maksimal 1 Km
b. Jalan Kolektor Prasarana pergerakan yang Pelarangan alih fungsi lahan Pembatasan terhadap bangunan Jalan 2 jalur,
Primer menghubungkan antara pusat- berfungsi lindung di sepanjang dengan penetapan garis masing-masing jalur
pusat wilayah (PKW-PKL, PPK), jalan kolektor primer sempadan bangunan yang minimal 1 lajur
pada skala provinsi terletak di tepi jalan kolektor Kecepatan
Dapat juga dimanfaatkan bagi primer kendaraan 45 km/
pergerakan lokal dengan tidak Pembatasan alih fungsi lahan jam
mengurangi fungsi pergerakan berfungsi budidaya di sepanjang
antar pusat-pusat wilayah jalan kolektor primer agar tidak
tersebut mengurangi fungsi pergerakan
antar pusat-pusat dalam wilayah
c. Jalan Lokal Primer Prasarana pergerakan yang Pelarangan alih fungsi lahan Pembatasan terhadap bangunan Jalan 2 jalur,
(1 & 2) menghubungkan antara pusat- berfungsi lindung di sepanjang dengan penetapan garis masing-masing jalur
pusat wilayah (PKW-PKL,serta jalan lokal primer sempadan bangunan yang minimal 1 lajur
PPK,), pada skala kabupaten terletak di tepi jalan lokal primer Kecepatan
Dapat juga dimanfaatkan bagi Pembatasan alih fungsi lahan kendaraan 30 km/
pergerakan lokal dengan tidak berfungsi budidaya di sepanjang jam
mengurangi fungsi pergerakan jalan kolektor primer agar tidak
antar pusat-pusat dalam wilayah mengurangi fungsi pergerakan
kabupaten antar pusat-pusat dalam wilayah

7-10
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR

Lanjutan Lampiran VII


Kegiatan Pemanfaatan Ruang Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
No Komponen Rencana Yang Diperbolehkan Kegiatan
Yang Diperbolehkan Yang Tidak Diperbolehkan
Bersyarat/Terbatas Pemanfaatan Ruang
d. Jalan Lokal Prasarana pergerakan yang Pelarangan alih fungsi lahan Pembatasan terhadap bangunan
Sekunder menghubungkan antara PPK- berfungsi lindung di sepanjang dengan penetapan garis
PPK, PPK – Desa-dusun, serta jalan lokal lainnya sempadan bangunan yang
antar Desa antar dusun terletak di tepi jalan lokal lainnya
Dapat juga dimanfaatkan bagi Pembatasan alih fungsi lahan
pergerakan lokal dengan tidak berfungsi budidaya di sepanjang
mengurangi fungsi pergerakan jalan lokal agar tidak mengurangi
tersebut fungsi pergerakan
2 Angkutan Sungai, Danau, dan Penyebrangan (ASDP)
a. Pelabuhan ASDP Pelabuhan ASP yang meliputi Pelarangan terhadap Pembatasan terhadap
terminal dan dermaga bagi pemanfaatan ruang didalam pemanfaatan ruang didalam
pergerakan orang, barang, dan daerah lingkungan daerah lingkungan kerja
kendaraan kerjapelabuhan dan daerah pelabuhan dan daerah
kepentingan pelabuhan yang kepentingan pelabuhan yang
dapat mengganggu kegiatan harus mendapat izin sesuai
pelabuhan. dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku
Pembatasan terhadap
pemanfaatan ruang didalam dan
di sekitar pelabuhan yang harus
memperhatikan kebutuhan ruang
untuk operasional dan
pengembangan kawasan
pelabuhan
b. Alur Pelayaran Alur pelayaran yang Pelarangan terhadap kegiatan Keselamatan dan keamanan
memperhatikan keselamatan di ruang udara bebas yang pelayaran
dan keamanan pelayaran berdampak pada keberadaan Pembatasan terhadap
alur pelayaran pemanfaatan perairan yang
Pelarangan terhaap kegiatan berdampak pada keberadaan
di bawah perairan yang alur pelayaran
berdampak pada keberadaan
alur pelayaran

7-11
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR

Lanjutan Lampiran VII


Kegiatan Pemanfaatan Ruang Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
No Komponen Rencana Yang Diperbolehkan Kegiatan
Yang Diperbolehkan Yang Tidak Diperbolehkan
Bersyarat/Terbatas Pemanfaatan Ruang
3 Angkutan Laut
a. Pelabuhan Laut Prasarana Pelabuhan Umum, Pelarangan terhadap Pembatasan terhadap
Umum yang meliputi terminal dan pemanfaatan ruang didalam pemanfaatan ruang didalam
dermaga bagi pergerakan orang, daerah lingkungan kerja daerah lingkungan
barang, dan kendaraan pelabuhan dan daerah kerjapelabuhan dan daerah
Pemanfaatan ruang untuk kepentingan pelabuhan yang kepentingan pelabuhan yang
kebutuhan operasional dan dapat mengganggu kegiatan harus mendapat izin sesuai
pengembangan kawasan pelabuhan. dengan ketentuan perundang-
pelabuhan undangan yang berlaku
Pembatasan terhadap
pemanfaatan ruang didalam dan
di sekitar pelabuhan yang harus
memperhatikan kebutuhan ruang
untuk operasional dan
pengembangan kawasan
pelabuhan
b. Alur Pelayaran Alur pelayaran yang Pelarangan terhaap kegiatan Pembatasan terhadap
memperhatikan keselamatan di ruang udara bebas yang pemanfaatan ruang pada badan
dan keamanan pelayaran berdampak pada keberadaan air di sepanjang alur pelayaran
alur pelayaran sesuai dengan ketentuan
Pelarangan terhaap kegiatan peraturan perundang-undangan.
di bawah perairan yang Pembatasan terhadap
berdampak pada keberadaan pemanfaatan ruang pada
alur pelayaran kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil di sekitar badan air di
sepanjang alur pelayaran agar
tidak mengganggu aktivitas
pelayaran

7-12
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031 LAPORAN AKHIR

Lanjutan Lampiran VII


Kegiatan Pemanfaatan Ruang Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
No Komponen Rencana Yang Diperbolehkan Kegiatan
Yang Diperbolehkan Yang Tidak Diperbolehkan
Bersyarat/Terbatas Pemanfaatan Ruang
B Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan
1 Jaringan Pipa Migas Jaringan Pipa Migas Pelarangan terhadap Pembatasan terhadap
pemanfaatan ruang pada jalur pemanfaatan ruang di sekitar
pipa yang tidak sesuai dengan jaringan pipa migas, yaitu harus
fungsi jaringan pipa memperhitungkan aspek
keamanan dan keselamatan
kawasan sekitarnya
2 Pembangkit Tenaga Pelarangan terhadap kegiatan Pembatasan terhadap
Listrik Pembangkit Tenaga Listrik (PLT) yang berdekatan dengan pemanfaatan ruang di sekitar
kegiatan pembangkitr Listrik pembangkit tenaga listrik, yaitu
harus memperhitungkan jarak
aman
3 Jaringan Transmisi Pelarangan terhadap Jaringan transmisi
Tenaga Listrik Jaringan Transmisi Tenaga Listrik pemanfaatan ruang bebas di dengan tegangan
sepanjang jalur transmisi Tinggi
sebagaimana diatur dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
C Sistem Jaringan Telekomunikasi
Sistem Jaringan Stasiun Bumi dan Menara Pengembangan bangunan Pembatasan terhadap
Telekomunikasi pemancar telekomunikasi pada kawasan menara pemanfaatan ruang untuk
pemancar. stasiun bumi dan menara
pemancar telekomunikasi
dengan memperhitungkan aspek
keamanan dan keselamatan
aktivitas kawasan sekitarnya
D Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Sistem Jaringan Wilayah sungai dan sumber Pelarangan terhadap Pembatasan terhadap
Sumber Daya Air daya air lainnya pemanfaatan ruang dan pemanfaatan ruang di sekitar
kegiatan di sekitar sumber wilayah sungai agar tetap dapat
daya air yang dapat dijaga kelestarian lingkungan
menggangu kualitas sumber dan fungsi lindung kawasan
daya air

7-13
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011 – 2031 LAPORAN AKHIR

Lanjutan lampiran VII


Kegiatan Pemanfaatan Ruang Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
No Komponen Rencana Yang Diperbolehkan Kegiatan
Yang Diperbolehkan Yang Tidak Diperbolehkan
Bersyarat/Terbatas Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan ruang di sekitar
wilayah sungai selaras dengan
pemanfaatan ruang pada
wilayah sungai di
kabupaten/kota yang
berbatasan
Pengelolaanyang direncanakan
dan dilaksanakan secara
terpadu, berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan
Ketentuan satu sungai, satu
rencana dan satu pengelolaan
terpadu
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2010.

7-14
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR

7.2 KETENTUAN PERIZINAN

Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan


ruang, sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana
tata ruang. Tujuan penyelenggaraan perizinan ini adalah menghindari dampak negatif
yang mengganggu kepentingan umum dan menjamin pembangunan/kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana, standar teknis dan kualitas serta kinerja
minimum yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.

Untuk mendaya gunakan mekanisme perizinan dalam pengendalian pemanfaatan


ruang Kabupaten, maka sistem perizinan pemanfaatan ruang di Kabupaten Barito
Kuala menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Setiap kegiatan dan pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang


harus memiliki izin dari Pemerintah Daerah;
b. Pemberi izin akan diberikan untuk setiap kegiatan dan pembangunan yang sesuai
dengan Rencana Tata Ruang atau Rencana Rinci dan standart administrasi legal;
c. Setiap kegiatan yang berpeluang menimbulkan dampak penting harus dilengkapi
dengan dokumen AMDAL dalam pengurusan izinnya.

Jenis perizinan yang harus dimiliki untuk suatu kegiatan dan pembangunan diatur dan
ditetapkan oleh Peraturan Daerah (PERDA). Selain itu, Peraturan Daerah itu juga
mengatur persyaratan dan ketentuan khusus yang harus dimiliki oleh pemohon izin
untuk setiap jenis kegiatan atau pembangunan.

Izin pemanfaatan ruang telah dikeluarkan dan atau diperoleh, dapat dibatalkan apabila:

a. Tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;


b. Tidak melalui prosedur yang benar;
c. Tidak melaksanakan ketentuan dalam perizinan;
d. Tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan Rencana Tata Ruang dengan
memberikan ganti kerugian yang layak.

7-15
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR

Ketentuan umum mengenai perizinan dibahas secara rinci yang meliputi beberapa hal
sebagai berikut:

A. Keterkaitan Perizinan dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Sesuai dengan ketentuan Pasal 35 UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan


Ruang, dinyatakan bahwa pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui
penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi. Dari ketentuan tersebut jelas aspek perizinan, peraturan zonasi,
insentif dan disinsentif serta sanksi mempunyai keterkaitan penting terhadap
pengendalian pemanfaatan ruang. Sejauhmana keterkaitan ketiga aspek tersebut
terhadap pengendalian pemanfaatan ruang ini akan diuraikan sebagai berikut.

Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata


ruang. Dalam hal ini salah satu untuk mewujudkan tertib tata ruang ini adalah
dalam bentuk perizinan, yaitu memberikan izin terkait dengan pemanfaatan ruang
yang berlandaskan pada rencana tata ruang. Terkait dengan perizinan yang
merupakan aplikasi dari pengendalian pemanfatan ruang termuat dalam UU No. 26
Tahun 2007. Menurut undang-undang tersebut bahwa yang dimaksud dengan
perizinan adalah perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan harus dimiliki sebelum
pelaksanaan pemanfaatan ruang. Penekanan perizinan dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah izin tentang lokasi/mengenai fungsi ruang dan kualitas ruang.

Selain ketentuan di atas, perizinan yang diatur dalam UU No 26 tahun 2007,


diarahkan sebagai berikut (Lihat Pasal 37):

1) Ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut


kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan
masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak


melalui prosedur yang benar, batal demi hukum.

7-16
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR

4) Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi
kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan
oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

5) Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan Izin, dapat dimintakan


penggantian yang layak kepada instansi pemberi Izin.

6) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan
rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak.

7) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan Izin pemanfaatan


ruang dilarang menerbitkan Izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

8) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan Izin dan tata cara
penggantian yang layak diatur dengan peraturan pemerintah.

Berdasarkan ketentuan perizinan sebagaimana diuraikan di atas, pada intinya


bahwa kegiatan yang berpeluang menimbulkan gangguan pada dasarnya dilarang
dan harus dilengkapi dengan izin. Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon
izin dari pemerintah atau pemerintah daerah setempat. Selanjutnya pemerintah daerah
tersebut akan memeriksa kesesuaiannya dengan rencana dan standar administrasi
yang berlaku.

B. Jenis-jenis Perizinan

Perizinan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang yang berlandaskan pada


rencana tata ruang pada dasarnya mempunyai beberapa jenis perizinan, antara lain
dapat disebutkan sebagai berikut:

1) Rekomendasi Advice Planning (AP) atau Keterangan Rencana (KP) yang


dikeluarkan oleh Dinas Pengawasan Bangunan dan Pengendalian Lingkungan
(Dinas Wasbangdal) Kabupaten. Rekomendasi AP ini diutamakan untuk
menentukan peruntukan, fungsi dan bentuk bangunan, Rencana Ruang Milik
Jalan (Rumija), Sempadan Bangunan sempadan lainnya serta ketentuan teknis
bangunan lainnya yang termuat dalam Peraturan Daerah tentang
Penyelenggaraan Bangunan.

7-17
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR

2) Izin Kegiatan (Sektoral) merupakan persetujuan pengembangan


aktivitas/sarana/prasarana yang menyatakan bahwa aktivitas budidaya yang akan
mendominasi kawasan memang sesuai atau masih dibutuhkan atau merupakan
bidang yang terbuka di wilayah tempat kawasan itu terletak. Izin ini diterbitkan oleh
pembina/pengelola sektor terkait. Jenis izin kegiatan (sektoral) ini terdiri atas :

a) Izin Prinsip :persetujuan pendahuluan yang dipakai sebagai kelengkapan


persyaratan teknis permohonan izin lokasi. Bagi perusahaan PMDN/PMA,
surat persetujuan penanaman modal (SPPM) untuk PMDN dari Kepala BKPM
atau surat pemberian persetujuan Presiden untuk PMA, digunakan sebagai Izin
Prinsip.

b) Izin Tetap : merupakan persetujuan akhir setelah izin lokasi diperoleh. Izin
lokasi menjadi persyaratan sebelum memberikan persetujuan final tentang
pengembangan kegiatan tersebut.

3) Izin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk
memperoleh tanah/pemindahan hak atas tanah menggunakan tanah yang
diperlukan dalam rangka penanaman modal.

4) Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah : izin ini terdiri dari :

a) Izin lokasi : persetujuan lokasi bagi pengembangan aktivitas/sarana/ prasarana


yang menyatakan kawasan yang dimohon sesuai untuk dimanfaatkan bagi
aktivitas dominanyang telah memperoleh izin prinsip. Izin lokasi akan dipakai
sebagai dasar dalam dalam melaksanakan perolehan tanah melalui
pengadaan tertentu dan dasar bagi pengurusan hak atas tanah.

b) Hak Atas Tanah : walaupun sebenarnya bukan merupakan perizinan, namun


dapat dianggap sebagai persetujuan kepada pihak pelaksanaan pembangunan
di atas lahan yang diperoleh. Macam hak sesuai dengan sifat pihak pelaksana
dan sifat kegiatan. Pada tingkat kawasan hak yang diberikan umumnya bersifat
kolektif (misal hak HGB induk). Sedangkan hak kepemilikan individual dapat
dikembangkan dari hak kolektif.

5) Izin Perencanaan dan Bangunan : izin ini terdiri atas :

a) Izin peruntukan penggunaan tanah : izin perencanaan dan atau rekomendasi

7-18
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR

perencanaan bagi penggunaan tanah yang didasarkan pada RTRW, RDTR,


dan atau RTRK.

b) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) : setiap aktivitas budidaya rinci yang bersifat
binaan (bangunan) perlu memperoleh IMB jika akan dibangun. Perhatian
utama diarahkan pada kelayakan struktur bangunan melalui penelaahan
rancangan rekayasa bangunan. Rencana tapak disetiap blok peruntuan
(terutama bangunan berskala besar) atau rancangan arsitektur disetiap persil.
Persyaratan teknis lainnya seperti lingkungan sekitar misalnya garis sempadan
(jalan dan bangunan) KDB, KLB, KDH.

c) Izin Tempat Usaha (ITU) yang diterbitkan Dinas Perizinan Kabupaten. Izin ini
diperlukan untuk bangunan yang telah memiliki IMB yang digunakan untuk
usaha baik sebagian maupun seluruhnya.

6) Izin Lingkungan : izin lingkungan merupakan persetujuan yang menyatakan


aktivitas dalam kawasan yang dimohon layak dari segi lingkungan. Jenis izin
lingkungan ini ada dua hal, yaitu :

a) Izin HO : izin HO/undang-undang gangguan terutama untuk kegiatan usaha


yang tidak mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup (bukan
obyek AMDAL). Izin ini umumnya diterbitkan Bupati melalui Sekwilda di daerah
Kabupaten.

b) Persetujuan RKL dan RPL : persetujuan RKL dan RPL untuk kawasan yang
sifat kegiatannya rinci yang berada di dalamnya secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama berdampak penting terhadap lingkungan hidup. Persetujuan
RKL dan RPL untuk kawasan terpadu diterbitkan oleh Menteri Lingkungan
Hidup. Sedangkan RKL dan RPL yang tergantung pada karakteristik kawasan
diterbitkan oleh Bupati melalui Komisi AMDAL terkait.

7) Izin Operasional seperti surat izin operasional pada perdagangan pada Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perdagangan (TDP), surat izin
operasional kesehatan, surat izin operasional pendidikan. Izin operasional ini
biasanya diterbitkan oleh oleh Walikota atau Bupati melalui Instansi atau SKPD
yang mempunyai kewenangan bidang tersebut seperti SIUP, TDP di Dinas

7-19
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, bidang kesehatan pada Dinas


Kesehatan, bidang pendidikan pada Dinas Pendidikan, dan lain-lain. Izin ini
diperlukan untuk melaksanakan usaha yang sifatnya sangat operasional atau
mempunyai keterkaitan diluar kewenangan dengan Pemerintah Daerah.

7.3 KETENTUAN PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF

Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan


rencana tata ruang wilayah dapat diberikan insentif dan/atau disinsentif oleh Pemerintah
dan pemerintah daerah. Penilaian/penetapan suatu kegiatan dapat diberikan insentif
dan disinsentif, yang diberikan dalam rencana tata ruang maupun pada saat izin
permohonan diajukan kepada pemerintah daerah.

Dasar pertimbangan penilaian/penetapan insentif dan disinsentif adalah :

a. Pergeseran tatanan ruang yang terjadi tidak menyebabkan dampak yang


merugikan bagi pembangunan kawasan;
b. Pada hakekatnya tidak boleh mengurangi hak masyarakat sebagai warga negara,
dimana masyarakat mempunyai hak dan martabat yang sama untuk
memperoleh dan mempertahankan hidupnya;
c. Tetap memperhatikan partisipasi masyarakat di dalam proses pemanfaatan ruang
untuk pembangunan oleh masyarakat.

Selain dasar pertimbangan di atas, juga perlu diketahui prosedur pengenaan insentif
dan disinsentif, antara lain :

a. Hanya pemerintah daerah yang berhak memberikan insentif dan disinsentif.


b. Pemerintah daerah menetapkan kegiatan/pemanfaatan ruang yang akan diberikan
insentif atau disinsentif pada suatu kawasan/wilayah tertentu, sesuai dengan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan berdasarkan kriteria pengenaan
insentif atau disinsentif.
c. Pemerintah menetapkan jenis insentif dan disinsentif pada jenis kegiatan/
pemanfaatan ruang pada kawasan/wilayah tersebut di atas.
d. Pemerintah memberlakukan/menerapkan insentif dan disinsentif tersebut pada
saat permohonan pembangunan diajukan baik oleh perorangan, kelompok

7-20
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR

masyarakat maupun badan hukum.

Tidak semua kegiatan pengembangan suatu kawasan atau wilayah diberikan insentif
atau disinsentif, hal ini perlu diberikan kriteria pengenaan insentif dan disinsentif,
antara lain sebagai berikut:

1. Insentif
a. Mendorong/merangsang pembangunan yang sejalan dengan rencana tata ruang;
b. Mendorong pembangunan yang memberikan manfaat yang besar kepada
masyarakat;
c. Mendorong partisipasi masyarakat dan pengembang dalam pelaksanaan
pembangunan

2. Disinsentif:
a. Menghambat/membatasi pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang;
b. Menimbulkan dampak yang cukup besar bagi masyarakat disekitarnya.

Pengenaan insentif dan disinsentif dapat dikelompokkan berdasarkan :

1) Perangkat/mekanismenya, misalnya regulasi, keuangan dan kepemilikan;


2) Obyek pengenaannya, misalnya guna lahan, pelayanan umum dan prasarana.

Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap


pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang. Sedangkan bentuk-
bentuk insentifnya, antara lain berupa:

1) keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan
urun saham;
2) pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
3) kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
4) pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah.

Disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau


mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang sedangkan bentuk-
bentuk disinsentif antara lain berupa:

1) Perpanjang prosedur;

7-21
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR

2) Perketat/tambah syarat;
3) Pajak tinggi;
4) Retribusi tinggi;
5) Denda / charge;
6) Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

7.4 ARAHAN SANKSI

Arahan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan


ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang, peraturan zonasi dan ketentuan
yang terdapat dalam izin. Sanksi dapat diberikan kepada penerima izin maupun
instansi/ aparat pemerintah pemberi izin. Jenis pelanggaran Rencana Tata Ruang
yang dilakukan oleh masyarakat penerima izin dapat berupa:

a. Pelanggaran fungsi ruang;


b. Pelanggaran intensitas pemanfaatan ruang;
c. Pelanggaran standart teknis.

Jenis pelanggaran yang dapat dilakukan oleh instansi/ aparat pemerintah adalah
penertiban izin yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan atau tidak sesuai
dengan prosedur administrasi yang telah ditetapkan. Pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan Rencana Tata Ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang
tidak memiliki izin dikenai sanksi oleh Pemerintah Kabupaten Barito Kuala. Pengenaan
sanksi dapat berupa:

a. Sanksi administrasi;
b. Sanksi perdata, dan atau
c. Sanksi pidana.

Pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang dikenakan sanksi administratif berupa :


a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin;

7-22
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR

f. Pembatalan izin;
g. Pembongkaran bangunan;
h. Pemulihan fungsi ruang; dan atau
i. Denda administratif

Sementara sanksi pidana penjara dan atau sanksi pidana denda dapat dikenakan
setelah melalui proses penyidikan, penuntutan serta penetapan sanksi melalui proses
hukum. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 telah mengatur ketentuan pidana tentang
pelanggaran tata ruang. Selain itu, Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah telah mengatur bentuk sanksi pidana penjara dan sanksi pidana
denda dalam pasal 143 sebagai berikut:

a. Perda dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan penegakan


hukum, seluruhnya atau sebagian kepada pelanggar sesuai dengan peraturan
perundangan.
b. Perda dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau
denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah);
c. Perda dapat memuat ancaman pidana atau denda selain sebagaimana
dimaksudkan pada ayat (b), sesuai dengan yang diatur dalam peraturan
perundangan lainnya.

Ketentuan lebih lanjut tentang bentuk dan tata cara pemberian sanksi perlu diatur
dengan Peraturan Daerah.

Untuk dapat melaksanakan pengendalian pemanfaatan ruang, maka perlu dilakukan


kegiatan pengawasan terhadap penyelenggaraan penataan ruang. Berdasarkan
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengawasan tata ruang
adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan penataan ruang mencakup
pengawasan terhadap keseluruhan proses penyelenggaraan penataan ruang, yang
meliputi pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan
penataan ruang.

Kegiatan pengawasan tata ruang tersebut dilakukan melalui:


a. Tindakan pemantauan;

7-23
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR

b. Evaluasi, dan;
c. Pelaporan.

Kegiatan tersebut dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, sesuai dengan
kewenangannya dengan melibatkan peran serta masyarakat. Tindakan pemantauan,
evaluasi dan pelaporan merupakan kegiatan mengamati dengan cermat, menilai
tingkat pencapaian rencana secara objektif dan memberikan informasi hasil evaluasi
secara terbuka.

Informasi hasil evaluasi tersebut dapat terbukti terjadi penyimpangan, maka dapat
menjadi dasar dalam memberikan disinsentif, sanksi, maupun pemprosesan lebih
lanjut secara hukum. Untuk dapat dilakukan pemrosesan secara hukum, Undang-
Undang No. 26 Tahun 2007 telah mengatur adanya Petugas Penyidik selain pejabat
penyidik dari Kepolisian Republik Indonesia, yaitu pegawai negeri sipil tertentu di
lingkungan instansi pemerintahan yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
bidang penataan ruang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk membantu
pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Penyidik pegawai negeri sipil berwenang untuk:

a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan


dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang pribadi dan badan yang diduga
melakukan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan peristiwa tindak pidana dalm bidang penataan ruang;
d. Melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan dengan adanya
tindakan pelanggaran dalam bidang penataan ruang;
e. Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti dan
dokumen lain, serta melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap bahan dan
barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana
dalam bidang penataan ruang; dan;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
terhadap pelanggaran bidang penataan ruang.

7-24
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Barito Kuala 2011- 2031
LAPORAN AKHIR

Keberhasilan dari kegiatan pengawasan penataan ruang tidak terlepas dari peran serta
masyarakat dalam memberikan informasi ataupun laporan terhadap penyelenggaraan
penataan ruang. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang
telah dijamin dalam Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
dengan mengatur hak, kewajiban dan peran masyarakat

7-25

Anda mungkin juga menyukai