Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PERMASALAHAN KOTA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Artikel Mata Kuliah Geografi Desa


dan Kota Yang dibimbing oleh Dr. Rosalina Kumalawati M.Si dan Dr.
Nasruddin S.Pd, M.Sc

Disusun Oleh:

Andri Saputra / 1610115210003

Program Studi:

S1 Pendidikan Geografi 2016

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI

2018
A. LATAR BELAKANG
Ketika mendengar kata kota, kita selalu menunjuk suatu kawasan
yang sangat ramai, lalu lintas yang padat, pertokoan yang berderet-deret,
dan fasilitas umum yang tersedia di berbagai tempat. Terlepas dari segala
kemewahan yang ditawarkan, kota menyimpan sejuta permasalahan.
Permasalahan di kota jauh lebih kompleks jika dibandingkan dengan
desa. Masalah kota yang sering muncul adalah kemacetan lalu lintas,
kepadatan penduduk dan banjir.

B. PEMBAHASAN
Kota yang akan dibahas, yaitu Kota Medan

Sumber http://sumutpos.co/2017/09/12/kemacetan-kota-medan-makin-parah/ (diakses Tanggal 30


mei 2018)

1. Kemacetan Lalu Lintas di Kota Medan


Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan
terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan
melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar,
terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau
memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan
kepadatan penduduk.
Kota Medan merupakan kota terbesar di luar pulau Jawa,
penduduk kota yang padat dan tampak pada siang hari mobilitas
penduduk bergerak cepat. Dinamisnya mobilitas penduduk tak diimbangi
dengan pembangunan infrastruktur transportasi yang kurang memadai.
Konfigurasi dari persoalan pokok transportasi di Medan adalah kapasitas
jalan tidak sebanding dengan jumlah kenderaan yang beroperasi di jalan-
jalan. Kapasitas jalan begitu-begitu saja, sementara jumlah kenderaan
terus bertambah tanpa pembatasan.
Kemacetan di kota Medan tidak dapat dihindarkan, terutama pada
titik-titik persimpangan baik di jalan-jalan protokol maupun di jalan kecil.
Semakin hari, kemacetan di Medan semakin parah. Kemacetan ini
mengakibatkan stres dan depresi bagi pengguna jalan, ditambah
meningkatnya polusi udara kota, membuat kualitas kesehatan menurun
disaat dinamisasi aktifitas warga kota.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sumatera Utara menilai,
keterbatasan jalan di Kota Medan merupakan salah satu penyebab
terjadinya kemacetan lalu lintas di kota itu. Kemacetan lalu lintas ini telah
mengganggu kelancaran aktivitas masyarakat pengguna jalan (Ketua
YLKI Sumut, Abubakar Siddik, Minggu 6 Mei 2012).
Kondisi kemacetan lalu lintas di kota berpenduduk 2,6 juta jiwa ini,
bila terus dibiarkan dan tidak secepatnya diatasi, akan berdampak
menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum, pelaku usaha, dan juga
Pemerintah Kota Medan. Roda perekonomian dan pelaku bisnis akan
mengalami penurunan, dan jadwal aktivitas warga juga tidak tepat waktu
seperti yang diharapkan, akibat terganggu oleh kemacetan yang terjadi
yang setiap hari. Kota Medan ini menjadi daerah yang kumuh, bising
dengan hiruk pikuk kendaraan yang tidak teratur, serta kurang kesadaran
para pengguna jalan mematuhi peraturan lalu lintas.

Solusi untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di kota Medan Untuk


memecahkan persoalan kemacetan di Kota Medan dibutuhkan kebijakan
alternatif sebagai bentuk intervensi pemerintah kota Medan agar
kemacetan bisa direduksi secara kongkrit, langkah-langkah berikut (Abi
Jumroh Harahap):

1. Pembatasan jumlah kendaraan. Tanpa batasan jumlah kendaraan,


maka wajar saja jumlah kendaraan bertambah secara liberalitas.
Perlu ada kebijakan pemerintah dalam hal pembatasan kendaraan
dengan pertimbangan idealitas antara jumlah kendaraan dengan
jumlah penduduk serta kapasitas sarana dan prasarana jalan raya
yang ada.
Namun pembatasan kendaraan akan diimplementasikan, maka
transportasi publik juga harus sudah siap untuk melayani masyarakat,
setidaknya dengan kenyamanan dan biaya yang mendekati biaya
yang harus ditanggung oleh masyarakat secara terjangkau. Dengan
begitu, penggunaan kendaraan umum dapat menjadi pilihan yang
setara dengan penggunaan kendaraan pribadi.
2. Pelebaran jalan. Melihat kemacetan yang semakin parah dari tahun
ke tahun, hal ini merupakan masalah serius yang harus di atasi
pemerintah bersama masyarakat seperti pelebaran dan perbaikan
jalan serta memperbaiki rambu-rambu lalu lintas. Pada umumnya,
jalan-jalan di kota Medan tidak mengalami pelebaran dari tahun-
tahun sebelumnya, bahkan sejak lahirnya kota Medan masih ada
lebar jalan masih seperti itu-itu saja.
3. Menertibkan pedagang di atas trotoar jalan. Trotoar jalan
dipergunakan untuk pejalan kaki, namun dipakai tempat berdagang,
sehingga kenyamanan pengguna trotoar kurang nyaman. Trotoar
yang berubah fungsi menjadi tempat dagangan dan parkir kendaraan
menjadi pandangan yang miris dan betapa fasilitas umum telah
dimanfaatkan bagi kepentingan pribadi.
4. Menertibkan parkir kendaraan. Sudah menjadi pemandangan biasa
bahwa kendaraan roda empat parkir di badan jalan. Fenomena ini
juga menyebabkan kemacetan karena sebagian badan jalan telah
dipakai untuk parker, sehingga membuat badan jalan semakin
menyempit, ditambah lagi parkir di pinggir jalan berpotensi
menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
5. Gerakan sadar hukum berlalu lintas. Gerakan sadar hukum ini perlu
di sosialisasikan kepada masyarakat secara terus menerus.
Kampanye peraturan lalu lintas kepada para supir angkutan umum,
becak dan pemilik kendaraan pribadi, betapa pentingnya etika dan
sopan santun berlalu lintas, disiplin dan budaya antri serta
penegakan hukum menjadi salah satu alternatif ataupun upaya
preventif mengurai dan mereduksi kemacetan lalu lintas.
Sumber http://www.tribunnews.com/regional/2018/01/26/diguyur-hujan-lebat-kota-medan-
terendam-banjir (diakses tanggal 30 mei 2018)

2. Banjir di Kota Medan


Beberapa penyebab mengapa banjir besar bisa terjadi (Sutopo):
1. Adanya curah hujan ekstrim. Kondisi atmosfer dan hidroklimatologi
sangat mendukung terjadinya hujan. Apalagi, di Sumatera Utara,
terjadi tekanan rendah lokal. Curah hujan tinggi, menyebabkan
sembilan sungai di Medan dan sekitarnya meluap karena sudah
tak mampu menampung debit air yang ada.
2. Persoalan lingkungan. Yakni, terjadi kerusakan daerah aliran
sungai. Aktivitas manusia, membuat terjadinya sedimentasi,
penyempitan, sehingga palung sungai tak maksimal menampung
air. Secara alamiah, Medan merupakan dataran banjir karena
merupakan pertemuan beberapa sungai. Kondisi diperparah makin
banyaknya jumlah penduduk dan berdirinya perumahan-
perumahan di bantaran sungai.
3. Buruknya sistem drainase juga menjadi salah satu penyebab kota
Medan menjadi langganan banjir. Drainase di Medan cukup
amburadul. Banyak drainase di Kota Medan yang tidak berfungsi.
Umumnya, drainase tersebut dibiarkan begitu saja oleh
masyarakat dan pemerintah setempat. Sejumlah ruas jalan yang
drainasenya mengalami gangguan, di Jalan DI Panjaitan, Jalan
Pengadilan, dan Jalan Kapten Pattimura. Kondisi drainase ini
sebagian tergenang air berwarna gelap, ditumbuhi rumput liar, dan
dipenuhi sampah.
Solusi untuk mengatasi masalah banjir di kota Medan

1. Perbaikan dan perawatan drainse di Kota Medan harus


dilakukan dengan segera. Terutama saluran yang berada di
setiap inti kota, dan sudut-sudut perkotaan. Karena drainase
yang buruk akan memengaruhi laju perekonomian di Kota
Medan. Sistem drainase yang berjalan harus melihat tata letak
kawasan kota, dari yang tinggi menuju ke kawasan daerah
yang rendah.
2. Harus menyediakan 30 persen Ruang Terbuka Hijau untuk
mengatasi masalah banjir. Selain itu, Badan Lingkungan Hidup
(LBH) harus menyediakan tempat dan tidak sembarangan
usaha industri membuang limbahnya ke parit. Medan belum
mempunyai masterplan dan manajemen drainase. Sebab,
hingga saat ini Dinas Bina Marga masih mengumpulkan data
base serta melakukan pembenahan internal untuk penyusunan
masterplan tersebut.
Herman Koto, pemerhati lingkungan mengatakan
permasalahan banjir di Kota Medan tidak akan terselesaikan
dan mengharuskan kota itu memiliki masterplan drainase.
Pemko Medan dianggap lambat, karena hingga kini
penanganan banjir belum maksimal, sementara usulan
pembuatan masterplan telah lama digulirkan.

3. Perkembangan Kota oleh Bos Lokal

Pembangunan di tingkat kota memang sangat penting.


Pembangunan kota bukan sekedar mengembangkan kota dan
meningkatkannya menjadi tingkat yang lebih luas jangkauannya
melainkan mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang efisien,
pemenuhan kebutuhan masyarakat kota yang kontinyu, dan
pencapaian infrastruktur sarana dan prasarana kota yang sustainable
dan teratur.
Pemanfaatan lahan sebagai kompleks perumahan merupakan salah
satu bentuk perkembangan kota, mengingat jumlah penduduk yang
semakin meningkat dari hari ke hari. Sehingga banyak permintaan
perumahan dari masyarakat tetapi timbul masalah mengenai kapasitas
lahan yang terbatas. Tetapi, tetap saja stok perumahan yang diberikan
juga besar dan luas.

Lahan yang seharusnya menjadi RTH (Ruang Terbuka Hijau)


mulai digantikan dengan pembangunan kompleks perumahan. Sungai
ditimbun hanya untuk membangun gedung-gedung bertingkat. Daerah
yang seharusnya menjadi resapan air pun dibangun menjadi
perumahan yang mewah dan elit.

Berdasarkan Kebijakan Pemerintahan Daerah Kota Medan Tahun


2006-2010, untuk mewujudkan misi kedua yaitu mewujudkan tata
pemerintahan yang baik dengan birokrasi yang lebih efisien, efektif,
kreatif, inovatif, dan responsif, salah satunya melalui kebijakan
Peningkatan kualitas Tata Ruang Kota. Pemerintah yang seharusnya
melakukan pengawasan, pengendalian dan pembinaan Rencana Tata
Ruang Kota dan Bangunan, malah kelihatan bekerja sama dengan
pihak swasta (pemilik modal atau pengusaha lokal), melanggar
Kebijakan tersebut.

Pemerintah seperti dikendalikan oleh pengusaha lokal, apalagi jika


pemerintah diberi keuntungan dari pembangunan yang dilaksanakan
pengusaha. Tetapi, masyarakat justru dirugikan dengan keadaan itu
dan dapat mengakibatkan kerusakan pada lingkungan. Umumnya,
masyarakat yang dirugikan yaitu masyarakat dengan penghasilan
rendah dan tidak memiliki hunian yang layak.

Salah satu akibat dari kerusakan lingkungan ini adalah banjir.


Banjir dapat memasuki rumah-rumah yang umumnya tidak memiliki
struktur yang baik (rumah yang dibangun secara asal, yang penting
bisa ditempati). Rumah-rumah seperti ini umumnya dihuni oleh
masyarakat kelas bawah. Pengusaha lokal tidak mempertimbangkan
hal-hal seperti ini ketika akan membangun, yang penting bagi mereka
adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya.
Selain itu, pengusaha biasanya membangun kompleks
perumahan bagi masyarakat kelas atas yang semakin menunjukkan
gap atau celah dengan masyarakat kelas bawah. Rumah-rumah yang
dibangun tersebut sudah jelas tidak bisa dibeli oleh MBR (Masyarakat
Berpenghasilan Rendah).

Seharusnya pemerintah sudah bisa bekerja sama dengan pihak


swasta dalam membangun dan menata lingkungan perumahan kumuh
menjadi lingkungan yang sehat. Pemerintah melalui Kebijakan Daerah
juga memiliki kewajiban mendorong pembangunan perumahan yang
layak huni serta terjangkau bagi masyarakat miskin dan buruh yang
berpenghasilan rendah

C. KESIMPULAN
Pembatasan jumlah kendaraan. Tanpa batasan jumlah
kendaraan, maka wajar saja jumlah kendaraan bertambah secara
liberalitas. Perlu ada kebijakan pemerintah dalam hal pembatasan
kendaraan dengan pertimbangan idealitas antara jumlah kendaraan
dengan jumlah penduduk serta kapasitas sarana dan prasarana jalan
raya yang ada. Namun pembatasan kendaraan akan diimplementasikan,
maka transportasi publik juga harus sudah siap untuk melayani
masyarakat, setidaknya dengan kenyamanan dan biaya yang mendekati
biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat secara terjangkau. Dengan
begitu, penggunaan kendaraan umum dapat menjadi pilihan yang setara
dengan penggunaan kendaraan pribadi.
Harus menyediakan 30 persen Ruang Terbuka Hijau untuk
mengatasi masalah banjir. Selain itu, Badan Lingkungan Hidup (LBH)
harus menyediakan tempat dan tidak sembarangan usaha industri
membuang limbahnya ke parit. Medan belum mempunyai masterplan dan
manajemen drainase.
DAFTAR PUSTAKA
https://siahaanwithluph.wordpress.com/2012/06/26/ciri-ciri-perkembangan-dan-
permasalahan-kota/ (Diakses tanggal 30 mei 2018)
http://sumutpos.co/2017/09/12/kemacetan-kota-medan-makin-parah/ (diakses
tanggal 30 mei 2018)
http://www.tribunnews.com/regional/2018/01/26/diguyur-hujan-lebat-kota-medan-
terendam-banjir (diakses tanggal 30 mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai