Anda di halaman 1dari 12

PENCEMARAN BANJIR DI SAMARINDA

Disusun Oleh :
1. NUR AFIFAH
2. SHEREN CLAUDIYA SHANDY
3. CHAERANI

SMA NEGERI 5 PENAJAM PASER UTARA


2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perbaikan pondasi di kota Samarinda, yang dibarengi
dengan pertambahan penduduk, menyebabkan latihan dan kebutuhan juga
meningkat. Saat ini, salah satu permasalahan yang dihadapi Kota Samarinda
adalah munculnya genangan air saat hujan. Pembangunan metropolitan dan
kemajuan modern secara luas mempengaruhi siklus hidrologi, kemudian secara
signifikan mempengaruhi kerangka limbah metropolitan. Sebuah model adalah
perbaikan lokasi lokal yang diklaim sebagai penyebab banjir dan tenggelam dalam
iklim umum. Hal ini karena peningkatan urbanisasi yang menyebabkan perubahan
penggunaan lahan. Oleh karena itu, kemajuan kota harus diikuti dengan perbaikan
dan perbaikan kerangka sampah.
Saluran rembesan adalah salah satu struktur yang sesuai keluar dan sekitar
fragmen dalam memenuhi salah satu prasyarat khusus untuk pondasi jalan.
Saluran rembesan parkway berfungsi untuk menguras air yang dapat mengganggu
klien jalanan, sehingga badan jalan tetap kering. Sebagai aturan umum, saluran
limbah parkway adalah saluran tertutup yang memanfaatkan gravitasi untuk
mengalirkan air ke sumber listrik. Penyebaran aliran di saluran rembesan ke outlet
ini mengikuti bentuk parkway, sehingga air permukaan akan mengalir lebih efektif
secara gravitasi.
Kota Samarinda adalah ibu kota Daerah Kalimantan Timur dan berbatasan
langsung dengan Pemerintahan Kutai Kertanegara. Ruang Kota Samarinda adalah
718,00 km² dan terletak antara 117°03'00" Bujur Timur dan 117°18'14" Bujur
Timur dan antara 00°19'02" Lingkup Selatan dan 00°42'34" Lingkup Selatan. Saat
ini Kota Samarinda terisolir menjadi 10 sub-lokal, yaitu Kawasan Palaran.
Samarinda Ilir, Samarinda Seberang Perairan Kunjang. Ulu Samarinda, Samarinda
Utara, Kota Samarinda, Sambutan, Aliran Pinang, dan Loa Janan ilir.
Sedangkan jumlah Kelurahan di Kota Samarinda adalah 59 Kelurahan.
Perkembangan pesat kota Samarinda telah menarik perhatian yang wajar bagi
penduduk dari berbagai distrik untuk pindah, membawa perkembangan penduduk
yang benar-benar cepat, dari informasi kependudukan dan catatan umum. Pada
tahun 2017 sebagian besar jumlah penduduk di Kota Samarinda berada di Wilayah
Samarinda Kota ke atas sebanyak 152.208 jiwa atau sekitar 25,05%. Peta
penyebaran Jumlah penduduk di Kota Samarinda tidak banyak berubah dari tahun
ke tahun. Hal ini membutuhkan perluasan lahan yang dikembangkan untuk
penginapan dan kantor pendukung lainnya. Kemajuan kota yang pesat
menyebabkan lahan yang semula berfungsi sebagai kawasan terbuka hijau sebagai
ruang yang dapat menahan dan menampung air secara singkat, berubah menjadi
kawasan yang maju.
Kota Samarinda merupakan wilayah dengan tingkat kerawanan banjir yang
signifikan. Sesuai (Auxiliary Information and GIS Investigation Results, 2015)
Sekitar 51,18% wilayah Kota Samarinda merupakan wilayah rawan banjir,
sedangkan 8,01% merupakan wilayah dengan tingkat rawan banjir. Dimana
penyebab banjir di Kota Samarinda terjadi karena luapan permukaan yang ekstrim
dan tidak terangkut di saluran air atau badan sampah sehingga air menggenang.
Ada dua faktor penyebab banjir di Kota Samarinda, pertama, faktor reguler seperti
curah hujan yang tinggi, letak geografis provinsi, dan lain-lain. Kedua,
masyarakat, terutama tergantung pada komponen pembangunan kependudukan
yang akan diikuti oleh perluasan kebutuhan kerangka, permukiman, kantor air
bersih, pelatihan, dan administrasi wilayah lainnya. Selain itu, perkembangan
penduduk akan diikuti oleh kebutuhan lahan usaha untuk pertanian, peternakan,
dan industri. Mata air rendaman (banjir) di Kota Samarinda, khususnya yang
bergoyang di daerah setempat latihannya dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu
yang pertama Banjir Pos, kedua Banjir Terdekat, dan ketiga Banjir karena
Mahakam. Air pasang surut.
Kemajuan pesat kota menyebabkan administrasi perkantoran dan fondasi
kerangka rembesan muncul di belakang perkembangan bisnis penginapan,
pertukaran, administrasi dan pertukaran. Penyesuaian pekerjaan tanah secara
hipotetis akan memperbesar koefisien aliran yang selanjutnya akan membangun
limpasan permukaan yang harus dipindahkan melalui saluran limbah. Kondisi ini
membawa persoalan yang berbeda, salah satunya semunya terendam/banjir. Salah
satu ruang yang saat ini berada di bawah bayang-bayang banjir adalah Jalan
Wahid Hasyim Sempaja. Jalan K.H Wahid Hasyim, Lokal Sempaja Utara, secara
geologis terletak pada fasilitasi 117.15309261056129 Bujur Timur dan Lingkup
Selatan - 0.44988474172564047. merupakan salah satu daerah di kota Samarinda
yang padat penduduknya. Kondisi pondasi kerangka rembesan di Jalan KH Wahid
Hasyim belum memiliki opsi untuk mengatasi persoalan banjir atau genangan
yang terjadi di setiap musim berangin. Wilayah ini merupakan salah satu ruang
kota Samarinda yang miring.

Peta persebaran daerah rawan banjir di kota samarinda dimana daerah yang
berwarna merah termasuk daerah sangat rawan banjir, daerah yang berwarna
oranye merupakan daerah rawan banjir, daerah yang berwarna kuning merupakan
daerah yang cukup rawan, daerah berwarna hijau merupaan daerah yang kurang
rawan dan daerah berwarna hijau tua merupaan daerah yang aman terhadap banjir.
Banjir merendam kota Samarinda pada 22 Mei 2020 diakibatkan oleh hujan
intensitas ringan hingga lebat yang mengguyur. Berdasarkan peta sebaran hujan
dari satelit cuaca, terlihat hujan intensitas sedang-lebat terjadi di sebagian besar
wilayah Kalimantan Timur, terutama Kota Samarinda pada tanggal 21 dan 22 Mei
2020 lalu. Sedangkan, berdasarkan data pengamatan Stasiun sinoptik permukaan
BMKG Temindung, Samarinda. Curah hujan yang tercatat sejak tanggal 22 Mei
2020 hingga hari ini berturut-turut tercatat sebesar 45 mm, 45 mm, 28 mm, 0 mm,
dan 1 mm. Banjir di Samarinda merendam 1.671 rumah di 8 kelurahan dengan
ketinggian air berkisar 50 sentimeter hingga 1 meter di salah satu titik banjir di
Kelurahan Sempaja Timur. Sedikitnya, 4.076 warga di Kota Samarinda terdampak
banjir yang melanda jelang perayaan Lebaran. Menyinggung kondisi di atas dan
mengacu pada kejadian di Samarinda, sebagaimana ditunjukkan oleh Pusat
Penyelidikan Kemajuan Kaltim (PSPKT) mengungkapkan, banjir yang tak
kunjung henti di Kota Samarinda meski baru diguyur selama dua hingga tiga jam,
menyebabkan banjir di Kota Samarinda. tentang tiga komponen, khususnya
kerangka limbah, hutan metropolitan, dan pertambangan. Rangka sampah
(saluran) di Samarinda tidak mencukupi mengingat saat ini banyak yang
terhambat oleh pembangunan struktur yang tidak tepat, sehingga banyak
genangan air yang menyebabkan banjir. Alasan kedua banjir adalah habisnya
dusun metropolitan di Samarinda. Saat ini potensi dusun sudah mulai berkurang
mengingat banyak yang tergusur menjadi pemukiman dan lain-lain, sehingga
dapat berdampak serius terhadap wilayah lokal yang lebih luas. Sementara itu,
penyebab banjir yang ketiga adalah banyaknya poros tambang batu bara di kota.
Pertambangan, yang merupakan pendorong utama banjir, harus ditangani secara
eksplisit dari pertemuan terkait. Kerangka kerja persampahan saat ini penting
untuk dinilai sebagai upaya penanggulangan banjir dan lebih jauh lagi sebagai
kontribusi bagi Badan Publik dalam upaya penanggulangan masalah banjir di
Kota Samarinda. Sesuai permasalahan diatas penulis ingin mengevaluasi dan
merencanakan ulang dimensi saluran di jalan KH. Wahid Hasyim sebagai upaya
penanganan banjir yang diakibatkan sistem drainase yang tidak maksimal.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi dan kapasitas saluran berada di jalan Wahid Hasyim
sempaja ?
2. Apakah kapasitas saluran drainase dapat menampung debit air yang ada ?
3. Apakah perlu perancangan ulang saluran drainase jalan Wahid Hasyim
sempaja ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi dan kapasitas saluran berada di jalan Wahid Hasyim
sempaja.
2. Mengetahui apakah kapasitas saluran drainase dapat menampung debit air
yang ada.
3. Perancangan ulang saluran drainase jalan Wahid Hasyim sempaja.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dilaksanakan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai informasi mengenai berapa kapasitas saluran drainase yang ideal
untuk jalan wahid hasyim sempaja agar pada saat hujan tidak menimbulkan
genangan air.
2. Memberi masukan kepada dinas terkait untuk cara penanganan pembersihan
pada saluran drainase jalan wahid hasyim sempaja.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pencemaran Banjir


Banjir di defenisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya
air yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan
kerugian fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman
musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan
menggenangi wilaah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering
terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun
ekonomi” (IDEP,2007).
“Banjir merupakan peristiwa dimana daratan yang biasanya kering (bukan
daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi dan kondisi topografi wilayah berupa dataran rendah hingga cekung. Selain
itu terjadinya banjir jua dapat disebabkan oleh limpasan air permukaan (runoff)
yang meluap dan volumenya melebihi kapasitas pengaliran sistem drainase atau
sistem aliran sungai. Terjadinya bencana banjir juga disebabkan oleh rendahnya
kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan tanah tidak mampu lagi
menyerap air. Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah
hujan yang diatas normal, perubahan suhu, tanggul/bendungan yang bobol,
pencairan salju yang cepat, terhambatnya aliran air di tempat lain” (Ligak, 2008).
BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA

3.1. Metodologi Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data banjir, penting untuk memperhatikan validitas dan
reliabilitas data yang dikumpulkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memastikan
bahwa metode pengumpulan data yang digunakan sesuai dengan standar ilmiah,
serta dengan melakukan validasi dan verifikasi terhadap data yang diperoleh.

Selain itu, penting juga untuk melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam
proses pengumpulan data banjir, seperti pemerintah daerah, lembaga riset, dan
masyarakat setempat. Dengan melibatkan berbagai pihak, data yang diperoleh
akan lebih komprehensif dan representatif, serta dapat mendukung pengambilan
keputusan yang lebih baik dalam upaya mitigasi banjir.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengertian Pencemaran BANJIR


Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari
saluran yang ada dan menggenangi wilaah sekitarnya. Banjir adalah ancaman
alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi
kemanusiaan maupun ekonomi” (IDEP,2007).

4.2 Macam Macam Pencemaran BANJIR


Menurut Pusat Kritis Kesehatan Kemenkes RI (2018), banjir dibedakan menjadi
lima tipe sebagai berikut:
1. Banjir Bandang
Banjir yaitu banjir yang sangat berbahaya karena bisa
mengangkut apa saja. Banjir ini cukup memberikan dampak kerusakan cukup
parah. Banjir bandang biasanya terjadi akibat gundulnya hutan dan rentan terjadi
di daerah pegunungan.
2. Banjir Air
Banjir air merupakan jenis banjir yang sangat umum terjadi, biasanya banjir in
terjadi akibat meluapnya air sungai, danau atau selokan. Karena intensitas banyak
sehingga air tidak tertamoung dan meluap itulah banjir air.
3. Banjir Lumpur
Banjir lumpur merupakan banjir yang mirip dengan banjir bandang tapi banjir
lumpur yaitu banjir yang keluar dari dalam bumi yang sampai ke daratan.banjir
lumpur mengandung bahan yang berbahaya dan bahan gas yang mempengaruhi
kesehatan makhul hidup lainnya.
4.Banjir Rob (Banjir Laut Air Pasang)
Banjir rob adalah banjir yang terjadi akibat air laut. Biasanya banjir ini menerjang
kawasan di wilayah sekitar pesisir pantai.
5.Banjir Cileunang
Banjir cileunang mempunyai kemiripan dengn banjir air , tapi banjir cileunang
terjadi akibat deras hujan sehingga tidak tertampung.

4.3 Akibat Pencemaran Banjir


1. Kerusakan lingkungan: Banjir akibat pencemaran dapat merusak ekosistem
alami seperti hutan, sungai, dan lahan pertanian. Pencemaran air juga dapat
merusak kehidupan air, termasuk ikan dan tumbuhan air.
2. Kerugian ekonomi: Banjir akibat pencemaran dapat menyebabkan kerugian
ekonomi yang besar, terutama bagi para petani dan peternak yang kehilangan hasil
panen dan ternak mereka. Selain itu, infrastruktur dan properti juga bisa rusak
akibat banjir.
3. Kesehatan masyarakat: Pencemaran air yang disebabkan oleh banjir dapat
mengancam kesehatan masyarakat. Air yang tercemar dapat mengandung bakteri,
virus, dan bahan kimia berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare,
infeksi kulit, dan masalah pernapasan.
4. Gangguan sosial: Banjir akibat pencemaran dapat menyebabkan gangguan
sosial, seperti kehilangan tempat tinggal, pemindahan penduduk, dan konflik antar
masyarakat akibat persaingan sumber daya.
5. Dampak jangka panjang: Pencemaran akibat banjir juga dapat memiliki
dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Pencemaran air yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan yang sulit untuk pulih, serta masalah kesehatan jangka panjang bagi
masyarakat yang terpapar bahan kimia berbahaya.

4.4 Cara Mencegah atau Menanggulangi


1.Memiliki Taman di Sekitar Rumah.
2.Membersihkan Selokan Sekitar Rumah.
3.Membuang Sampah Pada Tempatnya.
4.Menggunakan Paving Block.
5.Melestarikan Hutan atau Pohon di Sekitar.
4.5 Peran Manusia Dalam Menjaga Lingkungan
1.tidak membuang sampah sembarangan
2.tidak melakukan penebangan hutan secara liar
3.Reboisasi tanaman untuk membantu resapan air.
4.Memperbanyak lahan penyerapan air, semakin banyak lahan penyerapan air
maka risiko banjir dapat dicegah.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Definisi banjir adalah keadaan dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam

jumlah yang besar. Kedatangan banjir dapat diprediksi dengan memperhatikan

curah hujan dan aliran air. Namun kadangkala banjir dapat datang tiba-tiba

akibat dari angin badai atau kebocoran tanggul yang biasa disebut banjir

bandang.

5.2 Saran

Menjaga lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah ke selokan

maupun sungai yang dapat menyebabkan terhambatnya saluran air.

Menghindari mendirikan bangunan di pinggiran sungai, selain hal ini bisa

menjadi penyebab banjir, mendirikan hunian di pinggiran sungai akan

membuat tidak teraturnya tatanan masyarakat .

Anda mungkin juga menyukai