KALIMANTAN TIMUR
( tugas)
Oleh :
1. Achmad Wibrian F.
2. Danu Wahyudi
3. Della Andandaningrum
4. Febby Aristia Putri
5. Zaina Khoerunnisa N. F.
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Samarinda sebagai Ibu Kota Kalimantan Timur yang saat ini tengah
berkembang dengan pesat, namun di tengah perkembangan ini Kota Samarinda
masih selalu didera dengan permasalahan banjir. Fenomena kejadian banjir saat
ini tidak hanya terjadi pada saat musim penghujan namun pada saat terjadi hujan
dengan durasi 3 jam saja sudah dapat mengakibatkan banjir. Kondisi yang
demikian ini sangat mengganggu aktivitas warga Kota Samarinda.
Terdapat dua faktor utama penyebab banjir yaitu factor alam (natural) dan
factor manusia (man made). Faktor alam seperti tingginya curah hijan, topografi
wilayah, pasang surut air laut, badai, dan lain-lain. Faktor alamiah ini sulit untuk
dikendalikan, kalaupun bisa memerlukan biaya yang cukup besar.
1) Penyebab Alamiah
Banjir secara alamiah dapat terjadi karena pengaruh dari iklim, pengaruh
phisiografi, sedimentasi di sungai, kapasitas alur, drainase ataran bamjir yang
tidak memadahi serta pengaruh pasang surut. Berikut ini akan dijelaskan secara
rinci penyebab banjir secara alamiah di Kota Samarinda.
a) Iklim tropis, iklim tropis Indonesia ditandai oleh 2 musim, yaitu musim
hujan dari bulan Oktober sampai dengan Maret dan musim kemarau dari
bulan April sampai September. Hujan lebat di musim hujan menyebabkan
masalah-masalah yang cukup berarti di Indonesia. Kondisi ini diperburuk
dengan tingginya kepadatan penduduk di daerah genangan banjir. Kota
Samarinda merupakan salah satu Kota yang mempunyai posisi dekat
dengan garis ekuator sehingga kondisi musim yang terjadi tidak berbeda
dengan daerah lain di Indonesia. Berdasrkan data curah hujan yang ada di
wilayah Kota Samarinda menunjukkan bahwa rerata hujan tahunan sebesar
2.021 mm dengan hari hujan tahunan sebanyak 146 hari. Hujan maksimum
harian yang pernah terjadi di wilayah Kota Samarinda adalah 147 mm
yang tercatat di stasiun Temindung. Hujan harian maksimum ini setara
dengan kala ulang 10 tahunan. Berdasarkan kondisi yang ada tersebut di
atas terindikasi bahwa wilayah Kota Samarinda mempunyai rerata hujan
yang cukup tinggi. Tingginya curah hujan ini akan sangat mempengaruhi
kondisi banjir Kota Samarinda, apabila fasilitas drainase maupun fasilitas
pengendali banjir yang lain belum mendukung.
b) Pengaruh Phisiografi, pada umumnya perkembangan wilayah di Pulau
Kalimantan berada di tepian sungai, dimana daerah ini relative datar.
Kondisi morfologi setiap sungai di Pulau Kalimantan pada umumnya
mempunyai kemiringan dasar sungai cukup landai, sungai-sungainya lebih
panjang dan daerah pengalirannya lebih luas. Beberapa sungai yang
mengalir di tengah Kota Samarinda adalah sungai yang mempunyai
kemiringan dasar landai dan banyak terjadi meandering. Selain kondisi
morfologi sungai yang demikian secara topografi wilayah Kota Samarinda
terutama daerah yang berkembang berada pada dataran (plain) dimana
daerah-daerah ini berada di antara perbukitan, sehingga limpasan air dari
perbukitan tersebut akan terkonsentrasi mengalir pada daerah datar
tersebut. Sebagai ilustrasi daerah rawan banjir di wilayah Sempaja berada
di bawah perbukitan Gunung Cermin dimana perubahan slope baik itu
slope lahan maupun sungai cukup mempengaruhi kelancaran limpasan
permukaan. Daerah rawan banjir sepanjang Jl. Suryanata sampai dengan
permepatan Air Putih secara topografi limpasan dari bukit akan
terkonsentrasi menuju Jl. Suryanata sampai permepatan Air Putih.
Demikian pula dengan lokasi rawan banjir sepanjang Jl. Sentosa arah ke
Lempake, di lokasi ini terjadi perubahan slope antara perbukitan menuju
dataran. Berkaitan dengan morfologi sungai di wilayah Kota Samarinda
banyak terdapat daerah-daerah cekungan dimana daerah tersebut pada
awlanya sebagai daerah retarding basin, namun saat ini daerah tersebut
telah berubah menjadi daerah pemukiman penduduk. Dengan perubahan
peruntukan ini secara awam daerah tersebut dikategorikan sebagai daerah
rawan banjir, padahal berdasar morfologi sungai daerah tersebut sebagai
daerah retarding basin. Banyak lokasi retarding basin yang telah berubah
fungsi yaitu daerah Gunung Lingai yang merupakan lokasi retarding basin
sungai Karangmumus dan Sungai Sempaja. Lokasi ini telah berubah
menjadi daerah pengembangan permukiman dan sebagai daerah
pertokoan. Daerah rawa di sekitar Jl. Jakarta Loa Bakung yang saat ini
telah berubah menjadi lokasi permukiman dimana secara alami fungsi
daerah tersebut sebagai retarding basin sungai Loa Bakung.
c) Sedimentasi, di sungai pengendapan sedimen di muara sungai akan
memperpanjang delta sungai, mengurangi kemiringan memanjang sungai,
mengurangi kapasitas angkut sungai, dan memperbesar resiko banjir.
Pengurangan kapasitas aliran pada sungai dapat disebabkan oleh erosi.
Erosi yang berlebihan terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan
adanya pengolahan tanah. Erosi ini menyebabkan sedimentasi di sungai-
sungai, dimana hasil erosi diensapkan pada bagian hilir sungai.
Sedimentasi di sungai ini menyebabkan peninggian (agradasi) dasar sungai
dan meningkatkan resiko banjir, kapasitas resapan daerah pengliran sungai
untuk menahan air dengan infiltrasi tergantung pada kondisi fisik daerah
pengliran sungai, khususnya tanaman penutup aliran permukaan.
Mencermati secara fisik aliran air yang ada di sungai yang melintas Kota
Samarinda terlihat pada saat musim penghujan atau sesaat setelah terjadi
hujan warna air yang mengalir di sungai terlihat coklat ke hitam-hitaman.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa terdapat konsentrasi sedimen yang
cukup tinggi. Selain sedimentasi di sungai indikasi tingginya tingkat erosi
di DAS dapat dilihat di saluran-saluran drainase yang masuk sungai alam.
Banyak saluran drainase yang menyempit bahkan ada yang sudah tidak
dapat berfungsi karena sedimentasi di saluran drainase.
d) Drasinase, drasinase daerah dataran banjir yang tidak memadai Modifikasi
daerah dataran banjir secara teratur dapat merintangi aliran sungai dan
pada akhirnya akan mempertinggi elevasi banjir. Apabila suatudaerah
mempunyai drainase dataran banjir yang kurang memadai, maka daerah
tersebut akan menjadi daerah banjir di saat musim hujan. Daerah layanan
drainase Kota Samarinda saat ini sudah cukup luas, namun yang menjadi
permasalahn adalah kapasitas dari saluran drainase yang semakin
mengalami penurunan. Dari pengamatan di lapangan merupakan penyebab
utama berkurangnya kapasitas alir saluran. Meskipun kepadatan saluran
drainase yang ada di Kota Samarinda secara umum telah mencukupi
namun dari hasil pengamatan lapangan didapati kapasitas saluran yang
tidak memadahi. Sebagai contoh adalah saluran drainase di daerah
Temindung, saluran drainase Jl. Cendana, saluran drainase Jl. Kadrie
Oening, Jl. Suryanata, Jl. Slamet Riyadi, dan lainnya. Saluran drainase
tersebut selain kapasitasnya terlalu kecil juga beban sedimen yang tinggi.
e) Pengaruh air pasang, Pasang air laut juga mempunyai efek yang berarti
pada masalah banjir, khususnya jika puncak banjir bersamaan dengan air
pasang tinggi. Sungai Mahakam sangat berpengaruh terhadap kelancaran
aliran anak-anak sungainya, yang mana terdapat beberapa anak sungai
Mahakam yang berada di Kota Samarinda seperti sungai Karangmumus,
sungai Karang Asam Besar dan Karang Asam Kecil, sungai Loa Bakung,
sungai Sambutan, dan sungai-sungai yang lain. Pasang naik sungai Maraca
tertinggi mencapai 1,35 m, hal ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran
anak sungai Mahakam dan saluran-saluran drainase yang pada umumnya
di wilayah Samarinda mempunyai kemiringan dasar saluran yang landai.
Daerah bagian tengah suatu DAS yang ada pada umumnya juga
merupakan daerah tengah wilayah Kota Samarinda saat ini sebagian besar
difungsikan sebagai daerah pengembangan permukiman. Konsep yang dapat
diterapkan di daerah tengah adalah dengan melakukan minimalisasi perubahan
tataguna lahan. Tuntutan penyediaan kawasan permukiman tidak dapat dihindari
dan hal ini selaras dengan perkembangan kota, namun demikian untuk
pengembangan wilayah permukiman tidak dilakukan dengan penimbunan daerah-
daerah rendah yang dalam sejarah keberadaan Kota Samarinda daerah tersebut
merupakan daerah parkir air limpasan (retarding basin). Selain itu juga tidak
melakukan pemotongan perbukitan untuk penyediaan lahan/lokasi perumahan
atau penyediaan material timbunan untuk lokasi yang lain. Sedangkan konsep
untuk sistem drainase adalah dengan pembenahan sistem. Saluran drainase harus
mengikuti tingkat fungsionalnya contohnya saluran drainase dari komplek
perumahan harus masuk sistem saluran sekunder sebelum masuk sungai utama.
Hal ini untuk menghindari rancaunya sistem dan menghindari adanya air balik
saat musim banjir. Dengan berjalannya sistem drainase maka tidak diperlukan
banyak sistem pintu-pintu pembuangan dari saluran kolektor.
Daerah hilir wilayah Kota Samarinda yang juga merupakan daerah hilir
DAS saat ini sebagai daerah berkembang baik itu sebagai pusat pemerintahan,
pusat pendidikan, pusat perdagangan dan industri selain teradpat daerah
permukiman. Pengamanan terhadap asetaset tersebut dari bahaya banjir mutlak
dilakukan. Konsep pengendalian banjir di daerah ini adalah dengan memperlancar
aliran drainase yang ada yaitu dengan peningkatan kapasitas alir saluran drainase
dan memproteksi aliran di saluran dari pengruh pasang air Sungai Mahakam.
Peningkatan kapasitas dapat dilakukan dengan pelebaran saluran, pengerukan
sedimen, dan penataan bantaran sungai. Proteksi terhadap pasang air Sungai
Mahakam dilakukan dengan membuat pintu-pintu air otomatis dan sistem pompa
untuk membentu pemasukan air saat Mahakam pasang.