Anda di halaman 1dari 11

BANJIR ROB DI SIDOARJO

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Salsabiila Rizky Putri Afinda 201910340311107

Nicky Permata Indah 201910240311131

Agus Aulia Setiariawan 201910340311132

Anisa Dwi Prabandini 201910340311133

Aura Lintang Alif Salsabila 201910340311135

Rahma Nur Raafina 201910340311141

Muhammad Khaidir 201910340311152

Farah Fadhillah Kultsum 201910340311271

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan” ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Pengantar Antropologi. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah Kabupaten Sidoarjo terbentuk dari proses endapan aluvial pantai dan delta
sungai serta bentuk reliefnya merupakan kombinasi medan dataran dan medan
bergelombang. Dengan melihat kondisi tersebut maka pada tahun 1969 wilayah
Kabupaten Sidoarjo direncanakan sebagai wilayah irigasi teknik dengan luas sekitar
26.000 Ha. Namun seiring dengan pengembangan wilayah Kabupaten Sidoarjo menjadi
daerah industri, maka luas sawah menjadi berkurang sebab sebagian lahan sawah
dijadikan daerah pemukiman dan industri. Akan tetapi pembangunan gedung-gedung dan
jalan raya serta bangunan fasilitas penunjang lainnya tidak diimbangi dengan
pembangunan sarana dan prasarana drainase yang memadai. hal tersebut dapat
mengakibatkan respon kawasan konservasi terhadap masukan air hujan semakin rendah
dan berpotensi terjadinya banjir atau genangan (BBWS Brantas, 2011).
Musim penghujan hampir menjadi permasalahan di berbagai daerah. Berita tentang
banjir selama musim penghujan selalu menjadi topik di beberapa media sosial. Sebagai
contoh, di Kabupaten Sidoarjo persoalan banjir selalu menjadi masalah sepanjang tahun.
Dari data BNPB (2016), banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di
Kabupaten Sidoarjo. Banjir yang terjadi pada umumnya ketika musim hujan. Pada tahun
2014, Kabupaten Sidoarjo terkena banjir dan genangan dengan ketinggian lebih dari 30
cm dengan lama genangan lebih dari 2 jam adalah Kecamatan Waru, Gedangan, Taman,
Krian, Buduran, Sukodono, dan Sedati (Jawa Pos, 2014).
Perencanaan pembangunan di kawasan rawan bencana banjir yang sangat matang
memang sangat diperlukan guna meminimalisir kerugian yang ditimbulkannya. Salah satu
contoh kerugian banjir Sidoarjo adalah ketika pada tahun 2016, akibat banjir yang
merendam beberapa wilayah di Sidoarjo, juga merendam jalur KA di ruas Porong,
Sidoarjo. Akibat banjir yang merendam selama beberapa hari, PT KAI Daop VIII
Surabaya mengalami kerugian berupa penurunan pendapatan hingga 1,5 milyar.
Penghitungan didapatkan berdasarkan rata-rata potensi pendapatan harian 3-4 milyar,
sehingga bisa dihitung kerugian selama beberapa hari banjir tersebut. Beberapa kerugian
di antaranya berasal dari pembatalan tiket, pembatalan perjalanan beberapa rute KA,
pengalihan moda transportasi dengan mengalihkan penumpang dengan dengan
menggunakan bus, dengan sewa bus rata-rata 10 bus per hari, serta perbaikan prasarana di
sekitar rel (Berita Jatim, 13 Februari 2016). Contoh lain kerugian akibat banjir di Sidoajo
bisa dilihat pada banjir 13 Januari 2017, banjir yang menggenangi wilayah Jabon dan
sekitarnya mengakibatkan kerugian milyaran rupiah. Banjir menjebol 200 Ha area tambak
siap panen, hingga mengakibatkan ikan dalam tambak terbawa arus banjir (Berita Jatim,
13 Januari 2017).
Salah satu usaha pencegahan kerugian yang diakibatkan banjir, yang dapat dilakukan
yaitu dengan memetakan daerah yang rawan bencana banjir ke dalam suatu tingkatan.
Pemetaan ini sangat penting untuk dilakukan guna pengambilan berbagai kebijakan
pembangunan, seperti pengembangan lahan konservasi, pembuatan atau penempatan
lahan permukiman, pembuatan tanggul, dan kebijakan-kebijakan lain. Pemetaan
dilakukan dengan memperhatikan ketelitian spasial dan temporal. Data spasial diperlukan
untuk mengetahui sebaran daerah banjir, sedangkan data temporal diperlukan untuk
mengetahui periode banjir di Kabupaten Sidoarjo.
Sistem Informasi Geografi (SIG) dan Penginderaan Jauh (PJ) sebagai ilmu dan
teknologi, mampu memberikan suatu bentuk pengelolaan dan analisa data spasial dalam
jumlah yang besar. SIG dapat dimanfaatkan untuk menentukan model dengan data
terpilih sehingga pandangan dan pengetahuan para penggunanya tentang persoalan yang
dihadapi mendekati kenyataan di lapangan, dan dengan SIG pemetaan daerah rawan
banjir dapat dilakukan. Adanya sistem ini diharapkan nantinya tingkat bahaya banjir di
Kabupaten Sidoarjo dapat dipetakan dan bisa diprediksikan setidaknya sampai 25 tahun
ke depan.
Banjir rob adalah salah satu bencana alam. Banjir ini dapat menyebabkan penduduk
kehilangan tempat tinggal serta mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat. Melansir
dari situs Geografi UGM, banjir rob adalah pola fluktuasi muka air laut yang dipengaruhi
oleh gaya tarik benda-benda angkasa, terutama oleh bulan dan matahari terhadap massa
air laut di bumi. Banjir rob juga disebut banjir pasang surut air laut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Histori Kasus

Sebagian wilayah tambak di Sidoarjo dilanda banjir rob, diantaranya di Dusun Kalialo
Desa Kupang, Kecamatan Jabon dan di Desa Segoro Tambak di Kecamatan Sedati.

Hampir sebagian wilayah Kota Delta memang sering terus banjir rob. Hal ini menjadi
tugas dari Pemkab Sidoarjo untuk segera diselesaikan, karena dengan adanya rob tersebut
sangat merugikan terhadap petani tambak di wilayahnya.

Banjir rob menerjang Sidoarjo. Akibatnya, 175 warga Dusun Kali Alo, Desa Kupang,
Kecamatan Jabon, ikut terdampak. Bahkan, para warga tak bisa mengungsi karena lokasi
desa berada di wilayah terpencil dan dikelilingi pematang tambak.
Lokasi banjir rob berada di Dusun Kali Alo, sebelah timur Sidoarjo dan jauh dari pusat
kota. Di dusun ini, terdapat 55 rumah, 75 KK dan 175 jiwa.
Meski banjir rob ini sudah terbiasa dialami, namun menurut warga, banjir di Sidoarjo kali
ini merupakan yang paling tinggi.
Dalam satu tahun biasanya banjir rob datang dua kali. Yang pertama antara bulan
April atau Mei dan Bulan Oktober atau Desember.
Air rob kali ini tidak hanya menerjang perkampungan warga. Namun juga membuat
tanggul di pesisir jebol. Akibatnya air laut mengalir deras ke tambak-tambak warga yang
membuat banyak ikan lepas dan bercampur antarpetak.

2.2 Dampak Banjir ROB Sidoarjo

Gerhana super blood moon telah berlalu. Namun dampak terhadap kenaikan air laut
masih dirasakan warga daerah pesisir, seperti di Desa Kalialo, Kecamatan Jabon dan
beberapa desa di Kecamatan Sedati. Gerhana bulan menyebabkan banjir rob di daerah
pesisir, area tambak, dan juga pemukiman warga di sejumlah daerah di Kecamatan Sedati
Sidoarjo. Di antaranya di Desa Banjar Kemuning, Segoro Tambak, Tambak Cemandi,
dan Gisik Cemandi.

Banjir rob merendam area tambak dan juga permukiman warga. Di antaranya Desa
Banjar Kemuning, Segoro Tambak, Tambak Cemandi, dan Gisik Cemandi. Banjir rob ini
membuat petambak harus kehilangan bandeng yang siap panen. Petani bandeng pun
dipastikan merugi. Untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar, kalangan petambak
mulai meninggikan tanggul pembatas. Sehingga benih dan ikan yang ada di lahan
tambaknya tidak sampai hilang. Di antaranya perlu ada pembenahan saluran air sehingga
bisa meminimalisir masuknya air yang membawa banyak kotoran dan menyebabkan
banyak ikan mati. Juga pembuatan drainase, pintu air, serta bak kontrol.

2.3 Faktor- Faktor Penyebab Banjir ROB Sidoarjo

Belakangan ini, sebagian warga Sidoarjo mengeluhkan lingkungan tempat mereka


tinggal tergenang banjir meski tidak ada hujan. Seperti yang dikeluhkan salah seorang
warga di Perumahan Alam Mutiara, di Desa Kendalpecabean, Kecamatan Candi. Tidak
hanya di Kendalpecabean, Candi, wilayah yang terdampak pasang surut air laut di
antaranya kawasan Tanggulangin yang mengalami penurunan tanah sehingga berbentu
cekungan, juga di kawasan porong..

Tidak hanya karena faktor alam atau banjir rob, ada faktor lain yang menyebabkan
genangan air di sejumlah lokasi di Sidoarjo tidak segera surut. Yakni ratusan sungai di
Sidoarjo yang berfungsi sebagai irigasi.

Banjir yang menggenangi tiga desa di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, tidak hanya
disebabkan peningkatan intensitas hujan. Fenomena siklus pasang air laut hingga
penurunan muka tanah memperparah genangan di kawasan pesisir tersebut. Ratusan
rumah, sekolah, dan jalan utama terdampak.

2.4 Langkah – Langkah Penanggulangan yang Telah Dilakukan

Risiko bencana banjir yang telah diketahui kemudian disusun suatu rencana
skenario penanggulangan banjir berdasarkan tipologi risiko bencana. Metode skenario
yang digunakan adalah metode skenario jalur yang terfokus pada penyelesaian masalah
dan penyusunan strategi untuk mengatasi berbagai kendala dan peluang dalam mencapai
sasaran di masa depan (Wollenberg et.al, 2001). Skenario jalur yang dihasilkan dibedakan
menjadi tiga skenario yang meliputi skenario optimis (kondisi bebas banjir), skenario
moderat (kondisi ideal) dan skenario pesimis (kondisi aktual) (Schnaars & Ziamou, 2001).
Dalam penilaian skenario, diperlukan penentuan setiap parameter yang diteliti
harus memiliki syarat dapat diubah keadaannya oleh faktor manusia. Sehingga tidak
semua parameter yang dipakai dalam penentuan tingkat risiko bencana banjir di
Kabupaten Sidoarjo dapat digunakan dalam penentuan skenario. Pada variabel kerawanan
hanya digunakan parameter tutupan lahan dikarenakan dapat diubah oleh faktor manusia
dan diambil rerata dari nilai tutupan lahan agar bisa diolah dalam skenario jalur. Untuk
variabel kerentanan, dalam penelitian ini akan memakai seluruh parameter dalam variabel
kerentanan karena memenuhi syarat penilaian skenario yaitu keadaannya dapat diubah
oleh faktor manusia. Dalam perhitungan kerawanan bencana banjir di Kabupaten Sidoarjo
didapatkan hasil luas setiap tipologi per kecamatan. Agar hasil perhitungan kerawanan
dapat diolah bersama dengan perhitungan kerentanan dalam skenario jalur, maka
diperlukan perhitungan tingkat kerawanan bencana banjir di Kecamatan Sidoarjo sehingga
menghasilkan satu tipologi pada setiap kecamatan. Tahap selanjutnya menentukan
klasifikasi scenario, yang berfungsi untuk memudahkan langkah penentuan skenario jalur
yang akan dilakukan, diperlukan pengelompokkan klasifikasi kerawanan dan kerentanan
bencana banjir setiap kecamatan.

Menurut perhitungan analisis skenario yang sudah dilakukan, skenario


penanggulangan banjir di Kabupaten Sidoarjo dapat dilakukan menggunakan dua skenario
yaitu skenario moderat dan skenario optimis.

A. Skenario moderat yang memungkinkan dilakukan meliputi

1. Penambahan luas hutan dan semak belukar melalui konversi lahan terbangun pada
Kecamatan Krian, Kecamatan Waru dan Kecamatan Gedangan serta konversi lahan
terbuka pada Kecamatan Buduran, Kecamatan Candi, Kecamatan Porong, Kecamatan
Tulangan, Kecamatan Tanggulangin, Kecamatan Krian, Kecamatan Balongbendo,
Kecamatan Wonoayu, Kecamatan Prambon, Kecamatan Taman, Kecamatan Waru,
Kecamatan Gedangan, Kecamatan Sedati dan Kecamatan Sukodono.
2. Pemberian banuan ekonomi terhadap rumah tangga miskin pada Kecamatan Porong,
Kecamatan Krian, Kecamatan Balongbendo, Kecamatan Prambon dan Kecamatan Waru
3. Sosialisasi penanaman tanaman produktif dengan ketahanan terhadap rendaman air dan
perbaikan infrastruktur yang dapat mencegah banjir, bantuan kepada pemilik lahan
pertanian/tambak yang terdampak pada Kecamatan Candi, Kecamatan Porong, Kecamatan
Tulangan, Kecamatan Tanggulangin, Kecamatan Krian, Kecamatan Balongbendo,
Kecamatan Wonoayu, Kecamatan Prambon, Kecamatan Gedangan dan Kecamatan
Sukodono
4. Pendistribusian kepadatan penduduk pada Kecamatan Candi, Kecamatan Krian,
Kecamatan Taman, Kecamatan Waru dan Kecamatan Gedangan
5. Pendistribusian relawan bencana pada Kecamatan Porong, Kecamatan Krian, Kecamatan
Balongbendo, Kecamatan Prambon, Kecamatan Taman, Kecamatan Gedangan,
Kecamatan Sedati dan Kecamatan Sukodono.

B. Skenario optimis yang memungkinkan dilakukan meliputi

1. Penambahan luas hutan dan semak belukar melalui konversi lahan terbangun pada
Kecamatan Buduran, Kecamatan Candi, Kecamatan Porong, Kecamatan Tulangan,
Kecamatan Taman, Kecamatan Waru, Kecamatan Gedangan dan Kecamatan Sukodono
2. Pemberian bantuan ekonomi terhadap rumah tangga miskin pada Kecamatan Porong,
Kecamatan Tulangan, Kecamatan Krian dan Kecamatan Prambon
3. Sosialisasi penanaman tanaman produktif dengan ketahanan terhadap rendaman air dan
perbaikan infrastruktur yang dapat mencegah banjir, bantuan kepada pemilik lahan
pertanian/tambak yang terdampak pada Kecamatan Tulangan, Kecamatan Tanggulangin,
Kecamatan Balongbendo, Kecamatan Wonoayu, Kecamatan Prambon, Kecamatan Taman
dan Kecamatan Sukodono
4. Pendistribusian kepadatan penduduk pada Kecamatan Taman, Kecamatan Waru,
Kecamatan Gedangan dan Kecamatan Sukodono
5. Pendistribusian relawan bencana pada Kecamatan Tanggulangin, Kecamatan Krian,
Kecamatan Balongbendo, Kecamatan Taman, Kecamatan Gedangan, Kecamatan Sedati
dan Kecamatan Sukodono.

Berikut ini ada beberapa cara untuk penanggulangan bencana banjir :

1. Membuat fungsi sungai dan selokan dapat bekerja dengan baik. Sungai dan selokan adalah
tempat aliran air sehingga jangan sampai tercemari dengan sampah atau menjadi tempat
pembuangan sampah yang akhirnya menyebabkan sungai dan selokan menjadi tersumbat.
2. Melakukan reboisasi tanaman khususnya jenis tanaman dan pepohonan yang dapat
menyerap air dengan cepat.
3. Memperbanyak dan menyediakan lahan terbuka untuk membuar lahan hijau untuk
penyerapan air.
4. Berhenti membangun perumahan di tepi sungai, karena akan mempersempit sungai dan
sampah rumah juga akan masuk sungai.
5. Berhenti membangun gedung-gedung tinggi dan besar, karena akan menyebabkan bumi
ini akan semakin sulit menahan bebanya dan membuat permukaan tanah turun.
6. Hindari penebangan pohon-pohon di hutan secara liar dan juga di bantaran sungai, karena
pohon berperan penting untuk pencegahan banjir. Sebenarnya menebang pohon tidak
dilarang bila kita akan menanam kembali pohon tersebut dan tidak membiarkan hutan
menjadi gundul.

Dengan melakukan cara penanggulangan banjir tersebut kita dapat mencegah bencana
banjir. Karena selama ini pemerintah pun telah bekerja keras untuk mencegah terjadinya
banjir, tetapi semua masyarakat pun harus mendukung agar semua bisa teratasi dengan
baik.

2.5 Alternatif / Inoasi Rencana Penanggulangan Kedepannya


1. Kawasan Permukiman
a. Membangun tanggul
Pembangunan tanggul penahan rob difokuskan di wilayah permukiman yang
memiliki topografi rendah. Material tanggul dapat menggunakan batu kali maupun
beton. Agar dapat berfungsi ganda, pembangunan tanggul dapat dilengkapi trotoar
sehingga berfungsi sebagai tempat rekreasi
b. Membangun pintu air dan rumah pompa
Pembangunan pintu air maupun rumah pompa difokuskan pada setiap muara
sungai yang berhadapan langsung dengan laut. Pada setiap rumah pompa dilengkapi
dengan kolam tampungan sementara untuk menampung limpahan air pasang ketika rob.
c. Penyediaan konsep rumah panggung
Konsep rumah panggung difokuskan di wilayah permukiman yang berada dekat
pesisir, sungai dan rawa. Masyarakat dianjurkan merenovasi bangunan rumah mereka
dengan konsep rumah panggung
d. Penataan bangunan di sekitar pantai
Melakukan penataan permukiman di kawasan resapan air seperti dekat
pesisir, sempadan sungai dan rawa. Penataan bangunan melalui mekanisme disentif dan
insentif. Disentif diberikan apabila bangunan menyalahi aturan yang ditentukan.
Sedangkan insentif diberikan apabila bangunan memenuhi persyaratan yang dianjurkan.
Untuk menekan laju pertumbuhan permukiman di kawasan resapan air dapat dilakukan
dengan memperketat ijin mendirikan bangunan (IMB).
2. Kawasan Pertambakan
a. Pengembangan kawasan hutan bakau
Melakukan perbaikan pola penanaman mangrove sesuai dengan ketahanan jenis
habitat pesisir. Pada bagian yang berbatasan langsung dengan laut ditanamn jenis
Avicennia sp dan Sonneratia sp, kemudian di bagian belakangnya jenis Rhizopora sp dan
Bruguier asp. Untuk melindungi habitat mangrove, melakukan pembangunan
breakwater jenis offshore breakwater di depan hutan mangrove dan menguatkan
penetapan dan pelaksanaan kebijakan mengenai perlindungan hutan mangrove.
b. Membangun tanggul
Pembangunan tanggul di sekeliling tambak untuk melindungi habitat ikan di
tambak. Pembangunan tanggul dilengkapi dengan pemasangan jaring dan waring di
sekeliling tambak. Untuk mencegah meningkatnya volume air di tambak, dilakukan
pembuatan saluran air penghubung antar kolam tambak.
3. Kawasan Pergudangan
 Penataan bangunan di sekitar pantai
Pengendalian pembangunan pergudangan di kawasan resapan air seperti dekat
pesisir, sempadan sungai dan kawasan rawa dapat melalui peraturan zonasi. Apabila
diketahui menyalahi aturan yang ditetapkan dapat dilakukan pembongkaran. Selain itu
dapat dilakukan dengan menggunakan mekanisme disentif dan insentif. Dinsentif
diberikan apabila bangunan menyalahi aturan yang ditentukan. Sedangkan insentif
diberikan apabila bangunan memenuhi persyaratan yang dianjurkan.

 Penyediaan konsep penataan ruang yang akrab bencana

Melakukan perencanaan dan pengembangan tata ruang wilayah pesisir yang


berbasis adaptasi perubahan iklim melalui :

a. Penyusunan master plan terkait zonasi dan peruntukan penggunaan lahan di wilayah
penelitian
b. Penyusunan master plan terkait fasilitas perlindungan yang meliputi jalur evakuasi
dan tempat perlindungan masyarakat dari bencana di wilayah penelitian

Anda mungkin juga menyukai