Disusun Oleh :
Kelompok 3
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan” ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Pengantar Antropologi. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagian wilayah tambak di Sidoarjo dilanda banjir rob, diantaranya di Dusun Kalialo
Desa Kupang, Kecamatan Jabon dan di Desa Segoro Tambak di Kecamatan Sedati.
Hampir sebagian wilayah Kota Delta memang sering terus banjir rob. Hal ini menjadi
tugas dari Pemkab Sidoarjo untuk segera diselesaikan, karena dengan adanya rob tersebut
sangat merugikan terhadap petani tambak di wilayahnya.
Banjir rob menerjang Sidoarjo. Akibatnya, 175 warga Dusun Kali Alo, Desa Kupang,
Kecamatan Jabon, ikut terdampak. Bahkan, para warga tak bisa mengungsi karena lokasi
desa berada di wilayah terpencil dan dikelilingi pematang tambak.
Lokasi banjir rob berada di Dusun Kali Alo, sebelah timur Sidoarjo dan jauh dari pusat
kota. Di dusun ini, terdapat 55 rumah, 75 KK dan 175 jiwa.
Meski banjir rob ini sudah terbiasa dialami, namun menurut warga, banjir di Sidoarjo kali
ini merupakan yang paling tinggi.
Dalam satu tahun biasanya banjir rob datang dua kali. Yang pertama antara bulan
April atau Mei dan Bulan Oktober atau Desember.
Air rob kali ini tidak hanya menerjang perkampungan warga. Namun juga membuat
tanggul di pesisir jebol. Akibatnya air laut mengalir deras ke tambak-tambak warga yang
membuat banyak ikan lepas dan bercampur antarpetak.
Gerhana super blood moon telah berlalu. Namun dampak terhadap kenaikan air laut
masih dirasakan warga daerah pesisir, seperti di Desa Kalialo, Kecamatan Jabon dan
beberapa desa di Kecamatan Sedati. Gerhana bulan menyebabkan banjir rob di daerah
pesisir, area tambak, dan juga pemukiman warga di sejumlah daerah di Kecamatan Sedati
Sidoarjo. Di antaranya di Desa Banjar Kemuning, Segoro Tambak, Tambak Cemandi,
dan Gisik Cemandi.
Banjir rob merendam area tambak dan juga permukiman warga. Di antaranya Desa
Banjar Kemuning, Segoro Tambak, Tambak Cemandi, dan Gisik Cemandi. Banjir rob ini
membuat petambak harus kehilangan bandeng yang siap panen. Petani bandeng pun
dipastikan merugi. Untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar, kalangan petambak
mulai meninggikan tanggul pembatas. Sehingga benih dan ikan yang ada di lahan
tambaknya tidak sampai hilang. Di antaranya perlu ada pembenahan saluran air sehingga
bisa meminimalisir masuknya air yang membawa banyak kotoran dan menyebabkan
banyak ikan mati. Juga pembuatan drainase, pintu air, serta bak kontrol.
Tidak hanya karena faktor alam atau banjir rob, ada faktor lain yang menyebabkan
genangan air di sejumlah lokasi di Sidoarjo tidak segera surut. Yakni ratusan sungai di
Sidoarjo yang berfungsi sebagai irigasi.
Banjir yang menggenangi tiga desa di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, tidak hanya
disebabkan peningkatan intensitas hujan. Fenomena siklus pasang air laut hingga
penurunan muka tanah memperparah genangan di kawasan pesisir tersebut. Ratusan
rumah, sekolah, dan jalan utama terdampak.
Risiko bencana banjir yang telah diketahui kemudian disusun suatu rencana
skenario penanggulangan banjir berdasarkan tipologi risiko bencana. Metode skenario
yang digunakan adalah metode skenario jalur yang terfokus pada penyelesaian masalah
dan penyusunan strategi untuk mengatasi berbagai kendala dan peluang dalam mencapai
sasaran di masa depan (Wollenberg et.al, 2001). Skenario jalur yang dihasilkan dibedakan
menjadi tiga skenario yang meliputi skenario optimis (kondisi bebas banjir), skenario
moderat (kondisi ideal) dan skenario pesimis (kondisi aktual) (Schnaars & Ziamou, 2001).
Dalam penilaian skenario, diperlukan penentuan setiap parameter yang diteliti
harus memiliki syarat dapat diubah keadaannya oleh faktor manusia. Sehingga tidak
semua parameter yang dipakai dalam penentuan tingkat risiko bencana banjir di
Kabupaten Sidoarjo dapat digunakan dalam penentuan skenario. Pada variabel kerawanan
hanya digunakan parameter tutupan lahan dikarenakan dapat diubah oleh faktor manusia
dan diambil rerata dari nilai tutupan lahan agar bisa diolah dalam skenario jalur. Untuk
variabel kerentanan, dalam penelitian ini akan memakai seluruh parameter dalam variabel
kerentanan karena memenuhi syarat penilaian skenario yaitu keadaannya dapat diubah
oleh faktor manusia. Dalam perhitungan kerawanan bencana banjir di Kabupaten Sidoarjo
didapatkan hasil luas setiap tipologi per kecamatan. Agar hasil perhitungan kerawanan
dapat diolah bersama dengan perhitungan kerentanan dalam skenario jalur, maka
diperlukan perhitungan tingkat kerawanan bencana banjir di Kecamatan Sidoarjo sehingga
menghasilkan satu tipologi pada setiap kecamatan. Tahap selanjutnya menentukan
klasifikasi scenario, yang berfungsi untuk memudahkan langkah penentuan skenario jalur
yang akan dilakukan, diperlukan pengelompokkan klasifikasi kerawanan dan kerentanan
bencana banjir setiap kecamatan.
1. Penambahan luas hutan dan semak belukar melalui konversi lahan terbangun pada
Kecamatan Krian, Kecamatan Waru dan Kecamatan Gedangan serta konversi lahan
terbuka pada Kecamatan Buduran, Kecamatan Candi, Kecamatan Porong, Kecamatan
Tulangan, Kecamatan Tanggulangin, Kecamatan Krian, Kecamatan Balongbendo,
Kecamatan Wonoayu, Kecamatan Prambon, Kecamatan Taman, Kecamatan Waru,
Kecamatan Gedangan, Kecamatan Sedati dan Kecamatan Sukodono.
2. Pemberian banuan ekonomi terhadap rumah tangga miskin pada Kecamatan Porong,
Kecamatan Krian, Kecamatan Balongbendo, Kecamatan Prambon dan Kecamatan Waru
3. Sosialisasi penanaman tanaman produktif dengan ketahanan terhadap rendaman air dan
perbaikan infrastruktur yang dapat mencegah banjir, bantuan kepada pemilik lahan
pertanian/tambak yang terdampak pada Kecamatan Candi, Kecamatan Porong, Kecamatan
Tulangan, Kecamatan Tanggulangin, Kecamatan Krian, Kecamatan Balongbendo,
Kecamatan Wonoayu, Kecamatan Prambon, Kecamatan Gedangan dan Kecamatan
Sukodono
4. Pendistribusian kepadatan penduduk pada Kecamatan Candi, Kecamatan Krian,
Kecamatan Taman, Kecamatan Waru dan Kecamatan Gedangan
5. Pendistribusian relawan bencana pada Kecamatan Porong, Kecamatan Krian, Kecamatan
Balongbendo, Kecamatan Prambon, Kecamatan Taman, Kecamatan Gedangan,
Kecamatan Sedati dan Kecamatan Sukodono.
1. Penambahan luas hutan dan semak belukar melalui konversi lahan terbangun pada
Kecamatan Buduran, Kecamatan Candi, Kecamatan Porong, Kecamatan Tulangan,
Kecamatan Taman, Kecamatan Waru, Kecamatan Gedangan dan Kecamatan Sukodono
2. Pemberian bantuan ekonomi terhadap rumah tangga miskin pada Kecamatan Porong,
Kecamatan Tulangan, Kecamatan Krian dan Kecamatan Prambon
3. Sosialisasi penanaman tanaman produktif dengan ketahanan terhadap rendaman air dan
perbaikan infrastruktur yang dapat mencegah banjir, bantuan kepada pemilik lahan
pertanian/tambak yang terdampak pada Kecamatan Tulangan, Kecamatan Tanggulangin,
Kecamatan Balongbendo, Kecamatan Wonoayu, Kecamatan Prambon, Kecamatan Taman
dan Kecamatan Sukodono
4. Pendistribusian kepadatan penduduk pada Kecamatan Taman, Kecamatan Waru,
Kecamatan Gedangan dan Kecamatan Sukodono
5. Pendistribusian relawan bencana pada Kecamatan Tanggulangin, Kecamatan Krian,
Kecamatan Balongbendo, Kecamatan Taman, Kecamatan Gedangan, Kecamatan Sedati
dan Kecamatan Sukodono.
1. Membuat fungsi sungai dan selokan dapat bekerja dengan baik. Sungai dan selokan adalah
tempat aliran air sehingga jangan sampai tercemari dengan sampah atau menjadi tempat
pembuangan sampah yang akhirnya menyebabkan sungai dan selokan menjadi tersumbat.
2. Melakukan reboisasi tanaman khususnya jenis tanaman dan pepohonan yang dapat
menyerap air dengan cepat.
3. Memperbanyak dan menyediakan lahan terbuka untuk membuar lahan hijau untuk
penyerapan air.
4. Berhenti membangun perumahan di tepi sungai, karena akan mempersempit sungai dan
sampah rumah juga akan masuk sungai.
5. Berhenti membangun gedung-gedung tinggi dan besar, karena akan menyebabkan bumi
ini akan semakin sulit menahan bebanya dan membuat permukaan tanah turun.
6. Hindari penebangan pohon-pohon di hutan secara liar dan juga di bantaran sungai, karena
pohon berperan penting untuk pencegahan banjir. Sebenarnya menebang pohon tidak
dilarang bila kita akan menanam kembali pohon tersebut dan tidak membiarkan hutan
menjadi gundul.
Dengan melakukan cara penanggulangan banjir tersebut kita dapat mencegah bencana
banjir. Karena selama ini pemerintah pun telah bekerja keras untuk mencegah terjadinya
banjir, tetapi semua masyarakat pun harus mendukung agar semua bisa teratasi dengan
baik.
a. Penyusunan master plan terkait zonasi dan peruntukan penggunaan lahan di wilayah
penelitian
b. Penyusunan master plan terkait fasilitas perlindungan yang meliputi jalur evakuasi
dan tempat perlindungan masyarakat dari bencana di wilayah penelitian