Anda di halaman 1dari 2

TOR PODCAST RUANG KOLABORASI

TANGGAL: 4 September 2020


TEMA: Banjir di Kota Medan
NARASUMBER:
Peranita Sagala - pengamat tata kota/arsitek

- SEGMEN 1 -
1. MENANYAKAN KABAR DAN AKTIVITAS NARASUMBER SAAT INI SEBAGAI ARSITEK
2. MEMPERKENALKAN NARASUMBER MENGENAI TOPIK PEMBAHASAN
3. MENANYAKAN PENDAPAT NARASUMBER TENTANG KORELASI ANTARA BANJIR DAN SAMPAH DI KOTA
MEDAN
4. MENANYAKAN PENDAPAT NARASUMBER MENGENAI TATA KOTA MEDAN YANG SELALU MENJADI
LANGGANAN BANJIR

- SEGMEN 2 -
1. BAGAIMANA PENDAPAT NARASUMBER MENGENAI AKTIVITAS PENGERUKAN PARIT YANG DILAKUKAN
SETIAP TAHUN
2. BAGAIMANA PENDAPAT NARASUMBER MENGENAI PENANGANAN BANJIR YANG SELAMA INI
DILAKUKAN PEMKO MEDAN ?
3. MENANYAKAN NARASUMBER MENGENAI SOLUSI MENGGUNAKAN RTH DAN PROGRAM BIOPORI UNTUK
MENGATASI BANJIR DI KOTA MEDAN
4. MENANYAKAN NARASUMBER MENGENAI SOLUSI ALTERNATIF JANGKA PENDEK UNTUK MENGATASI
BANJIR MENGINGAT SEBENTAR LAGI MEMASUKI MUSIM PENGHUJAN

- SEGMEN 3 -
KESIMPULAN. CLOSING

Ketua DPRD Kota Medan dari Fraksi PKS Rajuddin Sagala, Kamis (30/1/2020).
Dia mengatakan selama ini koordinasi antar-dinas untuk penanganan masalah banjir di
Medan buruk. Salah satunya soal pengerukan parit yang dinilainya terkadang hanya
formalitas.

"Perumahan semakin banyak harusnya parit itu bukan hanya dikorek, tapi diperlebar
juga. Pengawasannya juga lemah, mana yang sudah dikorek, mana yang belum itu kita
minta datanya ke Perkim mereka tidak tahu itu. Sampai sekarang datanya tidak
diberikan. Ada juga pengorekan yang sekedar formalitas. Belum lagi pembangunan
aspal dibangun, parit belum siap. Supaya nanti kalau aspal dibuat, hujan, parit
siap menampungnya. Itu tidak terjadi selama ini. Perkim jalan sendiri dengan
programnya, PU juga jalan sendiri. Mereka tidak saling koordinasi," ujar Rajuddin.

--

Selain itu, Anggota DPRD Kota Medan dari Fraksi Demokrat Ishaq Abrar M Tarigan
mengatakan wilayah yang kerap menjadi langganan banjir ada di bagian utara Kota
Medan. Namun, dia menilai drainase di kawasan itu tergolong sempit dan tersumbat
lumpur.

"Di Medan utara sebagai hilir Kota Medan memiliki drainase yang sempit dan
tersumbat oleh endapan lumpur serta sampah yang menyebabkan aliran air jadi
terhambat. Padahal debit air semakin tinggi. Seperti Kelurahan Mabar Hilir,
Kecamatan Medan Deli saat ini tidak jelas alirannya pembuangannya karena belum
tersambungnya aliran ke Sungai Deli," ujar Ishaq.

Dia mengatakan aliran air yang harusnya menjadi alternatif ke Parit Busuk, Percut
Sei Tuan, juga tertutup tumlukan tanah. Dia meminta Pemko Medan bekerja sama dengan
Pemprov Sumut dan Pemkab Deli Sedang untuk mengatasi masalah banjir.
"Saat ini solusi yang tepat untuk dilakukan Pemko Medan adalah segera bersihkan
drainase yang ada di Medan utara melalui Dinas PU bersama P3SU Kecamatan," ujarnya.

---

Sekitar 80 persen bencana yang terjadi di wilayah Provinsi Sumut tahun 2019
merupakan bencana hidrometeorologi seperti puting beliung, tanah longsor, dan
banjir. Salah satu wilayah yang terdampak banjir yakni Kota Medan. Untuk mengatasi
banjir di Medan, Pemprov Sumut melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Provinsi Sumut mencanangkan gerakan sejuta Biopori, penanaman vetiver (tanaman
pencegah longsor), dan penataan model tanaman penghijauan.

--

biopori merupakan lubang resapan berupa pipa berdiameter 10 sampai 30 sentimeter


yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah. Di kedalaman 100 sampai 120 sentimeter,
pipa ini dapat menyimpan air sebanyak tiga meter kubik. Jadi, sejuta biopori dapat
menyimpan tiga juta meter kubik. Sementara vetiver adalah rumput konservasi lahan
yang mampu menyimpan air dan mengikat tanah. Riadil berharap seluruh pihak termasuk
pengembang perumahan turut menyukseskan program ini dengan mulai ikut membuat
minimal satu rumah satu biopori dan menanam tanaman vetiver.

Anda mungkin juga menyukai