Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH HUJAN DERAS YANG MENYEBABKAN BANJIR

DAN MENGAKIBATKAN RUSAKNYA JALUR


NANGARORO-MAUNORI DI KECAMATAN NANGARORO
KABUPATEN NAGEKEO

OLEH :

KLAUDIA SINDISIA TEPI SOBA


(2022310794)

PRODI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS FLORES
ENDE
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana telah melimpahkan
rahmat dan berkat sehingga saya dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Saya senang
karena dapat menyajikan makalah ini kepada para pembaca, meskipun laporan ini kami susun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Geologi Teknik, namun saya juga berharap makalah ini dapat
membantu penulis dan pembaca agar mengetahui lebih lanjut mengenai “MAKALAH HUJAN DERAS
YANG MENYEBABKAN BANJIR DAN MENGAKIBATKAN RUSAKNYA JALUR NANGARORO-
MAUNORI DI KECAMATANNANGARORO KABUPATEN NAGEKEO”yang mana akan menjadi
topik makalah saya kali ini. Namun penulis menyadari, makalah ini tidak akan tersusun dan
terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami
ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :

- Ibu Ir. Veronika Miana Radja, ST., MT., IPM. –

Dan teman-teman yang telah memberikan banyak informasi dan masukan, juga kepada semua pihak
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk membangun, karena penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Semoga laporan ini memberi manfaat bagi para pembaca semuanya. Amin. Terimakasih.

Ende, 3 Januari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Judu...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I.PENDAHULUAN............................................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................
BAB II.PEMBAHASAN6
2.1 Struktur Geologi Kabupaten Nagekeo dan Kecamatan
Nangaroro......................................................................................................
2.2Akibat Curah Hujan Yang Tinggi Terhadap Kecamatan
Nangaroro.....................................................................................................
2.3 Faktor Yang Memicu Terjadinya Banjir di Kecamatan
Nangaroro.....................................................................................................
2.4 Metode yang Dilakukan Untuk Menanggulangi Banjir
Di Kecamatan Nangaroro.............................................................................
BAB III.PENUTUP8
3.1 Kesimpulan..................................................................................................
3.2 Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana, termasuk
bencana alam. Bencana alam merupakan fenomena alam yang dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya dapat menyebabkan
korban jiwa, kerugian harta benda dan kerusakan pembangunan yang telah dibangun
selama ini. Bencana alam yang terjadi akibat eksploitasi sumberdaya alam tanah, hutan,
dan air secara berlebihan serta akibat perubahan cuaca atau iklim global telah
mengakibatkan bertambahnya lahan kritis, selain itu dampaknya akan mengubah tata
guna air, sehingga dapat mengakibatkan banjir, kekeringan, tanah longsor, kebakaran
hutan dan lahan serta meningkatnya laju erosi dan sedimentasi.
Masalah Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan, yang biasanya kering,
oleh air yang berasal dari sumber-sumber air di sekitar daratan. Sumber-sumber air
tersebut antara lain sungai, danau, dan laut. Yang hanya bersifat sementara karena bisa
surut kembali. Banjir terjadi karena sumber-sumber air tersebut tidak mampu lagi
menampung banyaknya air, baik air hujan, salju yang mencair, maupun air pasang
sehingga air meluap melampaui batas-batas sumber air. Air yang meluap tersebut juga
tidak mampu diserap oleh daratan di sekitarnya sehingga daratn menjadi tergenang.
Hujan yang sangat deras dalam jangka waktu yang lama adalah penyebab umum
terjadinya banjir di dunia (BPBD Nasional RI). Akibat dari bencana banjir tentunya
sangat merugikan bagi seluruh penduduk yang tinggal di daerah tersebut, karena dapat
menimbulkan kerugian harta benda bahkan jiwa. Bencana banjir yang terjadi bisa di
sebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor alamiah dan banjir yang di akibatkan oleh ulah
manusia. Banjir adalah salah satu bencana yang cukup populer di Indonesia pada musim
hujan karena beberapa wilayah di Indonesia sering mengalami bencana banjir. Dibanding
dengan bencana lain, bencana banjir menempati urutan pertama bencana yang paling
sering menimpa beberapa wilayah di Indonesia.

4
Menurut Agung Laksono (2012) selama tahun 2012 terdapat 4.291 kasus banjir,
kemudian puting beliung 1.998 kasus dan longsor 1.815 kasus. Sebanyak 2.461 kejadian
bencana alam terjadi di Indonesia pada periode 1 Januari hingga 18 November 2021.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.028 kejadian atau 42% merupakan bencana banjir.
. Peristiwa banjir setiap tahun berulang, namun permasalahan tersebut sampai saat ini
belum terselesaikan. Banjir yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia pada umumnya
selalu dikaitkan dengan adanya aktifitas alih fungsi lahan yang marak terjadi di daerah
hulu sungai. Namun, aktifitas manusia di daerah hulu sungai tidak begitu saja dapat
mengganggu sistem aliran air. Banyak faktor lain yang bisa menyebabkan banjir di
dataran rendah. Kecuali bila dilakukan penebangan dan alih fungsi lahan besar-besaran
yang akan mengakibatkan tingginya tingkat erosi. Hal tersebut akan mengakibatkan
banyaknya jumlah sedimen yang terkikis oleh hempasan air yang besar lalu terbawa oleh
aliran air sungai yang mengakibatkan pendangkalan sungai di daerah hilir. Dengan
terjadinya pengendapan di daerah hilir maka sungai tidak mampu menampung air yang
besar dan bisa menyebabkan luapan air ketika hujan turun. Daerah yang juga tidak luput
dari banjir ialah kabupaten Nagekeo,tepatnya di kecamatan nangaroro. Banjir akibat
hujan deras yang mengguyur Desa Podenura, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur
merusak badan jalan yang menghubungkan jalur Kecamatan Nangaroro ke Keo Tengah
(Maunori), Banjir akibat hujan deras itu mengakibatkan ruas jalan terputus sehingga
kendaraan roda dua dan empat dari dua arah tidak bisa melintas.
Banjir akibat hujan deras tersebut telah merusak badan jalur Nangaroro-Maunori dan
sudah meluap memasuki area perkampungan,. Tidak ada jalur alternatif lain yang
menghubungkan dua kecamatan itu.

1.2Rumusan Masalah
a) Bagaimana Struktur geologi Kecamatan Nangaroro,kabupaten Nagekeo?
b) Apa saja akibat dari curah hujan yang tinggi terhadap kecamatan Nangaroro di
kabupaten Nagekeo?
c) Faktor apa saja yang berpotensi memicu banjir di kecamatan Nangaroro kabupaten
Nagekeo?
d) Apa saja metode yang digunakan untuk penanggulangan masalah banjir yang terjadi
di kecamatan Nangaroro tersebut?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Struktur Geologi Kabupaten Nagekeo dan Kecamatan Nangaroro

Kabupaten Nagekeo membentang di antara 8˚26’ 00” LS – 8˚64’ 40” LS dan 121˚6’20”
BT – 121˚32’ 00” BT. Kabupaten Nagekeo memiliki batas-batas wilayah geografis sebagai
berikut :

 Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Ende


 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Ngada
 Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Flores
 Sebelah selatan : berbatasan dengan Laut Sawu.

Akses dari Ibu Kota Provinsi ke Kabupaten Nagekeo hanya dapat dijangkau
menggunakan moda transportasi udara dan laut.

Secara administrasi, pemerintahan wilayah Kabupaten Nagekeo sampai dengan tahun


2015 terbagi dalam 7 Kecamatan dan 97 desa/kelurahan dengan ibu Kota adalah Mbay yang
terletak di Kecamatan Aesesa. Kondisi topografi kabupaten ini sebagian besar merupakan
kawasan perbukitan dengan kemiringan 16°-60° yang luasnya mencapai 141.696 km 2 atau
37,16% dari luas wilayah daratan.

1) Luas dan Tinggi Wilayah

Gambaran umum 7 kecamatan yang berada di Kabupaten Nagekeo dapat dilihat pada
grafik di bawah ini.

Tabel 1.Ibukota Kecamatan, Luas, dan Ketinggian Kabupaten Nagekeo Per Kecamatan 2020

Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas Wilayah Persentase Ketinggian

6
Luas
Wilayah

[1] [2] [3] [4] [5]

Mauponggo Mauponggo 102,52 7,24% 20,00

Keo Tengah Maundai 65,62 4,63% 28,00

Nangaroro Nangaroro 238,02 16,80% 10,00

Boawae Boawae 325,42 22,97% 530,00

Aesesa Selatan Jawakisa 71,00 5,01% 412,00

Aesesa Danga 432,29 30,51% 25,00

Wolowae Marilewa 182,09 12,85% 22,00

Nagekeo 1.416,96 100%

Sumber : Badan Pusat Statistik Nagekeo dalam angka, 2021 (diolah)

Jarak antar kecamatan terhadap Ibukota Kabupaten Nagekeo (Mbay) dapat dilihat pada grafik di
bawah ini.

Gambar 1. Jarak Antar Kecamatan terhadap Ibukota Kabupaten Nagekeo Tahun 2020
Sumber : Badan Pusat Statistik dalam angka, 2021. (Diolah)

7
2) Kondisi Fisik

a. Topografi

Topografi Kabupaten Nagekeo sebagian besar berbukit, bergunung dan berlembah. Memiliki lereng-
lereng yang curam yang umumnya terletak di daerah pantai. Keadaan tersebut dapat dirincikan
sebagai berikut :

 Topografi dengan ketinggian 0-25 m dpl, yaitu dengan luas 29.863 ha atau sekitar 17,24%
dari total luas wilayah Kabupaten Nagekeo, meliputi daerah pesisir pantai utara (sebagian
besar) dan daerah pesisir pantai selatan serta daerah pesisir pantai pulau-pulau kecil lainnya.
Topografi ini berupa permukaan tanah datar sampai landai, Sangat rawan terhadap
pencemaran yang langsung berhubungan dengan air tanah yang cukup.

 Topografi dengan ketinggian 25-100 m dpl, yaitu dengan luas 20.843 ha atau sekitar 12,03%
dari total luas wilayah Kabupaten Nagekeo, merupakan wilayah lanjutan daerah pesisir yang
sebagian besar juga terdapat di bagian utara wilayah Kabupaten Nagekeo dan sebagian
kecilnya di bagian selatan dan pulau-pulau kecil lainnya.

 Topografi dengan ketinggian 100-500 m dpl, yaitu seluas 48.171 ha atau sekitar 27,81% dari
total luas wilayah Kabupaten Nagekeo, merupakan wilayah lereng atau kaki gunung dan
perbukitan yang juga merupakan daerah peralihan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau
pegunungan.

 Topografi dengan ketinggian 500-1000 m dpl, yaitu seluas 70.216 ha atau sekitar 40,54% dari
total luas wilayah Kabupaten Nagekeo, yang merupakan daerah pegunungan.

 Topografi dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl, yaitu seluas 4.098 ha atau sekitar 2,37%
dari total luas wilayah Kabupaten Nagekeo, yang merupakan daerah pegunungan atau dataran
tinggi dan hanya terdapat di beberapa kecamatan saja.

b. Geologi dan Morfologi

Berdasarkan data geologi dan tata lingkungan yang meliputi sebaran struktur geologi di wilayah
Kabupaten Nagekeo, dimana terdapat beberapa batuan dan formasi batuan seperti aluvium dan
endapan pantai, formasi kiro, batuan gunung api tua.

8
c. Klimatologi

Pada tahun 2015, rata-rata suhu udara minimum di Kabupaten Nagekeo adalah 22,8°C –29,8°C. Suhu
udara maksimum terjadi pada bulan Nopember (34,8°C) dan suhu udara minimum terjadi pada bulan
Agustus (20,5oC). Di tahun yang sama, kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Maret
(89%) dan terendah terjadi pada bulan September (67%) dengan kelembaban udara tahunan rata-rata
77,67 %.

d. Kerawanan Bencana

Berdasarkan data BPS, bencana alam yang tercatat dalam kurun waktu 2018-2020 adalah banjir,
gempa bumi, dan tanah longsor. Berdasarkan RTRW Kabupaten Nagekeo 2011-2031, perincian
daerah rawan bencana adalah sebagai berikut.

Tabel 2.Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Nagekeo

No Kawasan Lokasi

6.143 (enam ribu seratus empat puluh tiga) hektar, meliputi: Desa
Mulakoli, Desa Wea Au, dan Desa Kelimado di Kecamatan Boawae;
Kawasan
beberapa wilayah di Desa Renduteno, Renduwawo, Tengatiba,
1 Rawan Tanah
Rendubutowe dan Langedhawe di Kecamatan Aesesa Selatan dan Desa-
Longsor
desa di Kecamatan Keo Tengah serta desa dan kelurahan di Kecamatan
Mauponggo dan Kecamatan Nangaroro.

Kawasan 1.487 (seribu empat ratus delapan puluh tujuh) hektar diindikasikan
Rawan berada di wilayah pesisir Kabupaten Nagekeo sebelah selatan yaitu
2
Gelombang pesisir pantai Mauponggo, Keo Tengah dan Nangaroro serta pesisir
Pasang utara pantai Aesesa dan Wolowae.

Luas    kurang lebih 36.076 (tiga puluh enam ribu tujuh puluh enam)
Kawasan hektar, terdapat di desa dan Kelurahan dalam wilayah Kota Mbay di
3
Rawan Banjir Kecamatan Aesesa; dan Desa  Totomala, Desa Anakoli, Desa
Tendakinde dan Desa Tendatoto di Kecamatan Wolowae.

4 Kawasan Berupa kawasan rawan bencana letusan gunung berapi yang berada di
Rawan Bencana sekitar gunung berapi Ebulobo, dengan radius jangkauan rawan bencana

9
No Kawasan Lokasi

berada di sekitar wilayah Kecamatan Boawae dan Kecamatan


Alam Geologi
Mauponggo.

Sumber : RTRW Kabupaten Nagekeo Tahun 2011-2031

3) Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Nagekeo pada tahun 2020 adalah sebanyak 165.413, dengan angka
pertumbuhan penduduk sebesar 0,46%. Kabupaten Nagekeo memiliki kepadatan penduduk cukup
rendah yaitu 114 jiwa/km2.

Tabel 3.Data Jumlah Penduduk Kabupaten Nagekeo, 2020

N
Kecamatan Jumlah Kepadatan Angka Pertumbuhan
o

1 Aesesa 45.101 106 1,09

2 Nangaroro 22.460 92 0,21

3 Boawae 42.291 119 0,64

4 Mauponggo 25.476 240 0,22

5 Wolowae 6.263 38 0,90

6 Keo Tengah 16.071 249 -1,33

7 Aesesa Selatan 7.751 88 0,62

Jumlah 165.413 114 0,46

Sumber: Disdukcapil Kabupaten Nagekeo, 2020

10
4) Prasarana Jalan

Prasarana jalan di Kabupaten Nagekeo berdasarkan data BPS bahwa panjang ruas jalan Kabupaten
Nagekeo adalah 731,23 km dimana 77,16% nya merupakan jalan kabupaten. Sebagian besar jalan
sudah menggunakan aspal namun masih terdapat jalan kerikil, tanah, dan lainnya sebesar 64,82%.
Jika ditinjau dari kondisi jalannya, terdapat 52,13% jalan yang masuk kategori rusak-rusak berat.
Rincian kondisi, jenis, dan tingkat kewenangan jalan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 14.Tingkat Kewenangan, Kondisi, dan Jenis Jalan Kabupaten Nagekeo

No. Jenis Jumlah Persentase

1 Negara  92,00 12,58%

2 Provinsi  75,00 10,26%

3 Kabupaten  564,23 77,16%

Jumlah

 731,23 100,00%

No. Jenis Jumlah Persentase

1 Baik  216,17 38,31%

2 Sedang  53,94 9,56%

3 Rusak  18,72 3,32%

4 Rusak Berat  275,40 48,81%

Jumlah
 564,23 100,00%

No. Jenis Jumlah Persentase

1 Aspal  198,52 35,18%

2 Kerikil  234,26 41,52%

11
3 Tanah  – 0,00%

4 Lainnya  131,45 23,30%

Jumlah  564,23 100,00%

                         Sumber : BPS Kabupaten Dalam Angka, 2021. (Diolah)

5) Prasarana Drainase

Berdasarkan RPIJM 2010 – 2012, Kabupaten Nagekeo saat ini sangat rawan terhadap genangan air,
hampir setiap kali hujan dengan intensitas yang agak tinggi mengakibatkan beberapa kawasan
permukiman maupun jalan terendam air. Kondisi ini terjadi karena berkurangnya luas areal resapan
akibat perubahan penggunaan lahan dan juga karena drainase yang ada belum terbangun dengan baik.
Drainase hanya terbangun di daerah yang dilalui oleh jalan arteri dan jalan lokal sehingga lebih
banyak berfungsi untuk menampung air limpasan dari badan jalan tetapi belum dapat mengakomodasi
air limpasan dari kawasan sekitarnya. Untuk kawasan permukiman, air permukaan biasanya langsung
diresapkan ke dalam tanah, hal inilah yang mengakibatkan terjadinya genangan pada beberapa
kawasan permukiman di Kabupaten Nagekeo pada saat musim penghujan. Selain itu, beberapa
kawasan yang sudah memiliki jaringan drainase namun masih mengalami genangan air, hal tersebut
disebabkan karena pendangkalan/penyumbatan oleh sampah, penutupan permukaan drainase oleh
masyarakat, penampang drainase yang tidak memadai sehingga tidak dapat menampung debit air yang
ada ataupun kondisi jalan yang lebih rendah dari drainase.

Berdasarkan data dari hasil review desain Master Plan Drainase di Kabupaten Nagekeo, diketahui
bahwa drainase primer di Kabupaten Nagekeo sebagian besar masih berupa drainase alam yaitu
berupa sungai maupun anak sungai, yang kondisi debitnya sangat berkurang atau kering pada saat
musim kemarau. Drainase sekunder di Kabupaten Nagekeo memiliki panjang saluran kurang lebih 64
km. Berdasarkan hasil survey, juga diketahui bahwa pada kawasan-kawasan tertentu kondisi
infrastruktur drainase banyak yang mengalami kerusakan, walaupun demikian tidak ada data yang
menggambarkan seberapa besar tingkat pelayanan drainase di Kabupaten Nagekeo.

Pada prinsipnya, pengembangan sistem drainase di Kabupaten Nagekeo tetap memanfaatkan sistem
drainase yang ada serta memanfaatkan sungai-sungai yang bermuara di pantai/laut atau pembuangan
alamiah yang berfungsi sebagai badan air penerima dari limpasan air hujan sebagai jaringan
pembuangan akhir.

12
2.2. Akibat dari Curah Hujan Yang Tinggi Terhadap Kecamatan Nangaroro di
Kabupaten Nagekeo

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Fransiskus


Xaverius Seda Sikka mengimbau warga pada lima kecamatan di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara
Timur. Lima kecamatan yang harus mewaspadai potensi bencana akibat hujan itu, yakni Kecamatan
Aesesa, Aesesa Selatan, Wolowae, Nangaroro, dan Boawae.
Dari prakiraan cuaca BMKG, curah hujan dapat mengakibatkan volume air sungai meningkat atau
banjir dan terjadi kerusakan pada sebagian tanaman. Aktivitas di jalanan juga menjadi sulit dan
sebagian kelompok masyarakat bisa terisolir.
Dampak lain yang ditimbulkan dari curah hujan ringan-sedang ini antara lain jembatan rendah yang
tidak bisa dilintasi, kerusakan pada jalan, kerusakan tanggul sungai, longsor, dan gangguan kegiatan
di pelabuhan.
"Terjadi genangan air di daerah pesisir atau dataran rendah dalam skala menengah dan alir banjir
berbahaya yang bisa mengganggu aktivitas warga.Atas kondisi ini, BMKG mengimbau warga untuk
waspada dan tetap memantau informasi cuaca hanya dari situs resmi BMKG. Warga diminta tidak
perlu beraktivitas di luar rumah jika tidak terlalu mendesak dan selalu bertukar informasi cuaca
dengan tetangga di sekitar rumah. BMKG meminta warga proaktif melakukan langkah mitigasi
mandiri, khususnya bagi warga yang bermukim pada daerah yang curam. Mereka dapat melakukan
evakuasi mandiri. Prakirawan cuaca BMKG menjelaskan, potensi curah hujan ringan-sedang yang
melanda 21 kabupaten/kota di wilayah NTT dan dapat mengakibatkan bencana hidrometeorologi.
Wilayah NTT telah berada dalam periode musim hujan dengan kondisi suhu muka laut yang hangat
dan kelembapan yang cukup basah di setiap lapisan atmosfer. Hal itu pun menyebabkan adanya
potensi hujan ringan hingga sedang yang juga dapat disertai petir dan angin kencang.

Akibat dari hujan deras yang mengguyur wilayah nagekeo dalam beberapa waktu terakhir
menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor yang melanda 4 kecamatan di Kabupaten
Nagekeo,salah satunya kecamatan Nangaroro tepatnya di desa Podenura. Hujan deras tersebut telah
menyebabkan banjir dan merusak akses transportasi kecamatan Nangaroro ke Keo Tengah
(Maunori),Kabupaten Nagekeo,Provinsi Nusa Tenggara Timur(NTT).Hingga saat ini,ruas jalan
tersebut tidak bisa diakses oleh warga,baik yang menggunakan roda dua maupun roda empat.
Pasalnya hujan deras yang mengguyur daerah itu selama tiga hari menyebabkan jalan yang
menghubungkan kecamatan Nangaroro dana Keo Tengah(Maunori) terputus akibat diterjang banjir.

13
2.3. Faktor-Faktor Yang Berpotensi Memicu Banjir Di Kecamatan
Nangaroro,Kabupaten Nagekeo

Secara alamiah, banjir diakibatkan curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan
timbulnya genangan air. Di saat bersamaan,sungai dan danau pun tidak mampu lagi menampung
debit air yang naik secara drastic akibat endapan lumpur dan tumpukan sampah. Selanjutnya air
akan meluap ke daratan dan menyebabkan banjir.

Banjir yang terjadi di kecamatan nangaroro merupahkan banjir akibat luapan air sungai
sekampung saat intensitas curah hujannya tinggi,baik curah hujan di bagian hulu sungai maupun
curah hujan lokal.

2.4. Metode Yang Digunakan Untuk Penanggulangan Masalah Banjir


Yang Terjadi Di Kecamatan Nangaroro Tersebut.

Banjir yang meredam Desa Podenura kecamatan nangaroro menyebabkan badan jalan
di wilayah itu rusak parah. Pemerintah kabupaten Nagekeo,Nusa Tenggara Timur(NTT)
bergerak melakukan perbaikan jalan. Penanganan desa Podenura saat ini yakni penanganan
sementara menggunakan alat berat untuk membangun badan jalan ukuran kendaraan roda
empat agar mengoptimalkan Kembali fungsi transportasi di wilayah itu.

Untuk menutupi material longsor yang menutupi badan jalan,,berdasarkan laporan


antara BPBD Nagekeo telah bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan umum untuk melakukan
pembersihan pada titik-titik longsor menggunakan alat berat. Selanjutnya,BPBD mengerakan
masyarakat melalui organisasi Desa Tangguh Bencana yang telah terbentu untuk melakukan
aktivitas mandiri penanganan bencana darurat.

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Masalah Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan, yang biasanya kering, oleh air yang
berasal dari sumber-sumber air di sekitar daratan. Sumber-sumber air tersebut antara lain
sungai, danau, dan laut. Yang hanya bersifat sementara karena bisa surut kembali. Banjir terjadi
karena sumber-sumber air tersebut tidak mampu lagi menampung banyaknya air, baik air hujan,
salju yang mencair, maupun air pasang sehingga air meluap melampaui batas-batas sumber air.
Air yang meluap tersebut juga tidak mampu diserap oleh daratan di sekitarnya sehingga daratn
menjadi tergenang. Hujan yang sangat deras dalam jangka waktu yang lama adalah penyebab
umum terjadinya banjir di dunia (BPBD Nasional RI). Akibat dari bencana banjir tentunya
sangat merugikan bagi seluruh penduduk yang tinggal di daerah tersebut, karena dapat
menimbulkan kerugian harta benda bahkan jiwa. Bencana banjir yang terjadi bisa di sebabkan
oleh 2 faktor yaitu faktor alamiah dan banjir yang di akibatkan oleh ulah manusia. Banjir adalah
salah satu bencana yang cukup populer di Indonesia pada musim hujan karena beberapa
wilayah di Indonesia sering mengalami bencana banjir. Dibanding dengan bencana lain,
bencana banjir menempati urutan pertama bencana yang paling sering menimpa beberapa
wilayah di Indonesia.
Daerah yang juga tidak luput dari banjir ialah kabupaten Nagekeo,tepatnya di kecamatan
nangaroro. Banjir akibat hujan deras yang mengguyur Desa Podenura, Kabupaten Nagekeo,
Nusa Tenggara Timur merusak badan jalan yang menghubungkan jalur Kecamatan Nangaroro
ke Keo Tengah (Maunori), Banjir akibat hujan deras itu mengakibatkan ruas jalan terputus
sehingga kendaraan roda dua dan empat dari dua arah tidak bisa melintas.Banjir akibat hujan
deras tersebut telah merusak badan jalur Nangaroro-Maunori dan sudah meluap memasuki area
perkampungan,. Tidak ada jalur alternatif lain yang menghubungkan dua kecamatan itu.

15
3.2. Saran

Berdasarkan data dari hasil review desain Master Plan Drainase di Kabupaten Nagekeo, diketahui
bahwa drainase primer di Kabupaten Nagekeo sebagian besar masih berupa drainase alam yaitu
berupa sungai maupun anak sungai, yang kondisi debitnya sangat berkurang atau kering pada saat
musim kemarau. Drainase sekunder di Kabupaten Nagekeo memiliki panjang saluran kurang lebih 64
km. Berdasarkan hasil survey, juga diketahui bahwa pada kawasan-kawasan tertentu kondisi
infrastruktur drainase banyak yang mengalami kerusakan, walaupun demikian tidak ada data yang
menggambarkan seberapa besar tingkat pelayanan drainase di Kabupaten Nagekeo.Pada prinsipnya,
pengembangan sistem drainase di Kabupaten Nagekeo tetap memanfaatkan sistem drainase yang ada
serta memanfaatkan sungai-sungai yang bermuara di pantai/laut atau pembuangan alamiah yang
berfungsi sebagai badan air penerima dari limpasan air hujan sebagai jaringan pembuangan akhir.

16
DAFTAR PUSTAKA

JALAN TRANS NANGARORO -MAUNORI PUTUS DITERJANG BANJIR - Desa


Podenura (opendesa.id)

Pemerintah Nagekeo bangun jalan darurat setelah banjir - ANTARA News Kupang, Nusa
Tenggara Timur - ANTARA News Nusa Tenggara Timur - Berita Terkini Nusa Tenggara
Timur

17
LAMPPIRAN

18
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai