Anda di halaman 1dari 21

FASE RECOVERY DALAM MENGATASI MASALAH BANJIR

(STUDI KASUS BPBD DI KECAMATAN MEDAN BELAWAN)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Program
Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara

Oleh:

SITI NURUL AMINAH SIREGAR

180903001

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................
2.1 Manajemen Bencana ………………………………………………………
2.2 Tahap pemulihan(fase Recovery) ………………………………………..
2.3 Banjir rob atau Air Pasang………….……………………..……………….
2.4.. Definisi Konsep……………………………………………….…………..
2.5 Kerangka Pemikiran………………………………………………………..
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................
3.1 Pendekatan Penelitian ...................................................................................
3.2 Lokasi Penelitian ...........................................................................................
3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ...............................................
3.4 Penentuan Informan .....................................................................................
3.5 Teknik Analisis Data ....................................................................................
3.5.1 Reduksi Data (Data Reduction)……………………………………….
3.5.2 Penyajian Data (Data Display)………………………………………..
3.5.3 Menarik Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion Drawing)………………
3.6 Teknik Keabsahaan Data...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang basah (humid tropic)

dengan ciri mempunyai curah hujan tinggi pada musim penghujan. Akibat

dibeberapa tempat di musim penghujan terjadi bencana banjir yang menimbulkan

korban dan kerugian baik nyawa maupun harta benda. Hampir disetiap musim

penghujan sering terjadi peristiwa bencana banjir yang muncul dimana-mana,

dengan lokasi dan tingkat kerusakan yang di timbulkannya sangat beragam.

Bencana alam banjir di Indonesia tampaknya dari tahun ketahun memiliki

kecenderungan meningkat, begitu juga bencana banjir setiap tahun terjadi di

seluruh penjuru tanah air. Kecendrungan meningkatnya bencana banjir di

Indonesia tidak hanya luasnya saja melainkan kerugian juga ikut bertambah pula.

Jika dahulunya bencana banjir hanya melanda kota-kota besar di Indonesia, akan

tetapi pada saat sekarang kepelosok tanah air. Lima faktor penting penyebab

banjir di Indonesia yaitu : faktor penghujan, factor retensi DAS, faktor kesalahan

perencaaan pembangunan alur sungai, factor pendangkalan sungai dan faktor

kesalahan tata wilayah dan pembangunan sarana dan prasarana.

Salah satu permasalahan di Kecamatan Medan Belawan, yaitu banjir

pasang/rob, saat ini daerah pesisir Kecamatan Medan Belawan sering terjadi

banjir pasang yang diakibatkan karena air laut pasang. Rob merupakan banjir

yang dibangkitkan dari air laut pasang dan mengakibatkan kerusakan bangunan,

sarana prasarana dan menghambat aktifitas kegiatan masyarakat serta industry.

Kondisi rob di Kecamatan Medan Belawan diperparah dengan banyaknya


penimbunan lahan di wilayah tersebut. Penurunan permukaan tanah merupakan

fenomena alami karena adanya pemampatan tanah yang masih lunak. Berkaitan

dengan hal tersebut maka perlu dilakukan kajian terhadap banjir rob di wilayah

tersebut. Kecamatan Medan Belawan adalah salah satu dari 21 kecamatan yang

berada dibagian utara kota medan berada pada ketinggian 3 meter di atas

permukaan laut . salah satu permasalahan di kecamatan medan belawan yaitu

banjir pasang/rob.

Saat ini daerah pesisir kecamatan Medan Belawan sering terjadi banjir

pasang yang di akibatkan karena air laut yang pasang. Banjir rob merupakan

genangan air laut pada bagian daratan pantai yang terjadi akibat air laut pasang.

Adanya pasang naik dan pasang surut akan mempengaruhi kondisi genangan

yang terjadi mengakibatkan ketinggian banjir rob bisa mencapai 2,3 meter dan

yang paling tinggi 2,7 meter kemudian akan terjadi pada siang dan sore hari.

akibat dari banjir ini banyak aktivitas orang yang terhalang dan kerugian karena

rumah mereka terendam banjir.

Dalam rangka mengatasi masalah banjir di kota Medan ada beberapa

Peraturan tentang Penanggulangan bencana diantaranya sebagai berikut :

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana

2. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3

Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan

Bencana Daerah.

3. Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 31 Tahun 2019 Tetamg

Tugas Fungsi Badan Penanggulangan Bencan Daerah Sumatera Utara.

4. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2018 Tentang


Penanggulangan Bencana.

5. Peraturan Walikota Nomor 55 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Perda

Kota Medan No.2 Tahun 2018 Tentang Penanggulangan Bencana.

Tindakan yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah melakukan

normalisasi drainase di beberapa titik di setiap kelurahan guna membersihkan

saluran drainase dan penanaman mangrove. Sehingga pada saat pasang surut

lebih cepat kembali ke laut serta melakukan solusi yang konkret atas terjadi

permasalahan banjir rob yang terjadi di medan belawan. dengan ini media cetak

yang saya baca mengenai masalah banjir rob yang terjadi di medan belawan

adalah sampaibsekarang pihak BPBD belum sepenuhnya menanggulangi bencana

banjir rob tersebut mereka hanya bisa membantu di situasi darurat saja semisal di

suruh hati hati karena gelombang laut bukannya membantu supaya air laut tidak

naik kepermukaan dengan membersihkan drainese dan penanaman mangrove.

Berikut Grafik Data Bencana Kota Medan 2020 :

Bulan Kebakaran Banjr Cuaca Tanah Lain- Jumlah

Ekstream Longsor Lain

(Gas

Alam)

Januari 10 2 1 0 1 13

Februari 12 4 0 0 1 17

Maret 12 0 0 0 0 12

April 5 0 0 0 0 5

Mei 9 2 0 0 0 17

Juni 8 0 0 0 0 12

Juli 5 4 0 0 0 14
Agustus 14 0 0 0 0 15

Septembe 17 1 0 0 0 27

Oktober 7 0 0 0 0 27

November 9 1 0 0 0 8

Desember 4 18 0 0 0 12

Jumlah 112 32 29 0 1 174

Dari data diatas dapat dilihat bencana banjir yang terjadi di kota Medan cukup

banyak. Hal ini tentu saja merugikan kegiatan masyarakat dan juga mengganggu

perekonomian maupun kesehatan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, maka dari

itu penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul : FASE RECOVERY

DALAM MENGATASI MASALAH BANJIR (STUDI KASUS BPBD DI

KECAMATAN MEDAN BELAWAN)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas, Perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimana Fase Recovery dalam mengatasi banjir (Studi Kasus BPBD di

kecamatan medan Belawan)

1.3 Tujuan

Setiap Penelitian yang di lakukan pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitiannya. Maka Dari itu, adapun tujuan penelitian ialah untuk
megetahui dan mendeskripsikan secara rinci tentang Fase Recovery dalam

mengatasi banjir (Studi Kasus BPBD di kecamatan medan Belawan)

1.4 Manfaat Penelitian

Disamping Tujuan yang hendak di capai, penelitian ini juga di harapkan dapat

bermanfaat . Adapun manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini di harapkan mampu memberikan manfaat bagi akademisi yang

berkompeten dalam pencarian informasi atau sebagai referensi mengenai fase

recovery(Fase Pemulihan) Bencana banjir di medan belawan

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini mampu memberikan masukan bagi pihak pihak yang berkepentingan

dalam Fase Recovery dalam mengatasi banjir (Studi Kasus BPBD di kecamatan medan

Belawan)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Bencana

2.1.1 Pengertian Manajemen Bencana

Manajemen Bencana Merupakan serangkaian kegiatan yang di laksanakan dalam

rangka usaha pencegahan, mitigasi kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan yang berkaitan

dengan kejadian bencana. Manajemen bencana dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kerugian

dan risiko yang mungkin terjadi dan mempercpat proses pemulihan pasca bencana itu

terjadiManajemen bencana terdiri dari dua tahap yaitu ex-ante (sebelum terjadi bencana) dan ex-past

(setelah terjadi bencana). Ex-ante terdiri dari mitigasi, pencegaham, dan kesiapsiagaan. Tahap ex-past

berupa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

Menurut University of Wisconsin, Manajemen Bencana adalah serangkaian kegiatan yang

didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan darurat untuk mempersiapkan kerangka untuk

membantu orang yang renta bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut.

Menurut Nurjannah (2012:42) Mengemukakan :

“ Manajemen Bencana Sebagai Proses dinamis tentang bekerjanya fungsi-fungsi manajemen


bencana seperti planning, organizing, actuating, dan controling. Cara kerjanya meliputi pencegahan,
mitigasi, dan kesiapsiagaan tanggap darurat dan pemulihan”

Selanjutnya, Agus Rahman (2006) Manajemen Resiko Bencana merupakan “ seluruh kegiatan

yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana pada sebelum, saat dan sesudah”
Menurut Universitas British Columbia, Manajemen Bencana adalah proses pembentukan atau

penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk mendorong pihak-pihak yang

terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial

maupun aktual

Berdasarkan beberapa pengertian oleh para ahli tersebut , maka dapat dinyatakan bahwa

manajemen bencana adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk mencegah/mengatasi segala

bencana

2.1.2 Model Manajemen Bencana

Adapun beberapa model dalam manajemen bencana memiliki tahapan – tahapan yang

dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman memiliki tiga tahap sebagai

berikut;

a. Pra-Bencana

Tahapan manajemen Bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra bencana

meliputi kesiagaan , peringatan dini , dan mitigasi.

1. Kesiagaan

Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui perorganisasian, serta langkah yang tepat

guna dan bergaya guna

2. Peringatan Dini
Langkah lainnya yang perlu di persiapkan sebelum bencana terjadi adalah

peringatan dini. Langkah ini di perlukan untuk memberi peringatan

kepada masyarakat tentang bencana yang akan terjadi sebelum kejadian

3. Mitigasi Bencana

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008 , mitigasi bencana

adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui

pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

untuk menghadapi ancaman bencana

Saat terjadi bencana Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana

adalah saat bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan dini,

maupun tanpa peringatan dini atau terjadi secara tiba-tiba. Dalam tahap ini, dibagi dalam

tahap tanggap darurat dan penanggulangan bencana.

a. Tanggap darurat

Tanggap darurat bencana (response) adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk

menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan

penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan

dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta

pemulihan prasarana dan sarana.

b. Penanggulangan bencana

Selama melakukan kegiatan tanggap darurat, upaya yang

dilakukan adalah menanggulangi bencana yang terjadi sesuai dengan sifat

dan jenisnya. Penanggulangan bencana memerlukan keahlian dan


pendekatan khusus menurut kondisi dan skala kejadian. Tim tanggap

darurat diharapakan mampu mengangani segala bentuk bencana

Setelah terjadi suatu bencana dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka langkah

berikutnya adalah melakukan :

a) Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan masyarakat

sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk

normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan

masyarakat pada wilayah pasca bencana. Di tingkat industri atau perusahan, fase

rehabilitasi dilakukan untuk mengembalikan jalannya operasi perusahaan seperti sebelum

bencana terjadi. Upaya rehabilitasi misalnya memperbaiki peralatan yang rusak dan

memulihkan jalannya perusahan

seperti semula.

b) Rekonstruksi

Rekonstruksi adalah pembangunan ulang semua prasarana dan sarana, kelembagaan

pada

wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintah maupun masyarakat dengan sasaran

utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, social dan budaya, tegaknya

hokum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan

bermasyarakat pada wilayah pasca bencana


Manajemen bencana pada dasarnya berupaya untuk menghindarkanmasyarakat dari bencana

baik dengan mengurangi kemungkinan munculnya hazard maupun mengatasi kerentanan.

Terdapat lima model manajemen bencana yaitu:

a. Disaster management continuum model.


Model ini mungkinmerupakan model yang paling popular karena terdiri dari
tahap-tahap yang jelas sehingga lebih mudah diimplementasikan. Tahap-tahap
manajemen bencana di dalam model ini meliputi emergency, relief, rehabilitation,
reconstruction, mitigation, preparedness, dan earlywarning.

a. Pre-during-post disaster model.


Model manajemen bencana inimembagi tahap kegiatan di sekitar bencana.
Terdapat kegiatan-kegiatanyang perlu dilakukan sebelum bencana, selama bencana
terjadi, dansetelah bencana. Model ini seringkali digabungkan dengan disaster
management continuum model

b. Contract-expand model.
Model ini berasumsi bahwa seluruh tahap-tahap yang ada pada manajemen
bencana ( emergency, relief, rehabilitation, reconstruction, mitigation, preparedness,
dan earlywarning ) semestinya tetap dilaksanakan pada daerah yang rawan bencana.
Perbedaan pada kondisi bencana dan tidak bencana adalah pada saat bencana tahap
tertentu lebih dikembangkan ( emergency dan relief ) sementara tahap yang lain
seperti rehabilitation, reconstruction, dan mitigation kurang ditekankan.

c. The crunch and release model.


Manajemen bencana ini menekankanupaya mengurangi kerentanan untuk
mengatasi bencana. Bilamasyarakat tidak rentan maka bencana akan juga kecil
kemungkinannyaterjadi meski hazard tetap terjadi.

d. Disaster risk reduction framework.


Model ini menekankan upayamanajemen bencana pada identifikasi risiko
bencana baik dalam bentuk kerentanan maupun hazard dan mengembangkan
kapasitas untuk mengurangi risiko tersebut.

2.1.3 Faktor Terjadinya Banjir Air Pasang atau Rob

Faktor terjadinya banjir air pasang atau Rob memiliki 2 faktor, yaitu faktor alam dan

faktor campur tangan manusia. Penyebab banjir rob oleh faktor alam, meliputi:

A) Kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pasang surut air laut

B) Dorongan air, angin, atau swell (gelombang yang bergerak dengan jarak sangat jauh

meninggalkan daerah pembangkitnya)

C) Badai di laut

D) Pencairan es kutub yang dipicu oleh pemanasan global.

Penyebab banjir rob oleh faktor manusia, antara lain:

A) Pemompaan air tanah yang berlebihan

B) Pengerukan alur pelayaran

C) Reklamasi pantai

D) Eksploitasi lahan pesisir yang menyebabkan penurunan muka air tanah sehingga

memicu amblesnya permukaan tanah dan intrusi air laut


2.2 Tahap Pemulihan Bencana (Fase Recovery)

Penanggulangan bencana atau disaster management merupakan salah satu wujud dari upaya

untuk melindungi semua masyarakat Indonesia. Penanggulangan bencana yaitu kewajiban bersama

antara pemerintah dan masyarakat yang didasarkan pada partisipasi, dukungan masyarakat serta

pemerintah daerah. Penanggulangan bencana ditujukan pada tahap sebelum terjadinya bencana yang

meliputi kegiatan pencegahan, dan kesiapsiagaan untuk memperkecil, dan mengurangi dampak yang

akan ditimbulkan oleh bencana. Penanggulangan bencana merupakan bagian dari kegiatan

pembangunan yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan masyarakat dan meningkatkan

kehidupan dan penghidupan masyarakat secara lahir batin.

Pemulihan Bencana juga bermanfaat untuk mengurangi kerugiaan masyarakat akibat pasca

bencana dan untuk mengembalikan masyarakat ke kondisi normal. Contoh: perumahan sementara,

bantuan keuangan; perawatan kesehatan ndonesia telah membuat perundang-undangan yang

mengatur tentang recovery yaitu pada Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2012 Bab

V tentang pemulihan pascakonflik yang tertuang pada pada Pasal 36 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

1. Ayat (1) pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban melakukan upaya pemulihan

pascakonflik secara terencana, terpadu, berkelanjutan, dan terukur.

2. Ayat (2) disebutkan upaya pemulihan pascakonflik sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)

meliputi rekonsiliasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

Adapun Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk pemulihan bencana tersebut meliputi:

1) Perbaikan lingkungan daerah bencana


2) Perbaikan prasarana dan sarana umum
3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
4) Pemulihan sosial psikologis
5) Pelayanan kesehatan
6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik
7) Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya
8) Pemulihan keamanan dan ketertiban
9) pemulihan fungsi pemerintahan, dan
10) pemulihan fungsi pelayanan publik

2.3 Banjir Rob atau Air pasang

Banjir rob adalah banjir di tepi pantai karena permukaan air laut yang lebih

tinggi daripada bibir pantai atau daratan di pesisir pantai. Banjir rob secara khusus

diartikan sebagai banjir yang diakibatkan oleh air laut yang menggenangi daratan

yang lebih rendah, tetapi sebenarnya tidak terbatas pada banjir yang berakibat oleh

air laut melainkan juga curah hujan tinggi di daratan yang menyebabkan air

melambat mengalir ke laut yang hasilnya akan mengakibatkan air tertahan dalam

waktu yang relatif lama di daratan pesisir pantai. Fenomena ini juga diperparah oleh

kondisi pasang naik air laut di waktu-waktu tertentu. Permasalahan banjir rob

merupakan permasalahan serius yang dihadapi beberapa wilayah pesisir di Indonesia

seperti pesisir utara Pulau Jawa, pesisir timur Sumatera Utara, pesisir pantai

Kalimantan Barat dan Selatan

Banjir rob merendam sejumlah kawasan di Kecamatan Medan Belawan, Kota

Medan, Sumatera Utara. Ketinggian air rata-rata mencapai 10 cm hingga 40 cm.

Masyarakat belawan menyatakan air Pasang tersebut kemungkinan terjadi di antara

pukul 11:00 WIB sampai pukul 16:00 WIB dan masyarakat sangat berharap pihak

pemerintah menanggapi permasalahan tersebut

(sumber; https://www.detik.com/sumut/berita/d-6129367)

Banjir rob adalah keadaan yang masuk dalam kategori bencana. Bencana

merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwan yang mengancam dan mengganggu

kehidupan masyarakat oleh faktor alam atau non alam sehingga menimbulkan korban

jiwa, kerusakan, lingkungan, kerugian harta benda, dan berdapak psikologis. Berikut

ini adalah dampak negatif banjir rob bagi masyarakat serta lingkungan, yaitu:
1. Kerugian Materi

Sudah dapat dipastikan jika kerugian materi adalah hal utama dari dampak banjir rob.

Kerugian material tersebut berupa terendamnya rumah warga, sehingga merusak

berbagai perabot dan perangkat elektronik. Selain itu, warga yang terkena imbas

banjir rob juga tidak tidak dapat melakukan kegiatan ekonomi secara baik.

2. Kerusakan Sarana dan Prasarana

Tidak hanya rumah-rumah warga yang terendam sehingga menyebabkan kerugian

ekonomi, berbagai sarana dan prasarana publik milik pemerintah juga demikian.

Bangunan perkantoran yang rusak akan membuat pelayanan publik terhambat.

Disamping itu, sifat air laut yang korosif juga memperparah kerusakan, seperti karat

pada motor dan mobil.

3. Lingkungan Kotor dan Kumuh

Tidak seperti air banjir lain yang datang dari permukaan tanah, air rob justru muncul

dari bawah tanah sehingga menjadikan kondisi tanah selalu becek dan tergenang.

Lingkungan seperti ini akan berpengaruh terhadap kebersihan lingkungan yang kian

memburuk.

4. Penularan Penyakit
Air kotor merupakan media tercepat penularan berbagai penyakit. Beberapa penyakit

yang umumnya muncul saat kondisi banjir adalah diare, gatal-gatal, ISPA, serta

demam berdarah.

5. Menganggu Sistem Transportasi

Kelancaran lalu lintas dan sistem transportasi saat terjadi genangan apsti akan

terganggu. Kondisi ini menyebabkan mobilitas penduduk terganggu sehingga

menimbulkan ekonomi berhenti.

Misalnya jika air rob menggenangi bandara, stasiun, atau terminal maka sistem

transportasi daerah tersebut dipastikan lumpuh. Selain itu, berbagai jenis kendaraan

yang tergenang berpotensi rusak karena air laut memiliki kadar salinitas tinggi.

6. Kekurangan Air Bersih

Genangan air rob akan menyebabkan kelangkaan air bersih. Sumur serta sumber air

tanah warga akan tercemar sehingga tidak layak konsumsi. Selain itu, banjir yang

menggenangi septic tank serta sampah akan berpotensi menyebabkan berbagai

penyakit menular.

2.4 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan menyederhanakan

pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang

berkaitan satu dengan yang lainnya. Peranan konsep sangat penting dalam penelitian
karena dapat menghubungkan dunia teori dan dunia observasi, antara abstraksi

dengan

realitas (Singarimbun dan Effendi, 2006: 33).

Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing

konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep dari

penelitian ini, yaitu:

1. Manajemen Bencana

Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk

meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan

analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,

penanganan darurat, rehabilitas dan rekonstruksi bencana

2. Pemulihan Bencana (Fase Recovery)

Pemulihan Bencana atau Fase Recovery adalah pemulihan atau

mengembalikan kondisi lingkungan yang rusak atau kacau akibat bencana

seperti pada mulanya

3. Model Manajemen Bencana

Model Manajemen Bencana adalah suatu cara yang di pergunakan untuk

mengurangi maupun mencegah terjadinya bencana

2.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur pemikiran yang akan membantu

peneliti dalam memahami fenomena dan teori yang akan digunakan

sehingga dapat dicapai output yang tepat dalam penelitian ini. Berikut adalah

gambar kerangka pemikiran pada penelitian ini:

Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007 Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana

Manajemen Bencana
/

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai