REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................1
1.2. Maksud...........................................................2
1.3. Tujuan............................................................3
1.4. Landasan Hukum.............................................3
BAB V PENUTUP.............................................................15
LAMPIRAN ...........................................................................16
29 September 2006
2
BAB I
PENDAHULUAN
Secara umum kendala-kendala yang dihadapi dalam penanganan drainase antara lain
menurunnya perhatian pengelola pembangunan bidang drainase khususnya mengenai
masalah operasi dan pemeliharaan, pola pikir dan kesadaran masyarakat yang rendah
akan lingkungan hidup yang bersih dan sehat dan lemahnya institusi pengelola
prasarana dan sarana drainase dan ketidak mampuan untuk menyusun program yang
dibutuhkan.
3
sangat penting untuk menurunkan resiko genangan, belum optimalnya koordinasi
antara pihak terkait agar system pengaliran air hujan dapat berjalan dengan baik.
Kebijakan tersebut tentunya perlu ditindak lanjuti dengan Jakstra yang lebih
opersional (jangka menengah) sesuai dengan RPJMN, RPJP dan Rentra Dep. PU
sebagai bahan masukan rencana kerja tahunan Direktorat Pengembangan PLP, Ditjen
Cipta Karya.
1.2. Maksud
1.3. Tujuan
4
e. UU No. 32 / 2004 tentang Pemerintah Daerah
f. UU No. 7 / 2004 tentang Sumber Daya Air
g. PP No. 23 / 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
h. PP No. 7 / 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2005- 2009
5
BAB II
2.1.Visi
Dari visi di atas selanjutnya perlu dirumuskan misi sebagai terjemahan lebih lanjut dari
visi yang telah ditetapkan; untuk dapat mengidentifikasi arah kebijakan yang akan
ditempuh.
2.2.Misi
Beberapa misi yang harus ditempuh untuk dapat mewujudkan visi penanganan
drainase adalah:
6
BAB III
Perubahan iklim tersebut antara lain curah hujan relatif tinggi dan dalam jangka waktu
yang rendah, muka air laut pasang cenderung lebih tinggi dan lain-lain.
Adanya fenomena perubahan iklim akibat pemanasan global yang ditandai dengan
kekeringan panjang, curah hujan tinggi berpotensi mengakibatkan bencana kebakaran
hutan saat kemarau dan bencana banjir saat musim hujan. Perubahan-perubahan
tersebut menyebabkan penanganan drainase yang relatif lebih sulit dan memerlukan
biaya yang lebih mahal.
Walaupun hingga saat ini telah lebih dari 240 kota ditangani, namun permasalahan
7
drainase masih sering dijumpai di kota-kota berkaitan dengan kualitas air yang
dialirkan. Selama ini belum ada kejelasan apakah fungsi saluran drainase untuk sistem
pematusan air hujan apakah juga untuk pembuangan air limbah dapur dan cuci (“ grey
water”), sementara fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan sistem air
limbah yang tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir aliran.
Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran akibat
penanganan sampah secara parsial oleh pengelola sampah dan masyarakat.
Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu terutama pada
sistem drainase yang dibangun oleh swasta/pengembang yang tidak selaras dengan
pembangunan drainase makro yang lingkupnya lebih luas dari wilayah tersebut.
Terbatasnya Master Plan drainase, seringkali pihak pengembang tidak punya acuan
untuk sistem lokal misalnya data peil banjir, sehingga penanganan sifatnya hanya
partial untuk wilayah yang dikembangkannya saja.
Bagi daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi luasan
air yang meresap, perlu dibuat aturan untuk menyiapkan penampungan air sementara
untuk mengedalikan debit puncak. Penampungan-penampungan tersebut dapat
dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam retensi di atap-atap gedung,
di dasar-dasar bangunan, waduk lapangan, yang selanjutnya dapat dialirkan secara
bertahap.
8
3.2. Tantangan Penanganan Drainase
9
BAB IV
Hal tersebut bertujuan memotong puncak banjir yang terjadi sehingga dimensi saluran
lebih ekonomis, dapat juga membantu menambah sumber-sumber air baku.
Penanganan drainase juga harus memakai pendekatan sistem, tidak secara partial,
parameter-parameter teknis ditentukan faktor alam setempat.
4.2.Sasaran Kebijakan
Sasaran pembangunan nasional bidang drainase sampai dengan tahun 2010 dijabarkan
dari sasaran target yang sama seperti yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2004 – 2009
dan Renstra Pekerjaan Umum th 2005 – 2009.
10
Sasaran Pembangunan Nasional bidang drainase 2005 – 2010 adalah sbb:
Terbebasnya saluran-saluran drainase dari sampah sehingga mampu meningkatkan
fungsi saluran drainase sebagai pematus air hujan dan berkurangnya wilayah genangan
permanen dan temporer hingga 75% dari kondisi saat ini.
Rumusan kebijakan dan strategis nasional bidang drainase ini pada dasarnya merupakan
penjabaran lebih lanjut dari kebijakan dan strategi nasional yang telah ditetapkan
terlebih dahulu dalam RPJMN 2005 – 2009 dan Renstra Pekerjaan Umum 2005 – 2009.
Dengan demikian rumusan kebijakan dan strategi nasional bidang drainase, secara
khusus juga ditujukan untuk mendukung terlaksananya sasaran pembangunan dan
terwujudnya pembangunan prioritas-prioritas program nasional yang telah ditetapkan
dalam RPJMN dan Renstra PU.
Salah satu dampak yang timbul dari peningkatan kepadatan penduduk dan
perkembangan kota adalah terjadinya peningkatan aliran permukaan yang berpotensi
meningkatkan debit banjir.
Peningkatan aliran permukaan tersebut, harus dikendalikan secara terpadu oleh instansi
terkait agar pengendalian debit puncak dapat dilakukan secara efektif dan efisien
berdasarkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan tata air suatu wilayah.
11
Strategi (1) : Penyiapan Rencana Induk Sistem Drainase yang terpadu
antara sistem Drainase utama, lokal dengan pengaturan dan
pengolahan sungai.
Pengembangan prasarana dan sarana Drainase oleh berbagai pihak (Pemerintah, swasta
dan masyarakat), mutlak harus mengacu pada rencana induk system Drainase yang
telah ditetapkan.
Rencana induk yang ditetapkan pada suatu wilayah harus mengacu kepada Rencana
Tata Ruang dan harus direncanakan secara terpadu dalam system tata air.
Pengendalian banjir seyogyanya tidak melulu bertumpu pada pengembangan sarana &
prasarana Drainase semata, karena pengembangan sarana & prasarana memiliki batas
pengembangan. Keterbatasan tersebut, meliputi keterbatasan lahan, keterbatasan daya
dukung sungai dan keterbatasan dana. Oleh karena itu untuk kabupaten dan kota yang
memiliki keterbatasan daya dukung tata air, maka pilihan strategi pengembangan
sarana & prasarana untuk konservasi air perlu dilaksanakan untuk mengendalikan
puncak bajir.
Strategi konservasi air ini perlu dilaksanakan sejak dari skala persil bangunan, kawasan
dan bahkan regional.
12
Strategi (2) : Penyiapan prioritas optimalisasi sistem
Mengingat upaya mengurangi sedimentasi pada saluran utama erat kaitannya dengan
perilaku masyarakat terhadap operasi & pemeliharaan Drainase lingkungan maka
diperlukan upaya penyadaran untuk mendorong peningkatan peran masyarakat dalam
memelihara dan membersihkan prasarana Drainase lingkungannya. Materi kampanye
penyadaran masyarakat ini meliputi hal-hal yang terkait dengan :
Operasi & pemeliharaan saluran drainase
Konservasi sumber daya air
13
Kebijakan (4): Mendorong dan memfasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota
dalam pengembangan sistem drainase yang efektif, efisien
dan berkelanjutan
Produk-produk pengaturan ini dapat sebagai acuan penanganan drainase yang efektif,
efisien dan berkelanjutan.
Bantuan stimulan pembangunan, bantuan teknis masih diperlukan untuk ibu kota
Kota/Kab yang cepat tumbuh, daerah khusus yang berpotensi pencemaran lingkungan
penyakit dan masyarakat penghasilan rendah. Dimaksudkan stimulan ini dapat
memperlancar perekonomian setempat dan perluasan kesempatan kerja.
14
BAB V
PENUTUP
Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Drainase merupakan arahan dasar yang masih
harus dijabarkan ke dalam rencana tindak secara lebih operasional oleh berbagai pihak yang
berkepentingan di bidang penanganan drainase, sehingga pada akhirnya Visi yang
diharapkan dapat dicapai dengan baik. Penjabaran secara teknis melalui kegiatan penyiapan
perangkat pengaturan, perencanaan, pemrograman, pelaksanaan, dan pengendalian serta
pengelolaan pembangunan dilakukan secara menyeluruh di semua tingkatan pemerintahan,
baik di Pusat maupun Daerah wilayah provinsi, kabupaten, dan kota.
Selanjutnya perlu adanya kesepakatan rencana tindak tingkat pusat dan daerah dalam
melaksanakan Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Drainase, serta mekanisme
koordinasinya. Pola peran serta masyarakat dan dunia usaha perlu dijabarkan sesuai kondisi
dan kebutuhan baik di pusat maupun di daerah.
DITETAPKAN DI
PADA TANGGAL
15
Kontak dan Informasi :
16
LAMPIRAN : KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN DRAINASE
2 Mengoptimalkan Pengembangan kapasitas operasi Bantuan stimulant prasarana dan sarana drainase di
sistem yang ada, & pemeliharaan sarana & daerah-daerah prioritas untuk pengembangan kualitas
rehabilitasi/pemeliha prasarana terbangunPenyiapan main drain
raan, prioritas optimalisasi sistem Kajian teknologi tepat guna dan ramah lingkungan
pengembangan dan
pembangunan baru
Replikasi model-model best practice, mis: dralingmas
(drainase lingkungan yang
berbasis masyarakat)
4 Mendorong/memfasil Penyiapan peraturan dan produk Bantuan stimulan prasarana dan sarana drainase,
itasi pemerintah hukum untuk penanganan penyediaan pedoman, tata cara pengelolaan, evaluasi
kab/kota dalam drainase, penyusunan NSPM kinerja
pengembangan bidang drainase Penyelenggaraan TOT
sistem drainase Membantu Kab/Kota GD dengan
yang efektif, efisien
Penyusunan pedoman/kajian sumber pembiayaan,
bantuan stimulan pembangunan kajian peluang kerjasama dengan swasta
dan berkelanjutan pada simpul-simpul yang tidak
tersentuh, serta perkuatan
institusinya
Mengembangkan sumber
pendanaan melalui retribusi
lingkungan
Mendorong swasta/masyarakat
untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan drainase