Anda di halaman 1dari 17

MENTERI PEKERJAAN UMUM

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM


NOMOR / PRT / M / 2006

TENTANG

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL


PENANGANAN DRAINASE

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


2006
DAFTAR ISI

Daftar Isi ..............................................................................i

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................1
1.2. Maksud...........................................................2
1.3. Tujuan............................................................3
1.4. Landasan Hukum.............................................3

BAB II VISI DAN MISI PENANGANAN DRAINASE


2.1. Visi.................................................................4
2.2. Misi.................................................................4

BAB III ISU, PERMASALAHAN DAN


TANTANGAN PENANGANAN DRAINASE
3.1. Isu Strategis dan Permasalahan
Penanganan Drainase...................................5
3.2. Tantangan Penanganan Drainase...................7

BAB IV KEBIJAKAN DAN STRATEGI


PENANGANAN DRAINASE
4.1. Skenario Penanganan Drainase.....................9
4.2. Penetapan Sasaran......................................9
4.3. Sasaran Kebijakan.......................................10
4.4. Kebijakan dan Strategi.................................10

BAB V PENUTUP.............................................................15

LAMPIRAN ...........................................................................16

29 September 2006

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat menimbulkan tekanan


terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan kawasan jasa/industri
yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun. Kawasan perkotaan yang terbangun
memerlukan adanya dukungan prasarana dan sarana yang baik yang mejangkau
kepada masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah.

Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering kurang


terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep
pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak kawasan-kawasan rendah
yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai
dihuni oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air permukaan yang
masuk ke saluran drainase dan sungai.

Hal-hal tersebut di atas membawa dampak rendahnya kemampuan drainase


mengeringkan kawasan terbangun, dan rendahnya kapasitas seluruh prasarana
pengendali banjir (sungai, polder-polder, pompa-pompa, pintu-pintu pengatur) untuk
mengalirkan air ke laut.

Jadi dampak pembangunan perkotaan, yang dasarkan ditujukan untuk memenuhi


kebutuhan hidup penduduk dapat pula menimbulkan masalah misalnya di bidang
drainase. Kondisi sarana dan prasarana drainase yang ada sampai dengan tahun 2000
mempunyai cakupan pelayanan nasional sekitar 49% (43.016 Ha) dari luas genangan
84.485 Ha.

Secara umum kendala-kendala yang dihadapi dalam penanganan drainase antara lain
menurunnya perhatian pengelola pembangunan bidang drainase khususnya mengenai
masalah operasi dan pemeliharaan, pola pikir dan kesadaran masyarakat yang rendah
akan lingkungan hidup yang bersih dan sehat dan lemahnya institusi pengelola
prasarana dan sarana drainase dan ketidak mampuan untuk menyusun program yang
dibutuhkan.

Dalam penanganan drainase perlu memperhatikan berbagai factor yang dapat


menimbulkan permasalahan, salah satunya berupa masalah genangan air. Pada saat
ini banyak terjadi masalah genangan air yang pada umumnya disebabkan antara lain
karena prioritas penanganan drainase kurang mendapat perhatian, kurangnya
kesadaran bahwa pemecahan masalah genangan harus melihat pada system jaringan
saluran secara keseluruhan yang mengakibatkan hambatan (back-water) dan beban
saluran dari hulunya, tidak menyadari bahwa system drainase kawasan harus terpadu
dengan system badan air regionalnya (system flood control), kurang menyadari bahwa
pemeliharaan (pembersihan dan perbaikan) saluran merupakan pekerjaan rutin yang

3
sangat penting untuk menurunkan resiko genangan, belum optimalnya koordinasi
antara pihak terkait agar system pengaliran air hujan dapat berjalan dengan baik.

Masalah-masalah tersebut diatas memerlukan pemecahan pengelolaan yang


diantaranya mencakup bagaimana merencanakan suatu system drainase yang baik,
membuat perencanaan terinci (DED), melakukan restrukturisasi institusi dan peraturan
terkait, dan membina partisipasi masyarakat untuk ikut memecahkan masalah
drainase.

Sesuai dengan semangat otonomi daerah bahwa penanganan masalah drainase


perkotaan/kawasan adalah menjadi tanggung jawab pemerintah kota atau kabupaten
pada daerahnya masing-masing. Jadi untuk melaksanakan tanggungjawab
penanganan masalah drainase kawasan maka aparat daerah yang terkait dengan
masalah ini atau aparat Propinsi dan Pusat yang melaksanakan pembinaan
memerlukan Kebijakan dan Strategi penanganan drainase yang cukup komprehansif.

Dengan adanya Kebijakan dan Strategi tersebut diharapkan diperoleh suatu


acuan/panduan dalam proses penanganan drainase perkotaan bagi seluruh
“Stakeholders” terutama dalam menangani masalah perencanaan dan pemrograman,
pembangunan dan pengelolaan drainase perkotaan. WASPOLA pada tahun 2001 telah
menyiapkan kebijakan nasional berbasis lembaga, telah mengarahkan pembangunan
bidang AMPL (termasuk drainase) sampai tahun 2015.

Kebijakan tersebut tentunya perlu ditindak lanjuti dengan Jakstra yang lebih
opersional (jangka menengah) sesuai dengan RPJMN, RPJP dan Rentra Dep. PU
sebagai bahan masukan rencana kerja tahunan Direktorat Pengembangan PLP, Ditjen
Cipta Karya.

1.2. Maksud

Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Drainase ini dimaksudkan sebagai


pedoman dan penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, pemrograman dan
pelaksanaan baik di puesat, daerah dan masyarakat, sehingga terjadi sinergi
penanganan yang optimal.

1.3. Tujuan

Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Drainase sebagaimana dimaksud di atas


bertujuan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan drainase melalui
rencana, program dan pelaksanaan kegiatan yang terpadu, efisien dan efektif.

1.4. Landasan Hukum

a. UU No. 17 / 2003 tentang Keuangan Negara


b. UU No. 25 / 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
c. UU No. 23 / 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
d. UU No. 4 / 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

4
e. UU No. 32 / 2004 tentang Pemerintah Daerah
f. UU No. 7 / 2004 tentang Sumber Daya Air
g. PP No. 23 / 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
h. PP No. 7 / 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2005- 2009

5
BAB II

VISI DAN MISI


PENANGANAN DRAINASE

2.1.Visi

Visi penanganan drainase dapat dirumuskan sebagai :

“ Masyarakat hidup sehat dengan lingkungan bersih, bebas genangan”

Dari visi di atas selanjutnya perlu dirumuskan misi sebagai terjemahan lebih lanjut dari
visi yang telah ditetapkan; untuk dapat mengidentifikasi arah kebijakan yang akan
ditempuh.

2.2.Misi

Beberapa misi yang harus ditempuh untuk dapat mewujudkan visi penanganan
drainase adalah:

 Membina penyelenggaraan pelayanan prasarana dan sarana drainase untuk


meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
 Membina pelaksanaan pembangunan dan mengembangkan prasarana dan sarana
penyehatan lingkungan permukiman mendukung pencegahan pencemaran
lingkungan
 Mendorong peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat
yang efektif dan efisien dan bertanggungjawab
 Mendorong terciptanya pengaturan berdasarkan hukum yang dapat diterapkan
pemerintah dan masyarakat untuk membangun pengelolaan pembangunan
penyehatan lingkungan permukiman
 Mendorong peningkatan kemampuan pembiayaan menuju ke arah kemandirian
 Mendorong peran serta aktif masyarakat dalam proses pembangunan prasarana dan
sarana drainase
 Mendorong peningkatan peran dunia usaha, perguruan tinggi melalui penciptaan
iklim kondusif bagi pengembangan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan
permukiman

6
BAB III

ISU, PERMASALAHAN, DAN TANTANGAN


PENANGANAN DRAINASE

3.1. Isu Strategis dan Permasalahan Penanganan Drainase

Perumusan kebijakan dan strategi penanganan drainase pada dasarnya adalah


mewujudkan visi tentang Penyehatan Lingkungan Permukiman yang diharapkan akan
dapat terjadi pada masa yang akan datang. Perumusan visi tersebut didasarkan pada
isu-isu utama yang dihadapi dalam penanganan drainase pada saat ini. Isu-isu
tersebut mencakup :

a. Kecenderungan Perubahan Iklim

Beberapa tahun belakangan ini, kecenderungan perubahan iklim banyak terjadi di


beberapa tempat di Indonesia, terutama di Kota Metropolitan dan Kota Besar, di tepi
pantai dan dataran rendah, kota yang dilalui sungai besar dan terpengaruh pasang
surut.

Perubahan iklim tersebut antara lain curah hujan relatif tinggi dan dalam jangka waktu
yang rendah, muka air laut pasang cenderung lebih tinggi dan lain-lain.

Adanya fenomena perubahan iklim akibat pemanasan global yang ditandai dengan
kekeringan panjang, curah hujan tinggi berpotensi mengakibatkan bencana kebakaran
hutan saat kemarau dan bencana banjir saat musim hujan. Perubahan-perubahan
tersebut menyebabkan penanganan drainase yang relatif lebih sulit dan memerlukan
biaya yang lebih mahal.

b. Perubahan Fungsi Lahan Basah

Akibat kebutuhan lahan yang sangat besar untuk pengembangan permukiman,


industri sering kurang terkendali, tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun
konsep pembangunan berkelanjutan. Akibatnya banyak kawasan-kawasan rendah
yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (“retarding pond”), lahan basah
(“wet land”) seperti rawa-rawa, situ-situ, embung dan lain-lain ditimbun sehingga
merubah keseimbangan pola tata air. Hal-hal tersebut di atas akan berdampak
rendahnya kemampuan sistem drainase untuk mengeringkan kawasan terbangun dan
rendahnya kapasitas seluruh prasarana pengendali banjir (sungai, folder-folder,
pompa dan pintu-pintu pengatur) untuk mengalirkan air hujan ke badan air.
Permasalahan tersebut di atas tentunya perlu diminimalisasi dengan produk
pengaturan yang mengatur pembangunan di areal lahan basah (“wet land”).

c. Belum adanya Ketegasan Fungsi Sistem Drainase

Walaupun hingga saat ini telah lebih dari 240 kota ditangani, namun permasalahan

7
drainase masih sering dijumpai di kota-kota berkaitan dengan kualitas air yang
dialirkan. Selama ini belum ada kejelasan apakah fungsi saluran drainase untuk sistem
pematusan air hujan apakah juga untuk pembuangan air limbah dapur dan cuci (“ grey
water”), sementara fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan sistem air
limbah yang tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir aliran.

Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran akibat
penanganan sampah secara parsial oleh pengelola sampah dan masyarakat.

d. Kelengkapan Perangkat Peraturan

Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan rencana penyediaan


prasarana dan sarana drainase di daerah adalah:
 Keterlibatan, koordinasi dan peran serta instansi lain yang bertanggung jawab
terhadap utilitas yang ada harus ditetapkan dalam suatu peraturan. Jalur, posisi dan
kedalaman pipa-pipa gas, minyak, air bersih, listrik, telepon dan utilitas lainnya
harus diketahui agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing.
 Dalam penyusunan rencana pengelolaan prasarana dan sarana drainase,
keterlibatan masyarakat dan swasta harus dapat dijelaskan. Kedudukan dan status
mereka harus tertuang dalam peraturan daerah sehingga masyarakat dan swasta
dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
 Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang dibutuhkan
dalam melaksanakan penanganan drainase harus dirumuskan dalam peraturan
daerah.
 Peraturan daerah mengenai ketertiban umum yang menyangkut penanganan
drainase perlu disiapkan, seperti pencegahan pengambilan air tanah secara besar-
besaran, pembuangan sampah di saluran, pelarangan pengurugan dan penggunaan
daerah resapan air (wetland), termasuk sanksi yang diterapkan.

e. Penanganan Drainase Belum Terpadu

Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu terutama pada
sistem drainase yang dibangun oleh swasta/pengembang yang tidak selaras dengan
pembangunan drainase makro yang lingkupnya lebih luas dari wilayah tersebut.
Terbatasnya Master Plan drainase, seringkali pihak pengembang tidak punya acuan
untuk sistem lokal misalnya data peil banjir, sehingga penanganan sifatnya hanya
partial untuk wilayah yang dikembangkannya saja.

f. Pengendalian Debit Puncak

Bagi daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi luasan
air yang meresap, perlu dibuat aturan untuk menyiapkan penampungan air sementara
untuk mengedalikan debit puncak. Penampungan-penampungan tersebut dapat
dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam retensi di atap-atap gedung,
di dasar-dasar bangunan, waduk lapangan, yang selanjutnya dapat dialirkan secara
bertahap.

8
3.2. Tantangan Penanganan Drainase

Pertambahan penduduk yang semakin meningkat, terbatasnya kemampuan


pemerintah, swasta dan masyarakat, serta tuntutan akan kawasan terbangun yang
bersih dan sehat mengakibatkan kebutuhan akan pelayanan prasarana dan sarana
drainase, harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan.

Oleh karena itu tantangan yang dihadapi antara lain:


 Mencegah terjadinya penurunan kualitas kawasan terbangun yang bertumpu pada
peran aktif dan swadaya masyarakat serta upaya pemberdayaan semua
stakeholders penyelenggara pembangunan dalam menentukan kebutuhan dan
seleksi teknologi.
 Melakukan optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi terhadap prasarana dan
sarana drainase yang sudah terbangun
 Melaksanakan peningkatan dan pengembangan sistem yang ada serta
pembangunan baru secara efektif dan efisien agar dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat berpenghasilan rendah.
 Pemerataan pembangunan bidang drainase dengan memperhatikan kondisi
ekonomi nasional dan daerah setempat.
 Menunjang terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan
sehat serta terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

Seiring dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan perumahan dan


permukiman di perkotaan, perdesaan dan di kawasan tertentu terus meningkat.
Dengan menurunnya daya beli masyarakat akan perumahan yang layak diperkirakan
akan bertambah jumlah permukiman-permukiman kumuh atau yang tidak
memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan. Dikaitkan dengan kondisi
keuangan pemerintah yang terbatas, maka optimalisasi dan efisiensi pengelolaan dan
pengoperasian sistem yang ada harus diperbaiki dan ditingkatkan. Peningkatan
partisipasi aktif masyarakat dan kemitran antara pemerintah, swasta dan masyarakat
harus diteruskan, terutama dalam hal pemeliharaan dan pengelolaan pembangunan
prasarana dan sarana drainase yang sudah dibangun.

9
BAB IV

KEBIJAKAN DAN STRATEGI


PENGELOLAAN DRAINASE

4.1.Skenario Penanganan Drainase

Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai


prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang berwawasan lingkungan.
Berlainan dengan paradigma lama yang prinsipnya mengalirkan limpasan air hujan ke
badan air penerima secepatnya, tetapi prinsipnya agar air hujan yang jatuh ditahan
dulu agar lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan
buatan/alamiah seperti kolam tandon, waduk lapangan, sumur-sumur resapan,
penataan lansekap dan lain-lain.

Hal tersebut bertujuan memotong puncak banjir yang terjadi sehingga dimensi saluran
lebih ekonomis, dapat juga membantu menambah sumber-sumber air baku.

Penanganan drainase juga harus memakai pendekatan sistem, tidak secara partial,
parameter-parameter teknis ditentukan faktor alam setempat.

4.2.Sasaran Kebijakan

Berdasarkan isu permasalahan strategis dibidang drainase, maka dirumuskan suatu


sasaran kebijakan nasional sebagai arahan mendasar dari kondisi yang akan dicapai
dan diwujudkan dalam pengembangan bidang Drainase di masa yang akan datang.

Sasaran kebijakan pengembangan drainase adalah sbb:


 Terlaksananya pengembangan sistem drainase yang terdesentralisir, efisien, efektif
dan terpadu.
 Terciptanya pola pembangunan bidang drainase yang berkelanjutan melalui
kewajiban melakukan konservasi air dan pembangunan yang berwawasan
lingkungan.
 Terwujudnya upaya pengentasan kemiskinan perkotaan yang efektif dan ekonomis
melalui minimalisasi resiko biaya sosial dan ekonomi serta biaya kesehatan akibat
genangan dan bencana banjir.
 Terciptanya peningkatan koordinasi antara kabupaten/kota dalam penanganan sistem
drainase.

4.3.Sasaran Pembangunan Nasional

Sasaran pembangunan nasional bidang drainase sampai dengan tahun 2010 dijabarkan
dari sasaran target yang sama seperti yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2004 – 2009
dan Renstra Pekerjaan Umum th 2005 – 2009.

10
Sasaran Pembangunan Nasional bidang drainase 2005 – 2010 adalah sbb:
Terbebasnya saluran-saluran drainase dari sampah sehingga mampu meningkatkan
fungsi saluran drainase sebagai pematus air hujan dan berkurangnya wilayah genangan
permanen dan temporer hingga 75% dari kondisi saat ini.

4.4.Kebijakan dan Strategi

Kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem drainase diformulasikan


berdasarkan permasalahan strategis bidang drainase seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya.

Rumusan kebijakan dan strategis nasional bidang drainase ini pada dasarnya merupakan
penjabaran lebih lanjut dari kebijakan dan strategi nasional yang telah ditetapkan
terlebih dahulu dalam RPJMN 2005 – 2009 dan Renstra Pekerjaan Umum 2005 – 2009.

Dengan demikian rumusan kebijakan dan strategi nasional bidang drainase, secara
khusus juga ditujukan untuk mendukung terlaksananya sasaran pembangunan dan
terwujudnya pembangunan prioritas-prioritas program nasional yang telah ditetapkan
dalam RPJMN dan Renstra PU.

Rumusan kebijakan pengembangan bidang drainase adalah bb:

Kebijakan (1) : Pemantapan keterpaduan penanganan pengendalian banjir


dan sektor/sub sektor terkait lainnya berdasarkan
keseimbangan tata air
Kebijakan (2) : Mengoptimalkan system yang ada
Kebijakan (3) : Meningkatkan kapasitas kelembagaan
Kebijakan (4) : Mendorong & memfasilitasi pemerintah Kabupaten / kota
dalam pengembangan system Drainase yang efektif, efisien
dan berkelanjutan

Uraian masing-masing rumusan kebijakan dan strategi nasional bidang drainase


dijelaskan sbb:

Kebijakan (1): Pemantapan keterpaduan penanganan pengendalian banjir


dan sektor/sub sektor terkait lainnya berdasarkan
keseimbangan tata air

Salah satu dampak yang timbul dari peningkatan kepadatan penduduk dan
perkembangan kota adalah terjadinya peningkatan aliran permukaan yang berpotensi
meningkatkan debit banjir.
Peningkatan aliran permukaan tersebut, harus dikendalikan secara terpadu oleh instansi
terkait agar pengendalian debit puncak dapat dilakukan secara efektif dan efisien
berdasarkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan tata air suatu wilayah.

11
Strategi (1) : Penyiapan Rencana Induk Sistem Drainase yang terpadu
antara sistem Drainase utama, lokal dengan pengaturan dan
pengolahan sungai.

Pengembangan prasarana dan sarana Drainase oleh berbagai pihak (Pemerintah, swasta
dan masyarakat), mutlak harus mengacu pada rencana induk system Drainase yang
telah ditetapkan.
Rencana induk yang ditetapkan pada suatu wilayah harus mengacu kepada Rencana
Tata Ruang dan harus direncanakan secara terpadu dalam system tata air.

Strategi (2) : Mengembangkan sistem drainase yang berwawasan


lingkungan (konservasi air).

Pengendalian banjir seyogyanya tidak melulu bertumpu pada pengembangan sarana &
prasarana Drainase semata, karena pengembangan sarana & prasarana memiliki batas
pengembangan. Keterbatasan tersebut, meliputi keterbatasan lahan, keterbatasan daya
dukung sungai dan keterbatasan dana. Oleh karena itu untuk kabupaten dan kota yang
memiliki keterbatasan daya dukung tata air, maka pilihan strategi pengembangan
sarana & prasarana untuk konservasi air perlu dilaksanakan untuk mengendalikan
puncak bajir.
Strategi konservasi air ini perlu dilaksanakan sejak dari skala persil bangunan, kawasan
dan bahkan regional.

Kebijakan (2): Mengoptimalkan sistem yang ada, rehabilitasi/pemeliharaan,


pengembangan dan pembangunan baru

Pada kenyataannya, masih banyak ditemukan sarana dan prasarana drainase


terbangun tidak dapat berfungsi optimal sebagimana yang diharapkan.
Buruknya kinerja operasi & pemeliharaan terhadap sarana terbangun menyebabkan
kapasitas drainase menurun karena sedimentasi. Disamping masalah sedimentasi,
masalah pembuangan sampah di sarana & prasarana drainase turut berkontribusi
dalam menurunkan kapasitas aliran pada sarana & prasarana terbangun.
Oleh karena itu optimalisasi prasarana dan sarana sistem drainase yang ada perlu
mendapat prioritas dan dukungan dari seluruh stake holder, baru ke tahap berikutnya
pengembangan dan pembangunan baru.

Strategi (1) : Pengembangan kapasitas operasi & pemeliharaan sarana &


prasarana terbangun.

Pengembangan kapasitas operasi & pemeliharaan sarana & prasarana drainase


terbangun meliputi peningkatan kapasitas pemda Kabupaten/kota dan peningkatan
peran serta masyarakat. Oleh karena itu seluruh sarana dan prasarana drainase
terbangun harus terinventaris secara baik dan memiliki pembagian yang jelas mengenai
tanggung jawab operasi & pemeliharaannya. Disamping kejelasan tanggung jawab,
ketersediaan SOP juga merupakan prasyarat yang harus dimiliki bagi setiap Pemda
dalam rangka mengembangkan kapasitas operasi & pemeliharaan sarana dan prasarana
drainase terbangun disamping penyediaan anggaran untuk operasi dan pemeliharaan.

12
Strategi (2) : Penyiapan prioritas optimalisasi sistem

Penggunaan dana operasi dan pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan dan


pembangunan baru perlu di efektifkan melalui penyiapan skala prioritas terhadap
sarana/prasarana Drainase yang akan di optimalisasi. Prioritas tertinggi perlu ditetapkan
pada kawasan strategis, kawasan rawan penyakit dan kawasan rawan genangan, serta
kawasan RSH/TNI/POLRI/PNS

Strategi (3) : Pengembangan kampanye peningkatan peran masyarakat.

Mengingat upaya mengurangi sedimentasi pada saluran utama erat kaitannya dengan
perilaku masyarakat terhadap operasi & pemeliharaan Drainase lingkungan maka
diperlukan upaya penyadaran untuk mendorong peningkatan peran masyarakat dalam
memelihara dan membersihkan prasarana Drainase lingkungannya. Materi kampanye
penyadaran masyarakat ini meliputi hal-hal yang terkait dengan :
 Operasi & pemeliharaan saluran drainase
 Konservasi sumber daya air

Kebijakan (3): Meningkatkan kapasitas kelembagaan pengelola prasarana


dan sarana drainase, swasta/dunia usaha dan peran serta
masyarakat

Peningkatan permasalahan drainase di Kabupaten/kota memerlukan peningkatan


kapasitas kelembagaan yang bertanggung jawab dalam bidang drainase. Peningkatan
kapasitas kelembagaan tersebut meliputi peningkatan di bidang :
Perencanaan & koordinasi; operasi dan pemeliharaan; pelaksanaan dan pengendalian.

Strategi (1) : Peningkatan koordinasi antar instansi terkait

Koordinasi merupakan poin penting dalam pengembangan system drainase. Lemahnya


koordinasi antar Dinas merupakan salah satu penyebab menurunya fungsi drainase yang
ada.

Koordinasi antara Kabupaten/kota yang wilayah administrasinya berada dalam


catchment area yang sama merupakan kata kunci dalam mewujudkan ”one river one
management”

Strategi (2) : Pengembangan kapasitas SDM

Pengembangan kapasitas SDM merupakan faktor modal terpenting dalam peningkatan


kapasitas kelembagaan.
Kompleksitas permasalahan drainase yang semakin meningkat dari tahun ke tahun
sejalan dengan peningkatan perkembangan kota memerlukan peningkatan kualitas SDM
secara terprogram.

13
Kebijakan (4): Mendorong dan memfasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota
dalam pengembangan sistem drainase yang efektif, efisien
dan berkelanjutan

Dengan permasalahan drainase yang semakin meningkat, pelayanan tentunya harus


ditingkatkan, termasuk dana untuk stimulan, sosialisasi, kampanye publik dan
pemberdayaan masyarakat. Porsi pendanaan yang disediakan dalam APBD perlu
ditingkatkan dengan difasilitasi Pemerintah Pusat melalui dana stimulan pembangunan
sistem drainase, bantuan teknis (NSPM) dan sebagainya.

Strategi (1) : Penyiapan peraturan dan produk hukum untuk penanganan


drainase, penyusunan NSPM bidang drainase

Diperlukan pembaruan/reposisi lembaga pengelola drainase, dengan ruang lingkup


sesuai masalah di daerah masing-masing. Diperlukan regulasi atau deregulasi dari
peraturan yang ada, selain mengisi kurangnya produk-produk pengaturan.

Produk-produk pengaturan ini dapat sebagai acuan penanganan drainase yang efektif,
efisien dan berkelanjutan.

Strategi (2) : Membantu Kota/Kab dengan bantuan stimulan


pembangunan pada simpul-simpul yang tidak tersentuh,
serta perkuatan institusinya

Bantuan stimulan pembangunan, bantuan teknis masih diperlukan untuk ibu kota
Kota/Kab yang cepat tumbuh, daerah khusus yang berpotensi pencemaran lingkungan
penyakit dan masyarakat penghasilan rendah. Dimaksudkan stimulan ini dapat
memperlancar perekonomian setempat dan perluasan kesempatan kerja.

Strategi (3) : Mengembangkan sumber pendanaan melalui retribusi


lingkungan

Untuk meningkatkan pendanaan sektor drainase perlu dikembangkan mekanisme secara


khusus misalnya yang sudah ada melalui pajak yang sudah mapan (PBB), atau melalui
perizinan bangunan atau PPN daerah yang sudah mapan dari segi lingkungan
ditingkatkan.

Strategi (4) : Mendorong swasta/masyarakat ikut berpartisipasi dalam


pengelolaan drainase

Persepsi drainase merupakan tanggung jawab pemerintah saja perlu dirubah,


mekanisme swasta & masyarakat untuk membangun dan memelihara terutama di area
usahanya, tempat tinggalnya harus diciptakan. Tentunya perlu produk pengaturan yang
jelas dan sosialisasi, kampanye yang menerus.

14
BAB V

PENUTUP

Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Drainase merupakan arahan dasar yang masih
harus dijabarkan ke dalam rencana tindak secara lebih operasional oleh berbagai pihak yang
berkepentingan di bidang penanganan drainase, sehingga pada akhirnya Visi yang
diharapkan dapat dicapai dengan baik. Penjabaran secara teknis melalui kegiatan penyiapan
perangkat pengaturan, perencanaan, pemrograman, pelaksanaan, dan pengendalian serta
pengelolaan pembangunan dilakukan secara menyeluruh di semua tingkatan pemerintahan,
baik di Pusat maupun Daerah wilayah provinsi, kabupaten, dan kota.

Selanjutnya perlu adanya kesepakatan rencana tindak tingkat pusat dan daerah dalam
melaksanakan Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Drainase, serta mekanisme
koordinasinya. Pola peran serta masyarakat dan dunia usaha perlu dijabarkan sesuai kondisi
dan kebutuhan baik di pusat maupun di daerah.

DITETAPKAN DI
PADA TANGGAL

MENTERI PEKERJAAN UMUM

15
Kontak dan Informasi :

Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman


Direktorat Jenderal Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum
Telp: 021-727 97175, Fax: 021-726 1939

16
LAMPIRAN : KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN DRAINASE

No Kebijakan Strategi Rencana Tindak


1 Pemantapan  Penyiapan rencana induk sistem  Pendampingan kepada daerah dalam penyiapan
keterpaduan drainase yang terpadu antara Master Plan drainase yang komprehensif terutama
penanganan sistem drainase utama, lokal Kota Metro/Kota Besar, dan Outline Plan untuk kota
pengendalian banjir dengan pengaturan dan sedang/kecil
dan sektor/sub pengolahan sungai  Pendampingan kepada daerah dalam penyiapan
sektor terkait lainnya  Mengembangkan sistem drainase produk-produk pengaturan untuk pelaksanaan
berdasarkan yang berwawasan lingkungan drainase yang berwawasan lingkungan
keseimbangan tata (konservasi air)  Penyusunan produk-produk NSPM di sub bidang
air
drainase (SIDCOM)

2 Mengoptimalkan  Pengembangan kapasitas operasi  Bantuan stimulant prasarana dan sarana drainase di
sistem yang ada, & pemeliharaan sarana & daerah-daerah prioritas untuk pengembangan kualitas
rehabilitasi/pemeliha prasarana terbangunPenyiapan main drain
raan, prioritas optimalisasi sistem  Kajian teknologi tepat guna dan ramah lingkungan
pengembangan dan
pembangunan baru
 Replikasi model-model best practice, mis: dralingmas
(drainase lingkungan yang
 berbasis masyarakat)

3 Meningkatkan  Peningkatan koordinasi antar  Pelaksanaan evaluasi kinerja penanganan drainase


kapasitas instansi terkait dan perkuatan struktur organisasi
kelembagaan  Pengembangan kapasitas SDM  Penyusunan mekanisme kerjasama antar daerah,
pengelola prasarana masyarakat dan swasta
& sarana drainase,
 Penyelenggaraan pelatihan teknis di tingkat Pusat,
swasta/dunia usaha
Provinsi dan Kab/Kota
dan peran serta
masyarakat  Melakukan kampanye, sosialisasi dan diseminasi
produk-produk pengaturan & NSPM
 Perkuatan sistem informasi dan komunikasi

4 Mendorong/memfasil  Penyiapan peraturan dan produk  Bantuan stimulan prasarana dan sarana drainase,
itasi pemerintah hukum untuk penanganan penyediaan pedoman, tata cara pengelolaan, evaluasi
kab/kota dalam drainase, penyusunan NSPM kinerja
pengembangan bidang drainase  Penyelenggaraan TOT
sistem drainase  Membantu Kab/Kota GD dengan
yang efektif, efisien
 Penyusunan pedoman/kajian sumber pembiayaan,
bantuan stimulan pembangunan kajian peluang kerjasama dengan swasta
dan berkelanjutan pada simpul-simpul yang tidak
tersentuh, serta perkuatan
institusinya
 Mengembangkan sumber
pendanaan melalui retribusi
lingkungan
 Mendorong swasta/masyarakat
untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan drainase

Anda mungkin juga menyukai