Anda di halaman 1dari 30

AZAS PERANCANGAN TAPAK

PERTIMBANGAN LINGKUNGAN PADA TAPAK

NAMA KELOMPOK :

Nathanael Obaja Tedjasukmana (1905521003)

Marheindro Gilang Nugroho (19055210360)

Michael Christ Jerico (1905521028)

Rheyhan Naufi Widyadhana (1905521035

Muhamad Faqih Ikram Almuzakki (1905521027)

Fatahullah (1905521009)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat beliau kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Azas Perancangan
Tapak dengan judul “Pertimbangan Lingkungan Pada Tapak” dengan baik. Pada kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu melalui
bimbingan, dukungan, motivasi, dan doa. Kami juga menyadari akan adanya keterbatasan
didalam makalah ini, namun kami berharap kiranya dapat diambil manfaatnya karena segala
sesuatu yang tertulis didalam makalah ini.

Demi untuk memperbaiki penulisan ini kami berharap agar para pembaca memberikan
saran dan kritikan yang bersifat membangun. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih
banyak semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Badung, 25 Februari 2020


DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................

Daftar Isi...............................................................................................................................

Bab I Pendahuluan.................................................................................................................

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................

BAB II Pembahasan...............................................................................................................

A. Pertimbangan lingkungan pada tapak ..................................................................

1.1 Klasifikasi Daerah Genangan Banjir....................................................................

1.3 Daerah Genangan Banjir......................................................................................

1.4.Pengendalian Banjir.............................................................................................

B. Drainase.................................................................................................................

1.1. Rancangan Drainase dan Bukaan terhadap Bahaya Banjir........................

1.2 Sistem Drainase.................................................................................................

1.3. Persediaan Air...................................................................................................

1.4 Tipe Sumur...........................................................................................................

1.5 Tipe Mata Air.........................................................................................................


1.6 Pembandingan Tapak ............................................................................................

1.7 Pemilihan Tapak untuk Perumahan........................................................................

1.8 Pemilihan tapak untuk Rumah Susun......................................................................

2.14 Pemilihan Tapak Untuk Industri........................................................................

2.15 Upaya-Upaya Kenservasi Untuk Daerah Yang Sedang Dibangun....................

2.16 Pernyataan Dampak Lingkungan ......................................................................

2.17 Rincian Data Tapak............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertimbangan linhkungan selalu menjadi aspek yang penting dalam proses perancangan
sebuah tapak. Pertimbangan ini mencakup analisis mikro dan makro iklim, berbagai
ekosistem keterkaitannya, hidrologi permukaan dan bawah permukaan, vegetasi, serta kondisi
tanah bawah permukaan. Semua pertimbangan ini menuntut penelitian ekstensif yang
mendetail untuk menghasilkan kesimpulan yang berarti. Untuk tapak yang sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor ini, maka penelaahan diatas sangat penting. Diantaranya
mungkin termasuk tapak ditepi pantai, di pegunungan, atau daerah genangan banjir. Bagian
ini akan membahas pertimbangan yang berkaitan dengan iklim, daerah genangan banjir,
pengendalian banjir, drainase dan persediaan banjir.

Secara bertahun-tahun, kriteria umum dalam memilih tapak untuk berbagai kebutuhan
telah berkembang dari berbagai sumber. Kriteria ini mencakup lingkungan keseluruhan, baik
regional maupun lokal. Dengan petunjuk atau rincian demikian, dapatlah dimungkinkan suatu
evolusi terhadap sejumlah usulan tapak yang akan direncanakan dan ditentukan
kesesuaiannya untuk kegunaan tersebut. Akan tetapi, penerapan kriteria ini harus dilakukan
secara berhati-hati. Hanya sedikit tapak memenuhi semua kondisi ideal yang diminta kriteria
tersebut. Pertimbangan setempat yang khusus juga harus diseimbangkan dengan persyaratan
umum.

Pada bagian ini juga disertakan pembahasan umum dan beberapa persyaratan untuk
suatu pernyataan dampak lingkungan. Dalam beberapa belakangan ini pernyataan ini menjadi
sangat penting, kalau bukan kritis, untuk berbagai pembangunan baru maupun yang berskala
besar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pertimbangan lingkungan pada tapak

Pertimbangan lingkungan membahas pertimbangan iklim, daerah, genangan banjir,


pengendalian banjir, drainase dan persediaan air. Kriteria umum dalam memilih tapak
mencakup lingkungan keseluruhan, baik regional maupun local. Pada bagian ini disertakan
pembahsan umum dan beberapa persyaratan untuk suatu pernyataan dam pak lingkungan.

1.1 kondisi iklim


1.2 klasifikasi daerah genangan banjir
1.3 Daerah genangan banjir
Pendekatan ini dapat diterapkan dalam kondisi lingkungan yang tanahnya
memungkinkan merembesnya air ke kolong bangunan yang terletak diluar genangan. Unsur
unsur yang biasa terdapat pada peraturan daerah genangan banjir yaitu

1. Pencarian fakta.
2. Sasaran
3. Penetapan peta penzonaan daerah banjir
4. Peraturan daerah genangan banjir
5. Kelengkapan administrative
6. Penggunaan yang tidak sesuai
7. Peristilahan

1.4 Pengendalian Banjir

Ribuan struktur dan tapak bangunan yang terletak di daerah genangan banjir dan
dengan demikian menjadi rentan terhadap bahaya banjir. Walaupun proyek-proyek
pengendalian banjir melindungi sebagian struktur dan tapak bangunan dengan mengurangi
ancaman banjir, namun ancaman sisa terhadap tapak serta ancaman menyeluruh terhadap
tapak lain yang tidak terlindungi tetap menjadi masalah. Banyaknya pemberitaan yang
melukiskan kerugian jiwa dan harta akibat banjir. Apabila banjir menerjang daerah yang
terbangun, seluruh kota menjadi kacau dan kapasitas produksi terhambat.

Walaupun informasi bahaya banjir tersebut sudah diketahui oleh para pemilik atau
pengguna yang ada di daerah banjir, tetap saja terjadi keputusan yang dibuat secara sadar
untuk membangun di daerah yang terkena banjir.

Di antara langkah-langkah ini yang paling utama adalah perbaikan peraturan


pembangunarahkan pertumbuhan atau perubahan yang perlu untuk manajemen daerah
genangan banjir. Program informasi memacu pengembangan kebijaksanaan yang penyaluran
data mengenai banjir yang terjadi sebelumnya, perkiraan banjir di masa mendatang serta
alternatif langkah pemecahan untuk menanggulangi kerugian akibat banjir di daerah
pembangunan yang intensif atau ddiperkirakan akan berlangsung pembangunan tersebut.

Peraturan penggunaan lahan genangan banjir adalah tanggung jawab pemerintah


daerah setempat dan dapat di capai dengan berbagai cara seperti penetapan rancangan jalur
banjir dan garis sempadan, peraturan penzonaan, pengaturan persil, serta pengaturan
bangunan.

Seperti halnya metode penyesuaian terhadap banjir memiliki keterbatasan. Misalnya


selain mengurangi kemungkinan kerugian, maka tujuan utama pengendalian banjir pada
bangunan dan pemukiman adalah untuk mengembalikan kondisi menjadi normal kembali
setelah banjir.

B. Drainase

System drainase bawah permukaan maupun permukaan harus diadakan secara


memadai untuk mengumpulkan dan menyalurkan air hujan dan air bawah permukaan.

1.1 Rancangan Drainase dan Bukaan terhadap Bahaya Banjir

Drainase harus dirancang agar mampu menampung limpasan air hujan yang dihitung
berdasarkan kondisi kekuatan batas pembangunan tapak yang menyebabkan limpasan
tersebut di masa mendatang maupun daerah drainase di luar tapak. Upaya harus dilakukan
untuk mengarahkan limpasan dengan baik supaya dapat dijamin bahwa bangunan atau
fasilitas penting lainnya tidak dibahayakan oleh limpasan banjir darurat yang besar, yang
menjadi aktif apabila kapasitas dari system drainase air hujan yang ada dilampaui.
Drainase tapak harus diarahkan ke suatu penampungan permukaan atau bawah
permukaan yang memadai untuk nampung limpasan dari tapa untuk saat ini maupun masa
mendatang, demikian pula agar menghindari limpasan ke daerah aliran sungai di lluar tapakk
kecuali apabila air tersebut dibutuhkan untuk irigasi.

Pembuangan air hujan utama ukuran ppipa untuk system pembuangan air hujan
utama harus mempunyai diameter tidak kurang dar 15 inci. Cekungan Drainase dan
Selokan selokan diperkeras harus mempunyai kelandaian minimum 0,5 persen. Saluran
Terbuka saluran harus dilindungi dari erosi oleh penutup vegetasi, pelapisan atau perlakuan
lain secara memadai, sesuai dengan yang dinyatakan analisis.

2.2 Sistem Drainase

Berikut ini adalah empat metode yang biasa digunakan untuk mengadakan drainase
tapak :

- System drainase permukaan.


- System drainase bawah-tanah tertutup.
- System drainase bawah-tanah tertutup dengan tempat penampungan pada tapak.
- System kombinasi drainase tertutup untuk daerah uang diperkeras dan drainase
terbuka untuk daerah yang tidak diperkeras.

Sistem Drainase Permukaan pada system ini, limpasan dari daerah yang diperkeras dan
daerah yang tidak diperkeras ditampung dan dibawa ke luar tapak oleh saluran drainase
permukaan.

Sistem Drainase Bawah Tanah Tertutup Sebuah system drainase bawah tanah tertutup
menerima limpasan dari daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan
membawanya ke sebuah pipa ke luar sisi tapak, ke system drainase kota, atau cekungan
sedimen dan bak penampung pada tapak. Keuntungan system drainase ini adakah bahwa
volume dan kecepatan limpasan yang meningkat akibat pembangunan dapat ditampung
sebelum limpasan mengakibatkan kerusakan erosi pada tapak.

Drainase Bawah Tanah dengan Penampung pada Tapak Alternatif system ini
memiliki keuntungan seperti halnya dengan system drainase tertutup bawah tanah yang
menggunakan pengendalian erosi pada tapak, tetapi kerusakan di luar tapak dapat
terhindari
Sistem Drainase Kombinasi limpasan dari ruang terbuka dikumpulkan pada saluran
drainase permukaan sementara limpasan daerah yang diperkeras dikumpulkan di dalam
system drainase tertutup.

C. Persediaan Air
1.1 Kuantitas Air
Langkah pertama dalam memilih sumber persediaan air yang memadai adalah
menentukan perkiraan kebutuhan terhadap sumber air tersebut. Pemakaian air rata-rata
per hari dan tingkat puncak kebutuhan adalah unsur-unsur penting dalam menentukan
kebutuhan air.
1.2 Pemakaian Air Rata-Rata Per Hari
Banyak faktor yang mempengaruhi pemakaian air untuk suatu sistem tertentu,
misalnya ketersediaan air dengan tekanan yang mencukupi akan merangsang pemakaian
air tersebut untuk penyiraman rumput, pencucian mobil, pengoperasian peralatan AC, dll.
1.3 Kebutuhan Puncak
Tingkat pemakaian air untuk sistem pengadaan air pribadi berbeda menurut kegiatan
pemakaian di rumah atau di lahan pertanian. Pada rumah, kebutuhan puncak terjadi di
pagi hari ketika mencuci pakaian.
1.4 Penanggulangan Kebakaran
Di daerah yang memiliki persediaan air pribadi , penanggulangan kebakaran
tergantung pada fasilitas yang disediakan oleh pemilik. Hal paling penting dalam
penanggulangan kebakaran adalah penemuan sumber api sedini mungkin dan
penanggulan langsung. Untuk ini, pemadam api ringan cukup memadai. Setelah itu,
persediaan air berada pada barisan pertahanan berikutnya.

1.5 Persediaan Air Tanah

1. Sifat khas geologi setempat ; kemiringan permukaan tanah.


2. Sifat tanah dan lapisan sarang di bawahnya, baik lempung, pasir, kerikil, atau
bantuan, kekasaran dari pasir atau kerikil, dll.
3. Kemiringan muka air tanah, dapat ditentukan dari sumur pengamatan
4. Sejauh mana kemungkinan daerah drainase akan menyumbang persediaan air tanah.
5. Sifat, arah dan jarak arah polusi setempat.
6. Kemungkinan air drainase permukaan memasuki persediaan air dan sumur sehingga
banjir.
7. Cara yang dipakai untuk melindungi persediaan air terhadap polusi melalui sistem
pengolahan kotoran, pembuangan limbah dan sejenis.
8. Konstruksi sumur
9. Perlindungan bagian atas sumur : adanya segel saniter sumur, ketinggian,pipa lindung
di atas peil tanah, lantai atau banjir, perlindungan ventilasi sumur, perlindungan
sumur terhadap erosi dan binatang.
10. Konstruksi rumah pompa (lantai, kurasan, dan sebagainya) kapasitas pompa, surutan
pada saat pompa digunakan.
11. Keberadaan persediaan air yang digunakan sebagai pengganti persediaan normal
sehingga membahayakan kesehatan umum.
12. Disinfeksi : peralatan, pengawasan, alat periksa atau jenis pengawasan laboratorium
lainnya

1.6 Persediaan Air Permukaan

1. Keadaan Geologi permukaan : sifat khas tanah dan batuan.


2. Sifat khas vegetasi, hutan, lahan perkebunan atau irigasi termasuk kadar garam,
pengaruh terhadap air irigasi, dan sebagainya.
3. Penduduk dan jumlah penduduk yang dilayani jaringan air kotor per mil persegi
daerah tadah.
4. Metode pembuangan air selokan, dengan pembagi daerah aliran sungai maupun
pengolahan.
5. Sifat khas dan efisiensi pengolahan air selokan terhadap daerah aliran sungai
6. Kedekatan sumber polusi tinja terhadap pipa masuk persediaan air.
7. Kedekatan, sumber dan sifat khas limbah industry, ladang minyak, air tambang yang
asam, dan sebagainya.
8. Kecukupan persediaan air
9. Untuk persediaan air danau : data arah dan kecepatan angin, arus polusi dan data
matahari
10. Sifat khas dan kualitas air baku : organisme “coliform” ganggang, kekeruhan, warna,
zat mineral yang tak diinginkan.
11. Masa penahanan nominal di dalam reservoar atau bak penampungan.\
12. Waktu minimum yang diperkirakan bagi air untuk mengalir dari sumber polusi ke
reservoar dan melalui pipa sedot reservoar.
13. Bentuk reservoar, dengan acuan terhadap arus air yang disebabkan oleh atau
pelepasan oleh reservoar, dari pipa masuk ke pipa sedot persediaan air.
14. Upaya-upaya perlindungan yang berkaitan dengan pemanfaatan daerah aliran sungai
untuk mengawasi kegiatan memancing, berperahu, pendaratan kapal terbang,
berenang, pembolehan, satwa pada daerah marjinal di tepi pantai yang berada di
dalam atau di atas air dan sebagainya.
15. Efisiensi dan ketetapan dalam kebijaksanaan.
16. Pengolahan air : jenis dan kemampuan alat, suku cadang, kefektifan, pengolahan,
kemampuan pengawasan dan pengujian, masa kontak setelah disinfeksi, dan sisa
khlor bebas yang terbawa.
17. Fasilitas pompa: rumah pompa, kapasitas pompa dan pompa cadangan, serta fasilitas
penyimpanan.

1.7 Daerah Tadah Terkendali

Di beberapa daerah, air tanah sangat sulit dicapai atau mempunyai kadar mineral yang
demikian tinggi sehingga tidak dapat dipakai untuk keperluan rumah tangga. Pada kasus
seperti ini maka penggunaan daerah tadah terkendali dan bak penampungan yang
ditempatkan dan dibangun dengan baik serta dilengkapi unit saring yang memuaskan
berikut fasilitas disinfektan yang memadai akan memberikan air yang aman.

1.8 Kolam atau Danau

Sebuah kolam atau danau dapat dijadikan sumber air hanya apabila sumber air tanah
dan sistem tadah air terkendali ternyata tidak memadai. Pengembangan kolam sebagai
sumber persediaan air tergantung pada beberapa faktor : (1) pemilihan daerah aliran
sungai yang memungkinkan hanya air berkualitas tinggi memasuki kolam, (2) pemakaian
air terbaik yang terkumpul di kolam, (3) penyaringan air untuk menghilangkan kekeruhan
dan mengurangi bakteri, (4) disinfeksi dari air yang disaring, (5) penyimpanan air yang
diolah, dan (6) pemeliharaan yang semestinya terhadap seluruh tata air. Pemerintah
setempat dapat memberikan petunjuk mengenai pembangunannya.

1.9 Pengendalian Gulma

Pertumbuhan Gulma di sekeliling kolam harus dikendalikan dengan


penyiangan atau pencabutan. Sebelum obat pembasmi gulma digunakan maka
sebaiknya petunjuk dinas kesehatan setempat diperoleh terlebih dahulu, karena obat-
obatan ini mengandung campuran yang sangat beracun dan membahayakan manusia
dan hewan ganggang. Ganggang yang terdapat pada kolam, terutama jenis yang
berwarna hijau kebiru-biruan menghasilkan kotoran dan bau-bauan yang tidak
menyenangkan dan dalam beberapa hal dapat membahayakan binatang ternak harus
dikendalikan.

1.10 Saluran Irigasi

Apabila diolah dengan baik, air irigasi dapat dimanfaatkan sebagai sumber
persediaan air untuk rumah tangga. Air yang diperoleh dari saluran irigasi harus
diperlakukan sebagai air dari sumber air permukaan lainnya.

D. Tipe Sumur

Klasifikasi sumur dapat dilakukan menurut metode kontruksinya, antara lain :

1.1 Sumur Bor

Sumur bor biasanya terletak di daerah metropolitan. Sumur ini biasanya


digunakan untuk bangunan berskala besar seperti sekolah, kantor, rumah makan,
hotel, dan sebagainya. Untuk membuat sumur bor, diperlukan proses pengeboran
menggunakan mesin canggih sampai kedalaman sumur mencapai 100 hingga 150
meter.

Meskipun begitu, kedalaman sumur bor tergantung dengan kapasitas air dan
kondisi geologis bangunan yang membutuhkan sumur tersebut. Banyak bangunan
yang hanya membuat sumur bor sedalam 30 meter, tapi banyak juga bangunan lebih
besar yang membangun sumur bor yang berkedalaman hingga 200 meter. Sumur bor
memiliki keunggulannya tersendiri, di antaranya adalah prosesnya yang lebih cepat,
tingkat kegagalan yang lebih kecil dan lebihnya jumlah air bersih yang bisa
ditampung.

1.2 Sumur Artesis

Sama seperti sumur bor, sumur artesis merupakan jenis sumur modern yang
dibangun menggunakan peralatan canggih.Mesin pembangun sumur artesis dapat
menembus lapisan tanah, kerikil, hingga batu yang susah ditembus dengan secara
manual. Mata bor akan ditancapkan secara vertikal ke dalam tanah hingga menyentuh
lapisan aquifer, atau lapisan di mana sumber air mengalir dengan lancar. Kedalaman
sumur ini dapat mencapai 250 meter tergantung dengan kapasitas air yang
dibutuhkan. Biasanya, sumur artesis dibangun di tengah perkomplekan sebagai
sumber utama air bersih setempat. Cara kerja sumur artesis tidak membutuhkan
pompa untuk menaikan air ke permukaan tanah karena tenakan air alami pada lapisan
aquifer sudah tinggi. Untuk memiliki sumur ini, kamu harus mengandalkan jasa para
profesional karena prosesnya yang tidak mudah dan cukup berbahaya. Apabila
kalkulasi sumur tidak dihitung dengan benar, resiko kebocoran dan meluapnya air
keluar dari sumur sangatlah tinggi.

1.3 Sumur resapan

Jenis sumur berikutnya adalah sumur yang berfungsi sebagai alat penampung air
hujan yang turun ke dalam tanah, yaitu sumur resapan. Cara membangun sumur satu
ini tidak jauh berbeda dengan cara membuat sumur galian yaitu dengan cara manual
menggunakan tenaga manusia.Normalnya sumur ini dibangun di daerah dengan curah
hujan yang tinggi demi memaksimalkan fungsinya sebagai alat peresap hujan.
Manfaatnya banyak, sumur resapan dapat meresap air hujan dengan baik sehingga
mencegah terjadinya banjir dan genangan air, menyuburkan tanah, mengurangi
sedimentasi, dan mencegah longsor. Selain itu, sumur resapan juga dapat mengurangi
pencemaran air tanah dan menahan intrusi air laut.

1.4 Sumur Pompa


Sumur ini dibuat dengan cara mengebor lapisan tanah hingga mencapai
lapisan aquifer atau lapisan sumber air, jadi kedalamannya dapat beragam tergantung
dengan lokasi pembangunan. Untuk menaikan airnya ke permukaan tanah, sumur ini
menggunakan pipa hisap yang disambung dengan pompa air manual pada ujung
atasnya.

Walaupun terlihat repot, sumur pompa memiliki kelebihannya sendiri. Pompa


yang digunakan ramping dan tidak memakan banyak ruang pada pekarangan rumah
anda. Sumur pompa juga tidak membutuhkan listrik untuk berfungsi secara maksimal.
Sumur ini banyak digunakan di daerah pedesaan atau wisata air hangat.

1.5 Sumur Galian

Proses pembuatannya terbilang mudah dibandingkan dengan jenis sumur


lainnya, sayangnya efisiensi sumur satu ini bergantung pada musim karena tidak
tergantung pada alat modern penghasil air. Sumur galian menghasilkan air dengan
cara menarik air tanah dangkal. Hal ini juga merupakan kelemahan sumur galian
karena airnya yang rentan terkontaminasi septic tank dan limbah di sekitaran rumah.

E. Tipe Mata Air

Mata air Mata air Mata air Mata Air Mata Air
depresi sentuh rekah dan singkapan Sesar
tubular akifer

Lokasi Dasar Lereng Lereng Terdapat di Terdapat di


lembah, bukit/lembah bukit/lembah lokasi lokasi
cekungan, manapun manapun
morena

Debit Tergantung Volume 1- 1-beberapa Beberapa Beberapa


tembusnya ribuan ratus galon- gallon-
bahan gallon/menit gallon/menit beberapa ribu beberapa ribu
pembawa galon galon

Kualitas air Sedang-baik Sedang- Sedang- Baik-Sangat Baik-Sangat


sangat baik sangat baik baik baik

F. Pembandingan Tapak ; Daftar Periksa

1. Kesesuaian terhadap pola perkotaan : Kesesuaian yang dimaksud adalah terhadap


rencana tata kota dan kebijakn yang mengaturnya
2. Pertimbangan penggusuran daerah kumuh
3. Sifat Tapak : Mulai dari luas tapak, bentuk tapak, topografi, kualitas lingkungan,
dampak proyek, bahaya, gangguan
4. Ketersediaan Pelayanan Kota : Fasilitas transportasi, akses jalan, keamanan,dll
5. Keserasian rancangan proyek : Mulai dari jenis hunian, kepadatan, pemilihan utilitas
6. Unsur-Unsur Biaya : Harga tanah, Kondisi tanah, tipe bangunan
7. Pemeliharaan : Pemeliharaan tapak, pembayaran pajak

G. Pemilihan Tapak untuk Perumahan

Tujuan pemilihan tapak yaitu untuk memperoleh tapak yang sesuai untuk
pembangunan fisis, dan terbebas dari faktor lingkungan yang tidak diingkinkan,
Pemilihan tapak merupakan penentuan proyek berhasil ataupun gagal.

Maka dari itu diperlukan pertimbangan faktor faktor seperti :

1. Sifat Khas Fisis Tampak


2. Kondisi Tanah dan Bawah Tanah : Kondisi tanah dan bawah tanah harus sesuai untuk
pekerjaan galian dan persiapan, peletakan jaringan utilitas, serta pendaian dari
penanaman.
3. Air Tanah dan Drainase : Yanag harus diperhatikan yaitu air haruslah memiliki
sirkulasi yang lancer sehingga menghindarkan dari bahaya banjir
4. Kesesuaian Penampakan Bangunan yang Akan Direncanakan : Lahan tidak boleh
terlalu curam demi kebaikan kelandaian dalam kaitannya kontruksi bangunan,
5. Kesesuaian untuk Akses dan Sirkulasi
6. Kesusaian untuk Pembangunan Ruang
7. Keterbebasan dari Bahaya Kecelakaan Topografi
8. Ketersediaan Air dan Pembuangan Air Selokan Saniter
9. Pembuangan Sampah
10. Listrik, Bahan Bakar, dan Komunikasi
11. Keamanan dan Kenyamanan

H. Pemilihan tapak untuk Rumah Susun

Hal hal berikut ini harus dipertimbangkan ketika menganalisis tapak untuk rumah
susun :

1. Pemasaran : Permintaan terhadap rumah susun, Jumlah penduduk, dan jenis


penghuninya
2. Keterangan daerah sekitar : Jenis bangunan, jalan, parkir, ruang terbuka, dll
3. Transportasi yang tersedia
4. Penzonaan Tapak
5. Badan Perencanaan
6. Ukuran dan Bentuk
7. Topografi
8. Kondisi Bawah Tanah

I. PEMILIHAN TAPAK UNTUK SEKOLAHAN

Ketika melakukan pertimbangan pemilihan tapak untuk sekolahan,biasanya


pemilik sekolah atau pihak-pihak yang berkepentingan ingin menilai setiap pilihan
dengan bantuan kartu penilaian yang memuat kriteria yang menurut pengalaman,adalah
yang paling menonjol.

Dengan menggunakan kartu ini untuk tapak sekolahan yang akan di


pertimbangakan,penilaian dilakukan pada skala 0 sampai 1000.Walaupun penilaian
iniakan mencerminkan subyektifitas dari pada penilai,namun hasilnya tidak akan jauh
berbeda apabila kriteria dasar penilaian diterima dalam sesuatu kesamaan derajat oleh
para penilai.
J. PEMILIHAN TAPAK UNTUK INDUSTRI

Kita dapat merancang suatu sistem evaluasi tanpa biaya dan setiap lokasi dapat
dievaluasi berdasarkan efek komulatif dari nilai-nilai faktor untuk lokasi tertentu.

Pemberian nilai terhadap suatu faktor untuk setiap lokasi menurut tingkat atau
kualitas faktor yang ada di lokasi yang sedang di prtimbangakan tersebut.Untuk
pemilihan lokasi pabrik,maka langkah-langkah yang harus di ambil adalah sebagai
berikut:

1. Siapkanlah daftar berisi faktor-faktor yang di anggap penting untuk lokasi.Pada daftar
awal semua faktor yang memungkinkan harus di masukan.
2. Tetapkanlah nilai nisbi untuk setiap faktor,nilai nisbi yang diberikan pada setiap
faktor harus berdasarkan kondisi yang terbaik.Hal ini akan memberikan suatu nilai
acuan yang cukup baik ketika melakukan evaluasi,akan tetapi tidak harus di lakukan.
3. Setiap faktor yang didaftar dan telah di tetapkan nilai nisbinya dapat saja ditemui di
lokasi tertentu menurut tingkatan yang berbeda.Hal ini memungkinkan evaluasi nisbi
dari faktor-faktor ysng terdapat pada lokasi,tanpa harus memaksakan pembedaan atas
perbedaan-perbedaan kesil dari faktor tersebut.
4. Tetapkanlah tingkat tersebut.Tetapan tingkatan maksimum untuk faktor adalah sama
dengan tetapan tingkatan keberadaan dari faktor ini pada lokasi tersebut.
5. Berikanlah nilai angka pada tingkatan.Maka sudah tetaplah nilai angka maksimum
dan minimum yang dapat diberikan oleh faktor individual tersebut.Apabila digunakan
metode kurva linear maka persamaan kurva tersebut untuk maksud penyebaran
haruslah sama untuk setiap faktor.
6. Rancanglah faktor-faktor yang mutlak di haruskan.faktor-faktor yang di haruskan
(pada umumnya adalah tingkatan kedua) harus dirancang pada lembaran evaluasi.
7. Lakukanlah evaluasi terhadap semua lokasi.dengan mempertimbangkan setiap lokasi
secara terpisah,lanjutkanlah dengan memeriksa faktor,dengan memilih tingkatan yang
paling sesuai untuk setiap faktor tersebut pada lokasi yang akan dipertimbangkan.
8. Berikanlah angaka untuk setiap faktor lokasi.simpulkanlah angka faktor yang
diperoleh setiap lokasi yang dipertimbangkan.
9. Pilihlah lokasi tersebut.lokasi yang dipilih berdasarkan faktor tanpa biaya,ini dapat
dibandingkan dengan lokasi yang dipilih berdasarkan biaya.apabila perbedaan
keuntungan biaya atas evaluasi tanpa biaya sedemikian kecilnya sehingga dapat
diabaikan oleh pertimbangan-pertimbangan biaya.

K. Upaya-Upaya Konservasi Untuk Daerah Yang Sedang Dibangun.

Lambat laun,lahan pertanian,hutan dan ruang terbukalainnya akan diubah menjadi


tataguna perkotaan.Di Amerika serikat,lebih dari 25.000 ton tanah tererosi untuk setiap 1
mil persegi tanah di daerah terbangun dan kemudian menumpuk ke rawa , sungai , kali ,
danau , serta muara laut.

Berbagai kota kecil maupun besar sedang menyusun ketentuan atau mengeluarkan
perturan yang dirancang untuk melindungi masyarakt luas dari erosi dan sedimentasi
tanah yang merusak dan sebenarnya tidak perlu terjadi.

1.1 Upaya-upaya untuk mengendalikan erosi dan sedimentasi

Untuk mengendalikan esrosi dan sedimentasi pada suatu daerah tertentu selama
dan sesudah konstruksi,maka para developer harus setuju untuk:

1. Mengganggu hanya daerah yang diperlukuan untuk kontruksi.


2. Memindahkan hanya pohon,perdu dan rumput yang harus dipindahkan untuk
kontruksi.
3. Menutup tanah permukaan dan melindunginya dengan penjeramian dan diangker.
4. Membangun cekungan sedimen dan saluran pembagi sebelum membangun dilahan
yang akan mengalirkan air ke cekungan dan saluran tersebut.
5. Membangun jalan,tepi jalan pipa air ,kabel telepon dan listrik,saluran air hujan,dan
saluran air kotor sebelum membangun rumah.
6. Melaksanakan pengendalian erosi dan sedimen sebagaimana dinyatakan dalam
rencana dan menyesuaikannya dengan standar dan spesifikasi tanah setempat.
7. Memperkuat sementara setiap segmen lahan yang telah dilandai atau terganggu
lainnya termasuk peralatan pengendalian sedimen yang belum dimantapkan dengan
pembibitan dan penjeramaian, atau penjeramaian saja.
8. Mempertahankan kegemburan tanah yang telah digali untuk konstruksi rumah tinggal.
9. Menstabilkan setiap persil dalam jangka waktu 4 bulan setelah pembangunan dimulai.
10. Mengurug, memadatkan, membibiti dan menjerami parit.
11. Meratakan saluran pembagi, cekungan sedimen dan perangkap lumpur setelah lahan
sekelilingnya distabilkan.
12. Melepaskan air dari struktur outlet pada kecepatan yang tidak menimbulkan erosi.
13. Merancang dan mempertahankan dua cekungan sampah sebagai reservoir penahan.

1.2 Tataguna Tanah

Pola tataguna tanah yang diusulkan oleh para developer sangat menyumbang bagi
pengendalian erosi dan sedimentasi, serta pemeliharaan nilai lingkungan dan estetika di
daerah ini :

1. Daerah genangan banjir dan tanah curam di sekitarnya,


2. Lahan pencapaian oleh masyarakat menghubungkan setiap jalan dan ruang terbuka.
3. Saluran hujan membawa limpahan dari jalan dan persil ke outlet yang stabil atau
reservoir.
4. Pola jalanan mengikuti kontur untuk keamanan pejalan kaki.
5. Petak tanah ditata mengikuti kontur untuk mengurangi gangguan lahan.
6. Daerah ditata agar jumlah maksimum persil dapat menikmati daerah hijau.
7. Perairan alami dilestarikan dan dilindungi.

Rancangan terinci dari upaya-uopaya konservasi, walaupun tidak diperhatikan contohnya,


adalah bagian yang penting dari rencana konservasi. Rancangan ini harus mengikuti standar
dan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh badan pemerintah. Rencana konservasi untuk
daerah yang akan dibangun, memiliki perbedaan iklim, tanah dan topografi menurntut upaya
penggunaan tanah dan langkah konservasi yang berbeda. Rencana konservasi dapat
dipersiapkan oleh para insinyur, developer, kontraktor atau perencana sumber daya yang
memenuhi syarat.

L. Pernyataan Dampak Lingkungan


Daftar rincian sumber daya adalah tahap yang paling penting dalam suatu proses
penaksiran lingkungan. Tanpa suatu analisis ilmiah yang tepat dan terinci tidak aka nada
dasar pengambilan keputusan, beberapa hal yang harus diliputi adalah:

a. Bentuk permukaan tanah, f. Klimatologi


topografi, fisiografi, lokasi dan g. Kualitas udara
ukuran. h. Kebisingan
b. Vegetasi dan tata guna tanah. i. Sosioekonomi, demografi,
c. Tanah, geologi, dan air tanah transportasi, utilitas
d. Sungai dan kualitas air j. Arkeologi dan tapak sejarah.
e. Satwa liar

Proyek yang akan direncanakan akan dijelaskan secara semi teknis dan menekankan pada
bagaimana bentuk keterkaitan proyek dengan lingkungannya, beberapa aspek yang diliputi:

a. Kebutuhan, keuntungan bagi umum serta kelayakan ekonomi.


b. Fasilitas yang akan ditempatkan pada tapak.
c. Limbah padat, tingkat kebisingan proyek, dan kualitas air serta udara.
d. Persyaratan energi dan air
e. Persyaratan transportasi
f. Persyaratan ketenagakerjaan

Bagian terpenting dari proses ini merupakan evaluasi yang didasarkan pada suatu overlay
usulan proyek terhadap daftar rincian sumber daya dari tapak dan daerahnya.

Konsep yang tidak digunakan serta pemecahan yang telah terganti oleh konsep akhir dapat
dilampirkan pada alternatif pemecahan.

a. Alternatif lokasi untuk penapakan proyek. Apakah penentu dalam pemilihan tapak.
b. Alternatif proses atau metode. Bagaimana cara lain untuk dapat mencapai tujuan dari
proyek.
c. Alternatif tata letak di dalam tapak. Daerah sensitive pada tapak biasanya dapat
dilestarikan dengan peletakan fasilitas secara cermat.
d. Alternatif tanpa keputusan. Apa konsekuensinya apabila proyek yang diusulkan tidak
jadi dilaksanakan

Tinjauan, Komentar, dan Perbaikan kembali ini merupakan jantung sebuah proses penaksiran
lingkungan, dan menetapkan titik temu pertukaran informasi, kritik dan usulan antara lain :

1. Pemberi tugas ( pemilik atau pemakai)


2. Narasumber lingkungan dan sosioekonomi.
3. Pejabat badan perundangan
4. Organisasi pemerintah dengan kewenangan atau keterampilan.

Biasanya peraturan setempat menunjuk seorang petugas atau badan tertentu sebagai
pemegang wewenang untuk menentukan dapat tidaknya suatu pernyataan dampak
lingkungan.pertemuah harus diadakan pada saat kritis dalam proses perencanaan. Hal ini
akan memberikan kesempatan dan keterbukaan untuk menerima kritik. Informasi , serta ide-
ide baru.

M. Rincian Data Tapak

Setelah program dipilah, seorang perancang mulai memusatkan perhatiannya


untuk mengumpulkan data tapak, melengkapi informasi dari data peta dan melakukan
peninjauan lapangan. Data yang dikumpulkan dapat memberikan pengetahuan tentang
lokasi dan kondisi:

1. Unsur buatan
a. Batas legal dan fisis, tanah milik serta ruang bebas umum.
b. Bangunan, jembatan serta bangunan lainnya termasuk yang mempunyai arti
arkeologi dan sejarah.
c. Jalan, pekerasan serta jalur transportasi lain
d. Jaringan listrik, gas dan utilitas lainnya
e. Tata guna tanah
f. Peraturan seperti penzonaan dan persyaratan kesehatan.

2. Sumber daya alam


a. Topografi, termasuk titik terendah dan tertinggi
b. Tipe tanah, dilengkapi nama, sebagai petunjuk ketembusan, stabilitas, dan
kesuburan permukaan tanah
c. Perairan, termasuk sifat tetap, fluktasi dan kebiasaan lainnya.
d. Bahan bawah permukaan: geologi dari batuan di bawahannya.
e. Tipe vegetasi
f. Satwa liar, termasuk habitat yang sesuai untuk satwa tersebut

3. Kekuatan alam yang terdapat pada daerah yang cukup luas.


a. Suhu terutama pada siang hari, pada malam hari, musim dan suhu
b. Sudut datang matahari pada berbagai waktu sepanjang hari dan musim
c. Kantong kantong sinar matahari, terutama di hutan
d. Arah angin dan intesistas harian maupun hutan
e. Curah hujan, frekuensi angin topan, dan intensitasnya

4. Sifat khas perseptual

a. Pemandangan ke dan dari tapak

b. Bau-bauan, kebisingan dan sumbernya

c. Pola spasial

d. Garis, bentuk, warna dan skala yang memberi sifat khas pada tapak

e. Kesan umum, menyangkut potensi pengalaman dari tapak dan bagian bagiannya.

Seorang perancang juga harus mengumpulkan informasi unsur buatan, alami, dan perseptual.

1. Pola tata guna tanah

2. Sumber drainase dan sungai

3. Visual, bau bauan dan bunyi

4. Sifat khas estetika sekitar tapak

5. Lokasi dan kapasitas utilitas umum


6. Sistem dan cara transportasi

Setiap langkah dalam tahap survei dimulai secara sendiri sendiri. Dengan cara melengkapi
data yang dikumpulkan tadi dapat menunjukkan penyesuaian atau perubahan penting dalam
program tersebut.

BAB III

KASUS

HUJAN MUSIMAN JAKARTA

Latar Belakang

Sebagai kota yang berada di daratan rendah, Jakarta tidak terlepas dariancaman banjir
yang sewaktu-waktu dapat menyerang. Menurut catatan sejarahIbukota Jakarta telah dilanda
banjir sejak tahun 1621. Salah satu bencana banjirterparah yang pernah terjadi di Batavia
adalah banjir yang terjadi di bulanFebruari 1918. Saat itu hampir sebagian besar wilayah
Batavia terendam air.Daerah yang terparah saat itu adalah gunung Sahari, Kampung
Tambora,Suteng, Kampung Klenteng akibat bendungan kali Grogol jebol.

Penyebab

Banjir di Jakarta terbagi menjadi dua, yaitu banjir yang disebabkan oleh meluapnya
sungai-sungai karena curah hujan yang tinggi dan banjir yang terjadi karena kiriman dari
daerah hulu, yaitu Bogor. Terjadinya banjir di Jakarta juga disebabkan oleh sistem drainase
yang tidak berfungsi dengan optimal serta tersumbatnya sungai dan saluran air oleh sampah.
Selain itu, dibangunnya hunian pada lahan basah atau daerah resapan air serta semakin
padatnya pembangunan fisik menyebabkan kemampuan tanah menyerap air menjadi sangat
berkurang. Hal lainnya adalah pembangunan prasarana dan sarana pengendalian banjir yang
belum berfungsi maksimal.

Selain itu juga penyebab terjadinya banjir di Jakarta adalah sistem drainasenya yang
sudah tidak normal, jika ingin dinormalkan kembali juga tidak ada ruang karena lahan untuk
menampungya sudah tidak ada. Faktor lainnya juga karena di Jakarta trotoar menjadi saluran
drainase, sedangkan seharusnya trotoar tidak dijadikan alur drainase.

Gambar persebaran titik banjir di Jakarta tanggal 1 Januari 2020

BAB IV

KESIMPULAN

Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa penentuan tapak yang memenuhi kriteria
sebagai tempat tinggal di Jakarta haruslah berada pada daerah yang aman dari banjir, seperti
Jakarta Timur atau Jakarta Pusat (Tidak menutup kemungkinan banjir jika penangan banjir
tidak ditingkatkan). Untuk mencegah keadaan tersebut haruslah dipikirkan drainase yang baik
sebelum memulai proyek sehingga tidak memperparah keadaan drainase Jakarta. Selain
kedua faktor di atas perlu kita analisis kepadatan bangunan serta persebaran sungai sungai
yang berpotensi meluap saat musim hujan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.bnpb.go.id/peta-sebaran-rendaman-banjir-jabodetabek

http://repository.upi.edu/10978/4/S_TB_1004608_Chapter1.pdf

https://www.academia.edu/6421756/Makalah_banjir_jakarta

https://www.beritasatu.com/megapolitan/597231/sistem-drainase-di-jakarta-dinilai-
tidak-normal

Anda mungkin juga menyukai