Abstrak
Kawasan kars adalah area yang patut dilindungi keberadaannya. Selain menjadi situs berharga dunia,
Kawasan kars menyimpan sumber daya yang melimpah khusunya air bersih. Kaitannya dengan
pengembangan penggunaan lahan serta aktivitas manusia, kars menjadi daerah yang rawan akan dampak
tersebut. Oleh karena itu Eko-arsitektur hadir dalam penyelesaian antara perkembangan bangunan
terhadap konservasi alam kars . Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu penerapan arsitektur
ekologi pada objek penelitian ini yaitu Komplek Museum Kars Indonesia. Jurnal ini bertujuan untuk
mempelajari pengaplikasian arsitektur ekologi dalam perancangan landscape dan penggunaan
sunstainable material pada Komplek Museum Kars Indonesia. Metode yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dengan penjabaran unsur unsur ekologi objek. Diharapkan dengan adanya jurnal ini dapat
menjadi acuan dalam merancang bangunan khusunya pada Kawasan kars agar tidak menimbulkan
bencan atau merusak sumber daya yang ada. Hasil dari Jurnal ini dapat diaplikasikan pada Kawasan Geo-
park lain dalam perancangan masterplan pariwisata ataupun kepada bangunan masyarakat sekitar, mulai
dari penggunaan sustainable material, penataan landscape, sampai pengheamtan energi
Kata Kunci : Karst, Arsitektur ekologi, Masyarakat
Abstract
The karst area is an area that should be protected by its existence. Apart from being a valuable world site, the
karst region has abundant resources, especially clean water. In connection with the development of land use and
human activities, karst is an area that is prone to these impacts. Therefo re eco-architecture is present in the
settlement between the development of the building and the conservatio n of the karst nature. Based on this
background, it is necessary to apply ecological architecture to the object of this research, namely the Kars
Indonesia Museum Complex. This journal aims to study the application of ecological architecture in landscape
design and the use of sunstainable materials at the Kars Indonesia Museum Complex. The method used is
descriptive qualitative with the elaboration of the ecological elements of the object. It is hoped that this journal
can become a reference in designing buildings especially in the karst area so as not to cause disasters or damage
existing resources. The results of this journal can be applied to other Geo-park areas in designing tourism master
plans or to surrounding community buildings, starting from the use of sustainable materials, landscape
arrangement, to energy saving.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan mengambil data
dan analisis secara primer dan sekunder,
primer berasal dari observasi langsung ke
lapangan disertai dengan wawancara,
sedangkan sekunder berasal dari
pengumpulan informasi dari pengelola, Gambar 3. Peta Menuju Museum Kars Indonesia
penelitian, atau pihak lain. Dalam metode ini
menganalisis dan menyimpulkan mengenai
prinsip arsitektur ekologi yang berkaitan
dengan landscape dan sustainable material
pada objek penelitian. Data yang disajikan
berupa analisis data secra detail yang
menjelaskan objek.
Studi kasus yang diteliti yaitu Komplek
Museum Kars Indonesia yang berlokasi di
Mudal, Gebangharjo, Pracimantoro,
Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah 57664. Gambar 4. Layout Museum Kars Indonesia
Museum kars Indonesia adalah museum yang
berisi pengetahuan mengenai batuan kars Metode pengumpulan data pada
dan proses kejadian alam lainnya, selain itu penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu ; data
terdapat juga area rekreasi berupa taman, fisik dan non fisik. Pada data fisik diperoleh
foodcourt, panggung pertunjukan dan wisata dari observasi dan wawancara pengelola
goa pada komplek Museum Kars Indonesia serta warga sekitar, sedangkan data non fisik
bersal dari teori ahli yang sesuai. Teori
yang sesuai adalah teori dari Yeang (2006)
dan Peraturan Greenship Kawasan
Berkelanjutan/Sustainable Neighborhood –
GBC Indonesia, sedangkan untuk landscape Gambar 6. Pengolahan Landscape
menggunakan teori ahli oleh Garret 2. Vegetasi
Eckbo(1950), Noeman T. Newton (1971), Pada Objek yang diobservasi
Burton (1995) dan (Hakim, 2012). vegetasi merupakan hal yang turut
diperhatikan dalam pengelolaan area
HASIL DAN PEMBAHASAN
landscape. Jika dilihat dari kondisi tanah
ELEMEN LANDSCAPE
dan iklimnya, objek ini berada pada
1. Topografi
Kawasan kars yang memiliki tanah keras
Geomorfologi pada Komplek Museum
dan kondisi iklim yang panas. Jadi
Kars Indonesia merupakan kontur bertipe
perbukitan, lembah kars dan doline. Doline Vegetasi yang tumbuh pada area ini
adalah ledokan yang berbentuk corong pada merupakan tumbuhan yang tahan panas
batu gamping dengan dan sering terisi air dan memiliki akar yang kuat seperti
hujan. Kontur lembah ini terdapat pada area pohon jati, dan pohon peneduh seperti
museum ini dan di sekitar museum terdapat pohon
doline sehingga pada kasus hujan lebat dapat
mengakibatkan banjir di area museum kars.