Anda di halaman 1dari 19

PENGINDERAAN JAUH DASAR

LAPORAN MINGGUAN
Acara 1
“Pengenalan Citra Penginderaan Jauh”

DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN


JAUH DASAR

OLEH:

ALAM PURNOMO
R1B121013

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh

dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau

gejala yang dikaji. Penginderaan jauh sangat tergantung dari energi gelombang

elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik dapat berasal dari banyak hal, akan

tetapi gelombang elektromagnetik yang terpenting pada penginderaan jauh adalah

sinar matahari. Penginderaan jauh memerlukan kamera untuk menangkap pantulan

sinar dari obyek tersebut. Untuk itu digunakan kamera yang terpasang pada wahana

ruang angkasa yang diluncurkan ke angkasa luar dan sering disebut sebagai satelit.

Citra satelit adalah gambaran permukaan bumi hasil perekaman satelit

yang berada di luar angkasa berjarak ratusan kilometer dari paras bumi. Setiap citra

digital yang dihasilkan oleh setiap sensor mempunyai sifat khas datanya. Sifat khas

data tersebut dipengaruhi oleh sifat orbit satelit, sifat dan kepekaan sensor

penginderaan jauh terhadap panjang gelombang elektromagnetik, jalur transmisi

yang digunakan, sifat sasaran (objek), dan sifat sumber tenaga radiasinya. Sifat orbit

satelit dan cara operasi sistem sensornya dapat mempengaruhi resolusi dan ukuran

pixel datanya.

Citra Landsat 8 OLI TRS di gunakan untuk memetakan suatu daerah.

Pada perekaman citra Landsat 8 OLI TRS memiliki kenampakan dimana pola

permukiman, kawasan penduduk, indeks vegetasi, awan dan lahan terbuka kelihatan
nampak meskipun dalam perekamannya agak buram. Satelit pemantauan bumi ini

memiliki dua sensor yaitu sensor Operational Land Imager (OLI) dan Thermal

Infrared Sensor (TIRS). Kedua sensor ini menyediakan resolusi spasial 30 meter

(visible, NIR, SWIR), 100 meter (thermal), dan 15 meter (pankromatik).

Citra sentinel ini adalah untuk menyajikan data dalam rangka memenuhi

kebutuhan beberapa hal, diantaranya monitoring lahan, dan dapat dijadikan sebagai

data dasar yang dapat diaplikasikan dalam berbagai hal, seperti pertanian hingga

perhutana, juga monitoring lingkungan, hingga perencanaan perkotaan. Selain itu

dapat juga digunakna untuk deteksi tutupan lahan, penggunaan lahan, pemetaan

bencana, dan aplikasi lainnya.

Citra SPOT merupakan sistem satelit observasi bumi yang mencitra

secara optis dengan resolusi tinggi dan diopersikan di luar angkasa. Sistem satelit

SPOT terdiri dari serangkaian satelit dan stasiun pengontrol denga cangkupan

kepentingan yaitu, kontrol dan pemograman satelit, produksi citra, dan

distribusinya. SPOT merupakan sistem satelit observasi bumi yang mencitra secara

optis dengan resolusi tinggi dan diopersikan di luar angkasa. Sistem satelit SPOT

terdiri dari serangkaian satelit dan stasiun pengontrol denga cangkupan kepentingan

yaitu, kontrol dan pemograman satelit, produksi citra, dan distribusinya.

Cara kerja inderaja dimulai saat melakukan proses perekaman objek

yang ada di permukaan bumi. Penginderaan ini dihubungkan oleh tenaga yang

membawa data menuju sensor, seperti bunyi, daya magnet, gaya berat, dan

elektromagnetik. Akan tetapi energi yang digunakan dalam proses ini biasanya

adalah tenaga elektromagnetik, misalnya cahaya matahari sebagai tenaga

elektromagnetik bersistem pasif. Sinar matahari yang mengenai objek permukaan


bumi kemudian diserap dan dipancarkan sehingga sensor akan menangkap

gelombang elektormagketik yang berasal dari permukaan bumi.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum pengenalan citra pengindrajaan jauh yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengenalkan jenis-jenis citra penginderaan jauh.

2. Untuk mengetahui perbedaan jenis-jenis citra penginderaan jauh.

C. Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum dari praktikum pengenalan citra penginderaan jauh yaitu

terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.

1) Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam praktikum ini sebagai informasi untuk mengenali

dan mengetahui perbedaan jeni-jenis penginderaan jauh berdasarkan resolusi

spasial pada peta lokasi kecamatan kadia Wua-wua, Kota Kendari, Sulawesi

Tenggara, Indonesia dan Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi

Tenggara, Indonesia.

2) Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam praktikum ini sebagai tambahan ilmu pengetahuan

melatih dalam mengamalkan ilmu yang telah dipelajari selama ini. Selain itu,

praktikum ini juga bermanfaat sebagai ajuan persyaratan Praktikum Penginderaan

Jauh Dasar pada Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian di Universitas Halu Oleo

bagi Mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian praktikum ini diharapkan

dapat memberi pengetahuan dan penjelasan bagi pembaca mengenai pengenalan

Citra Penginderaan Jauh.

D. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada praktikum pengenalan citra penginderaan

jauh adalah sebagai berikut.

1. Wilayah kajian praktikum menggunakan wilayah Kadia Wua-Wua dan Kendari

Barat.

2. Citra yang dikenalkan pada praktikum menggunakan citra landsat 8 OLI TIRS,

citra sentinel-2A, dan citra SPOT 7.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penginderaan Jauh

Penginderaan Jauh secara umum didefinisikan sebagai ilmu, teknik, seni

untuk memperoleh informasi atau data mengenai kondisi fisik suatu benda atau

obyek, target, sasaran maupun daerah dan fenomena tanpa menyentuh atau kontak

langsung dengan benda atau target tersebut. Penginderaan jauh dapat digunakan

untuk pemantauan bencana selama kejadian bencana berlangsung, dapat digunakan

untuk peta situasi baru, update database untuk rekonstruksi wilayah, dan juga dapat

membantu untuk pencegahan dini bencana dan pemetaan distribusi spasial

(Nuryanti, 2018).

Data penginderaan jauh adalah berupa citra. Citra adalah gambaran obyek

yang terekam oleh Kamera atau sensor lainnya. Citra penginderaan jauh memiliki

beberapa bentuk yaitu foto udara ataupun Citra satelit. Data penginderaan jauh

tersebut adalah hasil rekaman obyek muka bumi oleh sensor. Data Penginderaan

jauh ini dapat memberikan banyak informasi setelah dilakukan proses interpretasi

terhadap Data tersebut. Interpretasi citra adalah upaya pengenalan obyek yang

terpetakan pada citra dan penilaian Arti penting obyek. Interpretasi visual adalah

interpretasi yang dasarnya tidak semata-mata kepada nilai Kecerahan, tetapi konteks

keruangan pada daerah yang dikaji juga ikut dipertimbangkan. Peranan Interpreter

dalam mengontrol hasil klasifikasi menjadi sangat dominan pada interpretasi visual

ini Sehingga hasil klasifikasi yang diperoleh relatif lebih masuk akal (Lestari,

2019).
Penginderaan jauh terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

Hal ini dibuktikan dengan adanya wahana seperti pesawat udara, satelit, roket,

balon stratosfer atau balon kaptif, sensor, dan sistem aplikasi penginderaan jauh

berupa QGIS. Salah satu bentuk perkembangan dari penginderaan jauh (inderaja)

yaitu perekaman objek daerah dan gejala yang ada di permukaan bumi dengan citra

satelit. Hasil citra penginderaan jauh akan diinterpretasikan sehingga mendapatkan

data serta informasi di berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan (Ramadhan, 2022).

Penginderaan jauh menjadi salah satu alternatif memperoleh informasi yang

cepat, tepat dan murah. Penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh informasi

fenomena alam pada objek (permukaan bumi) yang diperoleh tanpa kontak

langsung dengan objek permukaan bumi, tetapi melalui pengukuran pantulan

(reflection) ataupun pancaran (emission) oleh media gelombang elektromagnetik.

Menurut jaya (2010) penginderaan jarak jauh khususnya satellite remote sensing

dengan citra landsat merupakan sarana yang banyak digunakan untuk kegiatan

pemetaan di bidang kelautan (Nurazizah, 2022).

Citra digital penginderaan jauh adalah citra yang menggambarkan

kenampakan permukaan (atau dekat permukaan bumi) yang diperoleh melalui

proses perekaman pantulan (reflectance) pancaran (emitance) maupun hamburan

balik (bakscatter) geolombng elektro magnetik dengan sensor optik elektronik yang

terpasang pada suatu wahana luar angkasa (Danoedoro, 2020).

B. Citra Satelit

Citra satelit merupakan potret gambar beberapa macam jenis panjang

gelombang yang diperuntukan untuk merekam dan mendeteksi energy

elektromagnetik. Citra merupakan suatu gambaran yang terlihat dari suatu objek
yang sedang diamati sebagai hasil pendeteksian dan perekaman suatu alat

pantau/sensor, seperti optik, elektro optik, optik-optik mekanik, maupun

elektromagnetik. Citra membutuhkan proses bentuk atau penafsiran terlebih dahulu

dalam pemanfaatannya (Safitri, 2021).

Citra satelit merupakan salah satu sumber data yang dapat digunakan dalam

penginderaan jauh. Teknologi penginderaan jauh dengan menggunakan satelit

pertama kali dipelopori oleh NASA. Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Nasional (LAPAN), citra satelit yang direkam melalui sensor satelit pada dasarnya

masih mempunyai kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan sistematik dan non-

sistematik (Reza, 2019).

Citra satelit memiliki sifat resolusi tinggi dan multispektral, citra Satelit

awalnya digunakan di bidang militer dan lingkungan. Tetapi semakin Banyak

digunakan dalam bidang produksi peta, pertanian, kehutanan, perencanaan Tanah

nasional, perencanaan kota dll. Kemungkinan akuisisi data berkala citra Satelit yang

beragam antara citra satelit hiperspektral dan resolusi tinggi menjadikan citra satelit

sumber daya penting untuk pencatatan tanah nasional. Ketersediaan citra satelit

dikalangan masyarakat umum sekarang memungkinkan Semua orang untuk

menggunakan gambar satelit lebih banyak sepenuhnya (Upadhyay, 2019).

Dengan memanfaatkan data penginderaan jauh, yaitu citra satelit akan

diperoleh data indeks vegetasi lahan, yang akan dihubungkan dengan faktor fisik

kawasan, yaitu ketinggian dan kemiringan lahan yang ada di lokasi penelitian.

Sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan

terhadap kegiatan pengelolaan kawasan penelitian (Norida, 2018).


C. Citra Landsat 8 OLI TIRS

Landsat 8 adalah sebuah satelit observasi bumi Amerika yang terdiri dari

dua instrumen sains-Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor

(TIRS). Kedua sensor ini memberikan cakupan musiman dari daratan global pada

resolusi spasial 30 meter (visible, NIR, SWIR); 100 meter (termal); dan 15 meter

(pankromatis) (Rizdinanti, 2021).

Landsat 8 merupakan kelanjutan misi Landsat yang pertama kali

diluncurkan menjadi satelit pengamat bumi sejak tahun 1972. Pada Landsat 8

rentang spektrum gelombang elektromagnetik yang ditangkap lebih panjang. Citra

Landsat dirasa sangat cocok untuk penelitian ini karena sangat teliti dalam

mengetahui tingkat kerapatan vegetasi (Hardianto, 2021).

Citra satelit landsat adalah salah satu citra satelit sumberdaya alam yang

Mempunyai resolusi spasial 30 m x 30 Meter (kecuali saturan inframerah thermal),

Dan merekam dalam 7 saluran spektral. Masing-masing saluran citra satelit landsat

Peka terhadap respons atau tanggapan Spektral obyek pada julat panjang

Gelombang tertentu, dan hal ini yang Menyebabkan nilai piksel pada berbagai

Saluran spektral sebagai cerminan nilai Tanggapan spektral pun bervariasi

(Suharyadi,2020).

Citra landsat 8 OLI TIRS merupakan citra yang diluncurkan oleh Negara

Amerika pada XYZ, dan memiliki 11 macam saluran dengan resolusi spasial yang

berkisar 15x15 meter hingga 100x100 meter. Analisis citra landsat umum

digunakan dalam mengetahui kondisi di permukaan bumi yang dengan melihat

karakter reflektansi dan adsorbs gelombang elektromaknetik dari objek-objek yang

berada di permukaan bumi (Putra, 2018).


Satelit LDCM (Landsat-8) dirancang membawa sensor pencitra OLI

(Operational Land Imager) yang mempunyai 1 kanal inframerah dekat dan 7

kanal tampak reflektif, akan meliput panjang gelombang yang direfleksikan oleh

objek-objek pada permukaan Bumi, dengan resolusi spasial yang sama dengan

Landsat pendahulunya yaitu 30 meter. Sensor pencitra OLI mempunyai kanal-

kanal spektral yang menyerupai sensor ETM+ (Enhanced Thermal Mapper plus)

dari Landsat-7. program LDCM (Landsat-8) mengalami pengembangan, yaitu

Sensor pencitra TIRS (Thermal Infrared Sensor) ditetapkan sebagai pilihan

(optional) pada misi LDCM (Landsat-8) yang dapat menghasilkan kontinuitas data

untuk kanal-kanal inframerah termal yang tidak dicitrakan oleh OLI (Sitanggang,

2020).

C. Citra Sentinel

Sentinel-2 merupakan pencitraan optik Eropa yang diluncurkan pada tahun

2015. Sentinel-2 merupakan satelit pertama yang diluncurkan sebagai bagaian dari

program European space agency (ESA) copernicius. Satelit membawa berbagai peta

resolusi tinggi imager multispectral dngan 13 band spectral. Satelit ini akan

melakukan pengamatan teresterial dalam mendukung layanan seperti pemantauan

hutan, deteksi perubahan lahan tutupan, dan manejemen bencana alam (Putri, 2018).

Manfaat dari citra sentinel ini adalah untuk menyajikan data dalam rangka

memenuhi kebutuhan beberapa hal, diantaranya monitoring lahan, dan dapat

dijadikan sebagai data dasar yang dapat diaplikasikan dalam berbagai hal, seperti

pertanian hingga perhutana, juga monitoring lingkungan, hingga perencanaan

perkotaan. Selain itu dapat juga digunakna untuk deteksi tutupan lahan, penggunaan

lahan, pemetaan bencana, dan aplikasi lainnya (Kawamuna et al., 2017). Untuk
melakukan analisis vegetasi menggunakan metode NDVI, komposit band yang

dibutuhkan ialah band 8 sebagai NIR dan band 4 sebagai RED pada citra sentinel-2

(Putri, 2021).

Dengan citra Multispektral dan cakupan yang sangat luas, misi Sentinel-2A

hanya menawarkan keberlangsungan namun juga memperluas misi dari satelit

French Spot dan US Landsat.Satelit Sentinel-2A menghasilkan citra optik

multispektral yang mempunyai 13 band, yang mana dibagi kebeberapa spektrum

visible, near infrared, shortwave infrared. Dimana resolusi spasial dari satelit

Sentinel-2A adalah 4 band dengan resolusi 10 m, 6 band dengan resolusi 20 m dan

3 band lainnya dengan resolusi 60 m. Sedangkan luas sapuan dari satelit Sentinel-

2A adalah 290 km, selain itu satelit Sentinel2A dapat peroleh secara gratis (Sinaga,

2018).

Citra Sentinel biasanya digunakan dalam teknik penginderaan jauh untuk

klasifikasi tutupan lahan (Gumma dalam Sampurno, 2016). Citra satelit yang dapat

digunakan untuk deteksi tutupan lahan adalah citra sentinel 2. Citra sentinel 2

merupakan citra satelit yang tergolong baru, dimana satelit ini diluncurkan pada

tanggal 23 Juni 2015 dengan berbagai kelebihannya yaitu melakukan penginderaan

jauh dengan resolusi spasial yang cukup tinggi yaitu 10 x 10 meter dan memiliki

resolusi temporal hingga 5 hari, citra tersebut dapat diperoleh dengan secara mudah

dan gratis. Level produk Sentinel – 2 yang tersedia adalah level 1C, produk ini telah

terkoreksi secara geometrik dan radiometrik (Surface Reflectance) (Ardianto, 2022).

Teknologi satelit berkembang dengan berbagai kemampuan dalam

menyediakan data citra terkait dengan informasi permukaan bumi. Citra satelit yang

dihasilkan bervariasi mulai dari citra dengan resolusi spasial dan resolusi spektral
yang rendah hingga tinggi. Citra satelit yang tersedia juga ada yang gratis dan

berbayar. Berbagai macam jenis citra satelit yang berkembang sampai saat ini salah

satunya yaitu citra satelit Sentinel-2. Citra satelit Sentinel-2, saat ini menjadi

alternatif baru dalam menyediakan informasi permukaan bumi karena selain mudah

didapatkan dan gratis, citra Sentinel-2 menawarkan kualitas data citra dengan

resolusi spasial yang lebih baik yaitu 10x10 m²/piksel, dibandingan dengan citra

open source lainnya yang sering digunakan seperti citra Landsat yang hanya

memiliki resolusi spasial 30x30 m²/piksel (Nababan, 2018).

D. Citra SPOT

SPOT-7 merupakan satelit komersial pencitraan bumi milik perusahaan asal

Prancis yaitu Airbus Defence & Space. Satelit SPOT-7 dinamai dengan nama

Azersky. Satelit SPOT-7 diluncurkan pertama kali pada 30 juni 2014 dan masih

beroperasi hingga saat ini. Satelit SPOT-7 memiliki resolusi spasial 1,5 meter dalam

posisi nadir yang membuat citra ini termasuk kedalam citra satelit resolusi tinggi.

Dengan resolusi spasial 1,5 meter, satelit ini cocok untuk pemetaan topografi skala

1:25.000. Satelit SPOT-7 dapat merekam area seluas 60 km x 60 km dengan sekali

sapuan perekaaman, dengan dapat merekam area yang luas satelit SPOT-7 memiliki

fungsi melakukan pemantauan bumi yang berguna untuk bidang pertanian,

lingkungan, pertambangan serta minyak dan gas (Dzaikra,2022).

Satelit SPOT 7 telah diluncurkan pada tanggal 30 Juni 2014 yang lalu oleh

perusahaan Airbus Defence & Space dengan menggunakan roket pengangkut PSLV

(Polar Satellite Launch Vehicle) C23. Spesifikasi satelit SPOT 7 hampir mirip

dengan Satelit SPOT 6 sehingga banyak yang mengatakan Satelit SPOT 7 adalah

kembaran dari Satelit SPOT 6 dengan usia yang lebih muda. Beberapa kemiripan di
antaranya posisi satelit yang terpisah sejauh 180 derajat namun berada pada orbit

yang sama, kemudian kedua satelit tersebut dapat merekam area seluas 60 Km x 60

Km (pada keadaan nadir) dalam satu kali sapuan perekaman, serta data citra satelit

hasil perekaman dalam moda multispektral (4 kanal) dengan resolusi spasial 6

meter (pada keadaan nadir) dan dalam moda pankromatik (1 kanal) dengan resolusi

spasial 1.5 meter (Purwanto, 2019).

Berdasarkan hasil pengolahan, analisis dan interpretasi data yang diperoleh

dengan melakukan ekstraksi kedalaman laut dari data citra satelit SPOT-7 yang

kemudian dibandingkan dengan data lapangan yang berupa raw data pada studi

kasus perairan dangkal Teluk Sabang, dapat disimpulkan ekstraksi kedalaman dari

data citra satelit SPOT-7 dengan Metode Random Forest (RF), hasil terbaik

didapatkan dengan model algoritma STR dengan nilai RMSE; 1,02 (Penggalih,

2018).

Citra satelit spot pertama kali beroperasi dengan pushbroom sensor dengan

kemampuan off-track viewing di ruang angkasa dengan resolusi spasial 10 meter

untuk pankromatik dan 20 meter daerah tampak (visible). Kemudian 14 citra spot

dikembangkan dengan meluncurkan sensor HRVIR mempunyai 4 di samping 3

band dan instrument vegetation ditambahkan (Safitri, 2021).

Data satelit beresolusi tinggi seperti SPOT 6/7 tidak dapat menggantikan

foto udara yang mampu menyediakan citra beresolusi 0.2 m, namun data SPOT 6/7

memberikan beberapa manfaat diantaranya adalah memungkinkan akuisisi yang

lebih mudah pada interval waktu tertentu yang berguna untuk pemantauan alam

atau perkembangan fenomena secara real time dan untuk mendapatkan citra pada
area yang sulit dijangkau oleh foto udara secara jelas. Untuk itu, keberadaan citra

SPOT 6/7 yang bebas haze sangat diperlukan (Sulyantara, 2018).

BAB III
METODOLOGI

A. Waktu dan Lokasi Praktikum

Adapun Praktikum dilaksanakan pada hari Minggu 13 November 2022, sesi

ke dua pukul 13.00 -15.30 Wita yang bertempat di laboratorium Komputer Fakultas

Ilmu Dan Teknologi Kebumian, Universitas Halu Oleo.

Wilayah yang dikaji pada praktikum ini adalah wilayah Kecamatan Kadia

Wua-wua dan Kendari barat. Secara Astronomis Kecamatan Kadia Wua-wua

berada pada 3°58’35” - 4°0’48”lintang selatan dan 122˚26’37”-122˚32’57” bujur

timur, Kecamatan Kendari barat berada pada 3°56’11” - 3°58’23” lintang selatan

dan 122°31’12” - 122°34’58” bujur timur. Letak geografis wilayah Kecamatan

Kadia Wua-wua diapit oleh dua Kecamatan yaitu, Disebelah Barat Kec. Puuwatu

dan disebelah Timur Kecamatan Baruga. Sedangkan untuk Kecamatan Kendari

barat berada diseblah timur Kecamatan Kendari, disebelah Barat Kecamatan

Mandonga dan dibagian Selatan berbatasan dengan perairan Teluk Kendari.


Gambar 1.1 Peta administrasi kec. Kadia,Wua-wua dan Kendari Barat
B. Alat Praktikum

Adapun alat yang di gunakan pada praktikum pengenalan citra

penginderaan jauh dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut.

Tabel 1.1 Alat Yang Digunakan Pada Praktikum.


No Nama Alat Kegunaan
1 Komputer Untuk membuat peta
2 Flashdisk Untuk mengambil data

C. Bahan Praktikum

Bahan praktikum pengenalan citra penginderaan jauh dapat dilihat pada

Tabel 2.1 sebagai berikut.

Tabel 2.2 Bahan Yang Di Gunakan Pada Praktikum.


No Bahan Praktikum Kegunaan
1 Citra SPOT Satelit konstelasi yang digunakan
untuk observasi bumi.
2 Peta Untuk mengamati kenampakan
muka bumi.
3 Citra Sentinel Menyajikan data monitoring
penggunaan lahan.
4 Landsat 8 OLI TRIS Untuk mengidentifikasi kelas
tutupan lahan.

D. Data Praktikum

1. Data Primer

Data primer adalah jenis data yang dikumpulkan secara langsung dari

sumber utamanya seperti melalui wawancara, survei, eksperimen, dan sebagainya.

Data primer biasanya selalu bersifat spesifik karena disesuaikan oleh kebutuhan

peneliti. Sementara data primer adalah informasi tangan pertama yang diambil

langsung oleh peneliti, data sekunder adalah data yang sebelumnya sudah

dikumpulkan untuk tujuan penelitian lain. Data ini digunakan karena memiliki

relevansi dengan kebutuhan penelitian saat dilapangan.


2. Data Sekunder

Data Sekunder yang digunakan dalam praktikum ini adalah Citra SPOT,

Peta, Citra Sentinel, dan Landsat OLI TRIS. Data sekunder merupakan data yang

dikumpulkan dari data yang telah ada sebelumnya. Pada awalnya, data sekunder

merupakan data primer yang telah dikumpulkan oleh orang lain sebelumnya, baik

digunakan untuk kepentingan penelitian maupun untuk disimpan di database nya

saja. Data sekunder dapat digunakan saat ingin memperluas wawasan mengenai

penelitian yang sedang dilakukan. Data sekunder dapat digunakan sebagai

pelengkap data primer dan juga dapat memaksimalkan pemahaman terkait

penelitian.

E.Tahapan Praktikum

Praktikan sebelum melaksanakan praktikum terlebih dahulu menguasai

materi terkait dengan judul praktikum yang akan di laksanakan. Kemudian

menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan dalam pelaksanaan praktikum

berlangsung dan mendengarkan instruksi dari asisten terkait pelaksanaan

praktikum.

F .Tahapan Pengumpulan Literatur

Dalam mencari literatur dalam penyusunan laporan praktikum

menggunakan Google Scholarship, berupa jurnal dengan syarat jurnal yang terbit

pada lima tahun terakhir. Adapun jurnal yang di cari terkait dengan penginderaan

jauh, Citra Satelit, Citra Sentinel, Citra SPOT dan Landsat 8 OLI TRIS.
G. Tahapan Pengenalan Citra

Tahapan Pengenalan citra dilakukan dengan mengamati langsung pada

kenampakan yang ada pada citra baik citra landsat 8, citra sentinel maupun citra

SPOT. Pengamatannya dengan menganalisa karakteristik dan kenampakan objek

pada citra. Pada masing-masing citra memiliki kenampakan yang berbeda-beda

pada masing-masing objek seperti permukiman, jalan raya, gedung, vegetasi,

dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai