Anda di halaman 1dari 13

TUGAS II

SISTEM INFORMASI SPASIAL KEHUTANAN

PENGINDERAAN JAUH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 17C

GUNAWAN SYAM M111 12 116


NELLY TRIANA SAPUTRI M111 14 335
LILY ISTIGFAIYAH M111 14 336

LABORATORIUM PERENCANAAN DAN SISTEM INFORMASI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penginderaan jauh (atau disingkat inderaja) adalah pengukuran atau akuisisi
data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik
melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari
sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari
pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain. Contoh dari
penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, satelit cuaca, memonitor
janin dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa yang memantau planet dari
orbit (Stein, 2006).
Inderaja berasal dari bahasa Inggris remote sensing, bahasa Perancis
tldtection, bahasa Jerman fernerkundung, bahasa Portugis sensoriamento
remota, bahasa Spanyol percepcion remote dan bahasa Rusia distangtionaya. Di
masa modern, istilah penginderaan jauh mengacu kepada teknik yang melibatkan
instrumen di pesawat atau pesawat luar angkasa dan dibedakan dengan
penginderaan lainnya seperti penginderaan medis atau fotogrametri. Walaupun
semua hal yang berhubungan dengan astronomi sebenarnya adalah penerapan
dari penginderaan jauh (faktanya merupakan penginderaan jauh yang intensif),
istilah penginderaan jauh umumnya lebih kepada yang berhubungan dengan
teresterial dan pengamatan cuaca (Sugandi, 2011).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari penginderaan jauh
2. Untuk mengetahui perkembangan penginderaan jauh
3. Untuk mengetahui manfaat penginderaan jauh
4. Untuk mengetahui komponen penginderaan jauh
5. Untuk mengetahui jenis citra
6. Untuk mengetahui interpretasi citra
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penginderaan Jauh


Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi
tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang
diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek,
daerah atau gejala yang akan dikaji (Hartono, 2009).
B. Perkembangan Penginderaan Jauh
Istilah penginderaan jauh dikenalkan di Amerika Serikat pada akhir tahun
1950-an untuk menarik dana dari instansi survei kelautan Amerika Serikat.
Istilah ini didefenisikan oleh Parker pada tahun 1962, pada symposium
pertama tentang penginderaan jauh untuk lingkungan di Michigan, yang
meliputi pengumpulan data tentang objek - objek tanpa kontak langsung
dengan alat pengumpulnya. Pada symposium tersebut, makalah yang
disajikan meliputi interpretasi foto udara, fotografi udara, radar, dan
penginderaan jauh sistem termal. Pada awal tahun 1970-an, istilah serupa
digunakan di Perancis (teledetection), Spanyol (teleperception) dan Jerman
(fenerkundung) (Supendi, 2012)
C. Manfaat Penginderaan Jauh
Beberapa contoh manfaat dalam aplikasi penginderaan jauh adalah
(Tropenbos, 2009):
a. Identifikasi penutupan lahan (landcover)
b. Identifikasi dan monitoring pola perubahan lahan
c. Manajemen dan perencanaan wilayah
d. Manajemen sumber daya hutan
e. Eksplorasi mineral
f. Pertanian dan perkebunan
g. Manajemen sumber daya air
h. Manajemen sumber daya laut
D. Komponen Penginderaaan Jauh
Komponen penginderaan jauh ada empat yaitu energi, objek, alat dan
atmosfer.
a. Energi
Sumber utama enegi dalam penginderaan jauh adalah radiasi gelombang
elektromagnetik. Gelombang eletromagnetik adalah suatu bentuk dari
energi yang hanya dapat diamati melalui interaksinya dengan objek.
Wujud dari energi ini dikenal sebagi sinar X, sinar tampak, inframerah dan
gelombang mikro. Dalam penginderaan jauh terdapat dua sumber tenaga
yang disebut sebagai penginderaan jauh aktif dan penginderaan jauh pasif
(Arifin, 2014)
Penginderaan jauh aktif adalah penginderaan jauh yang menggunakan
tenaga buatan dalam perekamannya. Hal ini didasarkan pada malam hari
perekaman objek memerlukan tenaga. Proses perekaman objek tersebut
melalui pantulan tenaga buatan yang disebut sebagai tenaga pulsa yang
dipancarkan alat yang berkecepatan tinggi dipantulkan objek, karena saat
pesawat bergerak tenaga pulsa yang dipantulkan oleh objek direkam.
(Samadi, 2006).
Penginderaan jauh pasif adalah penginderaan jauh yang menggunakan
tenaga matahari dengan cara perekaman tenaga pantulan dan rekaman
yaitu : sistem fotografik, termal, gelombang mikro dan satelit (Samadi,
2006).

b. Atmosfer
Atmosfer mempengaruhi tenaga elektro magnetik yaitu bersifat selektif
terhadap panjang gelombang, karena itu timbul istilah Jendela atmosfer,
yaitu bagian spectrum elektro magnetik yang dapat mencapai bumi. Adapun
jendela atmosfer yang sering digunakan dalam penginderaan jauh ialah
spektrum tampak yang memiliki panjang gelombang 0,4 mikrometer hingga
0,7 mikrometer (Arhatin, 2010).

Spektrum elektromagnetik merupakan spektrum yang sangat luas,


hanya sebagian kecil saja. yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh,
itulah sebabnya atmosfer disebut bersifat selektif terhadap panjang
gelombang. Hal ini karena sebagian gelombang elektro magnetik
mengalami hambatan, yang disebabkan oleh butirbutir yang ada di
atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses penghambatannya terjadi
dalam bentuk serapan, pantulan dan hamburan (Somantri, 2011).
c. Objek
Objek merupakan benda atau media yang akan dipantulkan oleh
gelombang elektromagnetik. Apabila tenaga elektromagnetik mengenai
kenampakan di muka bumi, maka ada tiga kemungkinan yang terjadi, yaitu
akan dipantulkan, diserap dan ditransmisikan (Gunawan, 2004).
Objek yang dapat digambarkan pada foto udara terbatas pada objek
yang tampak. Meskipun demikian, terdapat objek tidak tampak tetapi
dapat ditafsirkan berdasarkan objek yang tampak. Contohnya jenis batuan
dapat ditafsirkan dengan topografi, pada aliran dan vegetasi penutupnya
(Gunawan, 2004).
Setiap objek memiliki karakteristik dalam memantulkan dan
memancarkan tenaga ke sensor. Objek penginderaan jauh dapat berupa
benda, seperti air, tanah, bangunan dan vegetasi atau fenomena di atmosfer
di permukaan bumi seperti suhu udara, kecepatan angin, dan erosi (Utoyo,
2007).
d. Alat
Ada dua jenis alat yaitu (Astuti, 2015) :
1. Sensor
Sensor merupakan alat yang berfungsi untuk menerima tenaga
pantulan maupun pancaran yang direkam oleh detektor. Sensor sistem
penginderaan jauh diklasifikasikan menjadi dua
a) Sensor Fotografik
Sensor yang digunakan dalam penginderaan jauh sistem
fotografik adalah kamera. Cara kerja sensor ini didasarkan pada
pantulan tenaga dari objek, sedangkan detektornya adalah film yang
dilapisi oleh unsur kimia
b) Sensor Elektrik
Sensor elektrik ini digunakan untuk penginderaan jauh non
fotografik. Sensor ini didasarkan pada sinar eletrik yang dipancarkan
atau dipantulkan objek yang tercatat dalam detektor. Detektor pada
sensor ini didasarkan pada pita magnetik.
2. Wahana
Wahana merupakan tempat untuk meletakkan sensor. Wahana
tersebut dapat berupa balon udara, pesawat terbang, satelit atau wahana
lainnya (Gunawan, 2004).

Berikut merupakan tabel perbedaan sistem penginderaan jauh


berdasarkan wahana dan sensor (Astuti, 2015).
E. Jenis Citra
Data visual dibedakan lebih jauh atas data citra dan data non citra untuk
dianalisis dengan cara manual. Data citra berupa gambaran mirip aslinya,
sedangkan data non citra berupa garis atau grafik. Citra dapat dibedakan atas
citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra non foto (non
photographic image) (Suhendra, 2010).

a. Citra Foto
Citra foto adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan sensor
kamera yang dipasang pada pesawat (Supendi, 2012)
Berdasarkan spektrum yang digunakan, citra foto diklasifikasikan
sebagai berikut (Meurah, 2010) :
1. Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
ultra violet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.
2. Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum
tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer).
3. Foto pankromatik yaitu foto yang dengan menggunakan spektrum tampak
mata.
4. Foto infra merah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared photo)
yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai
panjang gelombang 0,9 mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra
merah modifikasi (infra merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak
pada saluran merah dan saluran hijau.
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra foto terbagi atas dua yaitu
(Bullah, 2015) :
a) Foto udara, yaitu foto yang dibuat dari pesawat atau balon udara
b) Foto satelit, yaitu foto yang dibuat dari satelit
b. Citra Non Foto
Citra non foto adalah gambaran suatu objek yang dihasilkan oleh sensor
bukan kamera yang dipasang pada satelit. Hasilnya berupa foto satelit
(CIFOR, 2010).
Citra non foto berdasarkan wahana yang digunakan dapat dibedakan
sebagai berikut (Khosim, 2008) :
1. Citra dirgantara, yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi
di udara (dirgantara). Contohnya Citra Inframerah Thermal, Citra Radar,
dan Citra MSS.
2. Citra Satelit, yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar.
Citra ini dibedakan lagi atas penggunaannya, yaitu sebagai berikut :
a) Citra satelit untuk penginderaan planet, misalnya Citra Satelit
Viking (Amerika Serikat).
b) Citra satelit untuk penginderaan cuaca, misalnya Citra NOAA
(Amerika Serikat)
c) Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi, misalnya Citra
Landsat (Amerika Serikat)
d) Citra satelit untuk penginderaan laut, misalnya Citra MOS (Jepang)
F. Interpretasi Citra
Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan
maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek
tersebut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengamati
kenampakan objek dalam foto udara, yaitu (Arsy, 2014) :
a. Rona dan Warna
Rona atau tone adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang
terdapat pada foto udara atau pada citra lainnya. Pada foto hitam putih rona
yang ada biasanya adalah hitam, putih atau kelabu. Tingkat kecerahannya
tergantung pada keadaan cuaca saat pengambilan objek, arah datangnya
sinar matahari, waktu pengambilan gambar (pagi,siang atau sore) dan
sebagainya.
b. Bentuk
Bentuk-bentuk atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan
konfigurasi atau kerangka suatu objek.
c. Ukuran
Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi
lereng dan volume.
d. Tekstur
Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Ada juga yang
mengatakan bahwa tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek
yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.
e. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak
objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah.
f. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di
daerah gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci
pengenalan yang penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya
bayangan menjadi lebih jelas.
g. Situs
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.
h. Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang
lainnya.
i. Konvergensi Bukit
Konvergensi bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra
sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan
Pada dasarnya, kegiatan interpretasi citra terdiri atas dua proses yaitu
pengenalan objek melalui proses deteksi dan penilaian atas fungsi objek
(Samsuri, 2004)
a. Pengenalan objek melalui proses deteksi yaitu pengamatan atas adanya
suatu objek, berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau
upaya untuk mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan
menggunakan alat pengindera (sensor).
b. Penilaian atas fungsi objek dan kaitan antar objek dengan cara
menginterpretasi dan menganalisis citra.
DAFTAR PUSTAKA

Arhatin, Risti E. 2010. Pengenalan Penginderaan Jauh [pdf].


(https://apnindonesia.files.wordpress.com/2010/12/01-modul-pengenalan-
penginderaan-jarak-jauh.pdf), Diakses Pada Tanggal 02 April 2016 Pukul
02:32 WITA

Arifin, Samsul, dkk. 2014. Kajian Kriteria Standar Pengolahan Klasifikasi Visual
Berdasarkan Data Inderaja Multispektral Untuk Informasi Spasial Penutup
Lahan [pdf]. (http://sinasinderaja.lapan.go.id/wp-
content/uploads/2014/06/bukuprosiding_642-651.pdf), Diaakses Pada
Tanggal 02 April 2016 Pukul 02:39 WITA

Arsy, Risma Fadhilla. 2014. Metode Survei Deskriptif Untuk Mengkaji


Kemampuan Interpretasi Citra Pada Mahasiswa Pendidikan Geografi FIKP
Universitas Tadulako [pdf].
(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index/Kreatif/article/64), Diakses Pada
Tanggal 02 April 2016 Pukul 02:47 WITA

Astuti, Tri. 2015. Buku Pedoman Umum Pelajar Geografi. Jakarta : Vicosta
Publishing

Bullah, Habi. 2015. Pengetahuan dan Kendala Guru Geografi dalam


Pemanfaatan Stereoskop Cermin di Kabupaten Rembang Tahun 2015 [pdf].
(http://lib.unnes.ac.id/21591/1/3201411004-S.pdf), Diakses Pada Tanggal 02
April Pukul 03:01 WITA

CIFOR. 2010. Penginderaan Jauh [pdf].


(http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/SIGeografis/SIG-part-
4.pdf), Diakses Pada Tanggal 02 April 2016 Pukul 18:55 WITA

Gunawan, Totok, dkk. 2004. Fakta dan Konsep Geografi. Jakarta : Ganeca Exact

Hartono. 2009. Geografi Jelajah Bumi dan Alam Semester Kelas XII. Jakarta :
Grafindo Media Pratama

Khosim, Amir, dkk. 2008. Geografi. Surabaya : Penerbit Grasindo

Meurah, Cut, dkk. 2010. Judul Penginderaan Jauh [pdf],


(https://younggeomorphologys.files.wordpress.com/2010/02/penginderaan-
jauh.pdf), Diakses Pada Tanggal 01 April 2016 Pukul 17:35 WITA

Samadi. 2006. Geografi 3. Bandung : Penerbit Yudhistira


Samsuri. 2004 . Aplikasi Penginderaan Jauh dalam Pengelolaan Sumberdaya
Hutan [pdf] (http://library.usu.ac.id/download/fp/hutan-samsuri4.pdf),
Diakses Pada Tanggal 02 April 2016 Pukul 18:10 WITA

Somantri, Lili. 2011. Teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing),


(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/132314541-
LILI_SOMANTRI/makalah_Guru.pdf), Diakses Pada Tanggal 01 April 2016
Pukul 20:30 WITA

Stein, Alfred, dkk. 2006. Spatial Statistics for Remote Sensing. Belanda: Institute
for Aerospace Survey and Earth Sciences

Sugandi, Dede, dkk. 2011. Penginderaan Jauh [pdf]


(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/19580526198
6031-DEDE_SUGANDI/Bhan_Kuliah-PJ.pdf), Diakses Pada Tanggal 01
April 2016 Pukul 17:43 WITA

Suhendra, Adang. 2010. Catatan Kuliah Pengantar Pengolahan Citra [pdf].


(http://ftp.gunadarma.ac.id/handouts/S1_TEKNIKINFORMATIKA/Pengolah
anCitra.pdf), Diakses Pada Tanggal 02 April 2016 Pukul 02:43 WITA

Supendi, Arif. 2012 . Penginderaan Jauh [pdf]


(http://msp.ummi.ac.id/images/e_Library/kuliah/INDERAJA-201.pdf),
Diakses Pada Tanggal 01 April 2016 Pukul 18:02 WITA

. 2012 . Perkembangan Teknologi Geoinformasi Di


Indonesia [pdf].
http://msp.ummi.ac.id/images/e_Library/kuliah/INDERAJA%202.pdf),
Diakses Pada Tanggal 02 April 2016 Pukul 17:34 WITA

Tropenbos. 2009 . Prinsip Dasar Penginderaan Jauh [pdf].


(http://www.tropenbos.org/file.php/333/modul-penginderaan-jauh-dasar.pdf),
Diakses Pada Tanggal 02 April 2016 Pukul 07:44 WITA

Utoyo, Bambang. 2007. Geografi Membuka Cakrawala Dunia. Bandung : Setia


Purna Inves

Anda mungkin juga menyukai