KELOMPOK 11:
Kartika Eka Paksi Chandra (D52114310)
Yushalihah Fitri Taufik (D52114311)
Ayu Lestari M Siri (D52114314)
Syarifah Nuzul Ahmad (D52114503)
Resume Makalah
PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI SERTA
APLIKASINYA DI BIDANG PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
Hartono
Direktur Sekolah Pascasarjana UGM
Jl. Teknika Utara Pogung Sleman Yogyakarta
Telp. 0274 512400; HP 0811268894; Fax.0274 545965
E-mail: hartonogeografi@geo.ugm.ac.id
A. PENDAHULUAN
Setelah era agrikultur dan industry, kita kini memasuki era informasi dan
konsepsi (Pink, 2005, dalam Djoko Santosa, 2010). Pada era informasi, kebutuhan
informasi geografi makin nyata, untuk menunjukan sumberdaya alam dan
fenomena spasial, tetapi di lain pihak, informasi geografi tersebut belum
diperoleh, diselenggarakan dan dikelola sebagaimana mestinya dalam pengelolaan
muka bumi, karena belum menjadi prioritas dalam sistem pengelolaannya.
Kemajuan teknologi penginderaan jauh sistem satelit mampu menyediakan citra
penginderaan jauh yang mempunyai resolusi yang cukup tinggi. Sistem Informasi
Geografi (SIG) terdiri atas input, penyusunan basisdata, proses dan output.
Produk-produk penginderaan jauh dan SIG yang berupa citra digital dan hardcopy
sangat bermanfaat bagi pendidikan geografi, karena obyek geografi dapat
disajikan dengan jelas pada data penginderaan jauh, dengan varisai skala dari
skala besar hingga skala kecil.
B. TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH
1. Pengertian Penginderaan Jauh
Dalam memilih sistem penginderaan jauh yang sesuai dengan tujuan
peneraannya, maka perlu memahami adanya konsep resolusi. Resolusi sangat
menentukan tingkat kerincian obyek, sifat signatur spektral, periode ulang untuk
monitoring dan tampilan datanya. Empat resolusi, yaitu : (a) Resolusi spektral, (b)
Resolusi spasial, (c) Resolusi temporal, dan (d) Resolusi radiometrik.
2. Pemotretan udara (Airborne Sensing)
Pemotretan udara merupakan teknik penginderaan jauh konvensional yang
memberikan kerincian data permukaan bumi. Berdasarkan jenis film yang
digunakan, foto udara dibedakan manjadi foto udara pankromatik, inframerah,
ultra violet dan ortrokromatik. Penginderaan dengan cara ini bersifat manual, baik
sistem, data dan cara interpretasinya.
3. Penginderaan Jauh Satelit (Spaceborne Sensing)
Penginderaan jauh satelit menggunakan satelit sebagai membawa sensor
penginderaan bumi hingga ketinggian ribuan kilometer. Penginderaan dengan
satelit bersifat otomatik dengan sistem orbit sunsynchronous. Jenis satelit yang
digunakan untuk inventarisasi dan evaluasi bencana alam misalnya adalah Landsat
(Multispektral Scanner, Thematic Mapper),
wilayah pesisir bumi dengan citra yang direkam dengan panjang gelombang
tampak mata dan inframerah kualitas tinggi serta melanjutkan basis data
Landsat yang sudah ada.
negara maju, sehingga secara ilmiah dan teknis, sangat dirasakan adanya
bantuan dan dukungan dari Negara maju. Berikut disampaikan perkembangan
dunia penginderaan jauh di negara sedang berkembang:
- Satelit TUBSAT Indonesia - Satelit THEOS Thailand
- Satelit Razaqsat Malaysia
aplikasi PJ/SIG untuk pendidikan antara lain (1) identifikasi langsung obyek
geografi pada citra dan peta, (2) menghitung luas dan menyajikan sebarannya,
(3) memahami kerja SIG secara teknis, (4) membuat gambar, tabel, diagram,
peta dengan SIG, (5) analisis potensi sumberdaya dan lingkungan, (6)
penyusunan atlas.
pengetahuan dan ketrampilan di bidang (1) wahana (platform), (2) sensor, (3)
sistem pengiriman data, (4) sistem penerimaan data, (5) pengolahan data, (6)
diseminasi data dan (7) aplikasi data.
basisdata, melalui berbagai proses yang dapat dilakukan pada SIG , melalui
(1) Pemrosesan data atribut, (2) Pemrosesan data grafis, Pengkondisian
(Spasial Querying), Tumpangsusun (Overlay), Re-klasifikasi, Jarak dan
Buffer, model Elevasi/Medan Digital, pemodelan Spasial dan Kalkulasi Data
Grafis); dan (3) Terpadu antara data grafis dan atribut. Contoh aplikasi SIG
yaitu 4 M meliputi pengukuran (measurement), pemetaan (mapping), pantauan
(monitoring) dan pembuatan model (modeling).
dicontohkan dengan studi Asadi, H.H. (2000), berjudul The Zarshuran gold
deposit model applied in a mineral exploration GIS in Iran. Sebuah disertasi
doctor di Delft University of Technology. Enam model pendekatan telah
dilakukan untuk melokalisir cebakan emas, dengan menggunakan data peta,
citra satelit, citra aeromagnetic dan survey lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1999, The School of Geography 1999. First Year Programme.
Handbook.
The University of Manchester. Manchester.
Antenucci, John C, Kay Brown, Peter L. Croswell, Michael J. Kevany, Hugh
Archer, 1991, GIS a Guide to the Technology, New York , van Nostrand Reinhold
Asadi, H.H., 2000, The Zarshuran Gold Deposit Model Applied in a Mineral
Exploration
GIS in Iran, PhD dissertation in Delf University, the Netherland
Belward Alan, S dan Carlos R. Valenzuela, 1991, Remote Sensing and GIS for
resource
Management in Developing Countries, Enschede, Kluwer Academic Publishers
DeMers, Michael N, 1997, Fundamentals of GIS, New York, John Wiley and
Sons, Inc.
Djoko Santosa, 2010, Program Pascasarjana-Riset dan Universitas Kelas Dunia
(UKD),
paper dalam Pertemuan Pimpinan Pascasarjana PTN se-Indonesia 2010, di
Semarang 28 Juni 2010.
Dulbahri, 1994, Kajian air tanah di DAS Progo dengan menggunakan citra
Penginderaan
Jauh, disertasi di UGM.
Eddy Prahasta, 2002, Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi, Informatika
Bandung
Hartono, 2003, Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Hutan Kota, Diktat Pelatihan
diselenggarakan oleh Fakultas Kehutanan UGM,
Holani Achmad (2004), Penginderaan Jauh untuk Penyusunan Model Kerentanan
Penyakit Malaria di Kulonprogo DI Yogyakarta, Disertasi, Pascasarjana UGM
Projo Danoedoro, 1996, Pengolahan Citra Digital, Diktat, Fakultas Geograf UGM.
Scholten, Henk J, GIS for Urban and Regional Planning, Dobdbrecht, Kluwer
Academic
Publisher.
DESKRIPSI
1.1 Pendahuluan
Metodologi
perencanaan
yang
semakin
berkembang
saat ini
lebih
Pemasukan Data
Manajamen Data
Manipulasi dan Analisis Data
Keluaran
CONTOH KASUS
1. Spatial Decision Support System(SDSS) untuk Pengelolaan Sumber Daya Air
Di Negara Bagian Victoria, Australia
Aplikasi dari keputusan spasial membuat metode pada domain pengelolaan air
menawarkan potensial berarti untuk mengelola masalah keputusan yang kompleks
yang
muncul
karena
meningkatnya
kompleksitas
pembangunan
spasial
berkelanjutan. Untuk konteks ini, Uni Eropa RTD menyebut sebuah proyek
MULINO (Sistem Pendukung Keputusan multi-sektoral, terpadu dan Operasional
Pemanfaatan Berkelanjutan Sumber Daya Air pada Skala DAS) bertujuan untuk
memberikan kontribusi, dengan mengembangkan DSS untuk membantu
pengelola air dalam pengelolaan sumber daya air.
basis
data
adalah
meniadakan
redundansi
(pengulangan
yang
KOMENTAR
K.,
2014,
Aplikasi
GIS
sebagai
Decision
Support
System
dalam
Tahun terbit
: 2001
Judul Jurnal
geomorphological
daerah-alat
negara berkembang)
Vol. dan halaman
Latar Belakang
Perencanaan penggunaan lahan dan data pendukung yang diperlukan sangat
penting bagi negara-negara berkembang yang biasanya mengalami kerusakan
lingkungan dan masalah kependudukan. Sepertiga negara-negara dunia memiliki
kesulitan dalam memenuhi biaya yang tinggi dalam mengendalikan bencana alam
melalui teknik perencanaan penggunaan lahan. Di Meksiko, misalnya, sejumlah besar
penduduk hidup dalam angka kemiskinan, terutama di masyarakat pedesaan. Hal ini
berdampak penting bagi lingkungan karena 80% dari sisa Kawasan Hutan Meksiko
(beriklim sedang dan tropis) dikelola oleh masyarakat adat di masyarakat pedesaan.
Meskipun demikian , data tentang sumber daya alam tidak lengkap atau tidak
diperbarui. Di Meksiko dan di banyak Negara Amerika Latin, data dasar geografis
(topografi dan tematik) ada pada berbagai skala. Pemantauan dan analisis sumber
daya alam masih pada skala kasar. Metode yang layak untuk memetakan variabilitas
sumber daya alam dan bencana alam, dan untuk menilai kapasitas tanah adalah alat
penting untuk memandu perencanaan tata ruang dengan benar dan mungkin sangat
berguna di negara berkembang. Salah satunya adalah pemetaan geomorfologi. Untuk
tujuan terapan, pendekatan yang agak pragmatis sangat dianjurkan, terutama ketika
survei mencakup daerah yang luas dan hasilnya harus tersedia segera.
Rumusan masalah
Di negara-negara berkembang seperti Meksiko tidak memiliki data geografis
dan demografi yang lengkap atau tidak diperbarui. Data tersebut sulit didapatkan
karena diperlukan survei yang panjang dan mencakup daerah yang luas serta
membutuhkan biaya yang besar dan proses yang lama. Padahal data-data tersebut
sangat berguna untuk perencanaan wilayah dan penanganan bencana alam.
Tujuan Penelitian
Jurnal ini menjelaskan metode untuk memetakan medan di wilayah yang relatif besar
dengan cepat (Ribuan kilometer persegi) dan menunjukkan bagaimana itu dapat
digunakan sebagai dasar untuk evaluasi lahan lebih lanjut dan perencanaan
penggunaan lahan dalam hal data sumber daya yang relevan dimana data tersebut
terbilang langka, tidak diperbarui, atau tidak tersedia.
Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Negara Bagian Michoacan, Meksiko dengan luas
daerah 60.000
penggunaan
(iii) Pengembangan kerangka otomatis untuk evaluasi lahan. Tingkat kesulitan dalam
penilaian kemampuan lahan menjadi berkurang dengan mengotomatisasi analisis
unsur-unsur tanah dan hubungan antara bentuk lahan dan kualitas lahan.
Secara luas, analisis ini menggunakan (i) interpretasi peta topografi dan model digital
rentangan tanah untuk relief bentuk permukaan bumi; (iii) interpretasi peta litologi
untuk batuan dasar, (iii) interpretasi foto udara dan citra Landsat untuk kedua bentuk
lahan dan tutupan lahan, (iv) verifikasi lapangan yang selektif, dan (v) manajemen
data otomatis dan analisis dalam GIS dengan menerapkan teknik peta-overlay
digabungkan ke analisis statistik untuk menggambarkan hubungan kuantitatif antara
komponen landskap: bentuk lahan, tanah dan vegetasi.
Metode Penelitian
Wilayah yang dipetakan secara kartografi diwakili dalam lima peta dasar skala
1: 250.000, masing-masing dibentuk oleh 24 peta skala 1: 50.000. Semua peta
diproduksi dan diedit oleh INEGI, Lembaga Pemetaan Nasional Meksiko. Untuk
analisis regional, peneliti menginterpretasikan penampakan relief topografi
dan
litologi, masing-masing, pada peta topografi dan jenis batuan pada skala 1: 50.000
untuk seluruh negara dan menampakkan hasilnya pada peta topografi skala 1:
250.000 . Di skala ini, peneliti pada dasarnya menggunakan morfometri (relief
amplitudo dan kemiringan lereng, berasal dari model digital rentangan tanah) dan
morfolitologi sebagai kriteria diskriminatif. Peneliti secara khusus mengecualikan
morfogenesis di pendekatan kasar ini; sebaliknya, peneliti lebih menekankan pada
pendekatan fisioknomik yang mempermudah pemetaan, meskipun menggunakan
kriteria kuantitatif. Peneliti berpikir bahwa skema tersebut bisa lengkap dan berguna
untuk spesialis lain yang terlibat dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk
menjadikannya jelas dan deskriptif tanpa kehilangan kualitas geomorfik.
Seluruh area dibagi menjadi dua kelompok besar bentuk lahan utama, dengan
dan tanpa bantuan penampakan relief yang penting. Untuk kelompok pertama,
peneliti membedakan empat daerah geomorfik: perbukitan sangat rendah, perbukitan
rendah, perbukitan tinggi, dan pegunungan. Kelompok kedua dibentuk oleh empat
daerah lain: lembah, dataran, daratan tinggi, dan piedmont. Vegetasi dominan dan
negara. Dalam kasus Michoacan, perbandingan tutupan lahan untuk bentuk tanah
menunjukkan bahwa pembabatan hutan yang parah terjadi di medan curam (bukit dan
sierras) yang harusnya ditujukan untuk hutan karena ketidaksesuaian nya untuk
kegunaan lain. Area yang tidak cocok atau berpotensi konflik penggunaan lahan akan
mudah dideteksi pada skala kasar ini dan mempermudah penelitian di masa depan
dan urusan kebijakan publik.
Pada peta tingkat semi-detail, hasil satuan individu bentuk lahan dibedakan
menggunakan kriteria morfogenik yang dikelompokkan menjadi unit-unit utama.
Pendekatan pada skala 1: 50.000 dapat digunakan untuk menjalankan prosedur
evaluasi tanah yang hasilnya dapat lebih dikombinasikan dengan data sosial ekonomi
yang sesuai untuk merumuskan pedoman untuk perencanaan penggunaan lahan. Di
Meksiko, 1: 50.000 adalah skala yang cocok untuk perencanaan lingkungan paling
tidak pada tingkat kotamadya.
Upaya pemetaan ini saat ini digunakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
untuk menilai perubahan tutupan lahan pada skala regional. Statistik yang diperoleh
menunjukkan kecenderungan pembabatan hutan yang parah di derah yang beriklim
sedang (1% pertahunn) dan hutan kering (2% pertahun), serta kenaikan yang tajam di
daerah yang ditumbuhi semak-semak dan rumput yang digunakan untuk
penggembalaan ternak di daerah yang jarang ditinggali. Gantinya, area hutan untuk
ternak ditinggalkan dan penggunaan lahan non-produktif lainnya mungkin tersebar
luas. Dalam banyak daerah terpencil, tanaman ilegal (seperti ganja) banyak
ditemukan. Karena data tutupan lahan dapat dengan mudah diperbarui di GIS secara
otomatis, analisis perubahan tutupan lahan dari waktu ke waktu sangat mungkin
dilakukan. Walaupun bentuk lahan bersifat tetap, sebagai unit dasar analisis spasial.
Di Meksiko, pemetaan ekologi regional, berdasarkan geomorfologi, digunakan
oleh National Institute of Ecology (Kementerian Lingkungan Hidup) untuk
perencanaan penggunaan lahan
pemetaan geomorfologi daerah yang dijelaskan dalam jurnal ini adalah dasar untuk
pemetaan lebih lanjut dan upaya perencanaan oleh otoritas perencanaan lokal di
lembah Cuitzeo, danau terbesar kedua di Meksiko. Lembah ini rusak parah; efek offsite dari erosi tanah yang dramatis pada badan air.
Kesimpulan
Pada abad ke-21, para ilmuwan akan dinilai seberapa baik mereka
menghasilkan pengetahuan baru, dan juga seberapa baik mereka membantu
memecahkan masalah-masalah lokal dan global. Para ilmuwan di setiap negara harus
mengambil tindakan untuk memastikan bahwa para pembuat kebijakan dan
masyarakat membuat keputusan mereka berdasarkan informasi terbaik yang tersedia..
Hal ini juga berlaku bagi masyarakat ilmiah lainnya yang bersangkutan dengan
jangkauan hasil ilmiah pada umumnya. terutama di sepertiga negara-negara dunia
sedang mencari strategi pembangunan berkelanjutan, kesenjangan antara ilmu
pengetahuan dan kebijakan dapat dijembatani melalui upaya multidisiplin ilmu. Dua
kemungkinan jalur terkait adalah (i) yang cocok dengan basis pengetahuan dengan
kebutuhan pengguna dan mengubah input untuk pengambilan keputusan dalam
penelitian yang dapat diterbitkan; dan (ii) kemampuan di pedesaan memperkuat
masyarakat untuk pengelolaan sumber daya melalui penelitian pendekatan
partisipatif.
Kata kunci: Urbanisasi, Manajemen Tanah dan Administrasi, GIS dan Penginderaan
Jauh.
1. PENDAHULUAN: LATAR BELAKANG DAN PERMASALAN
Dalam beberapa tahun terakhir, Lagos Metropolis muncul sebagai salah satu daerah
urbanisasi tercepat di Afrika Barat Sub-region. Mengingat populasi lebih dari 13 juta
(Chiazor 2005), Lagos berbagi atribut muncul mega-kota dari abad ke-21 ((Fauna dan
Omojola 2004). Brockerhoff 2000). Sebagai pusat kota besar, Lagos mengalami
berbagai masalah di domain administrasi pertanahan. Masalah-masalah tersebut
termasuk tanah pasar yang tidak dapat diandalkan dan kacau karena persediaan
catatan tanah yang kurang dan tidak adanya pembaharuan yang memadai dari
pemetaan topografi Metropolitan Lagos sehimgga menghambat perencanaan yang
efektif baik bagi real estat maupun layanan perkotaan lainnya (Speer 1997; Chiazor
2005). Hal ini diperparah oleh kurangnya database penting untuk informasi
pertanahan yang akurat untuk keperluan perencanaan dan pengembangan (Chiazor
2005). Dengan tidak adanya penggunaan rutin sistem manajemen informasi
pertanahan upaya terbatas dilakukan untuk melacak perubahan di kota berkembang
pesat untuk kebijakan keputusan dalam administrasi pertanahan. Menyebarnya radiasi
energi karena tingkat pesatnya urbanisasi di daerah tidak hanya menciptakan
konsekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan mengurangi kualitas
lingkungan namun menimbulkan implikasi yang serius untuk pengelolaan lahan di
negara bagian (Merem 2003; Fajuna dan Omojola 2004; Iwugo 2003).
Menjadi kota mega dan untuk mengatasi masalah ini (Strom 2003; PBB 2004), upto-date atau pembaharuan pengetahuan dan keterampilan akan diperlukan untuk
menangkap dan menganalisis informasi tanah dalam rangka mengarahkan dan
mengendalikan ekspansi kota yang sejalan dengan pembangunan infrastruktur,
membuat pilihan yang termotivasi dalam perencanaan dan (spasial) desain. Hal ini
akan memungkinkan perencana untuk membuat pilihan yang tepat dalam
perencanaan dan (spasial) desain (Ikhuoria 1999; Fauna dan Omojola 2004; Mursu
2001). Karena masalah penggunaan lahan manajemen dasar terpecahkan tanpa
yang mewakili 10% dari total penduduk Nigeria. Karena air adalah fitur topografi
paling signifikan di Lagos State, air dan lahan basah mencakup 40% dari total luas
lahan di negara bagian. Fitur penting lainnya terdiri dari Lagoon dan anak sungai,
lahan basah, pulau penghalang, pantai dan muara (Iwugo 2003).
Lagos terdiri dari dua wilayah utama, yaitu Pulau Lagos dan daratan, kota asli dan
Ikoyi, Pulau Victoria, dan area koridor Lekki disebut sebagai Lagos Pulau sementara
daratan meliputi bagian lain dari negara. Daratan lebih dibangun dan Lagos Island,
yang membentuk apa yang disebut sebagai Metropolitan Lagos dihuni oleh sekitar
80% dari populasi negara. perkembangan besar pada daerah di pertengahan abad lalu
menunjukkan bahwa daerah tidak hanya mengalami ekspansi yang cepat, tapi ditelan
kota dan desa (Abiodun 1997; Iwugo 2003; OGUNLEYE 2001) yang berdekatan.
Mengingat tren pertumbuhan sebelumnya, Metropolitan Lagos saat ini meluas ke
lebih dari 1.068 (km).
Tabel 1a Lagos State Penduduk Memantau
Tahun Populasi Global Ranking
1997
11.5
12
1998
12.1
10
1999
13.4
2015
24.5
Tahun
1995
2010
7.01
27.6
437.490 (54%)
811.300 (115,71 / c / d)
?
1,663.087
dilakukan pada semua gambar, dan subset pada daerah sekitar 2,383.994 km2 untuk
menutupi Lagos dan sekitarnya. Gambar-gambar tersebut kemudian ditampilkan
sebagai komposit warna semu dengan kombinasi pita merah sebagai sebuah band 7,
hijau band 4, dan biru sebagai band yang 2. Semua gambar kemudian dikategorikan
menggunakan teknik klasifikasi terawasi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2 dan angka 1 dan 2 menunjukkan hasil klasifikasi untuk tahun 1984 dan 2000
gambar. Dari tabel 2, luas lahan di bawah air menurun dari estimasi awal 29.040
hektare (ha) pada tahun 1984 untuk 24.708 pada tahun 2000. Ini merupakan
penurunan keseluruhan 14,91 persen. Ukuran wilayah ditutupi oleh vegetasi, yang
meliputi kawasan mangrove, hutan dan padang rumput pesisir mengalami penurunan
yang signifikan dari 180.384 ha pada tahun 1984 untuk 140.568 ha pada tahun 2000.
Sementara daerah Lagos berisi air dan vegetasi mengalami penurunan, pertanian dan
permukiman adalah meningkat. Misalnya, antara tahun 1984 dan 2000, kegiatan
pertanian meningkat dari 4.615 ha menjadi 9.806 mewakili perubahan keseluruhan
112,48 persen. Ukuran tanah sebagai pemukiman juga menunjukkan perubahan dari
159,02 persen pada waktu yang sama.
Angka 3 dan 4 juga menunjukkan hasil komposit warna semu untuk tahun 1984 dan
2000 gambar. Dalam gambar tersebut, daerah yang relatif gelap-coklat mewakili
daerah yang dibangun dan padat, sedangkan daerah kehijauan yang vegetasi. Daerah
biru adalah badan air. Sementara angka-angka ini menunjukkan tingkat yang luar
biasa dari ekspansi perkotaan antara tahun 1984 dan 2000, adalah aman untuk
mengatakan juga berdasarkan angka 1-4, bahwa penduduk Lagos tampaknya telah
dua kali lipat antara tahun 1984 dan 2000. Hal ini tidak hanya menempatkan tekanan
luar biasa pada sumber daya dari kota, tetapi memiliki potensi untuk memperburuk
banjir di daerah Lagos karena lokasinya di dataran banjir a.
Hasil ini menunjukkan bahwa administrasi negara dan nasional harus mengadopsi
kebijakan yang akan melindungi daratan dari kota yang rentan ini dengan mengambil
(1990-2000)
Air
29.040
24.708
-14,91
Penyelesaian
24.360
63.317
159,92
Vegetasi
180.384
140.568
-22,07
Pertanian
4615
9806
112,48
5. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Lima rekomendasi untuk strategi pengelolaan lahan dan pengambilan keputusan
tercantum di bawah ini
1) Mendorong Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan Tanah dan Administrasi
2) Memberikan Dukungan untuk Pendidikan dan Pelatihan Administrator Land
3) Mengalokasikan Dana Untuk Upgrade Infrastruktur Data Spasial
4) Memperkuat ada Kebijakan Dengan Penekanan pada Inventarisasi Geospasial
Periodik Pertanahan
5) Desain Sistem Informasi Regional Tanah Pemantauan Perubahan
6. KESIMPULAN
Makalah ini telah menunjukkan bahwa teknologi informasi Geospasial adalah kunci
untuk perencanaan, manajemen dan administrasi tanah di daerah seperti Lagos. Alat-
alat dan metode yang digunakan dalam penelitian berfungsi sebagai peta jalan untuk
pengembangan informasi geospasial sangat dibutuhkan infrastruktur untuk pelatihan
pengelola lahan dan administrasi yang efektif dari lahan di bawah tekanan urbanisasi.
teknologi informasi geospasial seperti yang digunakan dalam makalah ini juga berdiri
sebagai alat yang diperlukan dalam desain sistem pendukung keputusan di
berkelanjutan pengelolaan sumber daya lahan dan pengembangan kebijakan. Tidak
hanya penggunaan gabungan SIG dan teknologi penginderaan jauh penting untuk
pengembangan data spasial yang inovatif infrastruktur, itu adalah perangkat yang
sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan di semua sektor tanah manajemen
dan lingkungan di daerah.