Anda di halaman 1dari 26

TUGAS

SISTEM INFORMASI PERENCANAAN


HASIL RESUME MAKALAH & PAPER NASIONAL DAN
INTERNASIONAL

KELOMPOK 11:
Kartika Eka Paksi Chandra (D52114310)
Yushalihah Fitri Taufik (D52114311)
Ayu Lestari M Siri (D52114314)
Syarifah Nuzul Ahmad (D52114503)

TEKNIK PENGEMBANGAN WILAYAH & KOTA


JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016

Resume Makalah
PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI SERTA
APLIKASINYA DI BIDANG PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
Hartono
Direktur Sekolah Pascasarjana UGM
Jl. Teknika Utara Pogung Sleman Yogyakarta
Telp. 0274 512400; HP 0811268894; Fax.0274 545965
E-mail: hartonogeografi@geo.ugm.ac.id

A. PENDAHULUAN
Setelah era agrikultur dan industry, kita kini memasuki era informasi dan
konsepsi (Pink, 2005, dalam Djoko Santosa, 2010). Pada era informasi, kebutuhan
informasi geografi makin nyata, untuk menunjukan sumberdaya alam dan
fenomena spasial, tetapi di lain pihak, informasi geografi tersebut belum
diperoleh, diselenggarakan dan dikelola sebagaimana mestinya dalam pengelolaan
muka bumi, karena belum menjadi prioritas dalam sistem pengelolaannya.
Kemajuan teknologi penginderaan jauh sistem satelit mampu menyediakan citra
penginderaan jauh yang mempunyai resolusi yang cukup tinggi. Sistem Informasi
Geografi (SIG) terdiri atas input, penyusunan basisdata, proses dan output.
Produk-produk penginderaan jauh dan SIG yang berupa citra digital dan hardcopy
sangat bermanfaat bagi pendidikan geografi, karena obyek geografi dapat
disajikan dengan jelas pada data penginderaan jauh, dengan varisai skala dari
skala besar hingga skala kecil.
B. TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH
1. Pengertian Penginderaan Jauh
Dalam memilih sistem penginderaan jauh yang sesuai dengan tujuan
peneraannya, maka perlu memahami adanya konsep resolusi. Resolusi sangat
menentukan tingkat kerincian obyek, sifat signatur spektral, periode ulang untuk
monitoring dan tampilan datanya. Empat resolusi, yaitu : (a) Resolusi spektral, (b)
Resolusi spasial, (c) Resolusi temporal, dan (d) Resolusi radiometrik.
2. Pemotretan udara (Airborne Sensing)
Pemotretan udara merupakan teknik penginderaan jauh konvensional yang
memberikan kerincian data permukaan bumi. Berdasarkan jenis film yang
digunakan, foto udara dibedakan manjadi foto udara pankromatik, inframerah,

ultra violet dan ortrokromatik. Penginderaan dengan cara ini bersifat manual, baik
sistem, data dan cara interpretasinya.
3. Penginderaan Jauh Satelit (Spaceborne Sensing)
Penginderaan jauh satelit menggunakan satelit sebagai membawa sensor
penginderaan bumi hingga ketinggian ribuan kilometer. Penginderaan dengan
satelit bersifat otomatik dengan sistem orbit sunsynchronous. Jenis satelit yang
digunakan untuk inventarisasi dan evaluasi bencana alam misalnya adalah Landsat
(Multispektral Scanner, Thematic Mapper),

SPOT , MOS , NOAA , GMS,

Barkara, ERS-1, JERS-1, ALMAZ-1, IRS, ADEOS.


4. Berbagai Sistem Penginderaan Jauh yang dikenal di Indonesia

Sistem Landsat 7 ETM+


Landsat 7 ETM+ menghasilkan data seri untuk seluruh daratan dan

wilayah pesisir bumi dengan citra yang direkam dengan panjang gelombang
tampak mata dan inframerah kualitas tinggi serta melanjutkan basis data
Landsat yang sudah ada.

Sistem Sensor Hiperspektral


Penginderaan jauh sistem sensor hiperspektral merupakan penggabungan

kemampuan teknologi pencitraan dengan kemampuan analitis spektrometer.


Sensor hiperspektral mampu merekam informasi spektral obyek seperti
kemampuan spektrometri secara spasial.

Sistem Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection


Radiometer (ASTER)
ASTER merupakan sistem citra satelit penginderaan jauh yang bisa

digunakan dalam membantu pelaksanaan pemetaan pada skala sedang.

Satelit di Negara Berkembang


Perkembangan satelit di negara berkembang berciri kemitraan dengan

negara maju, sehingga secara ilmiah dan teknis, sangat dirasakan adanya
bantuan dan dukungan dari Negara maju. Berikut disampaikan perkembangan
dunia penginderaan jauh di negara sedang berkembang:
- Satelit TUBSAT Indonesia - Satelit THEOS Thailand
- Satelit Razaqsat Malaysia

- Program Penginderaan Jauh Satelit India

- Satelit GeoEye1 Milik Amerika Serikat

C. APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI


GEOGRAFI UNTUK PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
Dalam era pembangunan dan globalisasi, diperlukan data yang baru dan
pengelolaan data dan informasi yang mudah diakses. Dalam hal ini, teknik
penginderaan jauh dan SIG dapat menjawab hal tersebut. Teknik penginderaan
jauh memerlukan tenaga dan pelaksana yang mampu mengelola citra : interpretasi
citra hingga menyajikannya ke dalam bentuk peta sumberdaya atau produk digital
lainnya. Produk tersebut kemudian dapat digunakan sebagai input dalam
penyusunan basisdata wilayah, yang bermanfaat utk berbagai keperluan
pengelolaan wilayah.
1. Penginderaan Jauh dan Penyusunan Basisdata SIG
Data dasar nasional berisi data dan informasi dasar geografis yang tercakup
dalam peta Topografi, Rupabumi, lingkungan Pantai, Lingkungan Laut Nasional
dan Benua Maritim. Data tematik yang dibangun di atas data dasar meliputi
tematik abiotik (geologi, tanah, air, iklim, mineral, laut), biotik (vegetasi) dan data
sosial ekonomi penduduk.
Basisdata merupakan sekumpulan data spasial yang terdiri dari beberapa tema
(layer) yang memiliki kesamaan, (hidrografi, topografi, perhubungan, liputan
lahan, toponimi). Core data set merupakan kesepakatan nasional tentang data apa
yang harus dimiliki oleh setiap unit pengembang basisdata. Terapar beberapa jenis
data meliputi data dasar, data tematik dasar, Data tematik analitik, dan data
tematik sintetik.
2. Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Pendidikan

Kompetensi Pendidikan Geografi


Kompetensi pendidikan geografi pada tingkat sekolah menengah, menurut

Depdiknas (2003) memiliki rambu-rambu pendidikan : pembelajaran Geografi


memperhatikan aspek keruangan, kelingkungan dan kompleks wilayah.

Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Pendidikan Geografi


Memperhatikan kompetensi pendidikan SMU tersebut diatas, maka contoh

aplikasi PJ/SIG untuk pendidikan antara lain (1) identifikasi langsung obyek
geografi pada citra dan peta, (2) menghitung luas dan menyajikan sebarannya,
(3) memahami kerja SIG secara teknis, (4) membuat gambar, tabel, diagram,

peta dengan SIG, (5) analisis potensi sumberdaya dan lingkungan, (6)
penyusunan atlas.

Pengembangan Sumberdaya Manusia di bidang SIG


SDM dalam bidang penginderaan jauh meliputi SDM yang memiliki

pengetahuan dan ketrampilan di bidang (1) wahana (platform), (2) sensor, (3)
sistem pengiriman data, (4) sistem penerimaan data, (5) pengolahan data, (6)
diseminasi data dan (7) aplikasi data.

Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG dalam Pembangunan


Kekuatan dari SIG adalah terbentuknya New Information dari hasil analisis

basisdata, melalui berbagai proses yang dapat dilakukan pada SIG , melalui
(1) Pemrosesan data atribut, (2) Pemrosesan data grafis, Pengkondisian
(Spasial Querying), Tumpangsusun (Overlay), Re-klasifikasi, Jarak dan
Buffer, model Elevasi/Medan Digital, pemodelan Spasial dan Kalkulasi Data
Grafis); dan (3) Terpadu antara data grafis dan atribut. Contoh aplikasi SIG
yaitu 4 M meliputi pengukuran (measurement), pemetaan (mapping), pantauan
(monitoring) dan pembuatan model (modeling).

Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Kajian Sumberdaya Mineral


dan Batuan
Pemanfaatan SIG untuk pemetaan sumberdaya mineral dan batuan dapat

dicontohkan dengan studi Asadi, H.H. (2000), berjudul The Zarshuran gold
deposit model applied in a mineral exploration GIS in Iran. Sebuah disertasi
doctor di Delft University of Technology. Enam model pendekatan telah
dilakukan untuk melokalisir cebakan emas, dengan menggunakan data peta,
citra satelit, citra aeromagnetic dan survey lapangan.

Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Kajian Sumberdaya Air


Pemetaan, monitoring dan modeling sumberdaya air telah dilakukan oleh

beberapa peneliti, contoh kajian Tentang sumberdaya air tanah, telak


dilakukan oleh Dulbahri 1994 memetakan sumberdaya air tanah di DAS
Progro dengan menggunakan foto udara inframerah 1;30.000, peta tematik
dan kerja lapangan

Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Kajian Sumberdaya Lahan

Pemetaan dan evaluasi sumberdaya lahan telah dilakukan oleh Puslitanak


secara operasional, menggunakan foto udara. Penggunaan lahan dan
kerusakan lahan telah dilakukan oleh BPN, Departemen kehutanan dan
Lingkungan Hidup

Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Kajian Sumberdaya Hutan


Kajian sumberdaya hutan dengan menggunakan SIG telah dilaksanakan

dengan berbagai pendekatan baik multi spasial, spectral dan temporal.


Pemodelan dan prediksi kondisi hutan di masa depan telah mampu disajikan.

Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Kajian Sumberdaya Laut


Kajian sumberdaya laut oleh Barmawi (2002) dengan menggunakan citra

CASI (Compact Airborne Spectral Imager) hyperspektral mampu memetakan


terumbu karang di Kepulauan Seribu.

Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Perencanaan Pengembangan


Wilayah
Evaluasi struktur tataruang dapat dilakukan dengan membandingkan

pemetaan penggunaan lahan aktual dengan peta tataruang tersedia, yang


bermanfaat bagi monitoring dan pengendalian penggunaan lahan. Satu contoh
aplikasi data penginderaan jauh untuk perencanaan pengembangan wilayah
adalah model penyediaan hutan kota, meliputi kegiatan-kegiatan: pemetaan,
monitoring, dan perencanaannya, dengan memperhatikan sumber pencemar,
jumlah penduduk dalam proyeksi tahun tertentu, eksisting hutan kota, dan
kebutuhan hutan kota berdasarkan kebutuhan oksigen dan kenyamanan hisup
bagi warganya
D. KESIMPULAN
Penginderaan jauh dan SIG yang telah berkembang dengan pesat dapat saling
melengkapi

dalam pengelolaan data spasial. Untuk kepentingan pendidikan,

diperlukan basis data sumberdaya dan lingkungan yang dapat menghasilkan


informasi tentang perkembangan desa, kota dan wilayah. Basis data ini dapat
diperoleh dari analisis citra penginderaan jauh yang memiliki ciri sifat spasial,
spektral dan temporal. Untuk keperluan pendidikan, manfaat penginderaan jauh
dan SIG sangat nyata, terutama untuk deteksi, indentifikasi, pemetaan,
pengukuran, analisis obyek geografi, sumberdaya dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1999, The School of Geography 1999. First Year Programme.

Handbook.
The University of Manchester. Manchester.
Antenucci, John C, Kay Brown, Peter L. Croswell, Michael J. Kevany, Hugh
Archer, 1991, GIS a Guide to the Technology, New York , van Nostrand Reinhold
Asadi, H.H., 2000, The Zarshuran Gold Deposit Model Applied in a Mineral
Exploration
GIS in Iran, PhD dissertation in Delf University, the Netherland
Belward Alan, S dan Carlos R. Valenzuela, 1991, Remote Sensing and GIS for
resource
Management in Developing Countries, Enschede, Kluwer Academic Publishers
DeMers, Michael N, 1997, Fundamentals of GIS, New York, John Wiley and
Sons, Inc.
Djoko Santosa, 2010, Program Pascasarjana-Riset dan Universitas Kelas Dunia
(UKD),
paper dalam Pertemuan Pimpinan Pascasarjana PTN se-Indonesia 2010, di
Semarang 28 Juni 2010.
Dulbahri, 1994, Kajian air tanah di DAS Progo dengan menggunakan citra
Penginderaan
Jauh, disertasi di UGM.
Eddy Prahasta, 2002, Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi, Informatika
Bandung
Hartono, 2003, Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Hutan Kota, Diktat Pelatihan
diselenggarakan oleh Fakultas Kehutanan UGM,
Holani Achmad (2004), Penginderaan Jauh untuk Penyusunan Model Kerentanan
Penyakit Malaria di Kulonprogo DI Yogyakarta, Disertasi, Pascasarjana UGM
Projo Danoedoro, 1996, Pengolahan Citra Digital, Diktat, Fakultas Geograf UGM.
Scholten, Henk J, GIS for Urban and Regional Planning, Dobdbrecht, Kluwer
Academic
Publisher.

Resume Makalah : Aplikasi Sistem Informasi Geografis Sebagai Sistem Pendukung


Pengambilan Keputusan ( Decision Support System DSS )
Penulis: Taufik Hidayat (13/356973/PTK/9243)
Magister Perncanaan Kota dan Daerah
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Tahun: 2014
I.

DESKRIPSI
1.1 Pendahuluan
Metodologi

perencanaan

yang

semakin

berkembang

saat ini

lebih

mengintegrasikan para perencana untuk melakukan interaksi lebih intensif


terhadap masyarakat yang menjadi obyek perencanaan. Proses pendekatan para
pelaku perencana ini dapat dilakukan melalui penggunaan sistem pendukung
keputusan spasial (spatial decision support system), yaitu Sistem informasi
geografis (GIS) yang dikenal dalam bidang perencanaan baik wilayah maupun
perkotaan. Sistem ini akan meningkatkan kualitas proses perencanaan, karena
sistem ini akan memungkinkan penggunaan analisis dan alat pemodelan yang
canggih dengan bantuan komputer.. Namun belum banyak yang memahami
manfaat dari penggunaan sistem informasi geografis selain untuk pemetaan
semata, meskipun dalam kasus tertentu terdapat integrasi modul sistem informasi
geografis untuk menjadi sistem pendukung pengambilan keputusan (Decision
Support System - DSS) masih bermasalah.
1.2 Telaah Pustaka
a. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer
yang memberikan empat kemampuan untuk menangani data berefernsi geografi
yaitu pemasukan, pengelolaan atau manajemen data (penyimpanan dan
pengaktifan kembali), manipulasi dan analisis serta keluaran berupa peta.

Sistem Infomasi Geografis memiliki komponen sebagai berikut:


i.
ii.
iii.
iv.

Pemasukan Data
Manajamen Data
Manipulasi dan Analisis Data
Keluaran

b. Decision Support Systems (DSS)


Decision Support Systems atau DSS adalah suatu bentuk dari sistem informasi
manajemen yang secara khusus dibuat untuk mendukung perencana dan
stakeholders dalam pengambilan keputusan. DSS memungkinkan pendekatan
terstruktur dan sistematis, dengan memecah masalah menjadi serangkaian
tindakan dinamis dan siklus untuk menghasilkan proses pemecahan masalah yang
efektif dan transparan.
Turban (2005) mengusulkan empat tahap yang harus dilalui dalam
membentuk suatu keputusan yaitu:
i.
Identifikasi masalah
ii. Perancangan
iii.
Pemilihan
iv. Implementasi
II.

CONTOH KASUS
1. Spatial Decision Support System(SDSS) untuk Pengelolaan Sumber Daya Air
Di Negara Bagian Victoria, Australia
Aplikasi dari keputusan spasial membuat metode pada domain pengelolaan air
menawarkan potensial berarti untuk mengelola masalah keputusan yang kompleks
yang

muncul

karena

meningkatnya

kompleksitas

pembangunan

spasial

berkelanjutan. Untuk konteks ini, Uni Eropa RTD menyebut sebuah proyek
MULINO (Sistem Pendukung Keputusan multi-sektoral, terpadu dan Operasional
Pemanfaatan Berkelanjutan Sumber Daya Air pada Skala DAS) bertujuan untuk
memberikan kontribusi, dengan mengembangkan DSS untuk membantu
pengelola air dalam pengelolaan sumber daya air.

Tujuan khusus-DSS Mulino adalah meningkatkan kualitas pengambilan


keputusan dan berusaha untuk mencapai pendekatan yang benar-benar terintegrasi
ke pengelolaan DAS. Melalui integrasi teknik pemodelan sosio-ekonomi dan
lingkungan dengan fungsi GIS dan multi-kriteria keputusan alat bantu, MULINODSS bertujuan untuk menjadi alat operasional yang memenuhi kebutuhan
pengelola pengelolaan air di Eropa dan memfasilitasi pelaksanaan Water
Framework Directive Uni Eropa.
2. Aplikasi Sistem Iinformasi Geografis sebagai Decision Support System (DSS)
dalam penyusunan Rencana Induk Pengembangan Manajemen Data
SpasialKementerian Negara Lingkungan Hidup
Secara umum sudah cukup banyak unit kerja di KNLH yang menggunakan
data spasial untuk keperluan analisis dan pengambilan kebijakan, dikelola dengan
sistem komputasi SIG dan aplikasi lainnya. Dengan mengembangkan sistem
komputasi dan data spasial maka dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam pengelolaan data. Salah satu tujuan dari pengembangan sistem komputer
dan

basis

data

adalah

meniadakan

redundansi

(pengulangan

yang

tidakbermanfaat) koleksi data maupun penyimpanan data.


Dengan model penyempurnaan dari water fall model, maka pada setiap
tahapan dapat dilakukan penyempurnaan dan koreksi pada tahapan sebelumnya
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun Tahapan kegiatan yang
dilakukan adalah:
a. Analisa Kebutuhan Pengguna
b. Analisa dan Desain Sistem
c. Penyiapan & Pengumpulan Data
d. Pengembangan Protoype Sistem
e. Verifikasi Sistem
Hasil akhir dari seluruh tahapan tersebut adalah terbentuknya sebuah aplikasi
berbasis komputer yang terkoneksi ke jaringan internet agar mempermudah saling
tukar data dan informasi baik di lingkungan KNLH maupun dapat diakses oleh
pengguna yang berkepentingan.
III.

KOMENTAR

Pengelolaan SDA berkelanjutan membutuhkan pemikiran ulang tentang


bagaimana pengambil keputusan bernegosiasi dan mengatur pemanfaatan SDA.
Dimensi spasial sangat penting karena mempromosikan data dan model integrasi
melalui referensi spasial umum dan membuat interface lebih intuitif. Untuk alasan
ini, suatu DSS sering menjadi Spasial DSS, dengan mengintegrasikan fungsi
spasial atau penghubung dengan perangkat SIG yang ada. Penggunaan aplikasi
SIG akan mempermudah pengambil kebijakan berinteraksi baik antara staf
dengan pimpinannya maupun interaksi dengan pengguna (masyarakat) yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi stakeholder sebelum mengambil
keputusan yang tepat sasaran.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Aronoff, S, 1989, Geographyc Information System, WDL Publication, Ottawa, Canada.
Arentze, T.A., 1999. A Spatial Decision Support System for the Planning of Retail and
Service Facilities, Thesis, Faculteit Bouwkunde, Capaciteitsgroep Stedebouw,
Eindhoven University of Technology, Eindhoven.

Burrough, P.A, 1986, Principles of Geographical Information System For Land


Resources Asessment, Clarendon Press, Oxford.
Cahyono, S., 2014, Decision Support System dalam www.pwktech.info :diakses tgl 11
Juni 2014, Jam 04:46
Danoedoro, P., 1996, Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya dalam bidang
Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sejati,

K.,

2014,

Aplikasi

GIS

sebagai

Decision

Support

System

dalam

www.kukuhbayuseejati.blogspot.com :diakses tgl 11 Juni 2014, Jam 04:58


Timmermans, H., Decision Support System In Urban Planning, E & FN SPON an
Imprint of Thomson Professional, London, UK.

Resume Jurnal Internasional


Penulis

: G. Bocco, M. Mendoza, A. Vel zguez

Tahun terbit

: 2001

Judul Jurnal

:Remote sensing and GIS-based regional

geomorphological

Mapping-a tool for land use planning in developing countries


(Penginderaan jauh dan SIG-basis pemetaan geomorfologi

daerah-alat

untuk perencanaan penggunaan lahan di negara-

negara berkembang)
Vol. dan halaman

: Geomorphology Vol. 39 halaman 211219

Latar Belakang
Perencanaan penggunaan lahan dan data pendukung yang diperlukan sangat
penting bagi negara-negara berkembang yang biasanya mengalami kerusakan
lingkungan dan masalah kependudukan. Sepertiga negara-negara dunia memiliki
kesulitan dalam memenuhi biaya yang tinggi dalam mengendalikan bencana alam
melalui teknik perencanaan penggunaan lahan. Di Meksiko, misalnya, sejumlah besar
penduduk hidup dalam angka kemiskinan, terutama di masyarakat pedesaan. Hal ini
berdampak penting bagi lingkungan karena 80% dari sisa Kawasan Hutan Meksiko
(beriklim sedang dan tropis) dikelola oleh masyarakat adat di masyarakat pedesaan.
Meskipun demikian , data tentang sumber daya alam tidak lengkap atau tidak
diperbarui. Di Meksiko dan di banyak Negara Amerika Latin, data dasar geografis
(topografi dan tematik) ada pada berbagai skala. Pemantauan dan analisis sumber
daya alam masih pada skala kasar. Metode yang layak untuk memetakan variabilitas
sumber daya alam dan bencana alam, dan untuk menilai kapasitas tanah adalah alat
penting untuk memandu perencanaan tata ruang dengan benar dan mungkin sangat
berguna di negara berkembang. Salah satunya adalah pemetaan geomorfologi. Untuk
tujuan terapan, pendekatan yang agak pragmatis sangat dianjurkan, terutama ketika
survei mencakup daerah yang luas dan hasilnya harus tersedia segera.

Rumusan masalah
Di negara-negara berkembang seperti Meksiko tidak memiliki data geografis
dan demografi yang lengkap atau tidak diperbarui. Data tersebut sulit didapatkan
karena diperlukan survei yang panjang dan mencakup daerah yang luas serta
membutuhkan biaya yang besar dan proses yang lama. Padahal data-data tersebut
sangat berguna untuk perencanaan wilayah dan penanganan bencana alam.

Tujuan Penelitian
Jurnal ini menjelaskan metode untuk memetakan medan di wilayah yang relatif besar
dengan cepat (Ribuan kilometer persegi) dan menunjukkan bagaimana itu dapat
digunakan sebagai dasar untuk evaluasi lahan lebih lanjut dan perencanaan
penggunaan lahan dalam hal data sumber daya yang relevan dimana data tersebut
terbilang langka, tidak diperbarui, atau tidak tersedia.
Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Negara Bagian Michoacan, Meksiko dengan luas
daerah 60.000
penggunaan

dengan 4 juta penduduk. Daerah ini telah mengalami perubahan


lahan yang parah: tingkat penggundulan hutan adalah tertinggi di

negaranya , pendapatan per kapita setengah rata-rata nasional, dan kelompok


masyarakat adat yang hidup dalam kondisi marjinal karena dampak penggunaan
sumberdaya yang berlebihan. Iklim di wilayah ini bervariasi dari kering tropis di
pantai, hingga sedang dan setengah gersang di pedalaman, tergantung pada
ketinggian. Ketinggian berkisar dari permukaan laut sampai sekitar 3900 m di atas
permukaan laut.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan ini menggunakan pemetaan bentuk lahan, dalam berbagai resolusi,
sebagai langkah awal untuk klasifikasi lanskap dan mengikuti sebagian sistem lahan
dan analisis skema medan pemetaan yang dikembangkan pada tahun 1950-an dan
tahun 1960-an, terutama di Eropa dan Australia, serta didukung oleh kemajuan
teknologi yang melibatkan hal-hal berikut:
(i) Penggunaan penginderaan jauh secara digital dan teknik sistem informasi
geografis (SIG) dalam survei sumber daya untuk mendapatkan data biofisik.
(ii) Perkembangan modeling elevasi digital dalam resolusi yang berbeda melalui
operasional komputer. Teknik ini memungkinkan ekstraksi data penuh dari peta
topografi, dan otomatisasi kemiringan lereng dan aspek perhitungan dan tampilan,
termasuk tampilan tiga dimensi.

(iii) Pengembangan kerangka otomatis untuk evaluasi lahan. Tingkat kesulitan dalam
penilaian kemampuan lahan menjadi berkurang dengan mengotomatisasi analisis
unsur-unsur tanah dan hubungan antara bentuk lahan dan kualitas lahan.
Secara luas, analisis ini menggunakan (i) interpretasi peta topografi dan model digital
rentangan tanah untuk relief bentuk permukaan bumi; (iii) interpretasi peta litologi
untuk batuan dasar, (iii) interpretasi foto udara dan citra Landsat untuk kedua bentuk
lahan dan tutupan lahan, (iv) verifikasi lapangan yang selektif, dan (v) manajemen
data otomatis dan analisis dalam GIS dengan menerapkan teknik peta-overlay
digabungkan ke analisis statistik untuk menggambarkan hubungan kuantitatif antara
komponen landskap: bentuk lahan, tanah dan vegetasi.
Metode Penelitian
Wilayah yang dipetakan secara kartografi diwakili dalam lima peta dasar skala
1: 250.000, masing-masing dibentuk oleh 24 peta skala 1: 50.000. Semua peta
diproduksi dan diedit oleh INEGI, Lembaga Pemetaan Nasional Meksiko. Untuk
analisis regional, peneliti menginterpretasikan penampakan relief topografi

dan

litologi, masing-masing, pada peta topografi dan jenis batuan pada skala 1: 50.000
untuk seluruh negara dan menampakkan hasilnya pada peta topografi skala 1:
250.000 . Di skala ini, peneliti pada dasarnya menggunakan morfometri (relief
amplitudo dan kemiringan lereng, berasal dari model digital rentangan tanah) dan
morfolitologi sebagai kriteria diskriminatif. Peneliti secara khusus mengecualikan
morfogenesis di pendekatan kasar ini; sebaliknya, peneliti lebih menekankan pada
pendekatan fisioknomik yang mempermudah pemetaan, meskipun menggunakan
kriteria kuantitatif. Peneliti berpikir bahwa skema tersebut bisa lengkap dan berguna
untuk spesialis lain yang terlibat dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk
menjadikannya jelas dan deskriptif tanpa kehilangan kualitas geomorfik.
Seluruh area dibagi menjadi dua kelompok besar bentuk lahan utama, dengan
dan tanpa bantuan penampakan relief yang penting. Untuk kelompok pertama,
peneliti membedakan empat daerah geomorfik: perbukitan sangat rendah, perbukitan
rendah, perbukitan tinggi, dan pegunungan. Kelompok kedua dibentuk oleh empat
daerah lain: lembah, dataran, daratan tinggi, dan piedmont. Vegetasi dominan dan

penggunaan lahan (tutupan lahan) secara visual ditafsirkan dari peningkatan


komposisi warna dari gambar Landsat, dengan geometris yang tepat dan dicetak pada
skala 1: 250.000 oleh INEGI. Kategori pemetaan terdiri dari hutan kering tropis,
hutan subtropis, semak-padang rumput, tanaman, dan fitur yang disebabkan manusia.
Kriteria spektral digambarkan pada citra yang digabungkan ke lapisan data tambahan:
ketinggian dan karakteristik kemiringan dari DEM, iklim, jenis batuan dan relief
permukaan bumi. Hasil informasi yang secara manual didigitasi dalam database SIG
dimana operasi overlay kartografi menyediakan hubungan kuantitatif antara bentuk
lahan dan tutupan lahan. Verifikasi lapangan terdiri dari penampang lintang mengikuti
jalan yang memotong unit utama lingkungan. Pada skala ini, pada dasarnya peneliti
memverifikasi tutupan lahan dan kontak geomorfik yang ambigu.
Untuk analisis semi-detail , Peneliti fokus pada daerah vulkanik dekat Morelia,
Ibukota Michoacan. Peneliti meinterpretasikan dalam skala 1: 50.000 dan 1: 80.000
dengan pankromatik hitam-putih, foto udara yang up-to-date untuk bentuk lahan dan
delineasi tutupan. Dalam setiap unit regional, bentuk lahan dibedakan terutama
menurut morfogenesis. Karena kendala skala pemetaan daerah, unit bentuk lahan
yang sama mungkin berada di dalam lebih dari satu unit daerah. Delineasi vegetasi
dibedakan dalam beberapa kategori yang didefinisikan di atas.
Interpretasi dengan cara digitasi manual langsung dari foto dan secara
geometris dikoreksi menggunakan kemampuan monorestituasi dari GIS. Metode ini
memungkinkan pembetulan foto udara melalui kontrol titik tanah dan data elevasi
digital. Informasi tanah itu didigitasi dari peta INEGI skala 1: 50.000.
Peneliti memverifikasi bentuk tanah dan interpretasi tutupan di bidang
sepanjang penampang lintang dari daratan ke bukit yang tinggi. Tes Metode ini
efisiensi selama ada pelabelan dari digitasi poligon dan memungkinkan untuk koreksi
kesalahan
Hasil dan Pembahasan
Hasil di peta tinjau yang kuantitatif menggambarkan distribusi geografis
bentuk lahan utama dan tutupan lahan yang dominan ini menunjukkan persediaan
sinoptik sumber daya hutan yang dapat memandu upaya perencanaan di tingkat

negara. Dalam kasus Michoacan, perbandingan tutupan lahan untuk bentuk tanah
menunjukkan bahwa pembabatan hutan yang parah terjadi di medan curam (bukit dan
sierras) yang harusnya ditujukan untuk hutan karena ketidaksesuaian nya untuk
kegunaan lain. Area yang tidak cocok atau berpotensi konflik penggunaan lahan akan
mudah dideteksi pada skala kasar ini dan mempermudah penelitian di masa depan
dan urusan kebijakan publik.
Pada peta tingkat semi-detail, hasil satuan individu bentuk lahan dibedakan
menggunakan kriteria morfogenik yang dikelompokkan menjadi unit-unit utama.
Pendekatan pada skala 1: 50.000 dapat digunakan untuk menjalankan prosedur
evaluasi tanah yang hasilnya dapat lebih dikombinasikan dengan data sosial ekonomi
yang sesuai untuk merumuskan pedoman untuk perencanaan penggunaan lahan. Di
Meksiko, 1: 50.000 adalah skala yang cocok untuk perencanaan lingkungan paling
tidak pada tingkat kotamadya.
Upaya pemetaan ini saat ini digunakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
untuk menilai perubahan tutupan lahan pada skala regional. Statistik yang diperoleh
menunjukkan kecenderungan pembabatan hutan yang parah di derah yang beriklim
sedang (1% pertahunn) dan hutan kering (2% pertahun), serta kenaikan yang tajam di
daerah yang ditumbuhi semak-semak dan rumput yang digunakan untuk
penggembalaan ternak di daerah yang jarang ditinggali. Gantinya, area hutan untuk
ternak ditinggalkan dan penggunaan lahan non-produktif lainnya mungkin tersebar
luas. Dalam banyak daerah terpencil, tanaman ilegal (seperti ganja) banyak
ditemukan. Karena data tutupan lahan dapat dengan mudah diperbarui di GIS secara
otomatis, analisis perubahan tutupan lahan dari waktu ke waktu sangat mungkin
dilakukan. Walaupun bentuk lahan bersifat tetap, sebagai unit dasar analisis spasial.
Di Meksiko, pemetaan ekologi regional, berdasarkan geomorfologi, digunakan
oleh National Institute of Ecology (Kementerian Lingkungan Hidup) untuk
perencanaan penggunaan lahan

di tingkat nasional dan lokal. Di Michoacan,

pemetaan geomorfologi daerah yang dijelaskan dalam jurnal ini adalah dasar untuk
pemetaan lebih lanjut dan upaya perencanaan oleh otoritas perencanaan lokal di

lembah Cuitzeo, danau terbesar kedua di Meksiko. Lembah ini rusak parah; efek offsite dari erosi tanah yang dramatis pada badan air.
Kesimpulan
Pada abad ke-21, para ilmuwan akan dinilai seberapa baik mereka
menghasilkan pengetahuan baru, dan juga seberapa baik mereka membantu
memecahkan masalah-masalah lokal dan global. Para ilmuwan di setiap negara harus
mengambil tindakan untuk memastikan bahwa para pembuat kebijakan dan
masyarakat membuat keputusan mereka berdasarkan informasi terbaik yang tersedia..
Hal ini juga berlaku bagi masyarakat ilmiah lainnya yang bersangkutan dengan
jangkauan hasil ilmiah pada umumnya. terutama di sepertiga negara-negara dunia
sedang mencari strategi pembangunan berkelanjutan, kesenjangan antara ilmu
pengetahuan dan kebijakan dapat dijembatani melalui upaya multidisiplin ilmu. Dua
kemungkinan jalur terkait adalah (i) yang cocok dengan basis pengetahuan dengan
kebutuhan pengguna dan mengubah input untuk pengambilan keputusan dalam
penelitian yang dapat diterbitkan; dan (ii) kemampuan di pedesaan memperkuat
masyarakat untuk pengelolaan sumber daya melalui penelitian pendekatan
partisipatif.

Resume Jurnal Internasional


Penggunaan GIS dan Teknologi Penginderaan Jauh sebagai Alat Pendukung
Keputusan di Administrasi Pertanahan - Kasus Lagos, Nigeria
Albert Osei, Edmund C. Merem dan Yaw A. TWUMASI, USA

Kata kunci: Urbanisasi, Manajemen Tanah dan Administrasi, GIS dan Penginderaan
Jauh.
1. PENDAHULUAN: LATAR BELAKANG DAN PERMASALAN
Dalam beberapa tahun terakhir, Lagos Metropolis muncul sebagai salah satu daerah
urbanisasi tercepat di Afrika Barat Sub-region. Mengingat populasi lebih dari 13 juta
(Chiazor 2005), Lagos berbagi atribut muncul mega-kota dari abad ke-21 ((Fauna dan
Omojola 2004). Brockerhoff 2000). Sebagai pusat kota besar, Lagos mengalami
berbagai masalah di domain administrasi pertanahan. Masalah-masalah tersebut
termasuk tanah pasar yang tidak dapat diandalkan dan kacau karena persediaan
catatan tanah yang kurang dan tidak adanya pembaharuan yang memadai dari
pemetaan topografi Metropolitan Lagos sehimgga menghambat perencanaan yang
efektif baik bagi real estat maupun layanan perkotaan lainnya (Speer 1997; Chiazor
2005). Hal ini diperparah oleh kurangnya database penting untuk informasi
pertanahan yang akurat untuk keperluan perencanaan dan pengembangan (Chiazor
2005). Dengan tidak adanya penggunaan rutin sistem manajemen informasi
pertanahan upaya terbatas dilakukan untuk melacak perubahan di kota berkembang
pesat untuk kebijakan keputusan dalam administrasi pertanahan. Menyebarnya radiasi
energi karena tingkat pesatnya urbanisasi di daerah tidak hanya menciptakan
konsekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan mengurangi kualitas
lingkungan namun menimbulkan implikasi yang serius untuk pengelolaan lahan di
negara bagian (Merem 2003; Fajuna dan Omojola 2004; Iwugo 2003).
Menjadi kota mega dan untuk mengatasi masalah ini (Strom 2003; PBB 2004), upto-date atau pembaharuan pengetahuan dan keterampilan akan diperlukan untuk
menangkap dan menganalisis informasi tanah dalam rangka mengarahkan dan
mengendalikan ekspansi kota yang sejalan dengan pembangunan infrastruktur,
membuat pilihan yang termotivasi dalam perencanaan dan (spasial) desain. Hal ini
akan memungkinkan perencana untuk membuat pilihan yang tepat dalam
perencanaan dan (spasial) desain (Ikhuoria 1999; Fauna dan Omojola 2004; Mursu
2001). Karena masalah penggunaan lahan manajemen dasar terpecahkan tanpa

mempertimbangkan geo-spasial dasar pendekatan (Sodeiende 2002; Adeoye dan


Okunlande 2002), Pemerintah Lagos meluncurkan merancang elektronik merek
dagang untuk mengakses hak atas tanah dalam upaya untuk mengakhiri kesulitan saat
dalam memastikan keaslian judul (All Africa 2005). Harapannya adalah bahwa
pendekatan yang diusulkan akan membasmi beberapa kesulitan termasuk lingkungan
untuk melanggengkan penipuan dokumen kepemilikan tanah; ketidakmampuan untuk
memenuhi tuntutan calon pemilik lahan, dan proses administrasi yang tidak efisien
yang menyebabkan antrian panjang. Dengan demikian, Asosiasi Profesional Surveyor
di negara bagian Lagos telah menyatakan minat di tanah memodifikasi sistem
informasi untuk memenuhi kebutuhan perencanaan. Keyakinan bahwa akses ke
digital peta dan teknologi rinci informasi geografis akan memungkinkan
mengkonfrontasi asosiasi tantangan yang dihadapi administrator tanah di bidang
perencanaan fisik yang melibatkan infrastruktur, jalan, lingkungan dan lain-lain (Alao
2005).
Dalam pengaturan ini, penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG)
memiliki kapasitas untuk memberikan informasi yang berharga dan tepat waktu
tentang sumber daya alam, perubahan perkotaan dan sejauh perubahan lingkungan
yang dialami di Lagos sebagai dasar penting untuk berkelanjutan berencana untuk
pengelolaan lahan dan pengambilan keputusan di negara bagian. Sementara kedua
perangkat bias menyediakan alat-alat yang efektif bagi para pengambil keputusan,
SIG dan penginderaan jauh adalah alat geometris penting, yang digunakan secara luas
dalam pengelolaan lahan (Abdul Rahman 2005). Dengan jenis masalah saat ini
dihadapi oleh administrator tanah di negara bagian Lagos ditambah dengan laju
urbanisasi yang menyebabkan penurunan lingkungan (Merem 2003; Fauna dan
Omojola 2004; Iwugo 2003), SIG dan penginderaan jauh adalah pendekatan yang
sangat disukai dengan efektif manajemen penggunaan lahan dan sumber daya lahan
di negara bagian. Dengan teknologi informasi spasial disesuaikan sedemikian rupa
sesuai wilayah geografis tertentu, indikator penting dari perubahan dari kegiatan
seperti pertanian, desain jalan perumahan dapat visual ditangkap untuk digunakan

dalam tanah administrasi dan kebijakan (Sodeinde 2002). Mempertimbangkan


manfaat dari teknologi spasial, itu Oleh karena itu penting bahwa pendekatan
peningkatan tersebut dirancang untuk pengelolaan lahan di daerah Lagos.
2. TUJUAN DAN ORGANISASI
Studi ini mengkaji implikasi dari perluasan cepat metropolitan Lagos tanah
administrasi menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan teknologi
penginderaan jauh. Hal ini dimaksudkan untuk memungkinkan perencana dan
pembuat kebijakan berkontribusi untuk meningkatkan tanah administrasi dan
meningkatkan kompetensi mereka dalam pengambilan keputusan. Studi ini berisi tiga
bagian. Bagian satu menawarkan deskripsi metodologi dan daerah studi. bagian dua
menyajikan hasil dan analisis data sementara bagian tiga temuan membahas dan
mereka signifikansi untuk administrasi pertanahan. Bagian keempat menawarkan
rekomendasi untuk perubahan kebijakan administrasi pertanahan. Bagian terakhir
merangkum pentingnya studi ke masa depan pengelolaan lahan di daerah penelitian.
Penelitian ini memiliki tiga tujuan. Tujuan pertama adalah untuk memperbarui
literatur sedangkan tujuan kedua adalah untuk merancang pendukung keputusan alat
untuk administrasi pertanahan. Tujuan ketiga adalah untuk menunjukkan bagaimana
terbaru kemajuan geospasial teknologi informasi dapat membimbing perencana dan
pengambil kebijakan menuju perbaikan administrasi pertanahan.
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Lokasi Penelitian: The State of Lagos
Lagos State terletak di Nigeria Barat dalam lintang 6 derajat 23'N dan Bujur 2 derajat
dan 3 derajat 42 E. Lagos dibatasi dari Utara dan Timur oleh Negara Ogun, di Barat
dengan Republik Benin dan sebelah Selatan dengan Samudera Atlantik. Total massa
daratan Negara tersebut membentang lebih dari 3.345 kilometer. Meskipun Lagos
secara fisik tampak lebih kecil, tapi merupakan yang terpopuler sebagai negara yang
paling padat penduduknya di negara dengan perkiraan populasi sekitar 10 juta jiwa

yang mewakili 10% dari total penduduk Nigeria. Karena air adalah fitur topografi
paling signifikan di Lagos State, air dan lahan basah mencakup 40% dari total luas
lahan di negara bagian. Fitur penting lainnya terdiri dari Lagoon dan anak sungai,
lahan basah, pulau penghalang, pantai dan muara (Iwugo 2003).
Lagos terdiri dari dua wilayah utama, yaitu Pulau Lagos dan daratan, kota asli dan
Ikoyi, Pulau Victoria, dan area koridor Lekki disebut sebagai Lagos Pulau sementara
daratan meliputi bagian lain dari negara. Daratan lebih dibangun dan Lagos Island,
yang membentuk apa yang disebut sebagai Metropolitan Lagos dihuni oleh sekitar
80% dari populasi negara. perkembangan besar pada daerah di pertengahan abad lalu
menunjukkan bahwa daerah tidak hanya mengalami ekspansi yang cepat, tapi ditelan
kota dan desa (Abiodun 1997; Iwugo 2003; OGUNLEYE 2001) yang berdekatan.
Mengingat tren pertumbuhan sebelumnya, Metropolitan Lagos saat ini meluas ke
lebih dari 1.068 (km).
Tabel 1a Lagos State Penduduk Memantau
Tahun Populasi Global Ranking
1997

11.5

12

1998

12.1

10

1999

13.4

2015

24.5

Sumber: United Nation World Population Monitor 1998/1999


Tabel 1b Air Limbah Arus Dari Metro Lagos ke The Lagoon 1995-2010
Indikator lingkungan

Tahun
1995

2010

Populasi dalam jutaan

7.01

27.6

Air Limbah Domestik

437.490 (54%)

Jumlah Air Limbah (m3 / dy)

811.300 (115,71 / c / d)

?
1,663.087

Sumber: Lagos Kementerian Lingkungan Hidup dan Perencanaan Fisik 1996Tabel


Unit 1d dari Planned Rumah Untuk Negara
unit Lokasi
1.500 Abraham Adesanya Estate -Ajah
152 Ayangburen Tahap II Ikorodu
112 Lekki Tahap 1 Oba Adeyinka Oyekan
336/304 Ojokoro Perumahan Skema Tahap I dan II
79 Lekki II
56 Amunwo-Odofin
150 Ibeshe
Sumber: pemerintah Lagos State 2004
3.2 Metode yang Digunakan
Makalah ini menekankan pendekatan skala campuran yang melibatkan integrasi data
primer dan sekunder yang tersedia melalui sumber-sumber pemerintah dan basis data
dari organisasi lain. baku spasial gambar data dan satelit yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari Amerika Serikat National Aeronautical and Space
Administration NASA. Informasi ini dianalisis dengan ARC View GIS dan teknologi
penginderaan jauh.
3.3 Akuisisi Data dan Pengolahan
Landsat Thematic Mapper (TM) dan Enhanced Thematic Mapper (ETM +) data
pasangan 18 Desember 1984 dan 6 Februari 2000 meliputi Lagos, Nigeria diakuisisi
dari University of Maryland gratis Layanan Online Data. Gambar-gambar tersebut
diimpor ke Erdas Imagine Image Processing Software untuk diproses lebih lanjut.
Karena gambar berada di band tunggal, teknik layer tumpukan dilakukan untuk
kelompok band bersama-sama. Hal ini diikuti dengan melakukan koreksi geometris
lebih lanjut dari gambar untuk menghapus beberapa awan tersebar di gambar. Kedua
gambar diproyeksikan ke Universal Traverse Mercator (UTM) koordinat zona 31.
bulat dan datum juga dirujuk ke WSG84. Histogram Equalization peningkatan teknik

dilakukan pada semua gambar, dan subset pada daerah sekitar 2,383.994 km2 untuk
menutupi Lagos dan sekitarnya. Gambar-gambar tersebut kemudian ditampilkan
sebagai komposit warna semu dengan kombinasi pita merah sebagai sebuah band 7,
hijau band 4, dan biru sebagai band yang 2. Semua gambar kemudian dikategorikan
menggunakan teknik klasifikasi terawasi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2 dan angka 1 dan 2 menunjukkan hasil klasifikasi untuk tahun 1984 dan 2000
gambar. Dari tabel 2, luas lahan di bawah air menurun dari estimasi awal 29.040
hektare (ha) pada tahun 1984 untuk 24.708 pada tahun 2000. Ini merupakan
penurunan keseluruhan 14,91 persen. Ukuran wilayah ditutupi oleh vegetasi, yang
meliputi kawasan mangrove, hutan dan padang rumput pesisir mengalami penurunan
yang signifikan dari 180.384 ha pada tahun 1984 untuk 140.568 ha pada tahun 2000.
Sementara daerah Lagos berisi air dan vegetasi mengalami penurunan, pertanian dan
permukiman adalah meningkat. Misalnya, antara tahun 1984 dan 2000, kegiatan
pertanian meningkat dari 4.615 ha menjadi 9.806 mewakili perubahan keseluruhan
112,48 persen. Ukuran tanah sebagai pemukiman juga menunjukkan perubahan dari
159,02 persen pada waktu yang sama.
Angka 3 dan 4 juga menunjukkan hasil komposit warna semu untuk tahun 1984 dan
2000 gambar. Dalam gambar tersebut, daerah yang relatif gelap-coklat mewakili
daerah yang dibangun dan padat, sedangkan daerah kehijauan yang vegetasi. Daerah
biru adalah badan air. Sementara angka-angka ini menunjukkan tingkat yang luar
biasa dari ekspansi perkotaan antara tahun 1984 dan 2000, adalah aman untuk
mengatakan juga berdasarkan angka 1-4, bahwa penduduk Lagos tampaknya telah
dua kali lipat antara tahun 1984 dan 2000. Hal ini tidak hanya menempatkan tekanan
luar biasa pada sumber daya dari kota, tetapi memiliki potensi untuk memperburuk
banjir di daerah Lagos karena lokasinya di dataran banjir a.
Hasil ini menunjukkan bahwa administrasi negara dan nasional harus mengadopsi
kebijakan yang akan melindungi daratan dari kota yang rentan ini dengan mengambil

keuntungan dari kemajuan terbaru dalam teknologi informasi geospasial yang


diberikan kegunaannya sebagai maju peringatan perangkat informasi untuk
meningkatkan sistem pendukung keputusan dalam pengelolaan lahan di daerah. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa teknologi informasi geospasial adalah kunci
untuk perencanaan, manajemen dan administrasi tanah di daerah seperti Lagos.
Penelitian ini berfungsi sebagai peta jalan menuju pengembangan infrastruktur
informasi geospasial sangat dibutuhkan untuk administrasi efektif lahan di bawah
tekanan urbanisasi.
Tabel 2: Hasil diklasifikasikan 1984 dan 2000 gambar
Kelas

Luas (ha) 1984

Luas (ha)% 2000

Perubahan pada tahun

(1990-2000)
Air

29.040

24.708

-14,91

Penyelesaian

24.360

63.317

159,92

Vegetasi

180.384

140.568

-22,07

Pertanian

4615

9806

112,48

5. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Lima rekomendasi untuk strategi pengelolaan lahan dan pengambilan keputusan
tercantum di bawah ini
1) Mendorong Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan Tanah dan Administrasi
2) Memberikan Dukungan untuk Pendidikan dan Pelatihan Administrator Land
3) Mengalokasikan Dana Untuk Upgrade Infrastruktur Data Spasial
4) Memperkuat ada Kebijakan Dengan Penekanan pada Inventarisasi Geospasial
Periodik Pertanahan
5) Desain Sistem Informasi Regional Tanah Pemantauan Perubahan
6. KESIMPULAN
Makalah ini telah menunjukkan bahwa teknologi informasi Geospasial adalah kunci
untuk perencanaan, manajemen dan administrasi tanah di daerah seperti Lagos. Alat-

alat dan metode yang digunakan dalam penelitian berfungsi sebagai peta jalan untuk
pengembangan informasi geospasial sangat dibutuhkan infrastruktur untuk pelatihan
pengelola lahan dan administrasi yang efektif dari lahan di bawah tekanan urbanisasi.
teknologi informasi geospasial seperti yang digunakan dalam makalah ini juga berdiri
sebagai alat yang diperlukan dalam desain sistem pendukung keputusan di
berkelanjutan pengelolaan sumber daya lahan dan pengembangan kebijakan. Tidak
hanya penggunaan gabungan SIG dan teknologi penginderaan jauh penting untuk
pengembangan data spasial yang inovatif infrastruktur, itu adalah perangkat yang
sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan di semua sektor tanah manajemen
dan lingkungan di daerah.

Anda mungkin juga menyukai