Anda di halaman 1dari 34

DELINEASI ZONA REKAHAN PADA RESERVOIR

GEOTHERMAL MENGGUNAKAN METODE MIKROSEIMIK

PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN
PERSYARATANMENCAPAI DERAJAT SARJANA (S1)

DIAJUKAN OLEH :
ARVID RAMADHAN.A
F1G114054

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian

DELINEASI ZONA REKAHAN PADA RESERVOIR


GEOTHERMAL MENGGUNAKAN METODE MIKROSEIMIK

Diajukan Oleh

ASTIN

F1H113046

Telah disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Nama Dosen Nama Dosen


NIP NIP

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Geofisika

Irawati, S.Si., M.Si


NIP. 19710828 199802 2 001
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia dengan letak astronomi 94°-141°BT dan 6°LU - 11°LS terletak di

wilayah ring of fire yaitudaerah pertemuan 3 lempeng tektonik dan 1 lempeng

tektonik kecil. Ketiga lempeng tektonik itu adalah lempeng indo-australia,

lempeng Eurasia dan lempeng pasifik serta lempeng kecil Filipina . lempeng-

lempeng tektonik ini saling bergerak satu sama lain dengan sangat lambat (0 – 20

cm pertahun (gunawan 2005)), yang nantinya bias mengakibatkan tumbukan

sehingga terbentuk gunung berapi . keberadaan gunung berapi ini dapat menjadi

sumber energy panas bumi. Pada prinsipnya gunung berapi yang di gunakan

dalam eksplorasi panas bumi adalah gunung api semi active, yang sedang

mengalami proses cooling down.

1
Gambar 1.1 lokasi lapangan geothermal awibengkok. (1a) peta Indonesia

dengan lokasi area penelitian. (1b) peta jawa barat dengan pusat vulkanik.

Kontrak area awibengkok (kotak merah) ( daud, 2002 ).

Berdasarkan kondisi geologi tersebut , menjadikan Indonesia sebagai

Negara yang memiliki cadangan potensi panas bumi terbesar yaitu sekitar 40%

dari sumber potensi panas bumi di dunia dengan nilai 27.000 mwe. Energy panas

bumi ini dapat di manfaatkan sebagai energy listrik. Contoh eksplorasi panas

bumi sebagai pembangkit listrik yang sudah di kembangkan di Indonesia yaitu di

daerah salak ( jawa barat ), darajat ( jawa barat ), ulubelu ( lampung ), sibayak

( sumatera utara ), kamojang ( jawa barat ), dieng ( jawa tengah ), wayang windu (

jawa barat ), dan lahendong ( Sulawesi utara ) ( daud, 2002 ). Sumber panas bumi

selain untuk pembangkit tenaga listrik juga dapat di gunakan secara langsung

seperti objek wisata atau permandian air panas seperti di daerah ciater dan ciseeng

( jawa barat ). Begitu banyak manfaat dari sitem panas bumi yang dapat di ambil

keuntunganya, sehingga menjadi hal yang sangat menarik untuk di kaji, dipelajari,

dan di kembangkan lebih luas.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

2
1. Bagaimana cara menentukan dan memahami tahapan-tahapan pengamatan

mikroseismik mulai dari akuisisi data, pengoklahan data hingga

interpretasi data.

2. Bagaimana cara membuat model persebaran gempa mikro dalam tampilan

3-Dimensi.

C. Tujuan Penelitian

Berdasasrkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin

dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk melakukan dan memahami tuhapan-tahapan pengamatan

mikroseismik mulai dari akusisi data. pengolahan data hingga interpretasi

data.

2. Untuk Membuat model persebaran gempa mikro dalam tampilan 3-

dimensi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi keilmuan

1) Diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian ini, dapat menarik minat

bagi penelitian lainnya untuk mengkaji lebih jauh mengenai kondisi

geologi daerah penelitian terutama pada reservoir geothermal.

2) Sebagai sumber referensi yang bersifat ilmiah.

3
3) Memperkaya pengetahuan mengenai geofisika terutama tentang penelitian

ini.

2. Bagi institusi dan pemerintahan

1) Menambah koleksi penelitian tentang geofisika dan studi analisa reservoir

geothermal daerah penelitian.

2) Memberikan informasi geofisika mengenai potensi yang menguntungkan

maupun yang merugikan bagi pemerintah.

3) Dapat menjadi acuan pemerintah dalam membangun infrastruktur di

daerah penelitian.

3. Bagi masyarakat

Memberikan informasi geofisika mengenai potensi yang menguntungkan

maupun merugikan bagi masyarakat.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi geologi daerah penelitian

System geothermal awibengkok berlokasi di area pegunungan dengan

kisaran elevasi dari 950 hingga 2500 meter di atas permukaan laut. Puncak

tertinggi merupakan letusan andesitic yang tidak aktif dari gunung selak, gagak,

berbakti dan endut yang terletak sepanjang tren utara busur sunda vulkanik.

Perbatasan lokasi pengembangan ini berada di sebelah timur, barat laut, tenggara,

dan sisi selatan dan masing-masing memberikan jalan ke pegunungan yang lebih

rendah di bagian utara dan selatan (650-950m di atas permukaan laut ). Kaldera

cianten berada di sebelah barat awibengkok dan di keringkan oleh sungai-sungai

yang mengalir ke utara melalui sebuah celah di bagian timur laut tepi kaldera.

5
Gambar 2.1 peta geologi permukaan awibengkok (stimac., et

al.,2008).

Geologi permukaan dari area kontak awibengkok dipetakan dalam mode

pengintaian oleh ahli geologi dan konsultan UGI, dengan ketergantungan yang

tinggi pada foto udara karena hutan tropis yang lebat dan medan yang berat.

Pemetaan area produksi lebih terperinci dan hal hal tersebut langsung di lakukan

sebagai kegiatan pembangunan dengan akses yang lebih baik ( stimac dan

sugiaman 2000). Berdasarkan dating K-Ar dan Ar/ Ar, puncak utama wilayah

awibengkok di bentuk dari 860 hingga 180 ka, sedangkan kerucut andesit leluhur

yang membentuk tepi kaldera sebelum barat cianten aktif dari sekitar 1.610

hingga 670 ka.

6
Di dalam area produksi awibengkok, tufa dan lava andesit hingga rhyodasit

dari 185-280 ka telah terisi sebagian di sisa-sisa kiaraberes dan mengalir ke barat,

barat daya, dan utara. Batu-batuan ini telah di tutupi oleh kubah rhyolitic, lava dan

terhubung sekuen fragmen material letusan gunung api (tephra). Ke dua sekuen

yang meletus terutama di sepanjang patahan dengan tren utara-timur laut (NNE)

yang melintasi bagian timur lapangan. Tren ventilasi ini mirip dengan stress

maksimum yang di simpulkan horizontal l dan tren dominan patahan utama yang

terukur dalam gambar log pemboran seperti di bahas di bawah ini. Usia

vulkanisme rhyolitic ini adalah 120-40 ka berdasarkan dating K-Ar dan Ar/

Ar. Ating bahan organic carbon-40 dalam endapan stratigrafi yang lebih tinggi

dari unit ini yang menegaskan bahwa hal itu lebih tua dari 40.000 tahun SM.

Studi geokimia batuan vulkanik dari gunung salak dan ventilasi yang terkait

menunjukan bahwa tren yang berbeda terjadi karena variasi proses magmatic

dalam level dangkal (stimac., et al.,2008).

B. Delineasi zona rekahan

Delineasi adalah penjelasan mengenai suatu bidang kajian, delineasi tidak

sama dengan definisi karena delineasi lebih luas dari definisi. delineasi mmberi

gambaran mengenai kehadiran, ruang lingkup, dan perbedaan suatu bidang

dengan bidang lainnya. Delineasi zona rekahan merupakan perbedaan suatu

bidang antara bidang satu dengan bidang lainya dimana pada retakan suatu batuan

mengalami sedikit pergeseran atau tidak mengalami pergeseran sama sekali.

7
C. Metode mikroseismik

Metode Mikroseismik merupakan metode geofisika yang banyak berperan

dalam berbagai bidang eksplorasi seperti minyak bumi dan gas bumi, eksplorasi

panas bumi, studi kegunungapian, pembelajaran struktur dalam bumi, serta

kegempaan. Alat mikroseismik harus dapat mengidentifikasi peluruhan getaran

yang terdapat dalam medium, bersama dengan broadband seismometer mengukur

secara realtime pergerakan tanah kemudian dapat direkam sebagai fungsi waktu.

Mikroseismik adalah sebuah terobosan baru dalam keilmuan geofisika yang

dengan keunggulannya mampu mengancam keberlangsungan metode seismik

konvensional. Prinsipnya adalah geophone ditanam pada kedalaman tertentu.

Sumber mikroseismik yang paling banyak adalah dari peristiwa kompaksi yang

diakibatkan adanya overburden. Secara tidak langsung, metode mikroseismik juga

dapat mendeteksi terjadinya peristiwa overburden yang penting diperhatikan

dalam eksplorasi geofisika. Berikut adalah penggambaran geophone dalam

mikroseismik :

8
Salah satu service company yang mengandalkan mikroseismik adalah

MicroSeismic, Inc (MSI) dengan teknologi andalannya Passive Seismic Emission

Tomography (PSET®). PSET® berfungsi untuk mentransmisikan data ke pusat

rekaman dan processing, dimana akan dianalisis sifat reservoir dan kondisi

geologinya. Teknologi ini juga memberikan kesempatan pada geologists untuk

mengintegrasikan data mikroseismik dengan data permukaan agar didapat hasil

yang lebih akurat.

Setidaknya ada 3 fungsi dari teknologi PSET® yang mulai dikembangkan,

yang pertama adalah monitoring reservoir. Pada sumur-sumur tua, sering

digunakan teknik Enhanced Hydrocarbon Recovery dengan cara menginjeksikan

fluida, uap, atau CO2 untuk meningkatkan tekanan reservoir yang berujung pada

peningkatan produksi sumur. Injeksi ini dapat menciptakan transien tekanan yang

menjadi sumber mikroseismik, sehingga kondisi sumur dapat dipantau.

Fungsi kedua adalah monitoring dan mapping untuk fracture. Pemantauan

kondisi fracture sangat berguna dalam monitoring reservoir, apalagi dalam metode

yang tidak biasa seperti mikroseismik, karena fracture sering terjadi akibat

perbedaan tekanan selama injeksi dan produksi. Dengan teknologi PSET®, tidak

hanya didapatkan geometri fracture, namun juga pola aliran fluida serta

perkembangan fracture itu sendiri mulai dari azimuth, densitas, dan panjangnya.

Selain karena injeksi dan kompaksi yang sudah dituliskan, sumber mikroseismik

juga berasal dari peristiwa fracturing.

9
Fungsi ketiga adalah mendeteksi adanya sesar. Pada mikroseismik tidak

terjadi pembatasan panjang gelombang sumber seperti pada seismik refleksi

konvensional, sehingga dapat memberikan banyak informasi tambahan, salah

satunya adalah lebih mudah dalam mendeteksi sesar. Hal ini dikarenakan

mikroseismik dapat melihat diskontinuitas dan kesalahan akibat aliran fluida.

Informasi sesar juga diperlukan dalam kinerja reservoir karena dapat mengubah

arah migrasi hidrokarbon.

Selain fungsi-fungsi di atas, mikroseismik juga memberikan banyak kelebihan

lainnya. Seperti soal biaya operasional yang lebih murah. Pada seismik

konvensional menggunakan well seismic yang harganya mencapai 2-4 juta dolar

setiap well. Selain itu, mikroseismik juga dapat mengurangi pengaruh noise

karena metode ini memakai subsurface noise itu sendiri sebagai salah satu

sumbernya.

Salah satu masalah dalam mikroseismik adalah pemikiran lama kalau

geophone harus berada dekat dengan sumber. Hal ini dapat dipecahkan dengan

cara memasang ratusan sampai ribuan geophone untuk menciptakan sejenis

mikrofon parabola yang dapat mendeteksi secara bersamaan beberapa peristiwa

mikroseismik. Rangkaian geophone itu juga dapat berfungsi sebagai sistem alarm

dini bagi wellbore dan casing. Hal ini dikarenakan mikroseismik juga dapat

menentukan lokasi sumber, yang banyak berasal dari fracture atau kompaksi,

sehingga dapat diketahui jauh tidaknya lokasi dengan komponen mikroseismik

yang vital. 10
D. Gelombang seismik

Gelombang seismic merupakan rambatan energy yang di sebabkan karena

adanya gangguan di dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan atau adanya

ledakan. energy ini akan merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat terekam

oleh seismometer.

Efek yang di timbulkan oleh adanya gelombang seismic dari gangguan alami

(seperti : pergerakan lempeng (tektonik), bergeraknya patahan, aktivitas gunung

api, dsb) adalah apa yang kita kenal sebagai fenomena gempa bumi. Gelombang

seismic adalah bentuk gelombang elastic yang menjalar dalam medium bumi,

beberapa medium yang dapat menjalarkan gelombang yang mempunyai

komponen impedansi, seismik (atau akustik) impedansi Z didefenisikan dalam

persamaan 2.1 (Haris, 2006) :

(2.1)

Dimana, v adalah kecepatan gelombang seismik , dan p adalah densitas dari

batuan. Saat gelombang seismic melewati dua medium yang memiliki perbedaan

impedansi, maka energy dari gelombang akan di pantulkan (reflected) dan yang

lainya akan di teruskan (transsmited).

Gelombang seismik dapat di golongkan menjadi 2 jenis yaitu :

11
1. Gelombang badan (body wave)

Gelombang badan (body wave) adalah gelombang yang merambat disela-sela

bebatuan di bawah permukaan bumi. Gelombang badan mempunyai intensitas

gelombang I , jika tidak mengalamikehilangan energy akibat gesekan energy (E )

pada muka berdasarkan gelombang berjarak r dari sumber yang berbentuk luasan

setengah bola yaitu 2πr . Ada dua jenis gelombang badan, yaitu : gelombang

primer dan gelombang sekunder.

A. Gelombang primer (p- waves)

Adalah salah satu dari dua jenis gelombang seismik, sering juga di sebut

gelombang tanah ( di namakan demikian karena merambat di dalam tanah ),

adalah gelombang yang di timbulkan oleh gempa bumi dan terekam oleh

seismometer.

Gambar 2.2 Arah perambatan gelombang-P

Merupakan gelombang seismic yang memiliki kecepatan paling tinggi (6-7

km/detik) dibandingkan gelombang-gelombang seismik lainya dan pertama kali


12

tiba pada setiap stasiun pengukuran seismik, dimana jenis gelombang berikutnya

yang dating di namakan S-waves atau gelombang sekunder . hal ini berarti bahwa

partikel-partikel yang berada di dalam tanah (tubuh dari bumi) memiliki vibrasi-

vibrasi sepanjang atau sejajar dengan arah perambatan energy dari gelombang

yang merambat tersebut.

B. Gelombang sekunder (S-waves)

Gelombang sekunder adalah gelombang transversal yang arah geraknya tegak

lurus dengan arah perambatan gelombang. Gelombang seismic ini merambat di

sela-sela bebatuan dengan kecepatan 3.5 km/detik dan bergantung pada medium

yang dilaluinya, hanya dapat menjalar pada batuan yang padat dan pergerakannya

naik turun (up and down).

Gambar 2.3 Arah perambatan gelombang-S

Baik gelombang-P atau gelombang-S dapat membantu ahli seimologi untuk

mencari letak hiposenter (kedalaman) dan episenter (posisi) gempa. Kecepatan


13

dari gelompang-P lebih besar dari gelombang-S (jika merambat dalam

medium yang sama).13

Gambar 2.4 Gelombang-P dan gelombang-S yang terekam

Secara pendekatan umum untuk bumi yang di anggap isotropis besarnya

kecepatan masing-masing gelombang tersebut adalah (Rosid, 1988)

 Gelombang P

(2.2)
14

 Gelombang S

(2.3)

 Gelombang Rayleigh

V = 0,9194 V (2.4)

 Gelombang love

V < V <V (2.5)

Dimana atau μ adalah konstanta lame dan ρ adalah rapat massa batuan. Dari

perumusan di atas dapat di pastikan bahwa gelombang P selalu lebih cepat dari

pada gelombang lainnya, sehingga pada seismogram gelombang P akan selalu

tercatat paling awal.

Perbandingan antara cepat rambat gelombang P dan kecepatan gelombang S

menghasilkan suatu konstanta yang di sebut poisson ratio. Konstanta ini

merupakan sebuah besaran tidak berdimensi yang menyatakan karakteristik dari

suatu daerah (batuan) tersebut. Hubungannya dapat dituliskan sebagai berikut :


(2.6)

15

Dimana, σ adalah poisson ratio. Dalam kaitanya dengan daerah prospek

geothermal ternyata gelombang bodi dapat di jadikan sebagai sala satuh

indikatornya. Factor-faktor kandungan air, kandungan celah/retakan, porositas,

temperature, metamorfosa, tekanan dan tipe batuan dapat mempengaruhi cepat

rambat gelombang. Saturasi air dapat memberikan efek yang lebih besar terhadap

gelombang P dari pada gelombang S. cepat rambat gelombang P akan bertambah

sebesar 20% apabila suatu batuan kering tersaturasi oleh air, sedangkan

gelombang S tidak mengalami perubahan kecepatan (Rosid, 1988).

2. Gelombang permukaan (surface waves)

Gelombang permukaan adalah gelombang yang merambat di permukaan

bumi, tidak penentasi ke dalam medium bumi. Mempunyai frekuensi lebih rendah

dari gelombang badan, sehingga sifat gelombang tersebut merusak. Gelombang

permukaan, jika muka gelombang mencapai gelombang r, energy aeal (E )

terdistribusi pada permukaan silinder r dengan luas 2πrd. Ada dua jenis

gelombang permukaan yaitu :

A. Gelombang Rayleigh

Gelombang Rayleigh adalah gelombang yang menjalar di permukaan bumi

dengan permukaan menyerupai ellip. Karena menjalar di permukaan bumi,


amplitude gelombang Rayleigh akan berkurang dengan bertambahnya

kedalaman. Gelombang Rayleigh dicirikan dengan amplitudonya yang besar

16

(hamper dua kali amplitude refleksi) dan dicirikan dengan frekuensi rendah.

Gambar.2.5 Arah perambatan gelombang Rayleigh

B. Gelombang love

Gelombang love adalah gelombang geser ( S wave ) yang terpolarisasi secara

horizontal dan tidak menghasilkan perpindahan vertical . gelombang love di ambil

dari nama seorang geofisika inggris Augustus Edward Hough Love (1863-1940).

Kecepatan merambat kedua gelombang permukaan ini selalu lebih kecil dari pada

kecepatan gelombang P , dan umumnya lebih lambing daripada gelombang S


17.

Gambar 2.6 Arah perambatan gelombang love

C. Mekanisme Gempa

Mekanisme gempa pada mulanya di kenal sebagai suatu bencana yang

tiba-tiba saja dating dan merusak kehidupan manusia. Dengan berkembangnya

tingkat pemikiran dan daya analisa manusia. Maka timbul keyakinan bahwa

segala sesuatu ada penyebabnya. Sehingga mendorong manusia untuk

mempelajari factor-faktor yang ada di dalam bumi yang menyebabkan timbulnya

gempa.

Dari berbagai pengamatan gempa bumi, maka diyakini adanya suatu

tempat dimana gempa bumi bermula. Temppat tersebut disebut sebagai focus,

hiposenter atau sumber gempa. Tempat di muka bumi ( permukaan) yang tepat di

atas fokus tersebut sebagai episenter.


18

Berdasarkan teori reid mengenai elastitic rebound, gempa bumi bermula

dari gerakan slip yang terjadi secara spontan sesar aktif karena akumulasi strain

elastic dalam periode panjang untuk mencari kestabilan baru.

D. Macam-macam Gempa

Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi. Gempa

dapat digolongkan menjadi beberapa kategori yaitu :menurut proses terjadinya,

bentuk episentrumnya, jaraknya dan lokasinya.

 Menurut proses terjadinya

Berdasarkan proses terjadinya , gempa bumi diklasifikasikan menjadi

seperti berikut yaitu :

1. Gempa tektinik : terjadi akibat tumbukan lempeng-lempeng di litosfer

kulit bumi oleh tenaga tektonik. Tumbuan ini akan menghasilkan

getaran. Getaran ini yang merambat sampai permukaan bumi.

2. Gempa vulkanik: terjadi akibat aktivitas gunung api. Oleh karena itu,

gempa ini hanya dapat di rasakan di sekitar gunung api menjelamg

letusan, pada saat letusan , dan beberapa saat setelah letusan.

3. Gempa runtuhan atau longsoran : terjadi akibat daerah kosong dibawah

lahan mengalami runtuh. Getaran yang dihasilkan akibat runtuhnya

lahan hanya dirasakan disekitar daerah yang runtuh.


19

 Menurut bentuk episenternya

Berdasarkan bentuk episentrumnya, dapat dibagi menjadi dua jenis gempa,

yaitu sebagai berikut:

1. Gempa sentral: episentrumnya berbentuk titik.

2. Gempa linear : episentrumnya berbentuk garis.

 Menurut kedalaman hiposentrumnya

Berdasarkan kedalaman hiposentrumnya dapat dibagi menjadi tiga jenis

gempa, yaitu sebagai berikut:

1. Gempa bumi dalam: kedalaman hiposenterlebih dari 300 km di bawah

permukaan bumi.

2. Gempa bumu menegah: kedalaman hiposenter berada pada kedalaman

antara 60-300 km dibawah permukaan bumi.

3. Gempa bumi dangkal: kedalaman hiposenternya kurang dari 60 km.

 Menurut jaraknya

Berdasarkan jaraknya, gempa dapat d bagi menjadi 3 jenis yaitu sebagai

berikut :
1. Gempa sangat jauh: jarak episentrum lebih dari 10.000 km.

2. Gempa jauh: jarak episentrum sekitar 10.000 km.

20

3. Gempa lokal: jarak episentrum kurang 10.000 km.

 Menurut lokasinya

Brdasarkan lokasinya , gempa dapat di bagi menjadi 2 yaitu sebagai

berikut :

1. Gempa daratan: episentrumnya di daratan.

2. Gempa lautan: episentrumnya di dasar lautan. Gempa inilah yang

menimbulkan tsunami.

E. Parameter gempa bumi

Setiap kejadian gempabumi akan menghasilkan informasi seismik berupa

rekaman sinyal berbentuk gelombang yang setelah melalui proses manual atau

non manual akan menjadi data bacaan fase ( phase reading data ). Informasi

seismik selanjutnya mengalami proses pengumpulan , pengolahan data dan

analisis sehingga menjadi parameter gempabumi.

F. Metode penentuan gempa

Banyak metode yang dilakukan oleh ahli seismologi untuk menentukan

episenter ataupun hiposenter dan origin time suatu gempa, antara lain yaitu

sebagai berikut (Susilawati, 2008):


1. Metode lingkaran.

2. Metode hiperbola.

21

3. Metode bola.

4. Metode tripartit.

5. Metode geiger.

Dalam penelitian yang dilakukan digunakan metode lingkaran dalam

penentuan episenter gempa. Seperti yang dijelaskan dalam studi rosid (1988)

bahwa dalam metode ini diperlukan sedikitnya tiga buah stasiun dengan anggapan

bahwa ketiganya berada pada ketinggian yang sama. Anggapan lain yang dipakai

disini adalah bumi dianggap sebagai medium yang homogen isotropis sehingga

gelombang gempa menjalar kesegalah arah dengan kecepatan yang konstan. Jadi,

apabila sebuah gempa terjadi pada sebuah titik didalam bumi pada saat To maka

selang beberapa saat kemudian gelombang ini akan tercatat distasiun A sebagai

gelombang P dan gelombang S pada saat TP dan TS. Secara geometri di

gambarkan sebagai berikut :


Gambar 2.7 model bumi homogen isotropis (Rosid, 1988)

22

Apabila gelombang P datang distasiun pada saat TPA dan gelombang S

pada saat Tsa, sedangkan lintasan yang di tempuhnya berjarak DA, maka dapat di

peroleh waktu tempuh dari pusat gempa ke stasiun A untuk gelombang P sebesar:

(2.7)

Sedangkan untuk gelombang S :

(2.8)

Karena kecepatan gelombang P selalu lebih besar dari pada gelombang S

maka antara TP dan TS juga ada selisih waktu. Dan engan dua perumusan di atas

dapat diturunkan perumusan jarak episenter dalam bentuk :

(2.9)

Dengan cara yang sama untuk stasiun yang lain dapat di cari juga jarak

episenternya D, sehingga secara umum perumusan di atas dapat di tuliskan dalam

bentuk:

(2.10)

Dimana :
i = indeks yang menyatakan stasiun ke i (i= I,.......,N)

23

Di = jarak fokus terhadap stasiun ke i

Tpi = waktu datang pertama gelombang P pada stasiun ke i

Tsi = waktu datang pertama gelombang S pada stasiun ke i

Dengn perumusan (2.10) maka jarak episenter untuk masing-masing

stasiun dapat diketahui. Selanjutnya kita buat lingkaran dengan jari-jarisebesar Di

dan titik pusatnya pada stasiun i. Dengan demikian kita dapat menentukan

kemungkinan adanya episenter pada lingkarang tersebut . begitu pula dengan

stasiun lainya , kemungkinan episenter itu berada pada lingkaran masing-masing.

Secara geometri dapat di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.8 penentuan episenter dengan metode lingkaran(Rosid, 1988)


24

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian

Secara geografis daerah penelitian terletak antara 6 ̊ 41' 32.07" S dan 106 ̊

40' 5956.07" E . Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai

Desember 2016, penelitian ini dilakukan di daerah gunung salak awibengkok,

jawa barat.
Gambar 3.1 peta lokasi penelitian

25

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif Kuantitatif.

C. Bahan atau Materi Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Data

sekunder yang digunakan adalah peta geologi. Sedangkan data primer yang

digunakan adalah data trace file dari perangkat hardisk yang diperoleh

sendiri oleh peneliti, melalui pengambilan data di lapangan dengan

pengukuran menggunakan alat MEQ yaitu SMART-24D .

D. Instrumentasi penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan diperlihatkan pada Tabel 3

berikut:

Tabel 3. Alat Instrumentasi Penelitian

No Nama Alat Spesifikasi gambar Fungsi


Untuk mendeteksi
MODEL GS
1 dan merekam setiap
Seismometer 13BH, GS-21
gempa mikro yang
dan 20171
terjadi.

Untuk posisi gempa


2 GPS GARMIN
Gps mikro yang terekam
OREGON 650
oleh seismometer.

SCSI SCSI ini

berkapasitas Untuk menyimpan

paling kecil semua data yang


3 Hardisk sudah terekam oleh
160 GB dan

paling besar seismometer dan

sampai 5 TB gps.

Untuk menyalakan

serta menjaga alat


4 agar tetap dalam
Power - -
keadaan aktif

selama melakukan

pengamatan di

lapangan.
E. Prosedur Penelitian

1. Pekerjaan Pra-survei

Tahapan dalam pelaksanaan pra survei adalah:

a. Tahap persiapan yang meliputi studi literatur, pengumpulan laporan

terdahulu, dan penyiapan peralatan.

b. Mencatat posisi dan ketinggian lokasi.

26-27

c. Pemetaan geologi jenis batuan dan penyebarannya (urutan stratigrafi).

2. Survei Lapangan

Tahapan dalam pelaksanaan survei lapangan adalah :

a. Mengukur kedalaman sumur-sumur gali (lubang bor) guna untuk

mengamati mineral-mineral yang khas dan penghantar listrik.

b. Mengukur resistivitas.

c. Mendeskripsi jenis batuan (struktur, tekstur, komposisi mineral).

3. Proses pengambilan data

Proses pengambilan data di lapangan dilakukan dengan menggunakan alat

MEQ yaitu SMART-24D yang diptoduksi oleh Geoteck yaitu :

1. meletakan seismometer di atas tanah yang mengandung batuan yang keras dan

datar, jika keadaan tanah kurang rata atau gembur bisa diberi landasan yang kita
buat dari koran semen. Dan Diusahakan penempatan sensor jauh dari aktivitas

manusia.

2. mengatur posisi supaya menghadap ke utara geografis, dengan melihat handle

yang telah di beri tanda N(north), dengan memakai kompas sebagai acuanya.

3. mengatur ketiga kaki seismometer bisa diberi tataan yang telah tersediah,

kemudiaan atur kaki-kaki tersebut dengan memutar kekiri atau

kekananmenyesuaikan dengan posisi gelembung air supaya tepat ditengah-tengah

(leveling) jika sudah, berarti posisi alat rata dengan tanah.

28

4. menghubungkan masing-masing kabel konektordngan instrument seismograf

(seismometer, GPS, Digitalizer, laptop , power) sesuai dengan fungsinya masing-

masing.

5. meletakkan GPS di tempat terbuka tidak terhalangi dengan sesuatu supaya

langsung terhubung dengan satelit.

6. menghidupkan digitalizer dengan menekan tombol ON, perhatikan power di

usahakan keluaran tegangan stabil 12 volt.

7. tunggu beberapa menit perhatikan lampu indikator GPS ketika berwarna kuning

di laptop maka bertanda GPS sudah berfungsi dengan baik, namun apabila masih

merah maka periksa kabel konektor dan keadaan lingkungan barangkali ada yang

menghalangi dari jangkauan satelit.

8. kemudian yang terakhir melihat tanda waktu di digitalizer apabila masih

tampil huruf U berarti alat belum beroperasi dengan baik, ketika tampil huruf A
yang menandai alat sudah beroperasi dengan baik catat jam mulai operasi dan

catat juga waktunya ketika akan di matikan.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data metode mikroseismik menggunakan SMART-24D.

Berikut tahap-tahap pengolahan data metode mikroseismik :

1. Pengolahan data mikroseismik di olah ke dalam software seisplus

sehingga di peroleh data berupa waktu, koordinat, elevasi, dan

magnitudo gempa yang telah terjadi.

2. Kemudian setelah data-data tersebut di peroleh maka di buat peta

episenter menggunakan software winGlink,

3. Untuk interpretasi 3-dimensi menggunakan perangkat lunak Geoslicer X.

4. Kemudian perangkat lunak tersebut dapat membantu dalam interpretasi

model persebaran gempa mikro dalam tampilan 3-dimensi menggunaka

perangkat lunak Geoslicer-X

5. Setelah itu melakukan pembahasan baik secara kualitatif maupun

kuantitatif.

6. Menarik kesimpulan yang didapat.

7. Selesai.
Mulai

Persiapan alat dan bahan

Desain survey

Akuisisi data

Data mentah

mikroseismik

Pengolahan data

HVSR

Data faktor Data frekuensi

Amplifikasi (Ao) Dominan tanah(fo)

Data periode

Dominan tanah (To)


Metode kanai PGA

Analisis data

Hasil

kesimpulan

Selesai

Gambar 3.4 Diagram alir penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Colombo, daniele. Microseismicity as a deep seismic source for reservoir fluid


characterization. Houston 2005 Annual Meeting, SEG. 2005.
Daud, Yunus., Saputra, Rahman. Geoslicer-X: A 3-D interactive software for Geothermal
Data Analysis. Laporan World Geothermal Congress. Bali, Indonesia. 2002.
Stimac, J.A., Nordquist, Gregg., Suminar, Aquardi., Sirad-Azwar, Lutfhie. An Overview
of the Awibengkok geothermal system, Indonesia. Geothermics. Pp 300-331.
2008.
Susilawati, Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa Pada Penelaahan
Struktur Bagian Dalam Bumi. Universitas Sumatera Utara, Medan. 2008.
Stimac, J.A., Nordquist, Gregg., Suminar, Aquardi., Sirad-Azwar, Lutfhie. An Overview
of the Awibengkok geothermal system, Indonesia. Geothermics. Pp 300-331.
2008.
Rosid, Syamsu. Penentuan Episenter dan Parameter gempa mikro alam kaitanya dengan
daerah prospek geothermal banten, jawa barat. Skripsi, Universitas Indonesia.
Jakarta. 1988

Anda mungkin juga menyukai