Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI LAJU SEDIMENTASI PADA KOLOM

SEDIMENTASI SISTEM BATCH DENGAN PENAMBAHAN


FLOKULAN

PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN
PERSYARATANMENCAPAI DERAJAT SARJANA (S1)

DIAJUKAN OLEH :
ARVID RAMADHAN.A
F1G114054

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian

PENENTUAN

Diajukan Oleh

ASTIN

F1H113046

Telah disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Nama Dosen Nama Dosen


NIP NIP

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Geofisika

Irawati, S.Si., M.Si


NIP. 19710828 199802 2 001
1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dengan letak astronomi 94°-141°BT dan 6°LU - 11°LS terletak di
wilayah ring of fire yaitu daerah pertemuan 3 lempeng tektonik dan 1 lempeng
tektonik kecil. Ketiga lempeng tektonik itu adalah lempeng indo-australia,
lempeng Eurasia dan lempeng pasifik serta lempeng kecil Filipina . lempeng-
lempeng tektonik ini saling bergerak satu sama lain dengan sangat lambat (0 – 20
cm pertahun (gunawan 2005)), yang nantinya bias mengakibatkan tumbukan
sehingga terbentuk gunung berapi . keberadaan gunung berapi ini dapat menjadi
sumber energy panas bumi. Pada prinsipnya gunung berapi yang di gunakan
dalam eksplorasi panas bumi adalah gunung api semi active, yang sedang
mengalami proses cooling down.

Gambar 1.1 lokasi lapangan geothermal awibengkok. (1a) peta Indonesia dengan lokasi
area penelitian. (1b) peta jawa barat dengan pusat vulkanik. Kontrak area awibengkok
(kotak merah).

Berdasarkan kondisi geologi tersebut , menjadikan Indonesia sebagai Negara yang


memiliki cadangan potensi panas bumi terbesar yaitu sekitar 40% dari sumber potensi
panas bumi di dunia dengan nilai 27.000 mwe. Energy panas bumi ini dapat di
manfaatkan sebagai energy listrik. Contoh eksplorasi panas bumi sebagai pembangkit
listrik yang sudah di kembangkan di Indonesia yaitu di daerah salak ( jawa barat ), darajat
( jawa barat ), ulubelu ( lampung ), sibayak ( sumatera utara ), kamojang ( jawa barat ),
dieng ( jawa tengah ), wayang windu ( jawa barat ), dan lahendong ( Sulawesi utara )
( daud, 2002 ). Sumber panas bumi selain untuk pembangkit tenaga listrik juga dapat di
gunakan secara langsung seperti objek wisata atau permandian air panas seperti di daerah
ciater dan ciseeng ( jawa barat ). Begitu banyak manfaat dari sitem panas bumi yang
dapat di ambil keuntunganya, sehingga menjadi hal yang sangat menarik untuk di kaji,
dipelajari, dan di kembangkan lebih luas.

Gambar 1.2 peta kontrak area gunung salak

Lapangan geothermal awibengkok (salak) merupakan daerah kontrak kerja unocal


geothermal Indonesia ( UGI ) dengan pertamina, terletak di kaki baratdaya dari gunung
salak yaitu sekitar 70 km dari selatan Jakarta. Lapangan ini berbeda di sepanjang busur
sunda vulkanik, yang meluas dari sumatera hingga flores, seperti terlihat pada gambar
1.1. system ini menandai batas pertemuan antara lempeng Eurasia ke utara dan lempeng
Australia ke selatan. Orientasi pertemuan lempeng untuk pulau jawa rata-rata pada utara-
selatan, mengakibatkan subduksi hampir tegak lurus ke lempeng depan di jawa tengah,
tetapi semakin miring menuju sumatera. Kecepatan pertemuan untuk jawa telah di
estimasi yaitu 6-7 cm pertahun. Indicator stress regional ( mekanisme focus gempa,
borehole breakouts, patahan dan lipatan permukaan yang di petakan atau di simpulkan )
memperlihatkan bahwa stess horizontal maksimim di jawa barat adalah kurang lebih
langsung sejajar ke utara pertemuan lempeng. ( stimac et al,. 2008 ).
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana mengestimasi
delineasi zona rekahan pada reservoir geothermal menggunakan metode mikroseismik.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui delineasi zona rekahan pada
reservoir geothermal menggunakan metode mikroseismik.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi keilmuan
1) Diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian ini, dapat menarik minat bagi
penelitian lainnya untuk mengkaji lebih jauh mengenai kondisi geologi daerah
penelitian terutama pada reservoir geothermal.
2) Sebagai sumber referensi yang bersifat ilmiah.
3) Memperkaya pengetahuan mengenai geofisika terutama tentang penelitian ini.

2. Bagi institusi dan pemerintahan


1) Menambah koleksi penelitian tentang geofisika dan studi analisa reservoir
geothermal daerah penelitian.
2) Memberikan informasi geofisika mengenai potensi yang menguntungkan maupun
yang merugikan bagi pemerintah.
3) Dapat menjadi acuan pemerintah dalam membangun infrastruktur di daerah
penelitian.

3. Bagi masyarakat
Memberikan informasi geofisika mengenai potensi yang menguntungkan maupun
merugikan bagi masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi geologi daerah penelitian


System geothermal awibengkok berlokasi di area pegunungan dengan
kisaran elevasi dari 950 hingga 2500 meter di atas permukaan laut. Puncak
tertinggi merupakan letusan andesitic yang tidak aktif dari gunung selak, gagak,
berbakti dan endut yang terletak sepanjang tren utara busur sunda vulkanik.
Perbatasan lokasi pengembangan ini berada di sebelah timur, barat laut, tenggara,
dan sisi selatan dan masing-masing memberikan jalan ke pegunungan yang lebih
rendah di bagian utara dan selatan (650-950m di atas permukaan laut ). Kaldera
cianten berada di sebelah barat awibengkok dan di keringkan oleh sungai-sungai
yang mengalir ke utara melalui sebuah celah di bagian timur laut tepi kaldera.

Gambar 2.1 peta geologi permukaan awibengkok

Geologi permukaan dari area kontak awibengkok dipetakan dalam mode


pengintaian oleh ahli geologi dan konsultan UGI, dengan ketergantungan yang tinggi
pada foto udara karena hutan tropis yang lebat dan medan yang berat. Pemetaan area
produksi lebih terperinci dan hal hal tersebut langsung di lakukan sebagai kegiatan
pembangunan dengan akses yang lebih baik ( stimac dan sugiaman 2000). Berdasarkan
dating K-Ar dan Ar/ Ar, puncak utama wilayah awibengkok di bentuk dari 860
hingga 180 ka, sedangkan kerucut andesit leluhur yang membentuk tepi kaldera sebelum
barat cianten aktif dari sekitar 1.610 hingga 670 ka.
Di dalam area produksi awibengkok, tufa dan lava andesit hingga rhyodasit dari
185-280 ka telah terisi sebagian di sisa-sisa kiaraberes dan mengalir ke barat, barat daya,
dan utara. Batu-batuan ini telah di tutupi oleh kubah rhyolitic, lava dan terhubung sekuen
fragmen material letusan gunung api (tephra). Ke dua sekuen yang meletus terutama di
sepanjang patahan dengan tren utara-timur laut (NNE) yang melintasi bagian timur
lapangan. Tren ventilasi ini mirip dengan stress maksimum yang di simpulkan horizontal
l dan tren dominan patahan utama yang terukur dalam gambar log pemboran seperti di
bahas di bawah ini. Usia vulkanisme rhyolitic ini adalah 120-40 ka berdasarkan dating

K-Ar dan Ar/ Ar. Ating bahan organic carbon-40 dalam endapan stratigrafi yang
lebih tinggi dari unit ini yang menegaskan bahwa hal itu lebih tua dari 40.000 tahun SM.
Studi geokimia batuan vulkanik dari gunung salak dan ventilasi yang terkait
menunjukan bahwa tren yang berbeda terjadi karena variasi proses magmatic dalam level
dangkal (stimac., et al.,2008).

B. Gelombang seismik

Gelombang seismic merupakan rambatan energy yang di sebabkan karena adanya


gangguan di dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan atau adanya ledakan. energy ini
akan merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat terekam oleh seismometer.

Efek yang di timbulkan oleh adanya gelombang seismic dari gangguan alami
(seperti : pergerakan lempeng (tektonik), bergeraknya patahan, aktivitas gunung api, dsb)
adalah apa yang kita kenal sebagai fenomena gempa bumi. Gelombang seismic adalah
bentuk gelombang elastic yang menjalar dalam medium bumi, beberapa medium yang
dapat menjalarkan gelombang yang mempunyai komponen impedansi, seismik (atau
akustik) impedansi Z didefenisikan dalam persamaan 2.1 (Haris, 2006) :

(2.1)
Dimana, v adalah kecepatan gelombang seismik , dan p adalah densitas dari batuan. Saat
gelombang seismic melewati dua medium yang memiliki perbedaan impedansi, maka
energy dari gelombang akan di pantulkan (reflected) dan yang lainya akan di teruskan
(transsmited).

Gelombang seismik dapat di golongkan menjadi 2 jenis yaitu :

1. Gelombang badan (body wave)

Gelombang badan (body wave) adalah gelombang yang merambat disela-sela


bebatuan di bawah permukaan bumi. Gelombang badan mempunyai intensitas gelombang

I , jika tidak mengalamikehilangan energy akibat gesekan energy (E ) pada muka


berdasarkan gelombang berjarak r dari sumber yang berbentuk luasan setengah bola

yaitu 2πr . Ada dua jenis gelombang badan, yaitu : gelombang primer dan gelombang
sekunder.

A. Gelombang primer (p- waves)

Adalah salah satu dari dua jenis gelombang seismik, sering juga di sebut gelombang
tanah ( di namakan demikian karena merambat di dalam tanah ), adalah gelombang yang
di timbulkan oleh gempa bumi dan terekam oleh seismometer.

Gambar 2.2 Arah perambatan gelombang-P

Merupakan gelombang seismic yang memiliki kecepatan paling tinggi (6-7 km/detik)
dibandingkan gelombang-gelombang seismik lainya dan pertama kali tiba pada setiap
stasiun pengukuran seismik, dimana jenis gelombang berikutnya yang dating di namakan
S-waves atau gelombang sekunder . hal ini berarti bahwa partikel-partikel yang berada di
dalam tanah (tubuh dari bumi) memiliki vibrasi-vibrasi sepanjang atau sejajar dengan
arah perambatan energy dari gelombang yang merambat tersebut.

B. Gelombang sekunder (S-waves)


Gelombang sekunder adalah gelombang transversal yang arah geraknya tegak lurus
dengan arah perambatan gelombang. Gelombang seismic ini merambat di sela-sela
bebatuan dengan kecepatan 3.5 km/detik dan bergantung pada medium yang dilaluinya,
hanya dapat menjalar pada batuan yang padat dan pergerakannya naik turun (up and
down).

Gambar 2.3 Arah perambatan gelombang-S

Baik gelombang-P atau gelombang-S dapat membantu ahli seimologi untuk mencari
letak hiposenter (kedalaman) dan episenter (posisi) gempa. Kecepatan dari gelompang-P
lebih besar dari gelombang-S (jika merambat dalam medium yang sama).

Gambar 2.4 Gelombang-P dan gelombang-S yang terekam

Secara pendekatan umum untuk bumi yang di anggap isotropis besarnya kecepatan
masing-masing gelombang tersebut adalah (Rosid, 1988)
 Gelombang P

(2.2)

 Gelombang S

(2.3)

 Gelombang Rayleigh

V = 0,9194 V (2.4)

 Gelombang love

V < V <V (2.5)

Dimana atau μ adalah konstanta lame dan ρ adalah rapat massa batuan. Dari
perumusan di atas dapat di pastikan bahwa gelombang P selalu lebih cepat dari pada
gelombang lainnya, sehingga pada seismogram gelombang P akan selalu tercatat paling
awal.

Perbandingan antara cepat rambat gelombang P dan kecepatan gelombang S


menghasilkan suatu konstanta yang di sebut poisson ratio. Konstanta ini merupakan
sebuah besaran tidak berdimensi yang menyatakan karakteristik dari suatu daerah
(batuan) tersebut. Hubungannya dapat dituliskan sebagai berikut :

(2.6)
Dimana, σ adalah poisson ratio. Dalam kaitanya dengan daerah prospek geothermal
ternyata gelombang bodi dapat di jadikan sebagai sala satuh indikatornya. Factor-faktor
kandungan air, kandungan celah/retakan, porositas, temperature, metamorfosa, tekanan
dan tipe batuan dapat mempengaruhi cepat rambat gelombang. Saturasi air dapat
memberikan efek yang lebih besar terhadap gelombang P dari pada gelombang S. cepat
rambat gelombang P akan bertambah sebesar 20% apabila suatu batuan kering tersaturasi
oleh air, sedangkan gelombang S tidak mengalami perubahan kecepatan (Rosid, 1988).

2. Gelombang permukaan (surface waves)

Gelombang permukaan adalah gelombang yang merambat di permukaan bumi,


tidak penentasi ke dalam medium bumi. Mempunyai frekuensi lebih rendah dari
gelombang badan, sehingga sifat gelombang tersebut merusak. Gelombang permukaan,

jika muka gelombang mencapai gelombang r, energy aeal (E ) terdistribusi pada


permukaan silinder r dengan luas 2πrd. Ada dua jenis gelombang permukaan yaitu :

A. Gelombang Rayleigh

Gelombang Rayleigh adalah gelombang yang menjalar di permukaan bumi dengan


permukaan menyerupai ellip. Karena menjalar di permukaan bumi, amplitude
gelombang Rayleigh akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Gelombang
Rayleigh dicirikan dengan amplitudonya yang besar (hamper dua kali amplitude refleksi)
dan dicirikan dengan frekuensi rendah.
Gambar.2.5 Arah perambatan gelombang Rayleigh

B. Gelombang love

Gelombang love adalah gelombang geser ( S wave ) yang terpolarisasi secara


horizontal dan tidak menghasilkan perpindahan vertical . gelombang love di ambil dari
nama seorang geofisika inggris Augustus Edward Hough Love (1863-1940). Kecepatan
merambat kedua gelombang permukaan ini selalu lebih kecil dari pada kecepatan
gelombang P , dan umumnya lebih lambing daripada gelombang S.

Gambar 2.6 Arah perambatan gelombang love

C. Mekanisme Gempa

Mekanisme gempa pada mulanya di kenal sebagai suatu bencana yang tiba-tiba
saja dating dan merusak kehidupan manusia. Dengan berkembangnya tingkat pemikiran
dan daya analisa manusia. Maka timbul keyakinan bahwa segala sesuatu ada
penyebabnya. Sehingga mendorong manusia untuk mempelajari factor-faktor yang ada di
dalam bumi yang menyebabkan timbulnya gempa.

Dari berbagai pengamatan gempa bumi, maka diyakini adanya suatu tempat
dimana gempa bumi bermula. Temppat tersebut disebut sebagai focus, hiposenter atau
sumber gempa. Tempat di muka bumi ( permukaan) yang tepat di atas fokus tersebut
sebagai episenter.
Berdasarkan teori reid mengenai elastitic rebound, gempa bumi bermula dari
gerakan slip yang terjadi secara spontan sesar aktif karena akumulasi strain elastic dalam
periode panjang untuk mencari kestabilan baru.

D. Macam-macam Gempa

Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi. Gempa dapat
digolongkan menjadi beberapa kategori yaitu :menurut proses terjadinya, bentuk
episentrumnya, jaraknya dan lokasinya.

 Menurut proses terjadinya

Berdasarkan proses terjadinya , gempa bumi diklasifikasikan menjadi seperti


berikut yaitu :

1. Gempa tektinik : terjadi akibat tumbukan lempeng-lempeng di litosfer kulit


bumi oleh tenaga tektonik. Tumbuan ini akan menghasilkan getaran. Getaran
ini yang merambat sampai permukaan bumi.
2. Gempa vulkanik: terjadi akibat aktivitas gunung api. Oleh karena itu, gempa
ini hanya dapat di rasakan di sekitar gunung api menjelamg letusan, pada saat
letusan , dan beberapa saat setelah letusan.
3. Gempa runtuhan atau longsoran : terjadi akibat daerah kosong dibawah lahan
mengalami runtuh. Getaran yang dihasilkan akibat runtuhnya lahan hanya
dirasakan disekitar daerah yang runtuh.

 Menurut bentuk episenternya

Berdasarkan bentuk episentrumnya, dapat dibagi menjadi dua jenis gempa, yaitu
sebagai berikut:

1. Gempa sentral: episentrumnya berbentuk titik.


2. Gempa linear : episentrumnya berbentuk garis.

 Menurut kedalaman hiposentrumnya

Berdasarkan kedalaman hiposentrumnya dapat dibagi menjadi tiga jenis gempa,


yaitu sebagai berikut:
1. Gempa bumi dalam: kedalaman hiposenterlebih dari 300 km di bawah
permukaan bumi.
2. Gempa bumu menegah: kedalaman hiposenter berada pada kedalaman antara
60-300 km dibawah permukaan bumi.
3. Gempa bumi dangkal: kedalaman hiposenternya kurang dari 60 km.

 Menurut jaraknya

Berdasarkan jaraknya, gempa dapat d bagi menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut :

1. Gempa sangat jauh: jarak episentrum lebih dari 10.000 km.


2. Gempa jauh: jarak episentrum sekitar 10.000 km.
3. Gempa lokal: jarak episentrum kurang 10.000 km.

 Menurut lokasinya

Brdasarkan lokasinya , gempa dapat di bagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut :

1. Gempa daratan: episentrumnya di daratan.


2. Gempa lautan: episentrumnya di dasar lautan. Gempa inilah yang
menimbulkan tsunami.

E. Parameter gempa bumi

Setiap kejadian gempabumi akan menghasilkan informasi seismik berupa rekaman


sinyal berbentuk gelombang yang setelah melalui proses manual atau non manual akan
menjadi data bacaan fase ( phase reading data ). Informasi seismik selanjutnya
mengalami proses pengumpulan , pengolahan data dan analisis sehingga menjadi
parameter gempabumi.

F. Metode penentuan gempa

Banyak metode yang dilakukan oleh ahli seismologi untuk menentukan episenter
ataupun hiposenter dan origin time suatu gempa, antara lain yaitu sebagai berikut
(Susilawati, 2008):

1. Metode lingkaran.
2. Metode hiperbola.
3. Metode bola.
4. Metode tripartit.
5. Metode geiger.

Dalam penelitian yang dilakukan digunakan metode lingkaran dalam penentuan


episenter gempa. Seperti yang dijelaskan dalam studi rosid (1988) bahwa dalam metode
ini diperlukan sedikitnya tiga buah stasiun dengan anggapan bahwa ketiganya berada
pada ketinggian yang sama. Anggapan lain yang dipakai disini adalah bumi dianggap
sebagai medium yang homogen isotropis sehingga gelombang gempa menjalar kesegalah
arah dengan kecepatan yang konstan. Jadi, apabila sebuah gempa terjadi pada sebuah titik
didalam bumi pada saat To maka selang beberapa saat kemudian gelombang ini akan
tercatat distasiun A sebagai gelombang P dan gelombang S pada saat TP dan TS. Secara
geometri di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.7 model bumi homogen isotropis (Rosid, 1988)

Apabila gelombang P datang distasiun pada saat TPA dan gelombang S pada saat
Tsa, sedangkan lintasan yang di tempuhnya berjarak DA, maka dapat di peroleh waktu
tempuh dari pusat gempa ke stasiun A untuk gelombang P sebesar :

(2.7)

Sedangkan untuk gelombang S :


(2.8)

Karena kecepatan gelombang P selalu lebih besar dari pada gelombang S maka
antara TP dan TS juga ada selisih waktu. Dan engan dua perumusan di atas dapat
diturunkan perumusan jarak episenter dalam bentuk :

(2.9)

Dengan cara yang sama untuk stasiun yang lain dapat di cari juga jarak
episenternya D, sehingga secara umum perumusan di atas dapat di tuliskan dalam bentuk:

(2.10)

Dimana :

i = indeks yang menyatakan stasiun ke i (i= I,.......,N)

Di = jarak fokus terhadap stasiun ke i

Tpi = waktu datang pertama gelombang P pada stasiun ke i

Tsi = waktu datang pertama gelombang S pada stasiun ke i

Dengn perumusan (2.10) maka jarak episenter untuk masing-masing stasiun


dapat diketahui. Selanjutnya kita buat lingkaran dengan jari-jarisebesar Di dan titik
pusatnya pada stasiun i. Dengan demikian kita dapat menentukan kemungkinan adanya
episenter pada lingkarang tersebut . begitu pula dengan stasiun lainya , kemungkinan
episenter itu berada pada lingkaran masing-masing. Secara geometri dapat di gambarkan
sebagai berikut :
Gambar 2.8 penentuan episenter dengan metode lingkaran(Rosid, 1988)
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2005 hingga dengan lokasi penelitian yang
berada di awibengkok, waktu pengambilan data dilakukan setiap 30 detik.
B. Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Alat Dan Bahan Penelitian
No Nama Alat Spesifikasi Fungsi
Untuk mendeteksi dan merekam
1 Seismometer
setiap gempa mikro yang terjadi.
Untuk posisi gempa mikro yang
2 Gps
terekam oleh seismometer.
Untuk menyimpan semua data
3 Hardisk yang sudah terekam oleh
seismometer dan gps.
Untuk menyalakan serta menjaga
alat agar tetap dalam keadaan
4 Power
aktif selama melakukan
pengamatan di lapangan.
5
6
C. Prosedur penelitian

1. Tahapan penelitian lapangan

Penelitian lapangan dilakukan guna mengumpulkan data primer berupa data


mikroseismik.

a. Observasi lapangan
Observasi lapangan dilakukan sebelum melakukan pengambilan data dengan tujuan
untuk orientasi medan dan untuk mengetahui kondisi daerah penelitian, selain itu juga
untuk mengetahui gambaran keadaan geologi daerah penelitian secara umum.

b. Pengambilan data lapangan


Pengambilan data di lapagan dilakukannya penempatan stasiun-stasiun perekaman
mikroseismik, maka dilakukan pengambilan data berdasarkan prinsip kerja alat dan
waktu pengambilan datannya.
Beberapa hal tahapan akuisisi yang dilakukan adalah:
1. Pengolahan data lapangan
pada bagian Pengolahan data lapangan akan dapat diketahui bentuk data sebelum
diperolehnya hasil yang dapat menginterpretasikan delineasi zona rekahan. Dalam
tahapan pengolahan data terdapat dua hal penting yang harus di lakukan yaitu: trimming
dan picking.

2. Tahapan Penyusunan Laporan


Setelah data-data yang diperoleh diolah dan diinterpretasi, maka hasil penelitian
disusun dalam suatu laporan ilmiah.Laporan ini memuat semua data lapangan, hasil
analisis dan interpretasi secara sistematik berupa uraian deskriptif.Laporan disesuaikan
dengan kerangka laporan resmi serta berisikan hasil dari penelitian yang dilakukan dan
lampiran.
Gambar 3.4 Diagram alir penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Colombo, daniele. Microseismicity as a deep seismic source for reservoir fluid


characterization. Houston 2005 Annual Meeting, SEG. 2005.
Daud, Yunus., Saputra, Rahman. Geoslicer-X: A 3-D interactive software for Geothermal
Data Analysis. Laporan World Geothermal Congress. Bali, Indonesia. 2002.
Stimac, J.A., Nordquist, Gregg., Suminar, Aquardi., Sirad-Azwar, Lutfhie. An Overview
of the Awibengkok geothermal system, Indonesia. Geothermics. Pp 300-331.
2008.
Susilawati, Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa Pada Penelaahan
Struktur Bagian Dalam Bumi. Universitas Sumatera Utara, Medan. 2008.
Stimac, J.A., Nordquist, Gregg., Suminar, Aquardi., Sirad-Azwar, Lutfhie. An Overview
of the Awibengkok geothermal system, Indonesia. Geothermics. Pp 300-331.
2008.
Rosid, Syamsu. Penentuan Episenter dan Parameter gempa mikro alam kaitanya dengan
daerah prospek geothermal banten, jawa barat. Skripsi, Universitas Indonesia.
Jakarta. 1988

Anda mungkin juga menyukai