Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/321906104

Aplikasi LANDSAT 8 OLI/TIRS Dalam Mengidentifikasi Alterasi Hidrotermal


Skala Regional : Studi Kasus Daerah Rejang Lebong dan Sekitarnya, Provinsi
Bengkulu

Conference Paper · September 2017

CITATION READS
1 2,347

3 authors, including:

Ilham Dharmawan Putra Reza Ade Firdaus Nasution


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
13 PUBLICATIONS   2 CITATIONS    1 PUBLICATION   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Petrography analysis of UGM - PT PGE Science project View project

All content following this page was uploaded by Ilham Dharmawan Putra on 19 December 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

A
APLIKASI LANDSAT 8 OLI/TIRS DALAM MENGIDENTIFIKASI ALTERASI
HIDROTERMAL SKALA REGIONAL : STUDI KASUS DAERAH REJANG LEBONG DAN
SEKITARNYA, PROVINSI BENGKULU

Ilham Dharmawan Putra1*


Reza Ade Firdaus Nasution1
Agung Harijoko1
1
Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta 55281, Indonesia
*ilham.dharmawan.p@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK
Daerah Rejang Lebong terletak ±80 km dari pusat ibukota Provinsi Bengkulu, dan terletak didalam zona
pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian 400 – 1900 mdpl. Daerah ini dikenal sebagai salah satu daerah
yang memiliki potensi panas bumi, yang ditandai dengan kehadiran beberapa manifestasi panas bumi,
termasuk didalamnya kehadiran batuan yang mengalami alterasi hidrotermal yang terjadi melalui reaksi
fluida hidrotermal dengan batuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebaran batuan yang
mengalami alterasi hidrotermal di daerah penelitian. Dalam mengidentifikasi penyebarannya, dilakukan
analisis terhadap peta geologi regional skala 1:250.000, citra Landsat 8 OLI/TIRS dengan resolusi spasial
30m, dan DEM (Digital Elevation Model) SRTM dengan resolusi 30m, serta studi pustaka terkait dari
daerah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DEM SRTM memberikan informasi relief di daerah
penelitian, beberapa kombinasi RGB (red-green-blue) band dari citra Landsat 8 dapat memberikan
informasi geologi, diantaranya komposit band 4,3,2 natural color memberikan informasi mengenai kondisi
geologi dan geomorfologi, komposit band 5,6,7 memberikan informasi mengenai tekstur batuan, struktur
geologi, vegetasi, serta kehadiran batuan teralterasi, komposit band 10117 memberikan informasi mengenai
kehadiran batuan yang kaya silika, band rasio 4/2, 5/6, 6/7, 5 dan 10 memberikan informasi mengenai unit
batuan, vegetasi pada drainase dan batuan teralterasi. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa penginderaan
jauh dapat dapat mengidentifikasi kehadiran mineral alterasi hidrotermal dari golongan ferromagnesium,
ferrugination, dan mineral kaya OH atau mineral karbonat. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
penginderaan jauh mampu memberikan informasi mengenai penyebaran batuan teralterasi hidrotermal di
suatu wilayah secara regional, sehingga dapat mendukung data geologi sebelum observasi di lapangan
dilakukan.

Kata Kunci : Penginderaan Jauh, Landsat 8, Alterasi, Komposit band

1. Pendahuluan
Daun yang merupakan gunung api
Daerah Penelitian terletak pada
berumur Tersier – Kuarter (Gafoer dkk, 1992).
Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten
Keberadaan potensi panas bumi ditunjukkan oleh
Kepahiang, yang merupakan salah satu kabupaten
kehadiran manifestasi, seperti mata air panas,
di Provinsi Bengkulu. Secara Geologi, Daerah
fumarola, dan batuan teralterasi.
Rejang Lebong dan Kepahiang memiliki
Batuan teralterasi hadir sebagai reaksi
keunikan yang menyebabkan daerah ini menarik
antara fluida panas bumi dengan batuan yang
untuk dilakukan penelitian di dalamnya. Salah
dilewatinya, dimana terdapat tiga macam alterasi
satu potensi dan keunikan yang terdapat
yaitu 1) Pergantian mineral, 2) Pengisian ruang,
didalamnya adalah keberadaan potensi panas
dan 3) Pelarutan batuan (Browne, 1998; Utami
bumi, dimana potensi panas bumi dapat dijumpai
2015). Keberadaan batuan teralterasi dapat
dibeberapa lokasi seperti Gunung Kaba dan Bukit
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

menjadi petunjuk yang penting dalam melakukan berpotensi tinggi yang memiliki aktivitas
pemetaan potensi panas bumi, terutama yang geotermal tinggi, mengingat eksplorasi
berada disekitar manifestasi yang menandakan geothermal dilakukan umumnya pada daerah
bahwa terdapat sistem panas bumi yang aktif yang seringkali masih belum terjamah, sehingga
(Browne, 1970). survey awal melalui penginderaan jauh sangat
Penginderaan jauh berperan sebagai salah satu membantu untuk meliha persebaran mineral
metode awal yang digunakan dalam melakukan alterasi hidrotermal yang seringkali berhubungan
pemetaan dalam keperluan yang beragam, dengan kehadiran manifestasi panas bumi.
terutama eksplorasi, hal ini dilakukan karena
penginderaan jauh dapat meberikan gambaran
2. Geologi Regional
awal secara menyeluruh mengenai kondisi
geologi, geomorfologi, dan kondisi lainnya yang
2.1 Fisiografi Regional
ingin diketahui. Salah satu metode penginderaan
jauh yang sering digunakan adalah menggunakan Lokasi penelitian terletak pada zona
citra Landsat, salah satunya adalah Landsat 8 pegunungan bukit Barisan, dengan bentang alam
Operational Land Imager/ Thermal Infrared vulkanik dari gunung api berumur tersier –
Sensor (OLI/ TIRS). Citra Landsat 8 OLI/ TIRS kuarter. Tinggian dan rendahan dijumpai
merupakan citra yang diluncurkan oleh Negara dijumpai di daerah penelitian, dengan tinggian
Amerika pada XYZ, dan memiliki 11 macam yang terebentuk karena hadirnya beberapa
saluran (band) dengan resolusi spasial yang gunung api, seperti Gunung Kaba, Bukit Daun,
berkisar 15 X 15 meter hingga 100 X 100 meter Bukit Kumayan, Bukit Lalang, Bukit Mucung,
(United States Geological Survey, 2016). Bukit Kelang, dan gunung lainnya (Gafoer dkk,
Analisis citra landsat umum digunakan 1992).
dalam mengetahui kondisi di permukaan bumi
yang dengan melihat karakter reflektansi dan 2.2 Sratigrafi Regional
adsorbsi gelombang Elektromagnetik dari objek
objek yang berada di permukaan bumi (Sabins, Menurut penelitian yang dilakukan oleh
1999). Salah satu aplikasi yang digunakan dalam Gafoer dkk (1992), Stratigrafi di daerah penelitian
penelitian ini adalah untuk mengetahui secara umum tersusun oleh satuan batuan dan
keberadaaan alterasi hidrotermal dalam skala formasi yang berumur Tersier (Oligosen) hingga
regional. Kuarter (Holosen), dengan batuan penyusun
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa berupa produk vulkanik. Satuan dan formasi dari
mineral mineral hasil produk alterasi hidrotermal yang termuda hingga tertua yang dijumpai di
memiliki karakter reflektansi yang berbeda beda daerah penelitian antara lain :
(lihat pada lampiran gambar 2), dan akan 1. Satuan Breksi Gunung Api
menunjukkan warna tertentu melalui citra Tersusun atas Breksi gunung api, lava, tuf
komposit warna konstruktif RGB. Sehingga bersusunan bersifat andesit basal. Satuan ini
dengan menghubungkan keberadaan mineral merupakan produk dari hasil erupsi Gunung
alterasi di suatu wilayah dengan deteksi yang Kaba, Bukit Condong, Bukit Balai, Bukit Besar,
dapat dilakukan oleh citra Landsat 8 maka akan dan Gunung Dempo.
dapat ditentukan lokasi penyebaran mineral hasil
alterasi hidrotermal di suatu wilayah. Hal ini akan 2. Satuan Batuan Gunung Api Andesit – Basal
sangat membantu terutama untuk studi Tersusun atas Lava bersusunan Andesit –
pendahuluan dalam menentukan daerah yang Basal, Tuf, dan Breksi laharik dari Gunung
Lumut, Gunung Hulusulup, Bukit Daun, dan
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

Bukit Dingin. Satuan batuan ini memiliki Alterasi batuan adalah suatu proses dari
ketebalan sekitar 300 meter. reaksi fluida dengan batuan yang mengubah
mineralogi, kimiawi, dan tekstur batuan asal saat
3. Formasi Kasai
fluida hidrotermal menginfiltrasi massa batuan.
Tersusun atas Batupasir konglomeratan,
Pada proses alterasi, fluida hidrotermal
Batupasir, Batulempung tufan, dan Batuapung
mengambil kation dan anion dari batuan untuk
bersisipan lignit. Pada Batulempung tufan dapat
membentuk mineral sekunder yang lebih stabil
dijumpai kayu terkersikkan.
pada kondisi tersebut (Pirajno, 2009). Terdapat
4. Satuan Batuan Gunung Api Rio – Andesit beberapa faktor yang mempengaruhi proses
Lava bersusunan Riolit, Dasit, dan Andesit, alterasi antara lain: 1) Kondisi alami dari batuan
tuf hibrid, tuf padu, breksi gunung api, dan dinding, 2) Komposisi fluida dan 3) Konsentrasi,
batuapung. Satuan batuan ini memiliki ketebalan aktivitas, serta potensi kimiawi dari komponen
sekitar 350 meter. fluida. Kehadiran alterasi pada suatu sistem panas
bumi dapat terjadi dalam tiga bentuk (Browne,
5. Formasi Seblat 1998; Utami, 2015), yaitu pergantian mineral
Tersusun atas batupasir yang mengandung (replacement), pengendapan langsung (direct
kayu terkersikkan, batulempung, batupasir deposition), dan pencucian (leaching).
konglomeratan, batugamping, serpih, napal, serta Alterasi berupa pergantian mineral terjadi
batulempung tuffan dengan sisipan batupasir. saat mineral primer terubah menjadi mineral
6. Formasi Hulusimpang sekunder yang lebih stabil pada kondisi tertentu di
Tersusun atas Lava, Breksi gunung api, dan lingkungan sistem panas bumi. Untuk menjadikan
tuff dengan sifat Andesit - Basal. Batuan pada mineral tersebut lebih stabil, maka terjadi proses
formasi ini umum dijumpai mengalami alterasi pergantian mineral primer menjadi mineral
hidrotermal. Formasi ini memiliki ketebalan sekunder. Proses pergantian mineral sangat
sekitar 700 meter. dipengaruhi oleh sifat fisik batuan reservoar,
terutama permeabilitas, karena permeabilitas
2.3 Struktur Geologi Regional yang besar memberi kesempatan kepada fluida
hidrotermal untuk menghasilkan intensitas
Struktur regional dijumpai dalam bentuk alterasi yang makin kuat, dan sebaliknya
terminasi dari sesar dekstral besar Sumatra. (Nicholson, 1993). Alterasi berupa pengendapan
Beberapa sesar yang paling aktif dapat dibagi mineral sangat umum dijumpai daerah yang
menjadi tiga, yaitu sesar Ketahun, Sesar memiliki sistem panas bumi. Pengendapan
Daspetah, dan Sesar Musi Keruh. Beberapa mineral terjadi karena adanya jalur/ ruang berupa
kelurusan struktur juga dijumpai dengan orientasi kekar, sesar, ketidakselarasan, lubang, pori,
utama berarah Utara – Selatan dan Baratlaur – hingga rekahan yang dapat diisi oleh mineral
Tenggara (Gafoer dkk, 1992). Kehadiran aktivitas hidrotermal. Pengendapan terjadi saat ada fluida
panas bumi diperkirakan berhubungan dengan hidrotermal yang melaluinya yang membawa
kehadiran struktur geologi, yaitu sesar yang mineral mineral terlarut, lalu melalui penurunan
berarah Timurlaut – Baradaya, dan Baratlaut – suhu, solubilitas fluida turun dan mengendapkan
Tenggara (Natawidjaja dan Ruslan, 1994). mineral, seperti kuarsa atau kalsit (Nicholson,
1993). Pencucian merupakan proses pelarutan
3. Dasar Teori, Bahan dan Metode Penelitian batuan / mineral pada batuan oleh fluida
hidrotermal yang umumnya bersifat asam, seperti
3.1 Konsep Alterasi Hidrotermal H2S. Pada sistem panas bumi, terbentuknya fluida
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

asam yang mencuci tubuh batuan berasal dari dataran disekitar tubuh gunung api (William dan
proses kondensasi fase uap dari fluida hidrotermal McBirney, 1979 dalam Bronto, 2006).
(Nicholson, 1993), yang kemudian bercampur Dalam menentukan persebaran mineral
dengan air meteorik dan mengalami oksidasi sekunder hasil altersi hidrotermal, bahan yang
menghasilkan sulfat . Kenampakan yang umum digunakan adalah peta Geologi regional daerah
dijumpai pada batuan yang mengalami pencucian Bengkulu berskala 1 : 250.000, citra Landsat 8
adalah tubuh batuan yang terdapat rongga, OLI/ TIRS, serta publikasi terkait mengenai
terutama di bagian fenokris batuan yang hilang kondisi geologi dari daerah penelitian.
akibat proses pencucian. Dalam penelitian ini, software yang
digunakan dalam mengolah citra dan pembuatan
3.2 Mineral Produk Alterasi Hidrotermal
peta adalah ArcGIS 10.3 dan Environtmental for
Proses alterasi hidrotermal mengubah Visualizing Images 5.3 (ENVI 5.3). Melalui
mineral primer pada batuan menjadi mineral software tersebut, berbagai kombinasi saluran
sekunder yang lebih stabil pada kondisi tertentu RGB dibuat yang meliputi: 1) Citra komposit 432,
(Pirajno, 2009). Pada suatu lapangan panas bumi, 2) Citra komposit 567, 3) Citra komposit 4/2, 6/7
batuan dan mineral primer yang hadir umumnya dan 5, serta 4) Citra komposit 4/2, 6/7 dan 10.
berasal dari produk hasil erupsi gunung api yang Selain beberapa saluran tersebut, saluran 8
berumur Tersier – Kuarter (Wohletz dan Heiken, pankromatik juga digunakan untuk mendapatkan
1992). gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi
Terubahnya mineral mineral primer pada daerah penelitian melalui proses penajaman
proses alterasi hidrotermal terjadi ketika fluida dengan resolusi spasial 15 X 15 meter dan saluran
hidrotermal melakukan reaksi dengan batuan pankromatik tersebut.
pada kondisi pH dan suhu yang berbeda, sehingga Selain dari pengamatan warna objek pada
akan menghasilkan mineral yang berbeda beda. citra komposit yang menunjukkan keberadaan
Beberapa mineral primer yang umum dijumpai batuan teralterasi, metode lain yang digunakan
pada suatu daerah yang tersusun atas batuan adalah menggunakan density slicing. Density
vulkanik dan mineral alterasinya adalah (Lihat Slicing dilakukan terlebih dahulu dengan
pada Tabel 1.) gelas vulkanik, Ilmenit, Magnetit, melakukan koreksi nilai piksel dari saluran yang
Olivin, Piroksen, Amfibol, Plagioklas, K akan dirasiokan, sehingga rentang nilai pikselnya
Feldspar, dan Kuarsa, dengan mineral hasil menjadi 0 – 255. Selanjutnya, nilai Threshold
alterasi hidrotermal yang dapat dijumpai antara Value dari nilai masing masing rasio yang
lain Zeolit, Kristobalit, Kuarsa, Kalsit, Pirit, dihitung sehingga density slicing dapat dilakukan
Hematit, Khlorit, Epidot, Albit, Adularia, Illit, dengan menggunakan nilai dari rentang nilai
Sphene, dan lain lain (Wohletz dan Heiken, 1992; piksel TH - 255 dari masing masing rasio tersebut
Lagat, 2009). (Zhifang dkk, 2008).
Daerah penelitian yang terletak pada bentang
alam vulkanik menyebabkan penamaan zona zona Threshold Values = Mean + n. St Deviasi
pada publikasi ini menggunakan istilah fasies *n = 1 (confidence level : 92%
vulkanik, yaitu Central Zone, Proximal Zona, dan 2 (confidence level : 95%)
Distal Zone. Dimana central zone dapat 3 (confidence level : 98%)
disamakan dengan daerah puncak gunung api,
proximal zone dapat disamakan dengan lereng Luaran akhir dari penelitian yang
dari tubuh gunung api, dan distal zone yang dapat dilakukan akan ditampilkan dalam bentuk peta
disamalan dengan daerah berlereng landai dan
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

Citra komposit warna RGB dan peta persebaran tumbuh dengan baik pada bagian proksimal dari
dari beberapa mineral alterasi. tubuh gunung api, sedangkan pada bagian distal
warna merah yang mulai berkurang kontrasnya,
4. Hasil Dan Pembahasan yang menandakan bahwa aktivitas manusia telah
banyak dijumpai.
5.1 Interpretasi Kondisi Geologi,
Geomorfologi, serta Penutup Lahan Pada citra komposit RGB 10117,duan
saluran inframerah yaitu saluran 10 dan 11
Pada citra komposit 432, band 4 (0.636 –
digunakan dalam citra komposit. Saluran 10
0.673 μm) diposisikan dalam saluran merah, band
(10.60 – 11.19 μm) diposisikan dalam saluran
3 (0.533 – 0.590 μm) diposisikan dalam saluran
merah, saluran 11 (11.50 – 12.51 μm) diposisikan
biru dan band 2 (0.452 – 0.512 μm) diposisikan
dalam saluran biru dan saluran 7 (2.107 – 2.294
dalam saluran biru. Kombinasi dari ketiga band
μm) diposisikan dalam saluran biru. Citra
tersebut mampu menampilkan kondisi geologi
komposit RGB 10117 mampu memberikan
dan geomorfologi secara regional dari daerah
informasi mengenai kandungan silika pada
penelitian, dimana daerah penelitian terletak pada
batuan didaerah penelitian secara regional, karena
bentang alam vulkanik. Beberapa kenampakan
karakter reflektansinya yang kuat pada panjang
fitur geologi juga dapat diamati pada citra
gelombang 8.50 – 9.30 dan 10.30 – 11.70 (Pour
komposit RGB 432 berupa terdapatnya beberapa
dan Hashim, 2014). Secara umum, batuan di
macam batuan, dimana batuan kristalin ditandai
daerah penelitian memiliki kandungan silika yang
dengan teksturnya yang kasar, sedangkan batuan
rendah (batuan basa), yang ditandai dengan warna
yang non kristallin/ sedimen dijumpai memiliki
batuan yang cenderung memberikan warna
tekstur yang lebih halus.
kuning kebiru-biruan. Pada citra komposit 10117,
Pada citra komposit RGB 567, band 5 (0.851 terdapat gangguan dari keberadaan awan yang
– 0.879 μm) diposisikan dalam saluran merah, mengurangi akurasi interpretasi dari analisis yang
band 6 (1.566 – 1.651 μm) diposisikan dalam dilakukan.
warna hijau dan band 7 (2.107 – 2.294 μm)
diposisikan dalam saluran biru. Kombinasi dari 5.2 Kondisi Alterasi Hidrotermal
ketiga band tersebut mampu memberikan
Kehadiran alterasi hidrotermal dapat
informasi mengenai kondisi geologi yang lebih diketahui dengan mengambil beberapa kombinasi
baik dibandingkan citra komposit warna natural saluran yang memiliki nilai reflektansi tinggi
432. Tekstur dari batuan di daerah penelitian terhadap mineral mineral alterasi hidrotermal.
dapat diamati bahwa terdapat batuan dengan Saluran 4 (0.636 – 0.673 μm), saluran 2 (0.452 –
tekstur yang lebih kasar dan lebih halus, tekstur 0.512 μm), saluran 5 (0.851 – 0.879 μm), saluran
batuan yang lebih kasar dijumpai disekitar tubuh 6 (1.566 – 1.651 μm), saluran 7 (2.107 – 2.294
gunung api, sedangkan pada daerah dengan μm), dan saluran 10 (10.60 – 11.19 μm)
elevasi yang lebih rendah dijumpai batuan dengan digunakan dalam menentukan persebaran mineral
tekstur yang lebih halus. Beberapa kelurusan juga alterasi hidrotermal (Pour dan Hashim, 2014).
terdeteksi memiliki orientasi arah Baratlaut – Pada beberapa saluran, dilakukan metode rasio
Tenggara dan Timurlaut – Baratdaya, dan yaitu metode membagi nilai panjang gelombang
diinterpretasikan berperan dalam memberikan suatu saluran dengan saluran yang lain untuk
memperjelas kenampakan suatu objek di
permeabilitas kepada fluida hidrotermal. Selain
permukaan bumi yang sulit atau tidak dapat
itu, kondisi vegetasi juga dapat diperkirakan dari
dilihat oleh saluran tunggal (Pour dan Hashim,
kombinasi band ini, dimana vegetasi hadir dalam
2014). Rasio dilakukan pada beberapa saluran,
warna merah kecoklatan. Terlihat bahwa vegetasi
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

yaitu pada saluran 4 dirasiokan dengan saluran 2, Mineral alterasi Ferrugination terekam
dan saluran 6 dirasiokan dengan saluran 7 untuk melalui metode density slicing pada rasio saluran
mendapatkan nilai pantulan yang semakin baik 4/2 dengan rentang nilai piksel 200,80 – 255.
dari mineral alterasi hidrotermal di permukaan. Penyebaran mineral kelompok Ferrugination
Pada kombinasi saluran 4/2, 6/7 dan 10, terekam pada daerah Rejang Lebong di bagian
keberadaan mineral hasil alterasi hidrotermal Timurlaut dan Baratlaut, yaitu pada wilayah
terekam sebagai warna kuning dan merah muda, Padang Ulak Tanding dan sekitarnya serta pada
selain itu sistem drainase dan pemukiman lereng disekitar wilayah Bukit Daun. Persebaran
terekam sebagai warna ungu. Vegetasi terekam mineral kelompok Ferrugination umum dijumpai
dalam warna hijau dan biru. Pada kombinasi berada pada daerah distal dari gunung api berupa
saluran 4/2, 6/7, dan 5, keberadaan mineral hasil rendahan, dan dengan persebaran yang tidak luas.
alterasi hidrotermal terekam sebagai warna Terdapat gangguan pembacaan saat
kuning, selain itu, sistem drainase dan pemukima mengidentifikasi keberadaan mineral kelompok
terekam sebagai warna merah. Vegetasi terekam ferrugination yaitu keberadaan awan tebal yang
sebagai warna biru kehijauan hingga hijau. juga terbaca sebagai mineral.

- Mineral Ferromagnesian
5.3 Persebaran Mineral Alterasi
5.3.1 Metode Citra Komposit Mineral alterasi kelompok
Ferromagnesian terekam melalui metode density
Melalui Citra komposit 4/2, 6/7, 5, dan 10 slicing pada rasio saluran 5/6 dengan rentang nilai
dapat diketahui penyebaran mineral alterasi piksel 195,43 – 255. Penyebaran mineral
hidrotermal. Mineral alterasi hidrotermal dikenali kelompok Ferromagnesian terekam pada wilayah
dari kenampakan warna kuning – oranye pada yang luas pada Kabupaten Rejang Lebong dan
citra komposit RGB 4/2, 6/7 dan 5, serta berwarna Kepahiang, yaitu terkonsentrasi pada wilayah
merah muda pada citra komposit RGB 4/2, 6/7, tubuh gunung api disekitar zona proksimal dan
dan 10 (Pour dan Hashim, 2014). Persebaran distalnya. Namun melalui metode ini, tidak dapat
mineral alterasi hidrotermal dideteksi berada pada membedakan mineral ferromagnesian primer dan
zona proksimal hingga distal dari semua gunung sekunder hasil alterasi.
api yang hadir didaerah penelitian, yaitu bukit
Daun, Gunung Kaba, Bukit Kumayan, Bukit - Mineral Lempung dan Karbonat
Lalang, Bukit Mucung, dan Bukit Kelang.
Mineral alterasi kelompok lempung dan
5.3.2 Metode Density Slicing karbonat terpetakan melalui metode density
Metode density slicing mengambil slicing pada rasio saluran 6/7 dengan rentang nilai
sejumlah nilai piksel yang menunjukkan piksel 208,45 – 255. Penyebaran mineral
keberadaan mineral di permukaan bumi kelompok mineral lempung dan karbonat terekam
berdasarkan pantulannya. Dalam penelitian ini pada daerah zona distal dari gunung api secara
digunakan citra rasio 4/2, 6/7, dan 5/6 yang luas, terutama di bagian Padang Ulak Tanding
masing masing menunjukkan keberadan mineral dan sekitarnya, di arah Baratlaut dari Tabarenah
oksida dan hidroksida dari besi, mineral lempung
dan mineral karbonat, serta mineral serta disekitar wilayah dari Bukit Kumayan.
ferromagnesian (Pour dan Hashim, 2014; Jugder
dan Jalbaa, 2015) .
5. Kesimpulan Dan Saran
- Mineral Ferrugination (Iron Oxides Citra Landsat 8 OLI/ TIRS terbukti mampu
dan hydroxides) memetakan kondisi alterasi hidrotermal secara
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

regional, yang dilakukan melalui pemrosesan Daftar Pustaka


beberapa saluran (band) yang memiliki rentang
nilai piksel yang sesuai dengan karakter pantulan Abubakar, A. J., Hashim, M., Pour, A. B., _,
mineral hasil alterasi hidrotermal di daerah Using Landsat 8 (OLI) Remote Sensing
penelitian, yang hadir dalam warna kuning – Data To Map Lithology And Mineralogy
oranye pada citra komposit 4.2, 6/7, 5, dan 10, For Geothermal Resource Exploration,
serta melalui density slicing . Namun, Malaysia, Universiti Teknologi Malaysia
kemampuan Citra Landsat 8 OLI/ TIRS dalam
Browne, P. R. L., 1970, Hydrothermal Minerals
melakukan pemetaan masih cukup terbatas, hal
as an Aid in Investigating Geothermal
ini dilihat dari beberapa masalah pembacaan yang
Field. Journal of Geothermics, 2 (1), pp
ditemui pada daerah yang berawan, dimana warna 564 – 570.
citra komposit sedikit terganggu, atau terbacanya
awan sebagai mineral ferrugination saat Browne, P. R. L., 1998, Hydrothermal Alteration,
melakukan densitiy slicing pada rasio saluran 4/2. Geothermal Institute, The University of
Selain masalah pembacaan, tidak semua daerah Auckland.
yang memiliki alterasi batuan ikut terbaca, hal ini Bronto, S., 2006, Fasies Gunung Api dan
karena banyaknya vegetasi yang menutupi daerah Aplikasinya, Jurnal Geologi Indonesia,
penelitian, sehingaga hanya sebagian saja yang Vol 1(2), pp 59 - 71
terbaca.
Buttler, K., 2013, Band Combinations for Landsat
Dalam penggunaan kedepannya, pemetaan
8,[ONLINE]. https://blogs.esri.com/esri/
awal/ Reconaissance untuk mengetahui
arcgis/2013/07/24/ band - combinations -
persebaran mineral alterasi hidrotermal dapat
for - landsat- 8 (Diakses 18 Juli 2017).
dilakukan menggunakan citra Landsat 8 OLI/
TIRS, dalam keperluan eksplorasi potensi panas Gafoer, S, Amin, T C & Pardede, R 1992,
bumi, eksplorasi mineral, ataupun yang lainnya. Geological Map of The Bengkulu
Namun perlu dipertimbangkan bahwa faktor Quadrangle, Sumatra, Geological
awan dan vegetasi adalah hal yang perlu research and Development Centre
diperhatikan dalam pemilihan citra yang akan Goetz, A. F. H., Rock, B. N., Rowan, L. C., 1983,
digunakan, serta pemilihan daerah menarik pada Remote Sensing for Exploration: An
lokasi penelitian. Overview, Bulletin, Society of Economic
Geologist
Ucapan Terima Kasih
.Henley, R.W. Ellis A. J., 1983, Geothermal
Dalam menyelesaikan karya tulis ini,
Systems Ancient and Modern: A
penulis mengucapkan terima kasih kepada Tri Geochemical Review, Earth Science
Intan Putri Kinanti, Yurike Anggraini dan Reviews Journal, (19), Elsevier
Mahendra Prasetyo yang telah membantu penulis Publishing Companies, Amsterdam, p. 1
dalam melihat dan membuktikan kondisi alterasi – 50
hidrotermal dilapangan secara langsung di
Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Hunt, G.R., Ashley R. P., 1979, Spectra of
Altered Rocks in the Visible and Near
Kepahiang.
Infrared, Journal of Economic geology,
pp 1613 – 1629
Judger, M., Jalbaa, U., 2015, Landsat 8 data
interpretation of the Khunguit area,
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

Ulanbataar, Mongolian University of Journal Taibah University of Science, 9,


Science and Technology pp 155 - 166
Lagat, J., 2009, Hydrothermal Alteration Sabins, F. F., 1999, Remote sensing for mineral
Mineralogy In Geothermal Fields With exploration, ore geology reviews, 14, pp
Case Examples From Olkaria Domes 157 - 183
Geothermal Field, Kenya, Exploration
United States Geological Survey, 2016, Landsat 8
for Geothermal Resources short course,
(L8) Data Users Handbook, United States
Kenya.
of America, 106 p.
Natawidjaja, D. H. dan Ruslan, M., 1994, Kondisi
Utami, P., Widarto, D. S., Atmojo, J. P., Kamah,
Tektonik Serta Hubungannya Dengan
Y., Browne P. R. L., Warmada, I. W.,
Kegempaan Dan Aktivitas Gunung Api
2015, Hydrothermal Alteration and
Di Daerah Rejang Lebong, Bengkulu, Evolution of Lahendong Geothermal
prosiding hasil penelitian Puslitbang System, North Sulawesi, Proceeding of
Geologi, LIPI World Geothermal Congress
Nicholson, K. 1993, Geothermal Fluids: Wohletz, K., Heiken, G., 1992, Volcanology and
Chemistry and Exploration Techniques, Geothermal Energy (Los Alamos Series
United States of America , Springer in Basic and Applied Sciences),
publisher, 1st ed. 242 h. University of California Press, 450h.
Pirajno, F., 2009, Hydrothermal Processes and Zhifang, Z., Yujun Z., Qiuming C., Jianping C.,
Mineral Systems, United States of 2008, Extraction of Mineral Alteration
America, Springer Publisher. 1273h Zone from ETM+ Data in Northwestern
Yunnan, China, Journal of China
Pour, A. B., Hashim M., 2014, Hydrothermal University of Geosciences, 19 (4),
alteration mapping from Landsat-8 data, pp 416 – 420.
Sar Cheshmeh copper mining district,
south-eastern Islamic Republic of Iran,
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

GAMBAR.

Gambar 1. Peta geologi daerah penelitian (Gafoer dkk, 1992)

Gambar 2. Reflektansi dari Mineral alterasi hidrotermal (Clark dkk, 1993 dalam Pour dan Hashim, 2014). Mineral
alterasi hidrotermal akan memiliki karakter reflektansi yang khas pada panjang gelombang tertentu, sehingga dengan
mencocokkannya dengan panjang gelombang pada salah satu/ lebih saluran (band), dapat diperoleh tampilah yang
jelas dari mineral alterasi hidrotermal tersebut di permukaan bumi.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 3. Peta Relief Daerah Penelitian. Kenampakan dari DEM SRTM ini dapat memberikan gambaran mengenai
Relief sekaligus membedakan zona sentral, proksimal, dan distal dari suatu gunung api, serta penutup lahan di daerah
penelitian dalam kenampakan yang sebenarnya.

Gambar 4. Citra komposit RGB 432. Kenampakan dari citra komposit ini dapat memberikan gambaran mengenai
kondisi geologi, geomorfologi, serta penutup lahan di daerah penelitian dalam kenampakan yang sebenarnya.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 5. Citra komposit RGB 567. Kenampakan dari citra komposit ini dapat memberikan informasi mengenai
kondisi geologi yang lebih detail daripada citra warna natural, dimana beberapa kelurusan geologi terdeteksi memiliki
orientasi utama Baratlaut – Tenggara dan Timurlaut – Baratdaya. Selain itu kenampakan drainase terlihat jelas
ditunjukkan warna biru, serta kerapatan tumbuhan dapat diamati dengan baik karena memberikan intensitas warna
yang berbeda dari oranye hingga coklat tua.

Gambar 6. Citra Komposit RGB 10117. Kenampakan dari citra komposit ini dapat memberikan informasi mengenai
kondisi kandungan silika pada batuan atau keberadaan mineral silika yang hadir di daerah penelitian. Kenampakan
citra dengan warna kuning kebiru biruan (tidak memperhitungkan awan) memberikan indikasi sifat batuan didaerah
penelitian yang memiliki sedikit kandungan silika.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 7. Citra Komposit RGB band rasio 4/2, 6/7, dan 5. Kenampakan citra ini memberikan informasi utama
mengenai keberadaan mineral alterasi hidrotermal yang terdeteksi pada warna kuning. Keberadaan mineral alterasi
hidrotermal ini tersebar dibeberapa tempat pada daerah penelitian, pada zona proksimal dan distal dari gunung api
yang ada didaerah penelitian.

Gambar 8. Citra Komposit RGB band rasio 4/2, 6/7, dan 10. Kenampakan citra ini memberikan informasi utama
mengenai keberadaan mineral alterasi hidrotermal yang terdeteksi pada warna merah muda - oranye. Sama seperti
sebelumnya, keberadaan mineral alterasi hidrotermal ini tersebar dibeberapa tempat pada daerah penelitian, pada zona
proksimal dan distal dari gunung api yang ada didaerah penelitian.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 9. Hasil density slicing dari rasio band 4/2. Rasio 4/2 memberikan informasi mengenai persebaran oksida
besi terutama dari dari golongan mineral Ferrugination (limonit) di daerah penelitian. Tampak bahwa persebaran
mineral tersebut hanya dijumpai pada lokasi di daerah drainase dengan jumlah yang sedikit. Terdapat gangguan berupa
pembacaan yang juga merekam awan sebagai mineral alterasi hidrotermal.

Gambar 10. Hasil density slicing dari rasio band 5/6. Rasio dari saluran 5 dan 6 memberikan informasi mengenai
persebaran mineral mineral yang kaya akan besi. Namun kelemahan dari metode ini adalah tidak bisa membedakan
mineral primer dengan mineral sekunder hasil proses alterasi hidrotermal.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 11. Hasil density slicing dari rasio band 6/7. Rasio dari saluran 6 dan 7 memberikan informasi mengenai
persebaran mineral mineral lempung hidroksida dan mineral karbonat yang hadir di daerah penelitian. Mineral
lempung dan karbonat terlihat tersebar luas pada daerah distal dari gunung api di daerah penelitian.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

TABEL.

Tabel 1. Mineral Primer dan Mineral Sekunder hasil alterasi Hidrotermalnya (Wohletz dan Heiken, 1992; Lagat, 2009)

Mineral Primer Mineral Sekunder Hasil Alterasi

Gelas vulkanik Zeolit, Kristobalit, Kuarsa, Kalsit, dan Mineral


Lempung (Contoh: Montmorilonit)

Ilmenit dan Magnetit Pirit, Leucoxene, Sphene, Pyrrhotite, dan Hematit

Olivin Khlorit, Aktinolit, Hematit, dan Mineral Lempung

Piroksen dan Amfibol Khlorit, Illit, Kuarsa, Pirit, dan Kalsit

Ca - Plagioklas Kalsit, Albit, Adularia, Kuarsa, Illit, Epidot, dan


Sphene

Sanidine, Ortoklas, dan Mikroklin Adularia

Kuarsa Umumnya tidak mengalami alterasi

Tabel 2. Karakteristik Band Pada Landsat 8 OLI/TIRS (United States Geological Survey)

Band Panjang Gelombang (μm) Resolusi (m) Keterangan


Band 1 0.435 – 0.451 30 x 30 Coastal / Aerosol
Band 2 0.452 – 0.512 30 x 30 Blue

Band 3 0.533 – 0.590 30 x 30 Green

Band 4 0.636 – 0.673 30 x 30 Red


Band 5 0.851 – 0.879 30 x 30 NIR

Band 6 1.566 – 1.651 30 x 30 SWIR - 1

Band 7 2.107 – 2.294 30 x 30 SWIR - 2


Band 8 0.503 – 0.676 15 x 15 Pan

Band 9 1.363 – 1.384 30 x 30 Cirrus


Band 10 10.60 – 11.19 100 x 100 TIR – 1
Band 11 11.50 – 12.51 100 x 100 TIR – 2
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
11 – 12 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
Tabel 3. Data Statistik untuk density slicing

Band Min Max Mean SD TH Value Confidence Level

Band 4/2 0 255 63,0456 68,8744 200,7944 95%

Band 5/6 0 255 107,1823 88,24324 195,4255 92%

Band 6/7 0 255 113,8233 94,62724 208,4505 92%

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai