Anda di halaman 1dari 9

KARAKTERISTIK ALTERASI BAWAH PERMUKAAN SUMUR RA

WILAYAH KERJA PANASBUMI WAYANG WINDU,


PANGALENGAN, JAWAB BARAT

Regista Arrizki1*, Ildrem Syafri2, Aton Patonah3, Ali Auza4


1, 2, 3
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor
4
PT. Star Energy Geothermal Indonesia

*Korespondensi: regista_arrizki@yahoo.com

ABSTRAK
Sumur RA merupakan salah satu sumur produksi milik PT. Star Energy Geothermal Indonesia yang
terletak di Wilayah Kerja Panasbumi (WKP) Wayang – Windu, Pangalengan, Jawa Barat. Penelitian ini
difokuskan pada studi alterasi dari sumur penelitian dengan menerapkan metode analisis petrologi yang
akan memberikan hasil berupa zona mineral alterasi meliputi litologi, jenis mineral alterasi, tipe alterasi,
temperatur dan fluida pembentukan mineral alterasi, dan korelasi temperatur antara geotermometer
mineral alterasi dengan temperatur terukur sumur RA. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi
conto serbuk bor (cutting), data XRD, dan data temperatur terukur. Zona mineral alterasi pada sumur
RA dari kedalaman dangkal hingga lebih dalam terdiri dari zona smektit-illit-kaolinit dan zona klorit-
smektit. Zona smektit-ilit-kaolinit berada pada kedalaman 57-843 MD pada litologi lava andesit, tuf
kristal, tuf litik, dan andesit. Zona smektit-illit-kaolinit bertindak sebagai zona penudung, termasuk ke
dalam tipe alterasi argilik, pH fluida asam mendekati netral, kisaran temperatur berdasarkan
geotermometer mineral 100°-<200°C dan 33°-167°C menurut temperatur terukur sumur. Zona klorit-
smektit berada pada kedalaman 843-1150 MD pada litologi andesit, bertindak sebagai zona transisi
karena keterdapatan klorit bersamaan dengan smektit, memiliki tipe alterasi sub-propilitik, pH fluida
netral, kisaran temperatur berdasarkan geotermometer mineral >200°C dan 167°-250°C menurut
temperatur terukur sumur.

Kata kunci: Zona alterasi mineral, litologi, mineral alterasi, tipe alterasi, temperature, fluida

ABSTRACT
RA well is one of the production wells owned by PT. Star Energy Geothermal Indonesia located on
geothermal working areas (WKP) Wayang – Windu, Pangalengan, West Java. This study focused on
alteration of the research well with applies petrology analysis method which will give result alteration
mineral zone involve lithology, alteration mineral, alteration type, temperature and fluid formation of
alteration mineral, and correlation of temperature by geothermometer mineral with measured
temperature of RA well. The data used include cutting samples, XRD data, and measured temperature.
The alteration mineral zone in RA well from shallow depth to deeper are smectite-illite-kaolinite zone
and chlorite-smectite zone. Smectite-illite-kaolinite zone lies at 57-843 MD on andesitic lava, crystal
tuff, lithic tuff, and andesite. Smectite-illite-kaolinite zones act as caprock, with argilic alteration, acidic
near neutral pH fluids, the range of temperature by geotermometer mineral 100°-<200°C and 33°-
167°C by measured well temperature. Chlorite-smectite zone lies at 843-1150 MD on andesite, act as
transition zone, sub-propilitic alteration type, neutral pH fluids, the range of temperature by
geotermometer mineral >200°C and 167°-250°C by measured well temperature.

Keywords : Alteration mineral zones, lithology, alteration minerals, alteration types, temperature,
fluid.

132
Karakteristik Alterasi Bawah Permukaan Sumur RA Wilayah Kerja Panasbumi Wayang Windu, Pangalengan, Jawab Barat
(Regista Arrizki)

1. PENDAHULUAN Lapangan panasbumi Wayang-Windu


diintepretasikan sebagai sistem transisi antara
Kebutuhan Indonesia akan energi listrik akan
vapor-dominated dan liquid-dominated dengan
terus meningkat, namun sebaliknya persediaan
empat pusat fluida yang secara umum semakin
sumber daya energi konvensional yang tidak
muda dan semakin liquid-dominated ke arah
terbarukan seperti minyak dan gas bumi terus
selatan (Bogie et al., 2008). Lapangan ini
berkurang. Oleh karena itu, Indonesia
merupakan produsen panas bumi yang telah
membutuhkan sumber energi yang terbarukan,
menyumbangkan energi panas bumi sebesar 227
melimpah, dan ramah lingkungan, salah satunya
MW dengan unit satu menghasilkan 110 MW
adalah energi panasbumi.
dan unit dua menghasilkan 117 MW. Kedua unit
Indonesia merupakan negara kepulauan yang
pembangkit tersebut didukung dengan sejumlah
secara geografis terletak pada jalur “Ring of
sumur produksi (Star Energy Geothermal, 2012).
Fire” akibat banyaknya aktivitas vulkanisme
Lokasi penelitian ini berada di Lapangan
sehingga dapat disimpulkan bahwa potensi
Panasbumi Wayang-Windu yang dikhususkan
panas bumi di Indonesia sangat besar.
pada hasil pengeboran salah satu sumur produksi
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan guna
yaitu sumur RA terletak pada koordinat
pengembangan daerah prospek panasbumi di
789994.09 mE dan 9201437.34 mN dengan
Indonesia dengan cara mengkaji salah satu
elevasi 1.729,47 m dan kedalaman sumur
manifestasi yang ada di daerah penelitian yaitu
mencapai 2399 MD (meter depth) (Gambar 1).
alterasi hidrotermal.

Lokasi Penelitian Lokasi Sumur Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada studi alterasi 2. TINJAUAN PUSTAKA


dengan metode analisis petrologi yang akan
1.1. Fisiografi Regional Daerah Penelitian
memberikan hasil berupa (1) Jenis litologi, jenis
Lokasi penelitian terletak pada zona Bandung
mineral alterasi, zona mineral alterasi, dan tipe
yang merupakan suatu depresi diantara gunung-
alterasi; (2) Temperatur dan fluida pembentukan
gunung dan sebagian besar terisi oleh endapan
mineral alterasi; dan (3) Korelasi temperatur
vulkanik muda produk dari gunungapi
antara geotermometer mineral alterasi dengan
disekitarnya (van Bemmelen, 1949).
temperatur terukur sumur RA. Penelitian ini
dilakukan berdasarkan analisis petrologi secara 1.2. Geologi Regional Daerah Penelitian
megaskopis, analisis mikroskopis (petrografi), Lapangan Panas Bumi Wayang Windu terletak
dan analisis data hasil XRD (X-Ray Diffraction) di bagian selatan lereng Gn. Malabar (gunungapi
dan temperatur terukur sumur (landaian suhu). strato besar berkomposisi andesitik) dan pada

133
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.01, No. 02, Oktober 2017: 132-140

rangkaian gunungapi kecil yang membentang ke merupakan sistem yang paling banyak
arah selatan, termasuk Gn. Bedil, Gn. Wayang, dimanfaatkan karena pada sistem tersebut pori-
dan Gn. Windu (Bogie and Mackenzie, 1998). pori batuan mengandung air atau uap atau
Daerah penelitian termasuk kedalam Peta keduanya dan reservoir umumnya terletak tidak
Geologi Regional Lembar Garut 1208-6 dan terlalu dalam sehingga masih ekonomis untuk
Pamengpeuk 1208-3 dengan empat satuan diusahakan. Sistem hidrotermal dibedakan
batuan (Alzwar dkk., 1992) yang terdiri dari: menjadi sistem
1. Satuan Andesit Waringin-Bedil, Malabar Tua, satu fasa dan sistem dua fasa.
beranggontakan perselingan lava, breksi dan tuf,
bersusunan andesit piroksen dan hornblenda. Tabel 1. Mineralogi alterasi di dalam sistem
2. Satuan Endapan Rempah Lepas Gunungapi hidrotermal berdasarkan pH dan temperatur
Tua Tak-Teruraikan, beranggotakan tuf hablur (modifikasi dari Corbett dan Leach, 1998)
halus-kasar dasitan, breksi tufan mengandung
batuapung dan endapan lahar tua bersifat
andesit-basalan.
3. Satuan Batuan Gunungapi Malabar-Tilu,
beranggotakan tuf, breksi lahar mengandung
sedikit batuapung dan lava.
4. Satuan Batuan Gunungapi Muda,
beranggotakan eflata dan aliran lava bersusunan
andesit-basalan, sumber Gunung Wayang dan
Gunung Windu.
1.3. Definisi dan Konsep Dasar
Panasbumi
Menurut Pasal 1 UU No. 27 Tahun 2003, panas
bumi adalah sumber energi panas yang
terkandung di dalam air panas, uap air, dan
batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya
yang secara genetik semuanya tidak dapat
dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan
untuk pemanfaatannya diperlukan proses
penambangan.
Suatu sistem panas bumi yang ideal terdiri dari
beberapa unsur yakni sumber panas, fluida,
lapisan batuan permeabel, dan lapisan batuan
impermeabel. Perpidahan panas dapat terjadi 1.4. Alterasi Batuan dan Mineral Alterasi
secara konduksi yakni saat sumber panas atau Batuan reservoir dan fluida panas pada sistem
heat source memanaskan batuan permeabel dan panas bumi berinteraksi dan bereaksi satu sama
secara konveksi yakni saat sumber panas lain, sehingga menghasilkan perubahan
tersebut memanaskan fluida yang berada dalam komposisi mineralogi dan komposisi kimia
batuan permeabel sehingga menghasilkan aliran batuan dan fluida dan menghasilkan sekumpulan
konveksi dari fluida yang kemudian tertahan mineral sekunder yaitu mineral alterasi
oleh lapisan batuan impermeabel yang kemudian hidrotermal (Freestone dan Browne, 1994;
keluar melalui rekahan-rekahan dalam batuan Browne 1997). Faktor-faktor yang
dan membentuk manifestasi-manifestasi panas mempengaruhi terbentuknya mineral alterasi
bumi di permukaan. adalah temperatur, tekanan, jenis batuan induk,
Sistem panas bumi dikategorikan menjadi 3 permeabilitas reservoir, komposisi kimia fluida,
(tiga) jenis sistem (Hochstein & Browne, 2000), dan durasi (Browne, 1984). Mineral-mineral
yaitu sistem hidrotermal, sistem vulkanik, dan alterasi hidrotermal dapat memberi petunjuk
sistem vulkanik-hidrotermal. Sistem hidrotermal mengenai temperatur bawah permukaan saat

134
Karakteristik Alterasi Bawah Permukaan Sumur RA Wilayah Kerja Panasbumi Wayang Windu, Pangalengan, Jawab Barat
(Regista Arrizki)

mineral tersebut terbentuk. Beberapa mineral pemahaman lebih, sehingga dapat dilakukan
hasil alterasi hidrotermal yang sering kali interpretasi secara kualitatif terhadap data
digunakan dalam eksplorasi dan eksploitasi penelitian.
lapangan panas bumi adalah illit, smektit, klorit, XRD Ditujukan untuk mengidentifikasi mineral
mixed-layer clay, dan epidot. primer maupun mineral alterasi khususnya
Tipe alterasi berdasarkan mineral-mineral mineral lempung.
ubahannya dibagi menjadi 5 (lima) tipe alterasi Hasil analisis yang dilakukan dengan metode
yaitu advanced argilic temperatur rendah, penelitian diatas diperoleh karakterisasi alterasi
advanced argilic temperatur tinggi, filik, yaitu tipe alterasi dan zona mineral alterasi,
propilitik, dan potasik (Tabel 1). paleotemperatur mineral alterasi, dan
korelasinya dengan temperatur berdasarkan data
3. METODE landaian suhu, dan lingkungan pH dari fluida
hidrotermal sumur RA.
Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah
sampel serbuk bor (cutting) hasil pemboran
sumur RA, data hasil analisis XRD, dan data 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengukuran tekanan dan temperatur sumur 1.1. Zona Mineral Alterasi
(landaian suhu). Berdasarkan hasil pengamatan megaskopis dari
Metode penelitian yang digunakan dalam sampel cutting, analisis petrografi sebanyak 14
penelitian ini adalah metode pengamatan coring, sayatan sampel, dan hasil analisis XRD (X-Ray
petrografi dan XRD. Setelah dilakukan deskripsi Diffraction) sebanyak 7 sampel dari sumur RA
cutting dilanjutkan dengan tahap analisis diperoleh 2 (dua) zona mineral alterasi yaitu:
petrogarfi mengenai tekstur, strukutr dan
komposisi mineral yang akan memberikan

Tabel 2. Data sekunder hasil analisis XRD pada beberapa conto serbuk bor di beberapa
kedalaman pada sumur RA

Zona
Smektit-
Illit-
Kaolinit

Zona
Klorit-
Smektit

135
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.01, No. 02, Oktober 2017: 132-140

1. Zona Clay (Smektit-Illit-Kaolinit) bumi di sumur RA karena kaya akan mineral


Zona ini terletak pada pada kedalaman 57-843 lempung.
MD pada litologi lava andesit, tuf kristal, tuf Salah satu conto serbuk bor yang diamati untuk
litik, dan andesit dengan intensitas alterasi mewakili zona smektit-illit-kaolinit adalah lava
menjadi mineral lempung bisa mencapai sekitar andesit pada kedalaman 126-129 MD dengan
60%. Mineral yang terdapat pada zona smektit- karakteristik megaskopis umumnya memiliki
ilite-kaolinit adalah dominasi smektit, warna abu-abu terang-gelap dan abu-abu
plagioklas, magnetit, kuarsa, dan kaolinit, kehijauan, didominasi fragmen lava andesit, dan
kemudian mineral lainnya adalah karbonat, ilit, bertekstur porfiritik-afanitik (Gambar 3a).
kalsit, dolomit, K-feldspar, magnesio Hasil analisis mikroskopis diperoleh komposisi
hornblende, dan hematit (Tabel 2). Berdasarkan mineralogi yang terdiri dari mineral primer yaitu
kehadiran dominasi smektit, illite, dan kaolinit plagioklas 30%, amfibol 7%, piroksen 10%,
disertai dengan keterdapatan kuarsa sekunder, kuarsa 3%, mineral opak 3%, dan massadasar
kalsit, dan dolomit zona ini memiliki tipe berupa mikrolit plagioklas 15% dan gelas
alterasi argilik (Corbett and Leach, 1998). Zona vulkanik 15%. Intensitas alterasinya fresh
smektit-illite-kaolinit dapat bertindak sebagai hingga teralterasi lemah menjadi mineral
zona penudung (caprock) pada sistem panas sekunder yaitu adalah karbonat 3%, oksida 2%,
dan mineral lempung 12% (Gambar 3b).

A B C D E F G H I J K L M N O

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

XPL 0,25 mm

Gambar 3. Lava andesit; (a) kenampakan megaskopis dan (b) kenampakan mikroskopis; massadasar
fragmen batuan terubah menjadi mineral lempung, plagioklas terubah menjadi karbonat/Cb (I6)

136
Karakteristik Alterasi Bawah Permukaan Sumur RA Wilayah Kerja Panasbumi Wayang Windu, Pangalengan, Jawab
Barat
(Regista Arrizki)

Conto serbuk bor lainnya yang mewakili teralterasi sempurna menjadi mineral
zona ini adalah tuf litik pada kedalaman sekunder yaitu klorit
699-702 MD dengan karakteristik 8%, karbonat 25%, kuarsa sekunder 7%,
megaskopis umumnya memiliki warna abu- oksida 5%, dan mineral lempung 30%
abu kehijauan dan didominasi oleh fragmen (Gambar 4b).
litik (Gambar 4a). Kisaran temperatur pada zona ini
Hasil analisis mikroskopis diperoleh berdasarkan geotermometer mineral alterasi
komposisi mineralogi yang terdiri dari smektit, kaolinit, dan kuarsa adalah 100°C
mineral primer yaitu plagioklas 8%, – <200°C (Reyes, 1990). Zona ini
amfibol 2%, piroksen 5%, mineral opak diperkirakan terbentuk pada lingkungan
5%, dan matriks berupa gelas vulkanik 5%. berfluida asam mendekati netral
Intensitas alterasinya sangat kuat hingga

A B C D E F G H I J K L M N O

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

XPL 0,25 mm

Gambar 4. Tuf litik; (a) kenampakan megaskopis dan (b) kenampakan mikroskopis; fragmen
batuan terubah menjadi klorit/Chl (J2), fragmen batuan terubah menjadi karbonat/Cb (D5)

2. Zona Klorit-Smektit MD dengan karakteristik megaskopis


umumnya memiliki warna abu-abu terang-
Zona ini terletak pada kedalaman 843-1150
gelap, coklat kemerahan, dan sedikit
MD pada litologi andesit dengan intensitas
kehijauan, didominasi fragmen andesit, dan
alterasi menjadi mineral klorit sekitar 28%
bertekstur porfiritik-afanitik (Gambar 5a).
dan mineral smektit sekitar 25%. Mineral
Hasil analisis mikroskopis diperoleh
yang terdapat pada zona klorit-smektit
komposisi mineralogi yang terdiri dari
adalah klorit, karbonat, smektit, kalsit,
mineral primer plagioklas 15%, piroksen
kuarsa, plagioklas, dan magnetit (Tabel 2).
2%, mineral opak 5%, dan massadasar
Keterdapatan mineral klorit dan mineral
berupa mikrolit plagioklas 3% dan gelas
lempung pada zona ini menandakan bahwa
vulkanik 5%. Intensitas alterasinya sangat
zona klorit-smektit ini merupakan zona
kuat menjadi mineral sekunder yaitu klorit
transisi dari tipe alterasi argilik yang
10%, karbonat 30%, kuarsa 7%, oksida 3%,
merupakan zona penudung dengan tipe
dan mineral lempung 20% (Gambar 5b).
alterasi sub-propilitik (Corbett and Leach,
Kisaran temperatur pada zona ini
1998) yang diperkirakan sebagai zona
berdasarkan geotermometer mineral alterasi
reservoir pada sistem panas bumi sumur
klorit dan kalsit adalah lebih dari 200°C
RA.
(Reyes, 1990). Zona ini diperkirakan
Conto serbuk bor yang mewakili zona ini
terbentuk pada lingkungan berfluida asam
adalah andesit pada kedalaman 1131-1134
netral.

137
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.01, No. 02, Oktober 2017: 132-140

A B C D E F G H I J K L M N O

1 1

2 2

3 3
Chl
4 Cb 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

XPL 0,25 mm

Gambar 5. Andesit; (a) kenampakan megaskopis, (b) kenampakan mikroskopis; fragmen batuan
terubah menjadi klorit/Chl (I3), plagioklas terubah menjadi karbonat/Cb (M4)

1.5. Korelasi Temperatur akibat sesar Cikakapa dan sesar Cibolang


Besar yang dipotong oleh sumur RA.
Kisaran temperatur berdasarkan data
Keberadaan rekahan tersebut diperkirakan
pengukuran tekanan dan temperatur (landaian
mengontrol permeabilitas reservoir dan
suhu) sumur RA pada setiap kedalaman
penyebaran fluida panas pada sumur RA.
diperoleh :
1. Kedalaman sumur 50 – 840 MD,
temperatur 33°C – 167°C.
2. Kedalaman sumur 843 – 1150 MD,
temperatur 167°C - 250°C.
Korelasi temperatur berdasarkan
geotermometer mineral alterasi pada tiap zona
dengan temperatur terukur sumur RA (Gambar
6) adalah :
1. Zona Smektit-Illit-Kaolinit; kisaran
temperatur berdasarkan
geotermometer mineral alterasi adalah
100°C – <200°C (Reyes, 1990) dan
temperatur terukur sumur adalah 33°C
– 167°C. Korelasi antara
geotermometer mineral dan
temperatur terukur mengindikasikan
pada zona ini tidak adanya perbedaan
yang signifikan karena keduanya
saling beririsan.
2. Zona Klorit-Smektit; kisaran temperatur
berdasarkan geotermometer mineral
alterasi adalah >200°C (Reyes, 1990) dan
temperatur terukur sumur adalah 167°C –
250°C. Korelasi antara geotermometer
mineral dan temperatur terukur
mengindikasikan terjadi heating pada zona
ini semenjak terbentuknya mineral alterasi.
Korelasi keseluruhan pada sumur RA antara Gambar 6. Kurva diagram temperatur terukur
temperatur terukur sumur dan interpretasi sumur RA
temperatur alterasi hidrothermal menunjukkan
pada sumur ini terjadi heating yang diduga
dipengaruhi oleh adanya rekahan-rekahan

138
Karakteristik Alterasi Bawah Permukaan Sumur RA Wilayah Kerja Panasbumi Wayang Windu, Pangalengan, Jawab Barat
(Regista Arrizki)

Analisis nilai temperatur dari data temperatur UCAPAN TERIMAKASIH


terukur sumur dapat mengindikasikan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
keberadaan zona reservoir pada sumur yang mengizinkan penulis menyelesaikan
produksi. Zona reservoir pada sumur RA penelitian ini. Terimakasih kepada PT. Star
diperkirakan berada pada kedalaman lebih dari Energy Geothermal Indonesia yang telah
>1000 MD karena adanya peningkatan memfasilitasi dalam pelaksanaan penelitian
temperatur disertai dengan mulai munculnya dan memberikan izin untuk mempublikasikan
mineral alterasi bertemperatur tinggi seperti
penelitian ini.
klorit pada zona transisi yang mencapai
kedalaman 1150 MD.
DAFTAR PUSTAKA

5. KESIMPULAN Alzwar, M., Akbar, N., Bachri, C., 1992,


Peta Geologi Garut-Pameungpeuk,
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Jawa Barat (1208- 6), Skala 1:250.000,
pada sumur RA di Wilayah Kerja Panasbumi
Pusat dan Pengembangan Geologi,
(WKP) Wayang-Windu diperoleh beberapa
Bandung.
kesimpulan diantaranya adalah:
Bogie, I., Mackenzie, K. M., 1998, The
1. Litologi yang terdapat pada sumur RA
Application of A Volcanic Facies
adalah tuf kristal terubah, tuf litik terubah,
Model To An Andesitic Stratovolcano
andesit terubah, dan lava andesit terubah.
Hosted Geothermal, System at Wayang
Zona mineral alterasi berdasarkan
Windu, Java, Indonesia. In:
kumpulan mineral alterasi pada sumur RA
Proceedings of the Twentieth New
terbagi menjadi dua, yaitu zona smektit-
Zealand Geothermal Workshop,
illit-kaolinit yang termasuk ke dalam tipe
University of Auckland, pp. 265-270
alterasi argilik dan zona klorit-smektit
Bogie, I. et al., 2008. Overview of the
yang termasuk ke dalam tipe alterasi sub-
Wayang Windu geothermal field, West
propilitik
Java, Indonesia. In : Geothermics 37
2. Kisaran temperatur berdasarkan
(2008) 347-365
geotermometer mineral alterasi pada zona
Browne, P.R.L., 1984. Hydrothermal
smektit-illit-kaolinit 100°C – <200°C dan
Alteration Lecture Notes. Geothermal
pada zona klorit-smektit >200°C.
Institute. University of Auckland.
Sementara itu, berdasarkan data
Corbett, G. J., and Leach, T. M., 1998.
temperatur terukur kisaran temperatur
Southwest Pacific Rim Gold-Copper
pada zona smektit-illit-kaolinit adalah
Systems: Structures, Alteration, and
33°C – 167°C dan pada zona klorit-
Mineralization: SEG Special
smektit adalah 167°C - 250°C.
publication number 6, USA, 236p.
Diperkirakan zona smektit-illit-kaolinit
Freestone, D. H., dan Browne, P. R. L., 1994.
terbentuk pada lingkungan berfluida asam
Teaching the Teachers; Geothermal
mendekati netral dan zona klorit-smektit
Technology, ITB Bandung.
terbentuk pada lingkungan berfluida netral
Hochstein, M.P., Browne, P.R.L., 2000,
berdasarkan mineral alterasi kaolinit,
Surface Manifestation of Geothermal
smektit, illit, klorit, kalsit, dan kuarsa
Systems With Volcanic Heat Sources.
sekunder.
Editors: Haraldur Sigurdsson,
3. Korelasi temperatur pada sumur RA antara
Encyclopedia of Volcanoes, Academic
temperatur terukur sumur dan interpretasi
Press, pp.835-855.
temperatur alterasi hidrothermal
Reyes, Agnes G., 1990. Petrology and Mineral
menunjukkan pada sumur ini terjadi
Alteration in Hydrothermal Systems:
heating yang diduga dipengaruhi oleh
From Diagenesis to Volcanic
adanya rekahan-rekahan akibat sesar
Catastrophes. Reykjavik: United
Cikakapa dan sesar Cibolang Besar yang
Nations University, Geothermal
dipotong oleh sumur RA.
Training Programme.

139
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.01, No. 02, Oktober 2017: 132-140

United Nations University,


Hochstein, M.P., Browne, P.R.L., 2000, Geothermal Training Programme.
Surface Manifestation of Star Energy Geothermal (Wayang Windu)
Geothermal Systems With Volcanic Ltd, 2012. Laporan Berkelanjutan
Heat Sources. Editors: Haraldur Star Energy Geothermal (Wayang
Sigurdsson, Encyclopedia of Windu) Ltd Tahun 2012. Bandung.
Volcanoes, Academic Press, Jawa Barat.
pp.835-855. Van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology
Reyes, Agnes G., 1990. Petrology and of Indonesia. The Hague Martinus
Mineral Alteration in Hydrothermal Hifhoff, vol. IA.
Systems: From Diagenesis to UU Pasal 1 No. 27.2003 tentang Panas
Volcanic Catastrophes. Reykjavik: Bumi, PP59 Tahun 2007, UU No. 30 Tahun
2007 tentang Energi.

140

Anda mungkin juga menyukai