Anda di halaman 1dari 10

i-ISSN: 2597-4033

Vol. 5, No. 3, Juni 2021

KARAKTERISTIK FLUIDA DAN PERKIRAAN TEMPERATUR BAWAH


PERMUKAAN DAERAH CINIRU DAN SUBANG, KABUPATEN
KUNINGAN, JAWA BARAT

Jihan Rumbia, Agus Didit Haryanto, Faizal Muhamadsyah, Dewi Gentana


Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
Korespondensi : jihanrumbia3999@gmail.com / jihan17015@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK
Daerah penelitian yang berada pada Desa Subang, Kecamatan Maleber dan Desa
Ciniru, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat dipilih
menjadi daerah penelitian yang dimana daerah tersebut memiliki mata air panas di
permukaan yang diperkirakan dari suatu sistem panas bumi.Secara geografis daerah
Subang terletak pada koordinat 7˚7’6”LS - 7˚7’10”LS dan 108˚31’51”BT -
108˚31’50”BT dan untuk daerah Ciniru terletak pada koordinat 6˚54’41” LS -
108˚29’46” BT. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakterisik mata air
panas dan juga temperatur bawah permukaan di daerah penelitian. Hasil ploting
data laboratorium kimia air panas pada diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 dari MAP
SUB1, MAP SUB2 dan MAP CIN ketiganya termasuk ke dalam jenis tipe air
klorida. Dari hasil ploting menggunakan diagram segitiga Cl-Li-Bmemperlihatkan
ketiga sampel mata air panas MAP SUB1, MAP SUB2 dan MAP CIN terletak pada
zona dominan Cl, hal ini menunjukan terjadinya penyerapan yang rendah terhadap
gas boron dan berasal dari sistem hidrotermal lama. Hasil ploting diagram segitiga
Na-K-Mg memperlihatkan ketiga sampel mata air panas MAP SUB1, MAP SUB2,
dan MAP CIN berada pada zona immature water, dengan konsentrasi Mg yang
tinggi, diinterpretasikan fluida panas bumi saat bergerak ke permukaan mengalami
pencampuran dan pengenceran dari batuan samping yang dilewatinya dan air
permukaan yang kaya akan unsur Mg. Berdasarkan hasil perhitungan
geotermometer air , di Subang memiliki temperatur bawah permukaan yang
berkisar antara ; 107˚C-109˚C merupakan sistem panas bumi bertemperatur rendah
dan di daerah Ciniru memiliki temperatur bawah permukaan 146˚C merupakan
sistem panas bumi bertemperatur sedang.

Kata kunci: Ciniru, Subang, Karakteristik Mata Air Panas, Temperatur Bawah
Permukaan.
ABSTRACT
The research area located in Subang Village, Maleber District and Ciniru Village,
Jalaksana District, Kuningan Regency, West Java Province was chosen to be the
research area where the area has hot springs on the surface which is estimated
from a geothermal system. Geographically, the Subang area is located at
coordinates 7˚7'6”LS - 7˚7'10”LS and 108˚31'51”E - 108˚31'50”E and for the
Ciniru area it is located at coordinates 6˚54'41” South Latitude - 108˚ 29'46” East.
The purpose of this study is to determine the characteristics of hot springs and also
the subsurface temperature in the research area. The results of plotting hot water
chemistry laboratory data on the Cl-SO4-HCO3 triangle diagram from MAP SUB1,

219
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No.3, Juni 2021 : 219-228

MAP SUB2 and MAP CIN all three belong to the type of chloride water. From the
results of plotting using a Cl-Li-B triangle diagram, it shows that the three hot
spring samples MAP SUB1, MAP SUB2 and MAP CIN are located in the dominant
Cl zone, this shows the occurrence of low absorption of boron gas and comes from
the old hydrothermal system. The results of plotting the Na-K-Mg triangle diagram
show that the three samples of hot springs MAP SUB1, MAP SUB2, and MAP CIN
are in the immature water zone, with a high concentration of Mg, interpreted
geothermal fluid when moving to the surface experiences mixing and dilution of
rocks. the side water it passes through and surface water which is rich in Mg. Based
on the calculation of the water geothermometer , Subang has subsurface
temperatures ranging from ; 107˚C-109˚C is a low-temperature geothermal system
and in the Ciniru area, which has a subsurface temperature of 146C, is a medium-
temperature geothermal system.
Keywords: Ciniru, Subang, Characteristics of Hot Springs, Subsurface
Temperature.
1. PENDAHULUAN
Potensi panas bumi di cirikan manifestasi panas bumi berupa mata
dengan muncul manifestasi pada air panas. Kemunculan mata air panas
permukaan. Menurut Wohletz dan yang terdapat di beberapa lokasi pada
Heiken (1992), manifestasi panas daerah ini cukup menarik untuk
bumi berupa fluida panas bumi dari diteliti lebih lanjut. Penelitian
resevoar ke permukaan melalui mengenai karakteristik geokimia air
rekahan atau zona yang permeabel. panas ini sangat penting karena
Manifestasi panas bumi dapat berupa dengan dilakukannya identifikasi
air seperti mata air panas, mata air mengenai karakteristik fluida panas
hangat, kolam air panas, dan kolam bumi pada daerah penelitian, maka
air hangat, atau bisa juga berupa uap dapat memperkirakan temperatur
seperti fumarol dan geiser, bawah permukaan yang juga menjadi
bergantung pada temperatur resevoar salah satu dari objek penelitian ini.
dan kecepatan aliran fluida dari panas
bumi. 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geologi Regional
Daerah penelitian yaitu Desa Geologi regional di daerah
Subang, Kecamatan Maleber, penelitian termasuk ke dalam 2
Kabupaten Kuningan dan Desa lembar peta yaitu peta geologi
Ciniru, Kecamatan Jalaksana, regional lembar Majenang (Kastowo
Kabupaten Kuningan. Secara & N. Suwarna, 1996) untuk daerah
geografis daerah penelitian di Desa Subang, dan peta geologi regional
Subang terletak pada 7˚7’6”LS - lembar Arjawinangun (Djuri, 1995)
7˚7’10”LS dan 108˚31’51”BT - untuk daerah Ciniru.
108˚31’50”BT dan daerah Ciniru
terletak pada 6˚54’41” LS - Daerah penelitian di Desa Subang
108˚29’46” BT. Pada Daerah dan sekitarnya terdapat 3 satuan
Subang dan Ciniru, Kabupaten batuan yaitu; (1) formasi lawak yang
Kuningan terdapat beberapa tersusun oleh napal dengan sisipan

220
Karakteristik Fluida dan Perkiraan Temperature Bawah Permukaan Daerah Ciniru
dan Subang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat (Jihan)

tipis batugamping, (2) formasi halang


yang tersusun oleh batupasir tufan,
konglomerat, napal dan batulempung,
(3) anggota gununghurip, yang
tersusun oleh andesit, batulempung
pasiran dan konglomerat (Kastowo &
N. Suwarna, 1996).
Daerah Ciniru dan sekitarnya
terdapat 3 satuan batuan yaitu; (1)
hasil gunung api muda tak teruraikan Gambar 2. Peta geologi Regional
tersusun oleh breksi, lava bersifat Lembar Arjawinangun (Djuri, 1995)
andesit dan basal, (2) hasil gunung api
tua lava yang tersusun oleh aliran lava 2.2 Sistem Panas Bumi
tua yang bersifat andesit, (3) hasil Menurut Goff dan Janik (2000)
gunung api muda tak teruraikan yang komponen sistem panas bumi yang
tersusun oleh breksi, lava bersifat lengkap terdiri dari tiga komponen
andesit dan basal (Djuri, 1995). utama, yaitu adanya batuan reservoar
yang permeable, adanya air yang
Struktur geologi yang membawa panas, dan sumber panas
berkembang di daerah penelitian itu sendiri.
yaitu berupa sesar. Sesar yang
berkembang di daerah ciniru dan A. Sumber Panas
sekitarnya merupakan jenis sesar naik Sumber panas dari suatu sistem
(Gambar 1) yang umumnya berarah hidrotermal umumnya berupa
barat – timur (Kastowo & N. tubuh intrusi magma. Panas dapat
Suwarna, 1996). Jenis sesar yang dihasilkan dari peristiwa uplift
dijumpai di daerah Subang dan basement rock yang masih panas,
sekitarnya merupakan jenis sesar atau bisa juga berasal dari
normal (Gambar 2) yang berarah sirkulasi air tanah dalam yang
berarah barat – timur (Djuri, 1995). mengalami pemanasan akibat
adanya perlipatan atau patahan.
B. Batuan Reservoar
Batuan reservoar merupakan
batuan yang dapat menyimpan
dan meloloskan air dalam jumlah
yang signifikan karena memiliki
porositas dan permeabilitas yang
cukup baik.
C. Fluida
Gambar 1. Peta Geologi Regional Nicholson (1993) menyebutkan
Lembar Majenang ada 4 macam asal fluida fluida
(Kastowo & N. Suwarna, 1996)
panas bumi, yaitu: (1) air
meteorik atau air permukaan,
yaitu air yang berasal dari

221
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No.3, Juni 2021 : 219-228

presipitasi atmosferik atau hujan, B. Geoindikator Cl-Li-B


yang mengalami sirkulasi dalam Diagram segitiga Cl-Li-B
hingga beberapa kilometer. (2) digunakan untuk
Air formasi atau connate water menggambarkan proses
yang merupakan air meteorik pendidihan dan pengenceran
yang terperangkap dalam formasi berdasarkan perbandingan
batuan sedimen dalam kurun konsentrasi Cl/100 dan B/4 yang
waktu yang lama.. (3) Air telah diubah dalam satuan persen.
metamorfik yang berasal dari
modifikasi khusus dari air C. Geoindikator Na-K-Mg
connate yang berasal dari Diagram segitiga Na-K-Mg
rekristalisasi mineral hydrous menurut Giggenbach (1988),
menjadi mineral yang kurang merupakan salah sebuah metode
hydrous selama proses yang dipakai untuk
metamorfisme batuan. (4) Air memperkirakan temperatur
magmatik, Ellis & Mahon (1977) reservoar dan untuk mengetahui
membagi fluida magmatik air yang mencapai keseimbangan
menjadi dua jenis, yaitu air dalam litologi.
magmatik yang berasal dari
2.3.2 Geotermometer Air
magma namun pernah menjadi
Geotermometer merupakan
bagian dari air meteorik dan air
metode untuk memperkirakan
juvenile yang belum pernah
temperatur bawah permukaan /
menjadi bagian dari meteorik. reservoar panas bumi berdasarkan
2.3 Geokimia Panas Bumi keberadaan zat – zat terlarut pada
2.3.1 Geoindikator fluida panas bumi, dimana
Geoindikator merupakan zat konsentrasi pada fluida tersebut
terlarut yang bersifat reaktif dan sangat bergantung pada temperatur
mencerminkan lingkungan (Yoga Aribowo, 2011). Berikut
ekuilibrium/kesetimbangan merupakan jenis – jenis
(Giggenbach, 1988). Berikut geotermometer yang dipakai sebagai
merupakan tipe geoindikator kimia parameter untuk menentukan
panas bumi, yaitu : temperatur reservoar, yaitu:

A. Geoindikator Cl-SO4-HCO3 A. Geotermometer Silika


Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 Geotermometer silika digunakan
merupakan sebuah metode yang berdasarkan pada kelarutan
digunakan dalam penentuan tipe berbagai jenis silika dalam air
fluida reservoar dengan tujuan sebagai fungsi dari temperatur
penentuan karakteristik suatu (Fournier, 1977).
reservoar. Kandugan relatif yang B. Geotermometer Na-K
digunakan sebagai parameternya
Geotermometer Na-K
adalah kandungan klorida (Cl), merupakan respon rasio
sulfat (SO4), dan bikarbonat
konsentrasi Na terhadap K yang
(HCO3). menurun terhadap meningkatnya
temperatur fluida didasarkan

222
Karakteristik Fluida dan Perkiraan Temperature Bawah Permukaan Daerah Ciniru
dan Subang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat (Jihan)

pada reaksi pertukaran kation (Cl), sulfat (SO4), dan bikarbonat


yang sangat bergantung pada (HCO3). Pengolahan data dilakukan
temperatur (Fournier, 1979; dengan menghitung presentase unsur
Giggenbach, 1988). Cl, SO4 dan HCO3 kemudian data
tersebut diplot dalam diagram
2.3.3 Diagram Trilinear Piper segitiga Cl-SO4-HCO3 (Giggenbach,
Piper (1953, dalam Walton 1970) 1988).
mengembangkan metode pada sebuah Tabel 1. Nilai Presentase
bentuk diagram trilinear piper, yang Unsur/Senyawa Cl-SO4-HCO3
merupakan salah satu metode analisis
untuk mengetahui fasies air dan Presentase (%)
Kode
sumber unsur terlarut dalam air tanah, Sampel
perubahan atau modifikasi sifat-sifat Cl SO4 HCO3
air yang melewati suatu wilayah
MAP
tertentu. 77,69 2,06 20,23
SUB 1
3. METODE MAP
75,49 3,09 21,40
Metode penelitian yang SUB2
digunakan dalam penelitian ini MAP CIN 88,07 0,05 11,92
terbagi atas :
A. Penentuan karakteristik mata air Hasil analisis diagram segitiga Cl-
panas dengan menggunakan SO4-HCO3 (Gambar 3), sampel MAP
diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 SUB 1, MAP SUB 2 dan MAP CIN
dimana untuk menentukan tipe termasuk ke dalam jenis tipe air
fluida pada mata air panas di klorida, yang dapat diinterpretasikan
daerah peneltian, diagram segitiga bahwa ketiga mata air panas ini
Na-K-Mg yang digunakan untuk merupakan fluida yang terpanaskan
mengestimasi kematangan dari pada resevoar dan tidak mengalami
fluida manifestasi dan diagram pencampuran dengan fluida lainnya,
segitiga Cl-Li-B yang digunakan fluida yang terpanaskan oleh resevoar
untuk mengetahui asal dari fluida ini secara langsung mengalir menuju
pada mata air panas yang sedang permukaan melalui celah batuan dan
diteliti. sampai ke permukaan menjadi mata
B. Geotermometer, yang digunakan air panas.
untuk memperkirakan temperatur
bawah permukaan / reservoar
panas bumi berdasarkan
keberadaan zat – zat terlarut pada
fluida panas bumi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Mata Air Panas
4.1.1 Tipe Air Paas
Data kimia yang digunakan untuk
menentukan tipe fluida resevoar
adalah kandungan relatif dari klorida

223
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No.3, Juni 2021 : 219-228

sistem hidrotermal lama. Hal tersebut


terjadi karena unsur B dan Cl
merupakan unsur yang susah bereaksi
dalam sistem hidrotermal. MAP
SUB1, MAP SUB2 dan MAP CIN
berada dalam kelompok yang sama,
dan diinterpretasikan ketiga mata air
panas bumi ini berasal dari sistem
atau resevoar yang sama (Gambar 4).

Gambar 3. Diagram Segitiga Cl-SO4-


HCO3 Untuk Penentuan Tipe Flulida

4.1.2 Karakteristik Reservoar Dan


Asal Air Panas
Asal usul dan juga pengenceran
fluida panas bumi dapat ditentukan
dengan analisis unsur Cl, Li dan B
pada diagram segitiga Cl-Li-B.
Pengolahan data dilakukan dengan
Gambar 4. Diagram Segitiga Cl-Li-B Dalam
menghitung presentase unsur Cl, Li Air Panas Daerah Penelitian
dan B (Tabel 2) kemudian data
tersebut diplot dalam diagram 4.1.3 Kesetimbangan Fluida
segitiga Cl-Li-B (Gambar 4). Kesetimbangan fluida panas bumi
Tabel 2. Nilai Presentase Unsur/Senyawa dapat dianalisis menggunakan data
Cl-Li-B konsentrasi Na, K dan Mg. Unsur Na,
K dan Mg terbentuk karena adanya
Presentasi (%) perubahan temperatur fluida panas
Kode
Sampel bumi. Pengolahan data dilakukan
Cl B Li dengan menghitung presentase unsur
MAP Na, K dan Mg kemudian data tersebut
77,12 22,87 0 diplot dalam diagram segitiga Na-K-
SUB 1
MAP Mg.
77,34 22,65 0
SUB 2
Tabel 3. Nilai Presentase Unsur/Senyawa
MAP CIN 83,08 16,70 0,21 Na-K-Mg

Kode Presentase (%)


Berdasarkan hasil ploting Sampel
menggunakan diagram segitiga Cl-Li- Na K Mg
B maka dapat dilihat bahwa fluida MAP
5,27 2,19 92,52
terletak pada zona dominan Cl, zona SUB1
fluida pada penelitian ini menunjukan MAP
9,15 2,87 87,97
terjadinya penyerapan yang rendah SUB2
terhadap gas boron dan berasal dari MAP CIN 11,28 11,08 77,62

224
Karakteristik Fluida dan Perkiraan Temperature Bawah Permukaan Daerah Ciniru
dan Subang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat (Jihan)

Hasil ploting pada diagram Tabel 4. Hasil Perhitungan Geotermometer


segitiga Na-K-Mg dapat Na-K dan Silika (SiO2)
diinterpretasikan bahwa ketiga SiO2
Mata Na-K (˚C)
sampel mata air panas di daerah (˚C)
Air
penelitian masuk ke dalam zona Panas Giggenbac Fournier Fournier
immature water, dengan konsentrasi (1988) (1979) (1977)
Mg yang tinggi. Hal ini menandakan MAP
telah terjadi reaksi antara fluida panas 170,99 158,61 107,83
SUB1
bumi dengan batuan ketika fluida
bergerak menuju permukaan dan juga MAP
154,30 140,66 109,51
telah terjadi pengenceran oleh air SUB2
meteorik yang kaya akan unsur Mg
MAP
(Gambar 5). 231,01 224,42 146,15
CIN

Berdasarkan persamaan
geotermometer SiO2 maka didapatkan
hasil dari temperatur bawah
permukaan di daerah penelitian
sebagai berikut : MAP SUB1
(107,83˚C), MAP SUB2 (109,51˚C),
MAP CIN (146,15˚C).
Hasil persamaan geotermometer
Na-K (Giggenbach, 1988) maka
Gambar 5. Diagram Segitiga Na-K-Mg diperoleh MAP SUB1 (170,99˚C),
Dalam Air Panas Daerah Penelitian MAP SUB2 (154,30˚C), MAP CIN
4.2 Perkiraan Temperatur Bawah (231,01˚C) dan persamaan
Permukaan geotermometer Na-K (Fournier,
Hasil dari perhitungan 1979) diperoleh MAP SUB1
geotermometer dapat (158,61˚C), MAP SUB2 (140,66˚C)
memperlihatkan perkiraan dan MAP CIN (224,42˚C).
termperatur bawah permukaan Hasil perhitungan geotermometer
(resevoar) yang dapat dilihat pada mata air panas di daerah penelitian
Tabel 4. (Tabel 4), maka dapat dilihat bahwa
pada daerah Subang memiliki
temperatur bawah permukaan yang
berkisar antara 107˚C-109˚C yang
mana daerah penelitian ini termasuk
ke dalam sistem panas bumi
bertemperatur rendah dan pada
daerah Ciniru memiliki temperatur
bawah permukaan yaitu 146˚C yang
termasuk ke dalam sistem panas bumi
bertemperatur sedang.

225
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No.3, Juni 2021 : 219-228

Terdapatnya perbedaan hasil mengelompok pada bagian kanan


perhitungan temperatur bawah bawah dari segitiga anion. Hal ini
permukaan dengan menggunakan menunjukkan bahwa sampel mata air
geotermometer fluida (air), hal ini memiliki tipe anion chloride.
sangat dimungkinkan dikarenakan
pada saat fluida (air) panas bumi dari
bawah permukaan (reservoar) suatu
sistem panas bumi dalam
perjalanannya ke permukaan
mengalami kontaminasi dengan
unsur-unsur kimia lainnya, baik unsur
kimia dari batuan maupun mengalami
percampuran (mixing) atau
pengenceran (dilute) dengan fluida
dangkal membentuk kesetimbangan
baru (Gentana, D., dkk., 2020).
4.3 Diagram Trilinear Piper
Piper (1953, dalam Walton 1970) Gambar 6. Diagram Trilinear Piper
mengembangkan metode pada sebuah 5. KESIMPULAN
bentuk diagram trilinear piper, yang Hasil ploting kandungan unsur Cl,
merupakan salah satu metode analisis SO4, dan HCO3, tipe mata air panas
untuk mengetahui sumber unsur (MAP SUB1, MAP SUB2 dan MAP
terlarut dalam air tanah, perubahan CIN) menunjukan ketiganya sebagai
atau modifikasi sifat-sifat air yang air klorida. Hasil ploting kandungan
melewati suatu wilayah tertentu. unsur Cl, Li, dan B pada diagram
Hasil analisis diagram piper segitiga Cl-Li-B, menunjukkan ketiga
menunjukan MAP SUB 1, MAP SUB mata air panas berada dalam
2 dan MAP CIN merupakan fasies kelompok yang sama, terbentuk pada
alkaline earth water yang berindikasi kondisi absorption of low B/Cl steam.
air tanah berasal dari daerah recharge Berdasarkan hasil ploting diagram
atau imbuhan dengan tipe air segitiga Na-K-Mg, maka dapat
potassium/Sodium Chloride yang disimpulkan bahwa ketiga mata air
merupakan jenis air dengan panas pada daerah penelitian
kandungan kation didominasi oleh termasuk ke dalam zona immature
ion Na dan K serta kandungan anion water, dengan konsentrasi Mg yang
didominasi oleh ion Cl (Gambar 6). tinggi. Hasil analisis diagram piper
Segitiga kation yang terdapat pada menunjukan MAP SUB 1, MAP SUB
diagram piper bagian kiri bawah 2 dan MAP CIN merupakan fasies
menunjukkan kandungan ion pada alkaline earth water dengan tipe air
sampel mata air mengelompok pada potassium/Sodium Chloride yang
bagian sodium dan potassium dari merupakan jenis air dengan
segitiga kation. Segitiga anion yang kandungan kation didominasi oleh
terdapat pada diagram piper bagian ion Na dan K serta kandungan anion
kanan bawah menunjukkan didominasi oleh ion Cl.
kandungan ion pada sampel mata air

226
Karakteristik Fluida dan Perkiraan Temperature Bawah Permukaan Daerah Ciniru
dan Subang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat (Jihan)

Berdasarkan hasil perhitungan American Journal of Science,


geotermometer air, maka dapat dilihat Vol. 264.
bahwa pada daerah Subang memiliki
temperatur bawah permukaan yang Gentana, D., Haryanto, D., A.,
berkisar antara 107˚C-109˚C yang Hutabarat, J., 2020.
mana daerah penelitian ini termasuk Geochemical ans Isotope
ke dalam sistem panas bumi Analysis in Geothermal
bertemperatur rendah dan pada System of Mt. Rendingan and
daerah Ciniru memiliki temperatur its Surrounding, Lampung
bawah permukaan yaitu 146˚C yang Province, Southern Part of
termasuk ke dalam sistem panas bumi Sumatra. Proceeding
th
bertemperatur sedang. 5 International Confrences of
Geological Engineering
DAFTAR PUSTAKA Faculty (ICGEF 2020).
Aditama, M.A., S. Iswahyudi, M.A.
Pamungkas, dan H.L. Sunan., Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal
2019. Kontrol Struktur Solute Equilibria. Derivation
Geologi Pada Kemunculan of Na-K-Mg- Ca Indicators,
Mata Air Panas Bumi Daerah Geochimica et Cosmochimica
Subang, Jawa Barat. Jurnal Acta, Vol. 52 No.12, pp.
Geosaintek, Vol. 5 No. 3 27492765.
Tahun 2019 : 113-118. Goff, F., and Janik, C.J., 2000.
Aribowo, Y., Nurohman, H., 2012. Geothermal systems, in
Studi Geokimia Air Panas Sigurdsson, H., ed.,
Area Prospek Panas bumi Encyclopedia of
Gunung Kendali Kabupaten Volcanoes.Academic Press:
Semarang, Provinsi Jawa San Diego
Tengah. Harijoko, A ., dan Juhri, S., 2016.
Djuri., 1995. Peta Geologi Lembar Karakteristik Geokimia Air
Arjawinangun, Jawa, Skala 1 : Panas Bumi Di Sekitar
100.000, Lembar 1309-1 Gunung Slamet. Proceeding,
seminar nasional kebumian
Ellis, A.J., and mahon, W. A. J., 1977. ke-9. 6 - 7 oktober.
Chemical Geothermometry In Universitas Gadjah Mada.
Geothermal Systems.
Kastowo, N. Suwarrna., 1996. Peta
Fournier, R. O., 1979., A Revised geologi Lembar Majenang,
Equation for The Na/K Jawa Skala 1 : 100.000,
Geothermometer. California: Lembar 1308-5.
U.S Geological Survey.
Laksminingpuri, N., Prasetio, R., dan
Fournier, R. O dan Rowe, J. J., 1977. Satrio., 2018. Karakteristik
Estimation of Underground Kimia Dan Isotop Fluida
Temperatures from the Silica Panas Bumi Daerah Gunung
Content of Water From Hot Tampomas, Jawa Barat. Riset
Springs and Wet-Steam Wells, Geologi dan Pertambangan.

227
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No.3, Juni 2021 : 219-228

Nicholson, K., 1993. Geothermal McGraw-Hill Koghasuka,


Fluids, Chemistry & LTD, Tokyo.
Exploration Techniques,
Berlin: Springer. Wohletz, K., and Heiken, G., 1992.
Volcanology and Geothermal
Walton, W.C., 1970, Groundwater Energy. California:
Resource Evaluation University of California
International Student Edition, Press.

228

Anda mungkin juga menyukai