Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS VEGETASI POHON

DI KAWASAN TAMAN MUMBUL SEBAGAI KAWASAN POTENSI WISATA

Komang Dean Ananda1), Putu Eka Pasmidi Ariati2), Pande Komang Suparyana3)
1),2)
Program Studi Agroteknologi, 3)Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar

INTISARI
Kawasan Taman Mumbul merupakan daerah yang memiliki struktur vegetasi yang kerapatannya cukup
tinggi, dan memiliki cukup banyak sumber mata-air. Adanya tegakan vegetasi pohon di suatu lahan memberikan
peran penting menjaga stabilitas air tanah. Stabilitas air tanah ini akan menjadi sumber mata air yang memiliki
banyak manfaat khususnya bagi masyarakat lokal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
struktur vegetasi pohon di Kawasan Taman Mumbul dan melihat potensi wisata yang ada untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat lokal.
Penelitian dilakukan di Kawasan Taman Mumbul, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten
Badung, Provinsi Bali. Analisis vegetasi pohon dilakukan dengan Point of Center Quarter Method (PCQM).
Dari hasil penelitian, diperoleh jumlah individu spesies terbanyak di area sebelah timur Pura Utama Taman
Mumbul yakni Tectona grandis/Jati dan sebelah barat Pura Utama Taman Mumbul yakni, Theobroma
cacao/Cokelat. Nilai INP tertinggi dimiliki oleh Tectona grandis/Jati sebesar 370,43% (timur) dan Cocos
nucifera/Kelapa sebesar 150,46% (barat). Indeks Keanekaragaman (H’) di kedua area (timur dan barat)
tergolong rendah. Indeks Kemerataan (e) di area timur tergolong rendah dan di area sebelah barat tergolong
sedang.
Keadaan tersebut menggambarkan pentingnya komposisi vegetasi yang baik agar dapat membantu
menjaga ketersediaan air di dalam tanah. Keasrian dan stabilitas debit air menjadi potensi utama kawasan ini
sebagai kawasan wisata lokal.

Kata kunci: Analisis Vegetasi, Mata-air, Infiltrasi, Air Tanah, Konservasi Air.

1. PENDAHULUAN
Kawasan Taman Mumbul merupakan daerah wisatawan baik lokal maupun mancanegara, maka
yang memiliki struktur vegetasi yang kerapatannya Pemerintah Kabupaten Badung memberikan
cukup tinggi, dan memiliki cukup banyak sumber perhatian khusus dan akan melakukan penataan
mata-air. Meskipun beberapa lahannya sudah kawasan Taman Mumbul ini menjadi sebuah obyek
menjadi lahan perkebunan, tetapi tidak sedikit wisata dengan multifungsi di tahun 2015,
hutan alami yang masih ada. Kawasan Taman (Darmayanti, 2014).
Mumbul merupakan area suci yang digunakan Penelitian ini bertujuan untuk Mempelajari
sebagai tempat persembahyangan bagi umat Hindu. struktur vegetasi pohon di kawasan Taman
Selain terdapat beberapa Pura, kawasan ini secara Mumbul, Sangeh, Abiansemal, Badung, Bali, serta
tidak langsung menjadi tempat wisata, khususnya mempelajari kriteria vegetasi yang baik untuk
wisata budaya, yang pada hari-hari upacara tertentu Masterplan Taman Mumbul tahun 2015 sebagai
‘mengundang’ turis asing untuk menikmati prosesi obyek wisata yang multifungsi sesuai dengan
upakara di kawasan tersebut sembari menikmati peraturan Ruang Terbuka Hijau di Indonesia.
alamnya. Untuk meningkatkan daya tarik

2. METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian dilakukan di Kawasan tambang, 5) Herbarium Kit 6) Meteran kain, 8)
Taman Mumbul, Desa Sangeh, Kecamatan Higrometer, 9) Soil tester, 10) Kamera digital, 11)
Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali Alat tulis,
dengan titik koordinat 08o28’57,91” – 08o29’06,65” Adapun metode yang digunakan dalam
LS dan 115o12’42,69” – 115o12’47,40” BT dan penelitian ini yakni sebagai berikut:
elevasi 234 m. 1.Analisis Struktur Vegetasi
Bahan yang digunakan dalam penelitian Analisis struktur vegetasi menggunakan
adalah 1) Peta administrasi daerah penelitian 2) metode Point Center Quarter (PCQ)
Peta penggunaan lahan. Alat yang digunakan dalam dan penentuan titik dengan
penelitian adalah: 1) Global Positioning System menggunakan metode transek.
(GPS), 2) Termometer, 3) Roll meter, 4) Tali

AGRIMETA VOL. 08 NO. 16 OKTOBER 2018 Page 39


Gambar 1. Point Center Quarter Methode (PCQM)

2.Analisis Data
Cara analisis data menurut Mitchell (2007) adalah sebagai berikut:
a. Mean Distance (rata – rata jarak) = D
D=
b. Densitas Per 100 m2
Densitas Per 100 m2 = main area X faktor koreksi
2
D
c. Densitas mutlak tiap jenis (DsM)
∑ dalam kuarter =

d. Dominasi Mutlak (DmM)


BA =

Rata – rata BA spesies X =

e. Frekuensi Mutlak (FM)


FM =
f. Luas Kanopi
Luas Kanopi = BT x US x π
g. Nilai Relatif
DsR = X 100%

DmR = X 100%

FR = X 100%

LBAR = X 100%

LKanopiR = X 100%

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

AGRIMETA VOL. 08 NO. 16 OKTOBER 2018 Page 40


Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh informasi yakni, data vegetasi pohon di Kawasan Taman
Mumbul. Adapun data tersebut disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Analisis Vegetasi Pohon di Sebelah Barat Pura Utama

Tabel 1 menunjukkan data parameter vegetasi indica/Mangga, Tectona grandis/Jati, Theobroma


di sebelah barat Pura Utama Kawasan Taman cacao/Cokelat dan Spondias pinnata/Cincem. Nilai
Mumbul. Pada area sebelah barat Pura Utama INP tertinggi dimiliki oleh Cocos nucifera/Kelapa
ditemukan 7 spesies pohon, yakni Albizia sebesar 150,46% dan yang terendah dimiliki oleh
falcataria/Albesia, Cocos nucifera/Kelapa, Albizia falcataria/Albesia sebesar 8,65%.
Gliricidia sepium/Gamal, Mangifera
Tabel 2. Analisis Vegetasi Pohon di Sebelah Timur Pura Utama

Tabel 2 menunjukkan data parameter vegetasi di nucifera/Kelapa dan Tectona grandis/Jati. Nilai
sebelah timur Pura Utama Kawasan Taman INP tertinggi dimiliki oleh Tectona grandis/Jati
Mumbul. Pada area sebelah timur Pura Utama sebesar 370,43% dan yang terendah dimiliki oleh
ditemukan 2 spesies pohon, yakni Cocos Cocos nucifera/Kelapa sebesar 29,57%.

Kategori yang mendominasi tersebut masih tergolong


kecil kisaran diameter batangnya, sehingga
mengindikasikan bahwa tanaman-tanaman tersebut
belum lama ditanam. Kondisi tersebut berlaku pada
kedua area baik di sebelah timur Pura Utama maupun di
sebelah barat Pura Utama. Menurut Poage & Tappeiner
(2002), pertumbuhan pohon termasuk besarnya diameter
pohon dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti
ketersediaan nutrien dan air Gambar 2. Kelas Diameter
(meter) Vegetasi

untuk mendukung pertumbuhan pohon.


Pohon di Kawasan Taman Mumbul Diameter batang pohon selain sebagai parameter
dominansi spesies juga dapat digunakan untuk indikator penyebaran akar dengan rasio peningkatan diameter
sistem perakaran dan diameter batang adalah
38:1 (Day, et al. 2010).

Berdasarkan Gambar 3, terdapat 5 kategori


kisaran luas kanopi dengan total individu yang

AGRIMETA VOL. 08 NO. 16 OKTOBER 2018 Page 41


memiliki luasan kanopi kurang dari 50m2 adalah yang paling dominan, yakni 33
individu. Angka tersebut menunjukkan adanya ruang/celah antar individu pohon
dikarenakan luasan kanopi nya yang masih renggang. Adapun luasan kanopi relatif
tertinggi di area vegetasi pohon sebelah timur Pura Utama
Gambar 3. Kelas Luas Kanopi (m2) Vegetasi Pohon dimiliki oleh Tectona grandis/Jati
di Kawasan Taman Mumbul sebesar 99,17% dan di sebelah barat Pura
Utama sebesar 49,37% dimiliki oleh Cocos nucifera/Kelapa.

Gambar 4 menunjukkan kelas tinggi pohon pada vegetasi


pohon di DTA kawasan Taman Mumbul. Tinggi pohon yang
mendominasi adalah yang memiliki kisaran antara 10m s/d
20m baik di sebelah timur Pura Utama maupun di sebelah
barat Pura Utama. Adapun jumlah individu yang memiliki
tinggi pohon pada kisaran tersebut di sebelah timur Pura
Utama dan di sebelah barat
Gambar 4. Kelas Tinggi Pohon (m) Vegetasi Pura
Utama berturut-turut yakni 29 individu
Pohon di Kawasan Taman Mumbul (80,56%) dan 26
individu (72,22%). Pada kedua
area tidak ditemukan individu yang memiliki tinggi pohon lebih dari 30m. Berdasarkan hasil tersebut, maka
sangat memungkinkan tajuk pohon saling bertumpang tindih antar individu, namun hal tersebut juga akan
dipengaruhi oleh luasan kanopi masing-masing individu pohon.

Berdasarkan Gambar 5, dapat diketahui bahwa keanekaragaman


spesies di kedua area vegetasi pohon, baik di sebelah timur maupun
barat Pura Utama tergolong rendah, dengan masing-masing nilai H’
yaitu 0,09 dan 0,67. Rendahnya nilai H’ tersebut dikarenakan sedikit
ditemukannya spesies pohon namun dengan jumlah individu yang
besar. Selain itu, kondisi lahan baik komposisi tanah, toprogafi,
maupun ketinggian lahan juga mempengaruhi. Adanya perubahan
penggunaan lahan juga Gambar 5. Indeks Keanekaragaman dan
sangat mempengaruhi. Di
kawasan Taman Mumbul, area
Indeks Kemerataan Evennes lahan hutannya perlahan mulai dialihfungsikan sebagai
Spesies Vegetasi Pohon di lahan produksi, sehingga keanekaragaman spesies menjadi
Kawasan Taman Mumbul terbatas. Terlebih lagi pada area vegetasi pohon di sebelah
timur Pura Utama yang memang ditanami pohon Jati
secara homogen.

AGRIMETA VOL. 08 NO. 16 OKTOBER 2018 Page 42


Gambar 6. Ilustrasi Penataan Kawasan Taman Mumbul, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, yang akan
Digarap Dinas Cipta Karya (DCK) Badung tahun 2015 (Sumber Gambar: Denpost, 11
Agustus 2014)

Salah satu upaya pemerintah untuk agar menciptakan keanekaragaman spesies yang
meningkatkan pariwisata di Kawasan Taman baik dalam sebuah komunitas dan menunjukkan
Mumbul, adalah dengan mencanangkan sebuah kestabilan ekosistem. Tumbuhan penyusun
program pembangunan Taman Rekreasi sekaligus komunitas sebisa mungkin terhindar dari tumbuhan
Taman Pemelastian. Program Kawasan Taman yang memiliki sifat meranggas, karena kurang baik
Mumbul ini sudah dirancang beberapa tahun dan tidak efisien dalam menjaga stabilitas air tanah.
terkahir dan di tahun 2014 ini dimasukkan ke Tumbuhan meranggas merupakan bentuk adaptasi
dalam perubahan Anggaran Pendapatan dan tumbuhan pada saat musim kemarau dengan cara
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Badung menggugurkan daunnya. Perilaku adaptasi tersebut
sehingga Masterplan Taman Mumbul dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat penguapan air
dilaksanakan di tahun 2015. oleh tumbuhan (transpirasi).
Ruang Terbuka Hijau diatur dalam Peraturan Sesuai dengan peraturan tersebut, maka
Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 Masterplan Taman Mumbul tahun 2015 tidak dapat
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan mengesampingkan kriteria vegetasi yang sudah
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotan. diatur dan hanya mengutamakan sisi estetika
Kriteria vegetasi yang baik untuk Masterplan tumbuhan-tumbuhan penyusun vegetasi dalam
Taman Mumbul tahun 2015, yakni dengan kondisi Masterplan yang sudah dibuat. Adapun jenis
RTH tidak kurang dari 60%. Selain itu, kondisi spesies tumbuhan yang memenuhi kriteria tersebut
vegetasinya terdiri dari sejumlah spesies pohon, dapat dilihat pada

4. KESIMPULAN
Adapun simpulan dari penelitian ini, yakni dan barat Pura Utama, yakni 370,42% dimiliki oleh
spesies yang ditemukan di sebelah timur Pura Tectona grandis/Jati dan 150,46% dimiliki oleh
Utama yakni Tectona grandis/Jati dan Cocos Cocos nucifera/Kelapa.
nucifera/Kelapa. Spesies yang ditemukan di Kriteria vegetasi yang baik untuk Masterplan
sebelah barat Pura Utama yakni Albizia Taman Mumbul tahun 2015, yakni dengan kondisi
falcataria/Sengon Laut, Cocos nucifera/Kelapa, Ruang Terbuka Hijau tidak kurang dari 60%,
Gliricidia sepium/Gamal, Mangifera tersusun atas sejumlah jenis (beranekaragam)
indica/Mangga, Tectona grandis/Jati, Theobroma spesies pohon, dan bukan tumbuhan yang memiliki
cacao/Cokelat, dan Spondias pinnata/Cincem. sifat meranggas.
Nilai INP tertinggi berturut-turut di sebelah timur

DAFTAR PUSTAKA

Ardhana, I.P.G. Ekologi Tumbuhan. Bali: Udayana Darmayanthi, N.P.D. 2014. Rancang Objek Wisata
University Press. Hal: 35-37 Baru di Badung Tengah. Surat Kabar
Arianti, I. 2010. Ruang Terbuka Hijau. Jurnal Ilmu Denpost: Bali (Terbit: 11 Agustus 2014).
Pengetahuan dan Rekayasa. Edisi Januari. Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi.
Hal: 1-7 Jakarta: Bumi Aksara
Chen, D., Xiaoming, W., Marcus, T., Guy, B., Giliba, R.A. 2011. Species Composition, Richness,
Anthony, K., and Robert, P. 2014. Urban and Diversity in Miombo Woodland of
Vegetation for Reducing Heat Related Bereku Forest Reserve, Tanzania. Journal of
Mortality. Environemtal Pollution Journal. Biodiversity. 2(1): 1-7
(192): 275-278 Gopal,B. dan N. Bhardwaj. 1979. Elements of
Danielopol, L., Griebler,C., Gunatilaka, A., Ecology. Departement of Botany. Rajasthan
Notenboom,J. 2003. Present State and University Jaipur: India
Future Prospect for Groundwater Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara:
Ecosystem. Journal of Environmental Jakarta. hal: 138-139, 153.
Conservation. Volume 30, No.2. pp: 105- Irwan, Z.D. 1996. Prinsip-Prinsip Ekologi,
107 Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya.
Day, S.D., Wiseman, P.E., Dickinson, S.B., and Bumi Aksara: Jakarta: 119-123
Harris, J.R. 2010. Contemporary Concepts Janala, C. 1995. Studi Ruang Terbuka Hijau Daerah
of Rot System Architecture of Urban Trees. Khusus Ibukota Jakarta berdasarkan
Arboriculture and Urban Forestry 36 (4): Pendekatan Kebutuhan Oksigen. Skripsi.
149-157
AGRIMETA VOL. 08 NO. 16 OKTOBER 2018 Page 43
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Structure and Soil Resources of Urban
Pertanian IPB. Brownfield Sites Linked to Successional
Kwanda, T. 2003. Pembangunan Permukiman yang Age. Urban Ecosyst. 12:115-126.
Berkelanjutan untuk Mengurangi Polusi Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode
Udara. Dimensi Teknik Arsitektur 31(1): 20- Analisis Populasi dan Komunitas. Penerbit
27 Usaha Nasional: Jakarta
Lehmann, I., Juliane, M., Stefanie, R., Anne, B., Song, Y., Rong, H., and Zhihua, S. 2013. Impacts
and Valeri, G. 2014. Urban Vegetation of Urban Landscape Functional Types on
Structure Types as a Methodological Urban Greenspace. Environmental
Approach for Identifying Ecosystem Engineering and Management Journal. Vol.
Services-Application the Analysis of Micro- 12, No.9: 1829-1832
Climatic Effect. Ecological Indicator Sudaryono. 2004. Pengaruh Naungan terhadap
Journal. (42): 58-72 Perubahan Iklim Makropada Budidaya
Leung, D. Y.C., Jeanie, K.Y.T., Feng, C., Wing-Kin, Tanaman Tembakau Rakyat. Jurnal Teknik
Y., Lilian, L.P.V., and Chun-Ho, L. 2011. Lingkungan 5(1): 56-60
Effects of Urban Vegetation on Urban Air Susanto, W. 2012. Analisis Vegetasi pada
Quality. Landscape Research. 36:(2) 173- Ekosistem Hutan Hujan Tropis untuk
188 Pengelolaan KawasanTaman Hutan Raya
Mitchell, K. 2007. Quantitative Analysis by the Rade Soerjo (Wilayah Pengelolaan cangar-
Point-Centered Quarter Method. Hobart Kota Batu).
and William Smith Colleges. Geneva: New (wayansusantoshut.blogspot.com) Diakses
York. p: 5-7 pada tanggal 28 Agustus 2014
Ramdani, F., and Putri, S. 2014. Spatio-temporal Talaohu, S.H., Fahmuddin, A., dan Gatot, I. 2001.
Analysis of Urban Temperature in Bandung Hubungan Perubahan Penggunaan Lahan
City, Indonesia. Urban Ecosyst Journal. dengan Daya Sangga Air Sub DAS Citarik
(17):473-487 dan DAS Kaligarang. Prosiding Seminar
Sancayaningsih, R.P., dan Alanindra, S. 2013. Nasional Multifungsi Lahan Sawah. Hal:
Analisis Struktur Vegetasi Pohon di Sekitar 93-102
Mata-air yang Berpotensi untuk Konservasi Tigges, J., Tobia, L., and Patrick, H. 2013. Urban
Mata-air. Laporan Kegiatan Hibah Vegetation Classification: Benefits of
Penelitian Biodiversitas Tropika untuk Multitemporal RapidEye Satellite Data.
Pengembangan Materi Pembelajaran. Remote Sensing of Environment Journal.
Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM. (136): 66-75
Saputra, A. 2014. Analisis Vegetasi Pohon di Wang, C., Zhao, C.Y., Xu, Z.L., Wang, Y., and
Daerah Tangkapan Air Mata-air Cokro dan Peng, H. 2013. Effect of Vegetation on Soil
Umbul Nila Kabupaten Klaten, Mudal dan Water Retention and Storage in a semi-Arid
Wonosadi Kabupaten Gunungkidul. Tesis. Alpine Forest Catchment. Journal of Arid
Studi Biologi Program Pascasarjana UGM. Land. 5(2): 207-219
Yogyakarta.
Schadek, U., Barbara, S., Robert. B., and Michael,
K. 2009. Plant Species Richness, Vegetation

AGRIMETA VOL. 08 NO. 16 OKTOBER 2018 Page 44

Anda mungkin juga menyukai