NIM : C1L020070
TUGAS UTS
RESUME
A.) Pustaka 1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Hutan memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan
manusia seperti ekologi dan tata air (Alansi et al., 2009; Bosh dan Hewlett,
1982; Ilstedt et al., 2007, Saptarini et al., 2007), ekonomi dan ekowisata/jasa
lingkungan (Mukhamadun et al., 2008; Pareraet et al., 2006; Sianturi, 2001).
Namun demikian, sumberdaya hutan pada kenyataannya rentan mengalami
perubahan baik secara alamiah maupun sebagai akibat dari aktivitas manusia
(antropogenik), sehingga peran hutan dalam berbagai aspek tersebut dapat
menjadi tidak maksimal atau bahkan sebaliknya. Dalam hal ini, informasi
tentang karakteristik hutan khususnya keadaan vegetasi penting untuk
menunjang perencanaan dan evaluasi penerapan suatu model pengelolaan
hutan.
Sebagai bagian dalam penyediaan data dan informasi tersebut, studi
potensi vegetasi dan cadangan karbon di Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus (KHDTK) di Desa Senaru Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB) menjadi penting dilakukan. KHDTK Senaru adalah salah satu
KHDTK untuk tujuan pendidikan yang dikelola Universitas Mataram sesuai
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No SK 392/Menhut-II/2004. KHDTK
merupakan kawasan hutan produksi yang berbatasan langsung dengan Taman
Nasional Gunung Rinjani (TNGR) di bagian selatan dan areal pertanian di
bagian utara. Data dan informasi yang diperoleh dari penelitian ini selain
bermanfaat untuk pengembangan alternatif model pengelolaan KHDTK
Senaru juga dapat memperkaya informasi tentang sumberdaya hutan yang
sudah dipublikasikan saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
potensi vegetasi (jenis dan dominansi vegetasi) dan cadangan karbon di
KHDTK Senaru Lombok.
b. Kerangka Masalah
- Apa yang di maksud cadangan carbon
- Apa saja jenis dan dominasi vegetasi di KHDTK senaru
c. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi vegetasi (jenis dan
dominansi vegetasi) dan cadangan karbon di KHDTK Senaru Lombok.
d. Manfaat
untuk mengetahui potensi vegetasi (jenis dan dominansi vegetasi) dan
cadangan karbon di KHDTK Senaru Lombok.
TINJAUAN PUSATAKA
Potensi vegetasi merupakan salah satu data dan informasi penting yang
diperlukan dalam pengembangan suatu model pengelolaan hutan. Kajian tentang
potensi vegetasi (Arrijani et al., 2006; Arrijani, 2008; Mukrimin, 2011) umumnya
menggunakan parameter kerapatan (jumlah individu per satuan luas), frekuensi
(proporsi jumlah sampel dengan spesies tertentu terhadap total jumlah sampel),
dominasi penutupan (proporsi luas bidang dasar yang ditempati suatu spesies
terhadap luas total habitat) dan Index Nilai Penting (INP). INP yang diperoleh
dari penjumlahan nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif,
merupakan parameter kuantitatif yang menyatakan dominansi suatu spesies dalam
suatu komunitas tumbuhan. Keragaman vegetasi dalam hal struktur dan komposisi
yang terdapat di suatu wilayah pada prinsipnya merupakan cerminan dari hasil
interaksi antara berbagai faktor lingkungan dan dapat berubah akibat faktor
aktivitas manusia (antropogenik) (Sundarapandian dan Swamy, 2000).
Pengumpulan data primer secara langsung dari lapangan dilakukan pada
plot contoh. Ukuran plot contoh untuk pendugaan cadangan karbon atas
permukaan dan karbon tanah mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI
7724:2011) (BSN, 2011) yaitu 20 x 20 m untuk tingkat pohon, 10 x 10 m untuk
tingkat tiang, 5 x 5 m untuk tingkat pancang dan 2 x 2 m untuk tingkat semai,
biomass tumbuhan bawah tegakan dan seresah. Sampel tanah diambil 5 titik pada
tiap plot ukuran 20 x 20 m, dan tiap titik dengan 4 lapisan; 0 - 5 cm, 5 - 10 cm, 10
- 20 cm dan 20 - 30 cm. Analisis data yang dilakukan meliputi identifikasi jenis
vegetasi, analisis INP, pendugaan karbon atas permukaan tanah dan karbon tanah.
Biomassa pohon (diameter > 5 cm) atas permukaan tanah ditentukan
menggunakan persamaan alometrik yang dikembangkan oleh Katterings (2001)
dalam Hairiah dan Rahayu (2007), dan Krisnawati et al. (2012), yang
dikembangkan pada ekosistem hutan lahan kering sekunder di Provinsi Jambi. BK
= 0,11 r D2.62 dimana BK = Berat kering (kg), D = diameter (cm) dan r = berat
jenis kayu (g/cm3 ) Persamaan ini digunakan dengan alasan persamaan alometrik
yang spesifik lokasi belum tersedia. Krisnawati et al. (2012) dalam monograf
yang menyajikan persamaan alometrik untuk berbagai tipe hutan di Indonesia
menunjukkan bahwa untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menjadi lokasi
dari penelitian ini terdapat persamaan alometrik volume pada ekosistem hutan
lahan kering untuk jenis Duabangan sp dan Toona sureni yang dikembangkan
oleh Direktorat Inventarisasi Hutan tahun 1990.
METODE PENELITIAN
KESIMPULAN
Berdasarkan data, hasil analisis dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Dari survei diperoleh total 32 yaitu jenis/spesies tumbuhan. Pada tingkat
semai, pancang, tiang dan pohon ditemukan masing-masing 10, 8, 17 dan 20 jenis,
yang sebagian besar merupakan jenis budidaya seperti sengon, mahoni, nangka,
alpukat, kakao, gamal, kemiri dan kopi.
2. Dua spesies dengan INP tertinggi untuk tingkat semai dan pancang adalah kopi
dan kakao, dengan nilai INP pada tingkat semai masing-masing 120,3 dan 34,2,
dan pada tingkat pancang masing-masing 146,1 dan 92,5, sedangkan dua spesies
dengan INP tertinggi untuk tingkat tiang dan pohon adalah dadap dan sengon,
dengan INP pada tingkat tiang masing-masing 77,9 dan 48,7 dan pada tingkat
pohon masing-masing 87,1 dan 79,9.
3. Cadangan karbon KHDTK Senaru adalah sebesar 126,41 ton C/ha, dengan
rincian cadangan karbon atas permukaan tanah sebesar 83,71 ton C/ha dan karbon
tanah sebesar 42,7 ton C/ha
B.) Pustaka 2
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pengembangan model hutan pendidikan yang sesuai dengan kondisi
setempat memerlukan studi dan kajian awal yang komprehensip. Data dan
informasi awal yang cukup termasuk data biofisik dan sosial ekonomi memiliki
arti penting sebagai dasar dalam mengembangkan alternatif-alternatif model.
Sebagai bagian dalam penyediaan data dan informasi tersebut, studi potensi
vegetasi dan karakteristik tanah lokasi hutan pendidikan senaru menjadi sangat
penting dilakukan. Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui sejarah
penggunaan lahan, tingkat kesejahteraan dan sumber penghidupan masyarakat
dikawasan KHDTK Senaru. Serta untuk mengetahui bentuk interaksi masyarakat
dalam pengelolaan kawasan hutan KHDTK Senaru.
b. Kerangka Masalah
- Bagaiman tingkat kesejahteraan masyarakat desa senaru
- Bagaimana pola interaksi masyarakat dalam pengelolaann hutan
KHDTK senaru
c. Tujuan
(1) Untuk mengetahui sejarah penggunaan lahan di Kawasan KHDTK Senaru.
(2) Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan dan bentuk penghidupan
masyarakat dikawasan KHDTK Senaru.
(3) Untuk mengetahui pola interaksi masyarakat dalam pengelolaan kawasan
hutan KHDTK Senaru.
d. Manfaat
(1) mengetahui sejarah penggunaan lahan di Kawasan KHDTK Senaru.
(2) mengetahui tingkat kesejahteraan dan bentuk penghidupan masyarakat
dikawasan KHDTK Senaru.
(3) mengetahui pola interaksi masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan
KHDTK Senaru.
METODE PENELITIAN
a. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di KHDTK di Desa Senaru, Kecamatan
Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat
b. Alat dan Bahan
c. Metode Penelitian
-data, unit análisis
-cara pengambilan data
Sesuai dengan sifat kegiatannya yang berupa pengumpulan
informasi/data, maka kajian ini menggunakan pendekatan partisipatif.
-cara analisis data
dapat dilakukan dengan teknik triangulasi (pemeriksaan silang dari
berbagai perspektif). Tiga jenis triangulasi yang digunakan adalah:
Triangulasi peneliti, Triangulasi data dan Triangulasi metodologi.
KESIMPULAN
Mayoritas sumber penghidupan masyarakat desa senaru terletak pada
sektor pertanian kemudian di ikuti oleh sektor-sektor lainnya, sebagian besar
masyarakat senaru juga masih termasuk dalam kategori miskin. Hal ini
megindikasikan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat desa senaru terhadap
sumberdaya alam masih cukup tinggi.
Pola interkasi masyarakat desa senaru dibangun dengan menggunakan
pendekatan agroforestry, hal ini dapat dilihat dari bentuk penggunaan lahan yang
memadukan berbagai jenis tanaman, baik tanaman hutan dengan tanaman MPTS
yang lebih produktif dalam suatu areal garapan. Dengan harapaan bahwa pola-
pola ini dapat memberikan nilai ekonomi lebih bagi mereka. Meskipun demikian
permasalahan juga tidak lepas dari kehidupan masayarakat desa senaru, mulai dari
konflik sumberdaya hutan, sampai pada keterbatasan kapasitas dan SDM dalam
mengelola lahan garapan.
C.) Pustaka 3
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Senaru, merupakan
suatu kawasan hutan yang dikhususkan untuk tujuan pendidikan di Nusa
Tenggara Barat. Secara administrasi KHDTK Senaru terletak di Desa
Senaru, Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Hutan Senaru
ditetapkan berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor :
765/KPTS/UM/10/82 status sebagai hutan produksi dengan luas 225,7 ha.
Kawasan ini sudah dikukuhkan menjadi hutan pendidikan diserahkan
pengelolaannya kepada Universitas Mataram berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.392/Menhut-II/2004, tanggal
18 Oktober 2004.
Dalam praktiknya, pengelolaan KHDTK Senaru masih menghadapi
beberapa peramasalahan dan tantangan. Salah satu yang menonjol adalah
terkait dengan ketidakpastian dalam penanganan pelanggaran yang
dilakukan oleh para pihak, baik oleh masyarakat, maupun pihak lain.
Pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat antara lain : (1) pendirian
rumah mukim dan tempat-tempat usaha di dalam hutan, (2) penebangan
illegal dan perambahan lahan untuk budidaya tanaman, (3) tata batas
kawasan hutan, yang diklaim bukan termasuk kawasan KHDTK Senaru.
Selain itu pelanggaran juga dilakukan oleh pihak lain, yaitu adanya
pendirian pondok wisata oleh penduduk asing, dan perluasan areal tanam
HTI memasuki KHDTK (Markum, 2016).
b. Kerangkan Masalah
(1) Bolehkah Universitas Mataram, dalam hal ini Prodi Kehutanan Unram
langsung bertindak sendiri jika terjadi pelanggaran oleh para pihak, atau
hal ini masih menjadi kewenangan KPH Rinjani Barat dan Dinas
Kehutanan Provinsi NTB ?
(2) Peran dan tugas apa saja yang perlu dideskripsikan dengan jelas,
antara Dinas Provinsi NTB, KPHL Rinjani Barat, dan masyarakat dalam
penindakan terjadinya pelanggaran ?
(3) Bagaimana seharusnya SOP di susun, apa saja yang perlu dirumuskan
di dalamnya?
c. Tujuan
(1) Untuk Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan
KHDTK Senaru
(2) Untuk Melakukan analaisis kebijakan dalam urusan pengelolaan,
pengamanan dan pengawasan hutan di KHDTK Senaru,
(3) Untuk Merumuskan instrumen untuk pengelolaan, pengamanan dan
pengawasan hutan di Hutan Pendidikan Unram di Senaru.
d. Manfaat
(1) Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan KHDTK
Senaru (2) Melakukan analaisis kebijakan dalam urusan pengelolaan,
pengamanan dan pengawasan hutan di KHDTK Senaru,
(3) Merumuskan instrumen untuk pengelolaan, pengamanan dan
pengawasan hutan di Hutan Pendidikan Unram di Senaru.
TINJAUAN PUSTAKA
Masyarakat sebenarnya memahami pentingnya konservasi, tetapi karena
luas lahan garapan yang ada relatif kecil (0,5 – 1 ha), maka petani berusaha
memanfaatkan lahan yang ada untuk mendapatkan penghasilan yang cukup.
Pilihan petani adalah lebih kepada tanaman yang memberikan manfaat ekonomi
dan sifatnya jangka pendek. Maka tanaman yang banyak dimanfaatkan adalah
tanaman buah-buahan dan MPTs lain, seperti nangka, alpukat, kopi, cokelat dan
pisang. Masalah yang ada adalah, Senaru yang sejak tahun 1990-an di rencanakan
untuk pusat pengembangan gaharu di NTB khususnya dan Indonesia pada
umumnya, saat ini tanaman tersebut tinggal puluhan pohon saja
METODE PENELITIAN
a. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di Hutan Pendidikan Unram Senaru (KHDTK
Senaru), di Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Kabupaen Lombok
Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2017.
b. Alat dan Bahan
c. Metode Penelitian
-data,unit análisis
Metode yang digunakan adalah kaji dokumen dan survei.
-cara pengambilan data
Teknik pengumpulan data menggunakan tiga cara yaitu (a) Kaji
Dokumen, (b) observasi lapangan, (c) Focus Group Discussion
(FGD), dan (c) Rountable Discussion.
-cara análisis data
Analisis data dilakukan dengan uraian deskriptif, mengacu pada
pertanyaan kunci yang telah disusun.
KESIMPULAN
D.) Pustaka 4
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Tanaman bambu merupakan tanaman serbaguna yang telah dikenal sejak
lama. Pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan dapat dilihat dari
keberadaan jembatan bambu yang biasa digunakan oleh masyarakat
pedesaan. Selain jembatan, bambu juga digunakan untuk membuat rangka
atap dan dinding bangunan. Namun demikian seiring dengan
berkembangnya teknologi, penggunaan bambu sebagai bahan bangunan
mulai ditinggalkan, peran bambu digantikan dengan besi, aluminium, dan
baja yang membuat bangunan terlihat lebih modern. Bambu tumbuh
secara alami dan berumpun di kawasan hutan Indonesia, tak terkecuali di
daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat.. Bambu biasanya digunakan
sebagai bahan pembuatan berugak, kerajinan, mebel, dan berbagai
souvenir khas daerah. Pengetahuan tentang kondisi tempat tumbuh,
pertumbuhan dan ciri morfologi masingmasing bambu juga penting,
karena perbedaan tempat tumbuh akan mempengaruhi sifat dan kualitas
dari bambu tersebut. Keberadaan bambu di KHDKT Senaru tidak
dimanfaatkan masyarakat dengan bijak, bambu dianggap mengganggu
karena perawakannya seperti semak dan memakan lahan yang digunakan
untuk tanaman masyarakat. Sebagian masyarakat bahkan memusnahkan
tanaman bambu dengan cara membakar bambu agar lahan menjadi bersih
dan dapat digunakan untuk budidaya tanaman lain. Hal ini terjadi karena
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang jenis dan sifat-sifat bambu
yang ada di sekitar mereka, sehingga tidak bisa memanfaatkan bambu
dengan baik. Penelitian tentang sifat bambu telah banyak dilakukan,
namun hingga saat ini belum ada data mengenai jenis bambu apa saja
yang tumbuh di KHDTK Senaru dan seperti apa karakteristik dari setiap
jenis tersebut. Oleh karena itu penelitian mengenai jenis dan karakteristik
sifat bambu yang tumbuh di KHDTK Senaru dirasa penting untuk
dilakukan
b. Kerangka Masalah
- jenis morfologi bambu yang ada KHDTK senaru?
- Bagaiman sifat fisika yang pada setiap jenis bamboo yang ada di
KHDTK senaru?
c. Tujuan
Penelitian karakteristik dan jenis bambu ini dilakukan untuk mengetahui
dengan jelas morfologi dan sifat fisika setiap jenis bambu yang tumbuh di
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Senaru, karena belum
ada data tentang jenis dan kualitas bambu yang terukur di daerah ini.
d. Manfaat
Mengetahui dengan jelas bagaimana karakteristik dan morfologi bambu
yang tumbuh di KHDTK senaru
TINJAUAN PUSTAKA
Masyarakat mengenal bambu karena memiliki beberapa keunggulan dari
segi manfaat (furniture, konstruksi bangunan ringan, kerajinan) dan harganya
lebih murah bila dibandingkan dengan kayu. Jenis-jenis bambu didunia jumlahnya
cukup banyak sekitar 1000 jenis bambu dimana 60 jenis bambu terdapat di
Indonesia (Widdjaya, 2001)/ Bagi masyarakat yang hidup di daerah sekitar hutan,
keberadaan bambu di dalam hutan sangat membantu. Keterbatasan pemanfaatan
kayu karena adanya larangan penebangan pohon menjadikan bambu sebagai salah
satu alternatif bahan pengganti kayu (Wulandari,2011)
Menurut Wulandari (2014), definisi kadar air bambu merupakan indikator
banyaknya air dalam sepotong bambu yang dinyatakan sebagai persentase dari
berat kering tanurnya (Wulandari, 2014). Bervariasinya kadar air bambu dalam
suatu batang dipengaruhi oleh umur, musim, pemanenan dan jenis bambu (Basri
et.al, 2006).
Rerata berat jenis kering tanur bambu di kawasan KHDTK Senaru nilai
terendah pada bambu galah sebesar 0,61 dan yang tertinggi pada bambu ampel
sebesar 0,84. Berat jenis yang bervariasi disebabkan perbedaan morfologi,
anatomi dan jenis bambu (Pujirahayu, 2012). Berat jenis dan kadar air segar
memiliki hubungan berbanding terbalik yaitu apabila kadar air rendah maka berat
jenis tinggi hal ini disebabkan karena penyusutan pada batang bambu dipengaruhi
diameter maupun ketebalan dindingnya (Prayitno, 2008). Nilai Berat jenis pada
bambu pada Kawasan KHDTK Senaru termasuk rendah sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai masyarakat bahan kerajinan anyaman, mainan hingga
konstruksi ringan dengan pemakaian yang singkat (Manuhawae, 2006
METODE PENELITIAN
Bambu merupakan tanaman yang paling banyak dan tersebar merata di KHDTK
SEnaru. Tanaman bambu di daerah ini dapat ditemui di seluruh bagian kawasan,
baik di sisi timur maupun di sisi barat. Hasil survey menunjukkan bahwa terdapat
enam jenis bambu yang tersebar di KHDTK Senaru, yaitu jenis bambu ampel
(Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C), Kuning (Bambusa vulgaris var. striata),
Santong (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz ), Petung (Dendrocalamus asper
(Schult. f.) Backer ex Heyne), Tali (Gigantolochloa apus Kurz), dan Bilis. Bambu
kuning hanya dijumpai sebanyak dua rumpun dan tersebar pada bagian barat
kawasan, dengan lokasi tempat tumbuh di tebing dan di tanah kebun.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
This study discussed vegetation cover changes, diversity, and carbon storage in KHDTK
Senaru during a threetime scale (2013, 2018, before the earthquake, and 2018 after the
earthquake). The dense category of vegetation cover decreased by 3.57% from 2013 to
2018 before the earthquake and decreased further to 1.74% after the earthquake. The
moderate category fluctuated from an increase of 2.38% between 2013 and 2018 before
the earthquake to a decrease of 2.06% after the earthquake. Meanwhile, the sparse
area increased by 3.79% from 2018 before and after the earthquake. The vegetation
diversity in KHDTK Senaru, regardless of the year studied (2013 and 2018), was low as
indicated by the H' and d-margalef values, which fall under the low category. The carbon
storage fluctuated in each time scale (84.35 tons/ha in 2013; 89.09 tons/ha in 2018
before the earthquake; 79.91 tons/ha). The 6.49% decrease in carbon stock from 2018
before the earthquake to 2018 after the earthquake primarily occurred at the tree level.
This research implies that, by assessing the changes in vegetation covers, diversity, and
carbon storage, the managers can detect what kind and the size of the damage, the
location, and the causes of damage. Therefore, managers can develop wellinformed
policies and scenarios after an earthquake to prevent the expansion of changes either
caused by earthquakes directly or by anthropogenic activities.