ABSTRAK
Kebutuhan akan data perubahan stok karbon hutan yang memenuhi syarat
pengukuran, pelaporan dan verifikasi (Measurement, Reporting and
Verification, MRV) merupakan salah satu alasan dilakukannya desain ulang
Inventarisasi Hutan Nasional (National Forest Inventory, NFI). Sehingga dari
satu data inventarisasi bisa diperoleh beberapa informasi sekaligus seperti
potensi tegakan, struktur dan komposisi vegetasi serta biomasa dan karbon
hutan. Tulisan ini akan memaparkan tentang korelasi Indeks Nilai Penting
(INP) suatu jenis pohon dengan biomasa yang tersimpan di dalamnya.
Kajian dilakukan di SPTN III Maelang, Taman Nasional Bogani Nani
Wartabone. Biomasa pohon dihitung menggunakan persamaan alometrik,
sedangkan INP diperoleh dengan menghitung parameter penyusun INP yaitu
Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR).
Uji korelasi menggunakan data biomasa dan INP satu jenis pohon yang
sama. Berdasarkan hasil analisis vegetasi Alangium javanicum memiliki INP
tertinggi sebesar 29,34 %. Sedangkan jenis pohon dengan rata-rata
biomasa terbesar adalah Calophyllum soulattri dengan biomasa sebesar
96,53 Mg/ha. Analisis korelasi dengan taraf nyata 0,01 menunjukkan bahwa
INP berpengaruh nyata terhadap nilai biomasa dengan nilai korelasi sebesar
0,752 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara INP dengan
biomasa.
Kata kunci: korelasi, indeks nilai penting, biomasa, pohon
Makalah ini disampaikan dalam Seminar Rehabilitasi dan Restorasi Kawasan Hutan
Menyongsong 50 Tahun Sulawesi Utara, diselenggarakan oleh Balai Penelitian Kehutanan
Manado, Manado 9 Oktober 2014
2
Balai Penelitian Kehutanan Manado; Jl. Raya Adipura Kelurahan Kima Atas Kecamatan
Mapanget Manado Telp. 0431-3666683; Email: nurlita.indah@gmail.com
113
I. PENDAHULUAN
Dalam rangka pengumpulan data dan informasi terkait sumber
daya hutan, khususnya stok kayu dan penyebarannya, Kementerian
Kehutanan telah menerapkan Inventarisasi Hutan Nasional ( National Forest
Inventory, NFI) sejak tahun 1990-an. Kurang lebih 3000 plot contoh
telah dibuat dan dimonitor, yang tersebar secara sistematik di seluruh
wilayah Indonesia. Sebagian dari plot contoh juga telah dilakukan
pengukuran ulang (re-enumerasi). Terkait dengan inventarisasi Gas Rumah
Kaca (GRK), plot-plot contoh ini merupakan sumber potensi data yang
baik untuk pendugaan stok karbon hutan dan perubahannya. Terlebih
dengan adanya syarat pengukuran, pelaporan dan verifikasi ( Measurement,
Reporting and Verification, MRV) untuk menghitung seberapa besar
penurunan emisi (Ruslandi, 2012).
Inventarisasi hutan merupakan salah satu kegiatan yang selalu
dilaksanakan dalam pengelolaan hutan baik di kawasan produksi maupun
konservasi. Secara umum, inventarisasi bertujuan untuk memperoleh
informasi dan memantau kondisi sumberdaya hutan. Data yang diperoleh
dalam inventarisasi antara lain topografi, jenis tanah, curah hujan, jenis
pohon, dimensi pohon (diameter, tinggi, lebar tajuk), jumlah spesies pada
tiap tingkat pertumbuhan (semai, pancang, tiang, dan pohon), serta kondisi
sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan. Inventarisasi di awal kegiatan
dapat memberikan informasi awal kondisi hutan, sedangkan inventarisasi
secara berkala dapat menggambarkan pertumbuhan tegakan dan hasil kayu
(growth and yield) (Simon, 2007). Data hasil inventarisasi ini selain
digunakan untuk mengetahui potensi tegakan, juga untuk mengetahui
kondisi vegetasi dengan cara menganalisis struktur dan komposisi vegetasi
dalam pengolahan data lebih lanjut yaitu analisis vegetasi.
Analisis vegetasi biasa dilakukan untuk mempelajari komposisi jenis dan
struktur vegetasi pada satu wilayah. Dalam analisis vegetasi, terdapat dua
parameter yang biasa digunakan yaitu parameter kuantitatif dan parameter
kualitatif. Analisis vegetasi akan menjawab jenis tumbuhan yang dominan
dan memberi ciri utama komunitas hutan. Ukuran dominansi vegetasi
dinyatakan dalam beberapa parameter antara lain biomasa, penutupan
tajuk, luas basal area, indeks nilai penting dan perbandingan nilai penting
(Indriyanto, 2010).
Dalam proses hidupnya, vegetasi hutan melakukan proses fotosintesis
(metabolisme) untuk petumbuhan dan penambahan biomasa. Biomasa
diperoleh dari hasil proses fotosintesis tumbuhan dan berguna untuk
115
Faktor
Persamaan
Keterangan
K-i : Kerapatan
jenis ke-i
1.
Kerapatan
Relatif
KR-i : kerapatan
relatif setiap
jenis ke-i
terhadap
kerapatan total
F-i : frekuensi
jenis ke-i
2.
Frekuensi
Relatif
FR-i : frekuensi
relatif setiap
jenis ke-i
terhadap
frekuensi total
D-i : dominansi
jenis ke-i
3.
Dominansi
Relatif
4.
Indeks Nilai
Penting
DR-i : dominansi
relatif setiap
jenis ke-i
terhadap
dominansi total
117
Jenis Pohon
FR (%)
KR (%)
DR (%)
INP
(%)
Biomasa
(Mg/ha)
Alangium javanicum
4.85
12.74
11.75
29.34
88.65
Meliosma nitida
3.81
7.82
7.73
19.36
41.78
Myristica fatua
4.16
5.94
6.16
16.26
63.56
Calophyllum soulattri.
3.99
4.6
7.02
15.61
96.53
Cratoxylum celebicum
4.16
6.64
3.46
14.25
50.86
Psychotria sp.
4.51
5.94
2.7
13.15
30.88
Ardisia villosa
2.95
2.73
5.64
11.32
30.60
Canarium indicum
3.64
3.48
4.17
11.28
26.33
Syzygium glomeratum
3.47
4.07
3.7
11.23
67.99
10
Dillenia suffruticosa
4.16
2.62
4.27
11.06
65.65
11
Mangifera sp.
3.47
3.85
2.75
10.07
12.72
12
Polyalthia glauca
3.64
4.07
1.98
9.69
12.40
13
Pterospermum spp.
2.43
2.78
3.22
8.43
56.02
14
Palaqium obtusifolium
3.47
2.09
2.09
7.64
25.24
15
Talauma candolei
1.39
1.18
4.88
7.45
85.80
16
Turpinia sphaerocarpa
3.64
2.46
1.23
7.33
8.81
17
Drypetes longifolia
2.77
2.94
1.18
6.9
6.57
18
Bischoffia javanica
1.56
0.96
4.02
6.54
17.03
119
No
Jenis Pohon
FR (%)
KR (%)
DR (%)
INP
(%)
Biomasa
(Mg/ha)
19
Sandoricum koetjape
2.77
1.98
0.78
5.54
4.07
20
Aglaia tomentosa
2.43
2.3
0.58
5.31
0.25
21
Agathis philippensis .
1.21
1.07
2.71
4.99
16.24
22
Vitex cofassus
0.17
1.34
3.31
4.83
62.86
23
Eugenia sp.
1.21
1.23
2.23
4.68
20.25
24
Iilex cymosa
2.08
1.55
0.8
4.43
2.44
25
Zyzygium sp.
2.95
1.07
0.33
4.35
0.06
26
Knema sp.
1.39
1.66
0.99
4.04
6.87
27
Podocarpus neriifolius
1.21
0.48
1.87
3.57
13.06
28
Garcinia deodalanthera
2.08
0.86
0.33
3.26
8.40
29
Heritiera sp.
1.56
0.7
0.87
3.12
3.29
30
Pometia pinata
1.73
0.64
0.72
3.09
2.91
31
x5*
1.39
0.91
0.26
2.55
1.43
32
Ailanthus integrifolia
1.21
0.59
0.68
2.49
3.45
33
Celtis sp.
1.56
0.43
0.21
2.2
2.09
34
Cananga odorata
1.04
0.7
0.46
2.19
2.76
35
Ficus sp.
1.21
0.59
0.21
2.01
1.29
36
Gnetum sp.
1.91
0.05
0.03
1.99
1.36
37
Tetrameles nudiflora
0.35
0.21
1.37
1.93
5.93
38
Hibiscus tiliaceus
1.04
0.59
0.19
1.82
3.28
39
Pterospermum spp.
0.87
0.21
0.61
1.69
2.60
40
x3*
0.17
1.18
0.24
1.59
3.08
41
Ficus sp.
0.69
0.16
0.14
0.99
6.31
42
Bischoffia javanica
0.17
0.05
0.55
0.77
2.41
43
Artocarpus sp.
0.52
0.16
0.05
0.73
0.40
44
Merintek*
0.35
0.11
0.21
0.67
48.82
45
Alstonia
0.35
0.11
0.19
0.64
8.43
46
Aglaia sp.
0.35
0.11
0.15
0.6
6.47
47
Spondias amara
0.35
0.11
0.08
0.53
2.02
48
Paraseriantes falcataria
0.35
0.16
0.02
0.53
0.04
49
Pete*
0.35
0.11
0.06
0.52
2.59
50
x2*
0.35
0.11
0.03
0.48
1.08
No
Jenis Pohon
FR (%)
KR (%)
DR (%)
INP
(%)
Biomasa
(Mg/ha)
51
Ternstroemia elongata
0.17
0.05
0.2
0.43
9.04
52
Garuga floribunda
0.35
0.05
0.01
0.41
0.07
53
Koordesiodendron
celebicum
0.17
0.05
0.12
0.34
0.46
54
Macaranga sp.
0.17
0.11
0.05
0.33
0.25
55
x1*
0.17
0.05
0.1
0.33
4.48
56
x6*
0.17
0.05
0.03
0.26
0.11
57
Pangium edule
0.17
0.05
0.02
0.25
0.06
58
x4*
0.17
0.05
0.03
0.25
0.08
121
120.00
100.00
Biomasa (ton/ha)
80.00
60.00
Rata-rata
biomasa
(ton/ha)
40.00
20.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
INP (%)
25.00
30.00
35.00
INP
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Biomass
Biomass
1.000
.752**
.000
58
58
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Total biomassa dan stok karbon yang tersimpan dalam ekosistem hutan
sangat bervariasi di antara tipe dan kondisi hutan. Hasil kajian yang
dilakukan oleh Krisnawati dkk (2012) menyebutkan pool karbon pada
biomassa di atas permukaan tanah merepresentasikan proporsi terbesar dari
total stok karbon, yaitu antara 53,6 % sampai dengan 70,6 %. Sedangkan
pohon (DBH 10 cm) merupakan komponen yang memberikan kontribusi
stok karbon terbesar
pada ekosistem hutan, yaitu dari 44 % sampai 65 %. Bervariasinya
proporsi ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi jenis
yang berkorelasi erat dengan kerapatan kayu, khususnya kerapatan kayu
pohon-pohon besar dengan volume kayu yang besar.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil analisis vegetasi menunjukkan jenis pohon dengan INP tertinggi
sebesar 29,34 % adalah Alangium javanicum. Sedangkan jenis pohon
dengan rata-rata biomasa terbesar adalah Calophyllum soulattri dengan
biomasa sebesar 96,53 ton/ha. Analisis korelasi dengan taraf nyata 0,01
menunjukkan bahwa INP berpengaruh nyata terhadap nilai biomasa dengan
nilai korelasi sebesar 0,752. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
signifikan antara INP dengan biomasa yang bernilai positif, yang berarti
peningkatan INP sebanding dengan biomasa. Terdapat satu peubah yaitu
diameter pohon yang sama-sama digunakan untuk menghitung biomasa dan
123