Anda di halaman 1dari 17

© 2016 Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP

JURNAL ILMU LINGKUNGAN


Volume 14 Issue 1: 1-10 (2016) ISSN 1829-8907

Potensi Mahoni (Swietenia macrophylla King) Pada Hutan


Rakyat Sistem Kaliwo di Malimada, Sumba Barat Daya
S.Agung Sri Raharjo, Hery Kurniawan, Aziz Umroni, Eko Pujiono, Mellianus Wanaha

Balai Penelitian Kehutanan Kupang, NTT; email : herykurniawan2012@gmail.com, agung_sriraharjo@yahoo.co.id

ABSTRAK
Hutan rakyat berpotensi menjadi solusi defisit kebutuhan kayu secara lokal maupun nasional. Optimalisasi
peran hutan rakyat memerlukan perencanaan yang tepat dan data yang akurat. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan potensi dan komposisi kayu penyusun hutan rakyat di Malimada, Kecamatan Wewewa Utara
Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Penelitian menggunakan pendekatan diskriptif kuantitatif
dengan metode sampling kuadrat. Sampel berjumlah 10 plot yang diambil secara puposive. Indeks Nilai
Peneting (INP) digunakan untuk menggambarkan potency kayu dan komposisi jenis penyusun hutan rakyat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahoni (Swietenia macrophylla King) mendominasi tegakan dengan nilai
INP pada tingkat sapihan, tiang dan pohon berturut-turut adalah 188,28; 211,28 dan 246,04. Struktur tegakan
yang ada memiliki karakteristik yang hampir sama dengan hutan alam, hal ini terlihat dari grafik distribusi
tingkat pertumbuhan yang berbentuk (J) terbalik (reverse J-shape).

Kata kunci : potensi kayu, hutan rakyat, mahoni, analisis vegetasi

ABSTRACT
Private forests potentially solve the problem of local and national wood deficit. Optimizing the role of private
forests, needs proper plannings and accurate data. This study aimed at determining wood potency and
composition on private forest of Malimada, North Wewewa sub district, Southwest Sumba District of East Nusa
Tenggara. This research used quantitative descriptive approach. Samplings purposive used quadrat methods
with 10 plots were established. Important Value Index (IVI) was employed in order to depict wood potency and
trees composition of private forest. The research results revealed that standing stock predominantly by
mahogany (Swietenia macrophylla King.) with IVI at saplings, poles, and trees level were 188.28; 211.28 and
246.04 respectively. The existing structure stock has similar characteristics to the nature forest, this was
indicated by reverse J-shape level of growth distribution curve.

Keywords : wood potency, private forest, mahogany, vegetation analysis.

Cara sitasi: Raharjo, S.A.S., Kurniawan, H., Umroni, A., Pujiono, E., Wanaha, M. (2016). Potensi Mahoni (Swietenia macrophylla
King) Pada Hutan Rakyat Sistem Kaliwo di Malimada, Sumba Barat Daya. Jurnal Ilmu Lingkungan,14(1),1-10,
doi:10.14710/jil.14.1.1-10 lahan kaliwo dan Njurumana et.al (2008) yang
membandingkan kondisi tanah pada sistem kaliwo dan
mamar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
1. PENDAHULUAN potensi kayu, potensi permudaan, komposisi jenis
Indonesia memiliki sekitar 4.000 jenis penyusun hutan rakyat di Malimada, dan kepadatan
pohon, yang berpotensi sebagai kayu bangunan. yang optimal untuk pertumbuhan tegakan mahoni
Namun pada saat ini hanya sekitar 400 jenis pada sistem pertanian campur model kaliwo.
atau 10% saja yang memiliki nilai ekonomi dan
hanya 260 jenis yang telah digolongkan sebagai
kayu perdagangan (Soerianegara dan 2. METODE PENELITIAN
Lemmens, 2002). Sedangkan kebutuhan kayu 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
nasional mencapai 5758 juta m3/tahun, disisi Penelitian dilaksanakan di Desa Malimada,
lain, kemampuan produksi kayu hutan alam
dan hutan tanaman diperkirakan hanya sekitar
45,8 juta m3/tahun, sehingga terjadi defisit
kebutuhan kayu sebesar 11,3 juta m 3/tahun
(Kemenlh, 2007., Warisno dan Dahana, 2011).
Defisit tersebut dapat ditutupi dari potensi
hutan rakyat yang ada, dengan luasan
1.568.415,64 ha hutan rakyat menghasilkan
kayu sebesar
39.416.557 m3 (Dephut, 2008). Pada skala
regional Nusa Tenggara Timur (NTT)
kebutuhan kayu pertukangan sangat tinggi.
Secara adat masyarakat di Pulau Timor
umumnya memiliki tiga bangunan yaitu Lopo
(lumbung), rumah induk, dan dapur. Untuk
membangunnya dibutuhkan setidaknya 6,3562
m3- 7,1266 m3 dalam bentuk kayu log dan
papan (Raharjo, et al., 2014). Berdasarkan
datadata tersebut hutan rakyat berpotensi
menutup defisit kebutuhan kayu secara lokal
dan nasional serta mengatasi ketimpangan
supply dan demand (Waluyo, et.al,
2010.,Fujiwara et.al., 2011). Hutan rakyat juga
telah terbukti berperan dalam rehabilitasi
hutan dan lahan, menyediakan stok kayu bulat
dan menjadi tabungan bagi keluarga di sekitar
hutan (Yumi et al. 2011).
Kepadatan tegakan merupakan bahan untuk
mempelajari produktifitas tegakan. Laju pertumbuhan
tegakan di hutan tanaman relatif sensitif terhadap
variasi kepadatan (Sadono dan Umroni, 2012).
Kepadatan tegakan di lokasi penelitian perlu dievaluasi
kepadatannya karena pola budidaya masyarakat tidak
mengikuti pola yang biasa dikembangkan di hutan
tanaman.
Penelitian di hutan rakyat sudah banyak
Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 14 (1):1-10, 2016 ISSN : 1829-8907
dilakukan antara lain berkaitan dengan: karakteristik,
komposisi jenis dan pola pengelolaan hutan rakyat di
Jawa (Jariyah dan Wahyuningrum, 2008., Widiarti dan
Prajadinata, 2008). Sedangkan penelitian di lokasi
kaliwo sudah pernah dilakukan oleh Njurumana, et.al
(2014) tentang prespektif masyarakat terhadap
konservasi keanekaragaman jenis di dalam pola
pertanian campur model kaliwo. Njurumana et.al
(2013) meneliti tentang konservasi Cendana
(Santalum album L.) yang dilaksanakan masyarakat di
Raharjo, S.A.S., Kurniawan, H., Umroni, A.,
Kecamatan Wewewa Utara, Kabupaten Sumba Barat kepentingan yang terkait dengan komposisi
Daya (SBD), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). jenis dan permudaan alam di Kaliwo dengan
Kabupaten SBD merupakan kabupaten pemekaran metode quadrat plot seperti G ambar 1

wilayah Kabupaten Sumba Barat. Secara umum (Ardhana, 2012).


kabupaten ini memiliki karakteristik yang berbeda Petak ukur ditempatkan di lokasi
dengan wilayah lain di Pulau Sumba, Kabupaten SBD kaliwo masyarakat yang ditemukan kayu
memiliki tutupan lahan yang cukup bagus dan curah pertukangan (sapihan, tiang dan pohon).
hujan yang lebih banyak sehingga masyarakatnya Pengambilan plot berdasarkan kepemilikan
memiliki budaya menanam yang cukup kuat. Kegiatan lahan, satu plot merepresentasikan satu unit
penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2012. kepemilikan lahan. Data yang dikumpulkan
adalah jenis tanaman, jumlah tanaman, tinggi
2.2. Rancangan Penelitian tanaman, diameter tanaman dan potensi
Penelitian ini menggunakan metode permudaan.
deskriptif kuantitatif melalui survey lapangan Penentuan kepadatan tegakan yang optimal
secara langsung. Sampel berjumlah 10 plot yang untuk hutan rakyat ditentukan dengan indek
ditentukan secara purposive berdasarkan kepadatan tegakan menurut Reineke (1933).

© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP


Gambar 1. Bentuk Petak Ukur dalam Pengambilan Data

2.3. Analisis Data


Hasil pengukuran dianalisis
menggunakan rumus (Ardhana, 2012; Fajri dan Kerapatan suatu jenis
Ngatiman, 2012; Atmoko dan Sidiyasa., 2008): = X 100%
Kerapatan seluruh jenis
Kerapatan = Jumlah dari individu suatu jenis Kerapatan
Luas petak pengamatan Relatif

2
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP

Pujiono, E., Wanaha, M. (2016). Potensi Mahoni (Swietenia macrophylla King) Pada Hutan Rakyat Sistem Kaliwo di
Malimada, Sumba Barat Daya. Jurnal Ilmu Lingkungan,14(1),1-10, doi:10.14710/jil.14.1.1-10
Raharjo, S.A.S., Kurniawan, H., Umroni, A.,

Frekuensi
Jumlah petak ditemukan suatu
jenis
=
Dimana :
Jumlah seluruh petak pengamatan
SDI : Stand Density Index N : Jumlah pohon
dalam satu unit dlbds : Diameter pada rata-rata
luas bidang
Frekuensi Frekuensi suatu jenis
dasar
Relatif X
=
100%
Frekuensi seluruh jenis 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hutan Rakyat di Kabupaten SBD
Di Kabupaten Sumba Barat Daya
Luas bidang dasar suatu jenis berkembang pengelolaan lahan secara
Dominasi = agroforestri, masyarakat setempat
menyebutnya Kaliwo. Kaliwo atau pola
Luas petak pengamatan
pertanian lahan kering campuran merupakan
bentuk pengelolaan lahan oleh masyarakat
secara turun temurun yang terintegrasi dengan
lokasi perkampungan penduduk yang di
Dominas dalamnya dikembangkan berbagai jenis
Dominasi i suatu jenis tanaman, baik produktif maupun jenis tanaman
relatif = Dominasi seluruh jenis X 100% yang bernilai sosial budaya (Njurumana et.al.
Indek Nilai = Kerapatan relatif + Frekuensi relatif 2008). Sedangkan Vel (1994) menjelaskan
Penting + Dominasi relatif bahwa kaliwo merupakan bagian dari rumah
yang merupakan satu kesatuan dan tidak dapat
Penentuan Indeks Kepadatan Tegakan diberikan kepada orang lain selain anggota
dihutan rakyat dihitung dengan persamaan kelompok/keluarga. Gambaran keberadaan
(Reineke, 1933): kaliwo sebagai bagian dari wilayah
perkampungan adat seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Landscape perkampungan tradisional di Pulau Sumba (Vel, 1994; 79)

© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP


Secara umum jenis tanaman keras yang sebagai tabungan untuk memenuhi
tumbuh di hutan rakyat di Desa Malimada kebutuhankebutuhan mendesak yang
adalah mahoni (Swietenia macrophylla King.), membutuhkan biaya besar seperti membayar
pulai (Alstonia scholaris), kemiri (Aleurites biaya sekolah anak, acara adat dan keperluan
moluccana), mangga (Mangifera indica), nangka jaminan saat terjadi gagal panen. Pola
(Arthocarphus heterophyllus), lemme dan elo pemanfaatan ini sama dengan pemanfaatan hasil
(nama daerah). Masyarakat memanfaatkan hasil hutan rakyat di beberapa daerah di Pulau Jawa
hutan rakyat untuk kebutuhan subsisten dan antara lain: “tebang butuh”
kebutuhan tambahan. Kayu mahoni digunakan
R
a
h
a
rj
o,
S.
A
.S
.,
K
u
r
ni
a
w
a
n,
H
.,
U
m
r
o
ni
,
A
.,
3

2
0
1
6
,
P
r
o
g
r
a
m

S
t
u
d
i
Il
m
u
L
i
n
g
k
u
n
g
a
n
P
r
o
Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 14 (1):1-10, 2016 ISSN : 1829-8907

atau subsisten, pada lahan milik dan dikelola salah satunya dari kawasan kaliwo yang ada di
secara individual (Kusumedi dan Jariyah, 2010; Kabupaten SBD.
Jariyah dan Wahyuningrum, 2008., Awang,
2004). Sebagian besar produksi kayu mahoni 3.2. Komposisi Penyusun Tegakan
dipasarkan di dalam wilayah Kabupaten Sumba Sebaran tingkat pertumbuhan tegakan
Barat Daya, hanya sebagian kecil yang dijual mahoni pada plot pengamatan terbanyak adalah
keluar wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya. semai, kemudian diikuti oleh jumlah sapihan,
Pada lokasi penelitian banyak tiang dan pohon, seperti dapat dilihat pada
dikembangkan jenis mahoni yang diintroduksir Gambar 3. Secara umum hutan rakyat model
bersama dengan kegiatan rehabilitasi hutan dan kaliwo yang terdapat dilokasi penelitian tidak
lahan sejak tahun 1970-an. Secara alami, Mahoni dilakukan pemeliharaan seperti: penjarangan,
tersebar membentang dari selatan meksiko, pengaturan jarak tanam dan pengkayaan jenis.
Amerika Tengah sampai dengan bagian utara Sehingga kondisi distribusi kelas pertumbuhan
Brasil dan di tempat asalnya menjadi jenis kayu dari semai sampai tingkatan pohon di dalam
tropis yang paling bernilai dan diperdagangkan tegakan mahoni relatif identik dengan kondisi
secara internasional sejak tahun 1750 hutan alam pada kondisi uneven age forest.
(Camaracabrales dan Kelty, 2009). Berdasarkan Menurut Davis dan Johnson (1986) kondisi
data BPS tahun 2012, jumlah produksi kayu uneven age seperti pada hutan alam ditandai
mahoni di NTT pada tahun 2009 sampai dengan dengan grafik tingkat pertumbuhan dari pohon
tahun 2011 meningkat dari 699 m3/tahun sampai semai yang membentuk kurva “J”
menjadi 2.054 m3/tahun. Kayu mahoni ini terbalik (reverse “J” shape curve) dengan
sebagian besar berasal dari dari hutan rakyat, distribusi paling banyak adalah semai dan paling

sedikit adalah pada tingkatan pohon.

8
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP

Gambar 3. Grafik distribusi semai, sapihan, tiang dan pohon

Gambar 3. Graphic distribution of seedling, sapling, poles and trees


Raharjo, S.A.S., Kurniawan, H., Umroni, A., Pujiono, E., Wanaha, M. (2016). Potensi Mahoni (Swietenia macrophylla King) Pada Hutan Rakyat Sistem Kaliwo di
Malimada, Sumba Barat Daya. Jurnal Ilmu Lingkungan,14(1),1-10, doi:10.14710/jil.14.1.1-10

pengaruh pemilihan batas permudaan


jenis (mahoni) yang diameter buatan
Distribusi semai adaptif dan mudah pohon yang sehingga
yang banyak menyebar (dispersal). boleh hampir
menandakan potensi Sebaran biji Mahoni ditebang seluruh areal
permudaan yang baik. menjangkau area seluas menurutpera kondisi
Namun hal ini tidak 0,37–0,47 Ha, dengan turan daerah tegakannya
mengikuti pola yang jangkauan 30-50 m dari (perda) yang sangat rapat
lazim terjadi di hutan pohon induk dan rata- berlaku dengan
tanaman seperti rata menghasilkan 133 adalah ≥30 potensi
pengusahaan yang kapsul biji/pohon yang cm. Batas permudaan
intensif. Sebaran kelas berisi 45 biji bersayap diameter ini yang sangat
pertumbuhan pada per kapsul biji yang 75 jauh lebih tinggi. Hal ini
hutan tanaman atau persennya merupakan berbeda
pada kondisi even age biji yang viable (Cabrales dengan hasil
akan mengikuti pola dan Kelty, 2009). Hal ini Potens penelitian
distribusi normal atau menjadi salah satu i permudaan Shono dan
bellshaped distribution penyebab jenis mahoni mahoni yang Snook
curve (Davis dan mampu mendominasi tumbuh di (2006) di
Johnson, 1986). Namun seperti ditunjukkan pada Desa Balize yang
pola distribusi kelas Lampiran 1. Malimada menyatakan
pertumbuhan yang Pada melimpah adanya
terdapat di dalam kaliwo Tabel 1 dan keterbatasan
tidak mengikuti pola terlihat potensial permudaan
tersebutHal ini antara bahwa pada untuk dapat mahoni di
lain dikarenakan: (1). tingkatan melakukan hutan bekas
Masyarakat pohon, rata- regenerasi tebangan di
mengandalkan rata dengan baik. Balize
permudaan alami untuk diameternya Masyarakat (Amerika
30,8 cm di Malimada Tengah) dan
kecil jika dibandingkan dengan batas diameter boleh ditebang menunjukkan bahwa potensi
untuk komersial trading yang berlaku di Brasil keberlangsungan atau ketersediaan stok
yaitu ≥60 cm (Grogan et al., 2014). Selisih rata- (sustainability) rentan untuk dieksploitasi
rata diameter pohon di tegakan yang ada secara berlebihan.
(existing stock) dengan batas diameter yang

Tabel 1. Rata-rata Jenis Mahoni di Seluruh PU dan Potensi Tingkat Pertumbuhan

Rerata PU
Plot average
Tingkat N/ha
Diameter Tinggi
Level n N/ha
Diameter High
n
(cm) (m)
Semai - - 49,9 124.750
Sapihan 3,5 4,7 11,4 4.560

Tiang 13,91 11,56 3,3 330

Pohon 30,83 17,26 6 150

Keterangan: Data dikumpulkan dari 10 plot dengan metode kuadrat plot.


meregenerasi tegakan dengan rata- meyakini sekitarnya.
yang ada (2). masyarakat rata tingginya bahwa Permudaan
hanya mengambil 17,26 m. permudaan mahoni
pohon-pohon yang Kondisi ini alami memerlukan
sudah besar yang cukup mampu kondisi
biasanya ditebang sesuai mengkhawati tumbuh antara lain:
dengan kebutuhan rkan lebih baik cahaya yang
(subsisten) dan (3) mengingat dari cukup,

9
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 14 (1):1-10, 2016 ISSN : 1829-8907

kompetisi Kondisi ini dengan sebaran yang


tanaman relatif 3.3. Analisis Vegetasi merata. Asal usul kayu,
bawah yang proporsional Indeks Nilai potensi kayu dan
rendah dan kecuali pada Penting (INP) sebaran mahoni yang
area yang tingkatan merupakan salah satu besar di hutan rakyat di
terbuka Tiang pisau analisis yang Kabupaten Sumba Barat
antara 500- dimana membantu dalam Daya berpotensi untuk
5.000 kelimpahann menjelaskan nilai dikelola sebagai
m2(Shono ya lebih penting suatu jenis penyuplai industri kayu
dan Snook, sedikit dari secara relatif terhadap dengan sertifikasi
2006., tingkatan jenis lainnya dan verifikasi legalitas kayu
Camara- pohon. Gap kawasannya. (SVLK), sehingga
Cabrales dan yang terjadi Nilai penting suatu jenis meningkatkan nilai
Kelty, 2009). pada dapat menggambarkan jualnya, mengingat
Kondisi tingkatan tingkat dominasi atau mahoni merupakan
lahan di Tiang dapat penguasaan, sebaran dan komoditas kayu yang
lokasi terjadi kerapatan suatu jenis paling bernilai dari
penelitian karena disuatu kawasan (Hany hutan tropis Amerika
menunjukka kanopi dan Suryanto, 2014). (Shono dan Snook,
n bahwa belum Secara keseluruhan di 2006).
diluar lokasi terbuka wilayah Desa Malimada, Potensi
dengan akibat mahoni memiliki INP permudaan mahoni pada
vegetasi okupasi yang tinggi pada setiap tingkat tiang, pancang
yang rapat mahoni pada tingkat dan semai antara kriteria
merupakan tingkatan pertumbuhannya. Secara tinggi sampai sangat
padang pohon detail hasil analisis tinggi, dimana INPnya
savana, hal (oportunity vegetasi dapat dilihat berturutturut adalah
ini gap) pada Lampiran 1. 211,3 (sangat tinggi);
memberikan sehingga Urutan jenis 246 (sangat tinggi) dan
ruang menekan dengan nilai INP tiga 168 (tinggi). Sementara
tumbuh yang pertumbuha tertinggi pada kelas itu, komposisi penyusun
optimal n tanaman pohon adalah Mahoni tegakan dilihat dari INP
untuk dibawahnya. (188), Kemiri (40) dan pada tingkatan tiang
anakan Mengingat Kelapa (25). Kerapatan setelah mahoni adalah
mahoni mahoni pohon pada tingkatan ini Nangka (24,7) dan
tersebar. merupakan 215 individu ha-1 dengan Pinang (15,9). Pada
Semen jenis yang luas bidang dasar (lbds) tingkatan
tara apabila membutuhk secara keseluruhan pancangsetelah mahoni
dibuat suatu an sinar sebesar 17,9 m2 ha-1. Dari adalah Mangga dan Pulai
perbandinga (light- lbds tersebut, mahoni dengan INP berturut-
n secara rata damanding), memberikan kontribusi turut sebesar 17,6 dan
rata untuk jenis yang sebesar 13,47 m2 ha-1 15,4 dan pada tingkatan
setiap plot pertumbuha atau 75 persennya. semai setelah mahoni
maka nnya dapat Mahoni menjadi jenis adalah Kopi (INP=15,8)
perbandinga meningkat yang dominan dilihat dan Lamtoro (INP=8,5).
n jumlah ketika gap dari angka lbdsnya, hal Secara umum
pohon per kanopinya dapat terjadi karena komposisi penyusun
hektar untuk terbuka dan mahoni mudah tersebar tegakan di hutan rakyat
tingkat mampu dan termasuk jenis fast Malimada didominasi
pertumbuha bertahan growing (Lamb, 1966). oleh mahoni pada setiap
n semai : terhadap Mahoni selain tingkatan pertumbuhan
sapihan : cekaman mendominasi juga apabila dilihat dari
tiang : pohon cahaya mempunyai kerapatan okupasi atau luas bidang
adalah 8,3 : (Camara- yang tinggi, dari total dasarnya, sebaran dan
1,9 : 0,5 : 1 Cabrales dan kerapatan pohon di kerapatan ha-1.
secara Kelty, 2009., lokasi penelitian (215 Berdasarkan tingkat
berturut- Poorter, ind ha-1) mahoni dominasinya,
turut. 1999). berjumlah(150 ind ha-1) kesenjangan (gap)

10
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Raharjo, S.A.S., Kurniawan, H., Umroni, A., Pujiono, E., Wanaha, M. (2016). Potensi Mahoni (Swietenia macrophylla King) Pada Hutan Rakyat Sistem Kaliwo di
Malimada, Sumba Barat Daya. Jurnal Ilmu Lingkungan,14(1),1-10, doi:10.14710/jil.14.1.1-10

mahoni terhadap jenis per hektar yang Sukabumi dan diameter


lainnya di lokasi berhubungan secara 613 pohon acuan 30 cm
penelitian mencapai satu alometri (Sadono dan ha-1, di hutan sesuai
per sepuluh. Hal dapat Umroni, 2012). alam di diameter
terjadi karena: (1). Tapak Meskipun SDI pada saat Kalimantan minimal
dilokasi penelitian awalnya dikembangkan Tengah 621 perdagangan
mengindikasikan sebagai untuk tegakan murni dan pohon ha- setempat
preferensi tumbuh seumur, persamaan SDI 1
(Widiarti diperoleh
mahoni. Mahoni ini dengan beberapa dan SDImax
dihabitat alaminya penyesuaian (SDI untuk Prajadinata, sebesar 880.
mempunyai preferensi tiap kelas diameter) 2008) dan Sehingga
tumbuh subur di tanah pernah digunakan untuk dihabitat secara umum
yang berwarna hitam tegakan monokultur, alami mahoni nilai SDI di
(lebih kaya bahan multikultur dan tidak di Meksiko lokasi
organik, kalsium dan seumur (Woodall, et.al, kerapatannya penelitian
Phosfor), pada lahan 2005). Premis utama 658 pohon pada setiap
yang relatif datar dari SDI yang ha-1 (Camara- level
(Negreros-castillo dan dikembangkan oleh cabrales dan pertumbuhan
Mize, 2013). Sementara Reineke adalah apabila Kelty, 2009). berada di
sumba barat relatif rata-rata ukuran (size) Kepad bawah SDI
mempunyai curah hujan atau diameter pohon atan tegakan maksimal
yang cukup, tanah yang dari suatu area akan seperti dapat
sesuai dan awalnya meningkat pada saat mencapai dilihat pada
merupakan savana yang sama jumlah pohon maksimalnya Lampiran 2.
terbuka (pengamatan per unit area akan pada kondisi Hal ini
obyektif). (2). Jenis yang menururun (Woodall kepadatan mengindikasi
baru di introduksir dan et.al, 2003). maksimum kan pada
memiliki nilai ekonomi Kerapa (fullstock). lokasi
yang tinggi, sehingga tan mahoni Kondisi penelitian,
dengan cepat menjadi ha-1 pada dbh kepadatan tegakannya
preferensi masyarakat > 10 cm pada maksimum belum
(3). Mahoni termasuk hutan rakyat dapat mencapai
jenis tanaman yang di Desa ditandai maksimum
menghasilkan senyawa Malimada dengan (fullstock).
allelopathy. (480 ind ha-1) beberapa ciri Kondisi ini
Menurut diatas jumlah antara lain: sesuai
Cummings et.al (2012) pohon proses dengan ciri-
yang melakukan mahoni pada permudaan ciri tegakan
penelitian pada lahan hutan rakyat yang sedikit, pada kondisi
agroforestry mahoni, di Kabupaten terdapat understock
hambatan pertumbuhan Sidrap 400 pohon yang antara lain:
tanaman bawah dimana ind ha-1 (Rizal tertekan adanya
tidak ada kompetisi et al., 2012). dalam jumlah permudaan
cahaya, air dan nutrisi Kerapatan yang yang baik
bisa jadi disebabkan oleh pohon ha-1 signifikan (vigorous
adanya allelopathy yang secara total dan gap tajuk regeneration)
menekan pertumbuhan di hutan yang relatif , gap kanopi
tanaman bawah. rakyat kecil yang cukup
Malimada (Woodall, (sufficient
3.4. Kepadatan Tegakan pada dbh>10 2003). canopy gap)
Indeks kepadatan cm adalah Apabila dan
tegakan atau stand 635 pohon menggunaka kurangnya
density index (SDI) ha-1 n pendekatan kompetisi
dideskripsikan sebagai sementara kepadatan dan tekanan
kepadatan tegakan pada hutan sebagaimana tanaman
dengan diameter pada rakyat pola di habitat bawah
ratarata luas bidang kebun alaminya (Woodall, 2003).
dasar dan jumlah pohon campuran di sebesar 658

11
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 14 (1):1-10, 2016 ISSN : 1829-8907

Hal ini monokultur timoriensis) tanaman lain


perlu khusus untuk dan kadimbil seperti kopi
menjadi mahoni. (Instia sp), dan tanaman
salah satu sehingga pertanian
pertimbanga diperlukan perlu
n bahwa 4. upaya dilakukan.
jumlah KESIMPULA konservasi Hal ini
pohon dalam N jenis-jenis mengingat
satu hektar Berda lokal persebaran
masih bisa sarkan hasil potensial. mahoni
terus di dan Hutan rakyat secara alami
tingkatkan pembahasan mahoni yang di Desa
sehingga di atas maka ada memiliki Malimada
produktifitas dapat karakteristik sangat tinggi,
hutan rakyat disimpulkan pertumbuha sehingga
lebih optimal. bahwa n yang dikhawatirka
Karakteristik Komposisi hampir sama n
mahoni yang jenis di dengan mengganggu
menekan hutan rakyat hutan alam produksi
pertumbuhan Desa yang tanaman
jenis lain di Malimada ditandai perkebunan
bawahnya, didominasi dengan maupun
memaksa oleh mahoni bentuk kurva tanaman
masyarakat (Swietenia reverse J- pertanian
untuk cermat macrophylla shape pada yang ada. Hal
mengatur King.) dan distribusi ini dapat
ruang cenderung level dilakukan
tumbuh monokultur. pertumbuha dengan
hutan Hal ini nnya, hal ini mengurangi
rakyatnya ditunjukkan mengindikas sebaran
agar tanaman dengan nilai ikan peluang mahoni yang
pertanian INP yang keberlanjuta berada di
mendapatkan relatif tinggi n yang tinggi. lokasi
ruang untuk pada tingkat Secara tanaman
tumbuh. sapihan, umum perkebunan
Salah satu tiang dan kepadatan atau
upaya yang pohon untuk tegakan tanaman
dapat mahoni dihutan pertanian.
dilakukan berturut- rakyat
adalah turut adalah Malimada
dengan sebesar berada UCAPAN
membuka 246,04; dibawah TERIMA
lahan baru 211,28; kepadatan KASIH
untuk lahan 188,28. Jenis optimalnya, Peneli
pertanian mahoni yang sehingga ti
yang mendominas penambahan menyampaik
terbebas dari i pada sisi tanaman an ucapan
naungan lain masih terima kasih
mahoni menekan mungkin kepada para
secara spesies asli dilakukan. pihak yang
langsung. yang bernilai telah
Sementara budaya membantu
itu lahan seperti: 5. SARAN penelitian ini
yang telah mayela Pemis terutama
ditumbuhi (Artocarpus ahan lokasi kepada
mohoni glaucus), pertanaman Bapak
dipelihara injuwatu mahoni Paulus Solo
secara (Pleigynium dengan (KRPH

12
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Raharjo, S.A.S., Kurniawan, H., Umroni, A., Pujiono, E., Wanaha, M. (2016). Potensi Mahoni (Swietenia macrophylla King) Pada Hutan Rakyat Sistem Kaliwo di
Malimada, Sumba Barat Daya. Jurnal Ilmu Lingkungan,14(1),1-10, doi:10.14710/jil.14.1.1-10

Wewewa and its Role in Natural Penelitian Sosial dan 09 No 01 Maret 2014.
Forest Management in Ekonomi Kehutanan. Vol Hal: 1-12
Utara) atas Yucatan Peninsula, 5. No 1. Maret 2008. Hal Reineke, L. H., 1933.Perfecting a
dukungan Mexico. Journal of 43-56. Stand Density Index for
dan Tropical Forest Science. Kusumedi, P. dan Jariyah, N.A., Even Age Forest. Journal
21(3): 235-245. 2010. Analisis Finansial of Agriculture
kerjasamany
Cummings, J.A., Parker, I.M., and Pengelolaan Agroforestri Research46:627-638.
a dalam Gilbert, G.S., 2012. dengan Pola Sengon Rizal, H.B.A., Nurhaedah dan
pelaksanaan Allelopathy: a Tool for Kapulaga di Desa Tirip, Hapsari, E..2012. Kajian
penelitian. Weed Management in Kecamatan Strategi Optimalisasi
Forest Restoration. Plant Wadaslintang, Kabupaten Pemanfaatan Lahan
Ucapan Wonosobo. Jurnal
Ecology 2012. 213; Hutan Rakyat Di Provinsi
terima kasih 1975–1989. DOI Penelitian Sosial dan Sulawesi Selatan.Jurnal
juga kami 10.1007/s11258-012- Ekonomi Kehutanan Vol. Penelitian Sosial dan
sampaikan 0154-x 7 No. 2 Juni 2010, Hal. 93 Ekonomi Kehutanan Vol.
Departemen Kehutanan. 2008. – 100. 9 No. 4
kepada Lamb, F.B., 1966. Mahogany of
Statistik Kehutanan Desember 2012, Hal. 216
Bapak/Ibu Indonesia 2008. Sub Tropical America : Its – 228.
yang telah Direktorat Statistik dan Ecology and
Sadono, R.,Umroni, D., 2012.
Management. University
membantu Jaringan Komunikasi Penentuan Indeks
Data Kehutanan. Jakarta. of Michigan Press. Ann
penyusunan Kepadatan Sengon di
Davis, L. S., Johnson, K.N., 1986. Arbor, MI.
Hutan Rakyat
dan Forest Management. Negreros-castello, P., Mize, C.W., (Kecamatan Kranggan
penerbitan McGraw-Hill Book 2013. Soil-site dan Pringsurat
Preferences for Mahogany
naskah ini. Company. New York. Kabupaten Temanggung).
Fajri, M. dan Ngatiman, (Swietenia macrophylla Jurnal Ilmu Kehutanan
2012.Analisis Vegetasi King.)in Yucatan Vol. VI (1): 53-60
Dan Assosiasi Jenis Pada Peninsula. New Forest
Soerianegara, I. dan RHMJ.
DAFTAR HabitatParashoreamalaa Vol. 44: 85-99.
Lemmens (eds.). 2002.
nonan MERR. Info Teknis Njurumana, G. N., Hidayatullah,
PUSTAKA M. dan Butarbutar, T., 2008.
Sumber Daya Nabati Asia
Ardhana, I.P.G., Dipterokarpa Vol. 5 No. 1, Tenggara 5(1): Pohon
September 2012 : 13 – Kondisi Tanah Pada Sistem
2012. penghasil kayu
23. Kaliwo Dan Mamar Di Timor
Ekologi perdagangan yang utama.
Fujiwara, T., Awang, S.A., Dan Sumba. Info Hutan Vol. V
Tumbuha PROSEA – Balai Pustaka.
Widayanti, W.T., Septiana, No. 1 : 45-51 Njurumana, G. N.,
n. Jakarta. ISBN 979-666-
R.M., Bariatul, H., Rahmat, D. Marsono., Irham., R. Sadono.,
Udayana 308-2.Hal. 7
M., Suyanto, A., and Sato, 2014. Konservasi
University Shono, K and Snook, L.K., 2006.
N., 2011. Overcoming Keanekaragaman Hayati
Press. Growth of Big-Leaf
Vulnerability Of Privately Tanaman Pada Sistem Kaliwu di
Denpasar. Mahogany (Swietenia
Owned Small-Scale Forest Pulau Sumba. Jurnal Manusia
Indonesia. Macrophylla) in Natural
Through Collective dan Lingkungan Vol. 21 No. 1.
Atmoko, T dan Forests in Belize. Journal
Management Unit Maret 2014. Hal 75-82.
Sidiyasa, of Tropical Forest Science
Establishment: A Case ____________________________________
K., 18(1): 66--73
Study Of Gunung Kidul _________., 2013.
2008.Kara Vel, J.. 1994. The Uma-economy:
District, Yogyakarta In Konservasi Cendana
kteristik Indigenous Economics
Indonesia. International (Santalum album L.)
Vegetasi and Development Work
Journal of Social Forestry Berbasis Masyarakat
Habitat in Lowanda Sumba
(IJSF), 2011, 4 (2):113- Pada Sistem Kaliwu di
Bekantan (Eastern Indonesia).
138. Pulau Sumba. Jurnal Ilmu
(Nasalis Thesis.WageningenUnive
Grogan, J., Landis, R.M., Free, Lingkungan Vol. 11 Issue
larvatus rsity.Holand.
C.M., Schulze, M.D., 2: 51-61.
Wurmb) Waluyo, E.A., Ulya, N.A. dan
Lentini, M., and Ashton, Poorter, L., 1999. Growth Martin, E., 2010.
Di Delta Responses of 15 Rain-
Mahakam, M.S., 2014. Big-leaf Perencanaan Sosial
mahogany forest Tree Species to a dalam Rangka
Kalimanta Light Gradient: The
Swieteniamacrophyllapo Pengembangan Hutan
n Relative Importance of
pulation dynamics and Rakyat di Sumatera
Timur.Jurn Morphological and
implications for Selatan (Social Planning
al Physiological
sustainable management. on Community
Penelitian Traits.Functional Ecology
Journal of Applied Forest
Hutan dan Vol. 13: 396-410
Ecology. Developm
Konservas Raharjo, S.A.S., Yuniati, D.,
Doi:10.1111/1365- ent in
i Alam. Prasetyo, B.D., Umroni, A.,
2664.12210 dan Lalus, M., 2014. South
Vol. V No.
Hany, A., Suryanto, P., 2014. Analisis Kebutuhan Kayu Sumatra).J
4 : 307-
Dinamika Agroforestry masyarakat di Desa urnal
316
Tegalan di Perbukitan Oenain Kecamatan Penelitian
Awang, S. A., 2004. Dekonstruksi
Menoreh. Jurnal Insana Fafinesu Hutan dan
Sosial Forestry: Reposisi
Penelitian Kehutanan kabupaten Timor tengah Konservas
Masyarakat dan Keadilan
Wallacea. Vol. 3, No.2: Utara ( Wood Needs i Alam. Vol
Lingkungan. Bigraf,
119-128. Anlysis of the People in VII. No 3.
Yogyakarta. Hal. 10.
Jariyah, N.A. dan Oenain village, Insana Hal 271-
Camara-Cabrales, L., Kelty, M.J.,
2009. Seed Dispersal of Wahyuningrum, N., Fafinesu Sub District, 280.
Big Leaf Mahogany Karakteristik Hutan Timor Tengah Utara Warisno dan
(Swietenia macrophylla) rakyat di Jawa. Jurnal District). Jurnal K.Dahana..
Flobamora Vol
13
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 14 (1):1-10, 2016 ISSN : 1829-8907

2011. Kasus di
Peluang Kabupaten
Investasi Gunung
Jabon Kidul,
Tanaman Provinsi
Kayu Masa Daerah
Depan. Istimewa
PT.Gramed Yogyakart
ia Pustaka a dan
Kabupaten
Utama.
Wonogiri,
Jakarta
Provinsi
Widiarti, A., Jawa
Prajadinat Tengah.
a, S., 2008. JurnalPen
Karakteris elitian
tik Hutan Sosial dan
Rakyat Ekonomi
Pola Kehutanan
Kebun Vol. 8 No.
Campuran. 3
Jurnal September
Penelitian 2011, Hal.
Hutan dan 196 – 210.
Konservasi
Alam Vol.
5 (2): 145-
156
Woodall, C.W.,
Miles, P.D.,
Vissage,
J.S., 2005.
Determini
ng Stand
Density
Index in
Mixed
Species
Stands for
Strategic-
scale
Stocking
Assessmen
ts. Forest
Ecology
and
Manageme
nt Vol.
(216):367
-377
Woodall, C.W., Fiedler, C.
E., Milner, K. S.,
2003. Stand
Density Index in
Uneven-age
Ponderosa Pine
Stands.
Canadian
Journal Of
Forest
Research Vol.
(33): 96100.
Yumi, Sumardjo,
Gani, D.S.,
Sugihen,
B.S., 2011.
Model
Pengemba
ngan
Pembelaja
ran Petani
Dalam
Pengelola
an Hutan
Rakyat
Lestari:

14
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Raharjo, S.A.S., Kurniawan, H., Umroni, A., Pujiono, E., Wanaha, M. (2016). Potensi Mahoni (Swietenia macrophylla King) Pada Hutan Rakyat Sistem Kaliwo di
Malimada, Sumba Barat Daya. Jurnal Ilmu Lingkungan,14(1),1-10, doi:10.14710/jil.14.1.1-10

Lampiran 1. Komposisi jenis di hutan rakyat dengan pola kebun campuran model Kaliwo di
Malimada, Sumba Barat Daya.

Tingkat pertumbuhantingkat pohon (Trees level of growth)

No Jenis Nama Botani (Botanical F FR D DR K KR INP


(Species) name) (RF) (RD) (D)

1 Mahoni Swietenia macophylla King. 1,00 13,47 150 188,28

1
2 Mahoni
Kemiri Swietenia
Aleurites macophylla
moluccana L King. 0,90
0,40 17,39 5,05
2,07 11,54 330
25 11,63 211,28
40,56
Wild.,1805
3
2 kelapa
Nangka Cocos nucifera L.
Arthocarpus 0,20 8,70
12,50 1,36
0,49 7,55
7,47 20
20, 9,30
4,76 25,55
24,73
4 Nangka Arthocarpus heterophyllus
heterophyllus Lamk. 0,30 13,04 0,60 3,32 10 4,65 21,01
3 Pinang Lamk.
Areca catecu L. 0,10 6,25 0,32 4,89 20 4,76 15,90
5
4 Lamtoro
Dopa Leucaena
- leucocephalaLamk. 0,10 4,35
6,25 0,14
0,26 0,76
3,94 2,5
20 1,16
4,76 6,27
14,95
5 Kemiri Aleurites moluccana L 0,10 6,25 0,24 3,64 10 2,38 12,27
6 Mindi Melia azedarach L.)
(Wild.,1805) 0,10 4,35 0,13 0,75 2,5 1,16 6,26
7
6 Elo
Lamme - - 0,10
0,10 4,35
6,25 0,11
0,14 0,61
2,12 2,5
10 1,16
2,38 6,12
10,76
8
7 Dopa
Rambutan - Nephelium lappaceum 0,10
0,10 4,35
6,25 0,08
0,10 0,44
1,48 10 1,16
2,38 5,95
10,11
TotalL. 2,3 100 17,95 100 100 300
1,60 100 6,61 100 420 100 300

Kelas pertumbuhan tingkatt Tiang


Pancang (Saplings
(Poles level of owth)
level of growth)
Kelas pertumbuhan tingka gr
No Jenis (Species) Nama Botani (Botanical F FR D DR K KR INP name) (RF) (RD) (D) (RD) (IVI)
No Jenis (Species) Nama Botani (Botanical F FR D DR K KR INP
name) (RF) (RD) (D) (RD)
(IVI)
1 Mahoni Swietenia macophylla King. 1,00 5,71 4560 246,04

2 Mangga Hutan Mangifera sp L. 0,10 7,14 0,50 7,31 160 3,17 17,63
3 Pulai Alstonia scholaris L. R.Br 0,10 7,14 0,45 6,65 80 1,59 15,38

4 Kopi Coffea arabica 0,10 7,14 0,06 0,87 160 3,17 11,18
5 Lamtoro Leucaena leucocephala 0,10 7,14 0,07 1,04 80 1,59 9,77
Lamk.
1,4 100 6,79 100 5040 100 300

Kelas pertumbuhan tingkat Semai (Seedling level of growth)


No Jenis (Species) Nama Botani (Botanical F FR (RF) K (D) KR (RD) INP (IVI)
name) (%) (%)

Mahoni Swietenia macophylla King. 1 71,43 124750 96,89 168,32

Kopi Coffea arabica 0,2 14,29 2000 1,55 15,84

Lamtoro 0,1 7,14 1750 1,36 8,50


Leucaena leucocephala
(Lamk)

Sirsak Annona muricata L. 0,1 7,14 250 0,19 7,34

1,4 100 128750 100 200

Keterangan (Remark):
F = Frekuensi (frequency), FR (RF) = Frekuensi relatif (relative frequency), D= Dominasi (domination), DR (RD)= Dominasi
relatif (relative domination), K (D) = Kerapatan (Density), KR (RD) = Kerapatan relatif (Relatif density), INP (IVI) = Indeks Nilai
Penting (importance value index)

Lampiran 2. Indeks kepadatan tegakan (Appendix


2. Stand density index).

15
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 14 (1):1-10, 2016 ISSN : 1829-8907

Plot (pada setiap


Lbds/Ha
level lbds (m2) lbds (cm2) D lbds (cm) N N/Ha SDI
(m2/Ha)
pertumbuhan)
1 *) 0,714 17,86 1428,63 42,66 5 125 294,7
**) 0,120 11,96 149,47 13,80 8 800 308,2
***) 0,010 4,08 81,59 10,20 5 500 118,5
2 *) 0,910 22,74 1299,32 40,68 7 175 382,4
**) 0,119 11,90 148,73 13,76 8 800 307,0
***) 0,026 10,20 68,00 9,31 15 1500 307,2
3 *) 0,773 19,32 1932,01 49,61 4 100 300,4
**) 0,076 7,64 127,32 12,74 6 600 203,2
***) 0,036 14,25 83,85 10,34 17 1700 411,9
4 *) 0,677 16,93 677,08 29,37 10 250 323,7
**) 0,024 2,41 240,84 17,52 1 100 56,5
***) 0,009 3,75 41,61 7,28 9 900 124,3
5 *) 0,451 11,27 901,46 33,89 5 125 203,7
**) 0,030 2,97 148,29 13,74 2 200 76,6
***) 0,016 6,55 163,77 14,44 4 400 165,8
6 *) 0,674 16,84 1122,80 37,82 6 150 291,5
**) 0,046 4,60 153,18 13,97 3 300 117,9
***) 0,014 5,67 29,86 6,17 19 1900 201,0
7 *) 0,854 21,36 610,32 27,88 14 350 417,0
**) 0,078 7,78 194,55 15,74 4 400 190,4
***) 0,005 2,05 18,62 4,87 11 1100 79,6
8 *) 0,624 15,61 520,20 25,74 12 300 314,4
**) 0,039 3,90 195,06 15,76 2 200 95,4
***) 0,008 3,28 36,48 6,82 9 900 111,8
9 *) 0,852 21,30 709,97 30,07 12 300 403,6
**) 0,113 11,33 161,84 14,36 7 700 287,5
***) 0,027 10,93 182,22 15,24 6 600 271,0
10 *) 0,652 16,30 592,73 27,48 11 275 320,1
**) 0,015 1,54 154,14 14,01 1 100 39,5
***) 0,018 7,09 22,86 5,40 31 3100 264,6
Keterangan (Remarks):
lbds = luas bidang dasar (basal area) lbds/Ha
= luas bidang dasar per hektar (basal area per hectar)
D lbds = diameter pada rata-rata luas bidang dasar (diameter average basal area)
N = Jumah pohon (number of trees)
N/Ha = jumlah pohon per hektar (number of trees per hectar)
SDI = index kepadatan tegakan (stand density index)
(*) = Kelas pohon (trees level)
(**) = Kelas tiang (poles level)
(***) = Kelas pancang (saplings level)

16
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Raharjo, S.A.S., Kurniawan, H., Umroni, A., Pujiono, E., Wanaha, M. (2016). Potensi Mahoni (Swietenia macrophylla King) Pada Hutan Rakyat Sistem Kaliwo di
Malimada, Sumba Barat Daya. Jurnal Ilmu Lingkungan,14(1),1-10, doi:10.14710/jil.14.1.1-10

17
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP

Anda mungkin juga menyukai