1, April 2015
Halaman 43 – 54
ISSN 2407 - 9049
ABSTRACT
This study aims to determine the composition, structure and Visualization vegetation canopy profile of Tahura Nipa-nipa at
Mangga Dua Village, Kendari City. Kelurahan Mangga Dua Kendari. This research was used mix method between partitioned
track and line that placed purposive sampling crossing the contour line. The Data were analyzed to obtain information about,
diversity, frequency, dominance, Important Value Index (IVI) and Shannon-Wiener Variety Index (H '). To visualize the
vegetation profile using SExI-FS software version 2.1.0. The results show the amount of the collected inventory as much as
1046 individual for all species, which are clustered in 43 species and 27 families. Myrtaceae and Verbenaceae are families
with the highest number of species. Castanopsis buruana and Baringtonia reticulata is species that dominate vegetation
communities. The level of community diversity in the study area was moderate with an index value of the average
community diversity (H ') of 2.83. Canopy stratification consists of 4 to 5 layers, this generally indicates the study sites
compiled by vegetation canopy layer of relatively complete.
informasi terbaru mengenai jenis, struktur dan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
komposisi vegetasi yang ada, yang kemudian yaitu : jumlah individu spesies, keliling batang,
divisualisasikan dalam bentuk profil tiga posisi pohon dan tiang dalam petak
dimensi untuk menggambarkan kondisi pengamatan, Tinggi total pohon dan Tinggi
vegetasi Tahura Nipa-Nipa saat ini. Data dan bebas cabang, serta beberapa data sekunder
informasi tersebut, diharapkan menjadi pendukung.
masukan bagi pengelolaan Tahura Nipa-Nipa Pengambilan data dilakukan pada plot
untuk menunjang kelestarian fungsi kawasan pengamatan berbentuk kombinasi petak dan
Tahura Nipa-Nipa. jalur (transek) sebanyak 5 buah jalur transek
dengan jumlah plot dalam satu jalur transek
METODE PENELITIAN sebanyak 5 buah plot pengamatan dengan
mempertimbangkan keterwakilan kondisi
Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan
lingkungan yang ada. Untuk mempelajari suatu
Tahura Nipa-Nipa Kelurahan Mangga Dua Kota
kelompok hutan yang luas dan belum diketahui
Kendari. Alat dan bahan yang digunakan
keadaan sebelumnya, paling baik digunakan
sebagai berikut : pita meter, haga meter, GPS,
cara jalur atau transek. Cara ini efektif untuk
golok, alat tulis, kamera digital dan
mempelajari perubahan vegetasi menurut
seperangkat komputer yang dilengkapi
keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Jalur-
aplikasi Microsoft Office 2007, dan software
jalur contoh dibuat memotong garis-garis
Spacially Explicit Individual-based Forest
topografi, misalnya dari tepi laut ke
Simulator (SexI-FS) versi 2.1.0, untuk
pedalaman, memotong sungai, dan menaik
memvisualisasikan kondisi nyata struktur,
atau menurun lereng pegunungan (Abdullah,
sebaran dan stratifikasi komunitas vegetasi
1993).
dalam suatu petak atau transek pengamatan.
Arah transek
a
b
c
Keterangan gambar : (a) Petak ukur 2 m x 2 m untuk mengamati tingkat hidup semai (seedlings),
(b) Petak ukur 5 m x 5 m untuk mengamati tingkat hidup pancang (saplings), (c) Petak ukur 10 m x
10 m untuk mengamati tingkat hidup tiang (poles), (d) Petak ukur 20 m x 20 m untuk mengamati
tingkat hidup pohon (trees)
44
Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal 43 - 54
Dengan : H = Indeks keanekaragamn Shannon-Wiener, N = Total nilai penting, n.i = Nilai penting
tiap spesies (Indriyanto, 2008).
45
Analisis Vegetasi dan Visualisasi Profil – Zulkarnain et al.
Tabel 1. Jenis dan Jumlah Individu serta Sebaran Jenis Tumbuhan menurut Tingkat Pertumbuhan
yang Ditemukan di Lokasi Penelitian.
Jml Tingkat Pertumbuhan
No. Nama Jenis Nama Latin Famili
Indv P T Pc S
1 Tarumangga Diospiros buxipollia Ebenaceae 239 * * * *
2 Roko Premna sp. Verbenaceae 234 * * * *
3 Koloua Chydenanthus excelsus Miers. Lecythidaceae 174 * * * *
4 Asam hutan Dillenia sp. Dilleniaceae 27 * * * *
5 Bintangur Callophyllum waworenteii Guttiferae 44 * * * *
6 Bolo-bolo Kds.
Adenandra celebica Theaceae 40 * * * *
7 Dongkala Anthocephhallus Rubiaceae 24 * * * *
8 Eha macrophyllus
Castanopsis buruana Miq. Fagaceae 96 * * * *
9 Jati hutan Geunsia quatemiforlia Verbenaceae 26 * * * *
10 Kapila Cananga odorata Annonaceae 9 * * * *
11 Kayu besi Metrosideros petiolata Myrtaceae 87 * * * *
12 Tembe uwa Kjellbergiodendron Myrtaceae 96 * * * *
13 Ponto Litsea firma Hook. f. Lauraceae 124 * * * *
14 Damar Canarium sp. Burseraceae 21 * * *
15 Puloli Lithocarpus cf. Fagaceae 32 * * *
16 Kalemo-lemo pseudomolucca
Archidendron pauciflorium Fabaceae 45 * * *
17 Anga Gluta elegans Kurz. Anacardiaceae 7 * * *
18 Karemati Vitex quinata Verbenaceae 16 * * *
19 Bolo-bolo Thea lanceolata Theaceae 3 * *
20 putih
Soga Peltophorum pterocarpa Caesalpinaceae 64 * *
21 Tambari Back.
Gmelina palawensis Verbenaceae 21 * *
22 Kolaka Parinarium corimbosum Miq. Rosaceae 1 *
23 Kuma Planchonella firma Sapotaceae 3 *
24 Kanifi kuli Rhodamina mulleri Bl. Myrtaceae 41 * * *
25 Korope Mischocarpus sundaicus Sapindaceae 148 * * *
26 Pinang hutan Areca sp. Arecaceae 108 * * *
27 Puta Barringtonia reticulata Lecythidaceae 363 * * *
28 Totabha Callophylum soulatri Clusiaceae 29 * * *
29 Waruruhi Syzygium subglauca Myrtaceae 17 * * *
30 Sio-sio Cratoxylon formasum Hypericaceae 5 * *
31 Kayu cina Podocarpus neriifolius Podocarpaceae 4 * *
32 Tiriondahi Alstonia macrophylla Apocinaceae 1 *
33 Kadea ghole Paratocarpus venesosa Moraceae 18 * *
34 Kakolo Disoxylum alliacaum Meliaceae 4 * *
35 waindi
Kuli lawa Lindera Lauraceae 16 * *
36 Jambu-jambu Gardenia anisophylla Rubiaceae 4 *
37 Melinjo Gnetum gnemon L. Gnetaceae 1 *
38 Gito-gito Diospyros pilosanthera Ebenaceae 8 * *
39 Welagho Blanco.
Saccopetaluim horsfieldii Annonaceae 2 *
40 Daun kikir Benn.
Semecarpus cuneiformis Anacardiaceae 2 *
41 Hokio Prunus arborea Rosaceae 1 *
42 Holea Cleistanthus laevis Hook. f. Euphorbiaceae 1 *
43 Walahopa Aporosa Euphorbiaceae 1 *
Keterangan : P = Pohon, T = Tiang, Pc = Pancang, S = Semai, * = Ditemukan
46
Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal 43 - 54
Hasil pengamatan dan analisis data pertumbuhan dan regenerasi yang cukup
pada lokasi penelitian, terkoleksi sebanyak baik pada lokasi studi. Terdapat dua jenis
1046 individu, yang terkelompok dalam 43 yang hanya ditemukan pada tingkatan pohon
jenis dan 27 famili, yang mengindikasikan dan tidak ditemukan pada tingkatan yang lain
bahwa wilayah studi disusun oleh komposisi yaitu Parinarium corimbosum dan
jenis yang cukup banyak dan kondisi hutan Planchonella firma. Hal ini mungkin
masih sangat baik. Famili dengan daya disebabkan karena kedua jenis ini
adaptasi dan toleransi yang tinggi adalah merupakan jenis yang membutuhkan cahaya
famili Lecythidaceae yang merupakan famili penuh untuk proses pertumbuhannya
dengan jumlah individu terbanyak kemudian sehingga anakan yang muncul dari jenis-jenis
famili Verbenaceae, Ebenaceae dan tersebut tidak tahan terhadap naungan dari
Myrtaceae. Adapun famili dengan jumlah pohon-pohon lain.
jenis terbanyak yaitu famili Myrtaceae dan Visualisasi Profil Vegetasi.
Verbenaceae, yakni masing-masing 4 jenis. Profil masing-masing transek
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pengamatan disajikan dalam bentuk gambar
terdapat 13 jenis yang tersebar pada seluruh yang secara visual dapat melukiskan situasi
tingkatan pertumbuhan pohon, tiang, nyata posisi pohon, tiang dan pancang
pancang, dan semai, yang mengindikasikan sebagai berikut :
jenis-jenis tersebut merupakan jenis dengan
2. B(B-Stoery) 9 21,1-30 m Dillenia sp., Adenandra celebica, Anthocephallus macrophyllus, Castanopsis buruana,
Archidendron pauciflorium, Cananga odorata, Metrosideros petiolata, Peltophorum
pterocarpa Back, Kjellbergiodendron.
3. C(C-Stoery) 18 9,5-20 m Dillenia sp., Adenandra celebica, Anthocephallus macrophyllus, Castanopsis buruana,
Geunsia quatemiforlia, Archidendron pauciflorium, Rhodamina mulleri, Cananga odorata,
Metrosideros petiolata, Mischocarpus sundaicus, Areca sp., Litsea firma
4 D(C-Stoery) 18 9,5-20 m Lithocarpus cf. Pseudomolucca, Barringtonia reticulata, Premna sp., Syzigium subglauca,
Diospiros buxipolia, Kjellbergiodendron.
47
Analisis Vegetasi dan Visualisasi Profil – Zulkarnain et al.
48
Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal 43 - 54
49
Analisis Vegetasi dan Visualisasi Profil – Zulkarnain et al.
Berdasarkan stratifikasi tajuk dalam Indriyanto, 2008 menjelaskan bahwa dua hal
hutan hujan tropis, maka pada lokasi penelitian yang menyebabkan terjadinya lapisan tajuk
untuk keseluruhan transek terdapat 3 stratum tersebut yaitu : Akibat persaingan
yaitu stratum A (A-stoery), stratum B (B- antartumbuhan, dan akibat sifat toleransi jenis
stoery), dan stratum C (C-stoery). Selain itu pohon terhadap intensitas radiasi
terdapat vegetasi liana, vegetasi herba dan Secara keseluruhan individu pada
vegetasi paku-pakuan yang membentuk masing-masing transek memiliki pola
stratum D (D-Stoery) dan stratum E (E-Stoery). distribusi (penyebaran) bergerombol
Pepohonan dengan tinggi tertentu akan (clumped), hal tersebut disebabkan oleh
membentuk suatu lapisan tajuk (stratifikasi). perbedaan kondisi tanah dan pola reproduksi
Tajuk yang dibentuk oleh pepohonan dari masing-masing individu serta respon
disebabkan oleh dua hal penting yang dialami terhadap kondisi lingkungan, selain itu
oleh tetumbuhan dalam komunitas vegetasi persaingan keras dalam memperoleh sumber
sebagai hasil dari interaksi masing-masing daya alam untuk proses pertumbuhan
pepohonan. Menurut Vickery, 1984 dalam mempengaruhi pola distribusi masing-masing
50
Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal 43 - 54
51
Analisis Vegetasi dan Visualisasi Profil – Zulkarnain et al.
52
Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal 43 - 54
bahwa spesies dominan adalah spesies yang Konsep ini dapat digunakan untuk mengukur
dapat memanfaatkan lingkungan yang kemampuan suatu komunitas pada suatu
ditempatinya secara efisien daripada spesies habitat dalam menyeimbangkan komponennya
lainnya dalam tempat yang sama. dari berbagai gangguan yang timbul
Beberapa vegetasi mempunyai (Soegianto, 1994 dalam Bambang Setyo Antoko
berpengaruh yang besar terhadap kestabilan et al, 2008). Kemantapan habitat merupakan
ekosistem pada komunitas tersebut yang faktor yang mengatur keanekaragaman spesies
ditandai dengan nilai INP terbesar yaitu pada (Heriyanto, 2004).
tingkat pohon Castanopsis buruana (INP =
53.50), tingkat tiang Baringtonia reticulata KESIMPULAN
(INP = 53.60), tingkat pancang Baringtonia
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
reticulata (INP = 43.30) dan pada tingkat semai
parameter kuantitatif vegetasi yang telah
yaitu jenis Baringtonia reticulata (INP =
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
26.20). Besarnya peranan Jenis-jenis tersebut
1. Komposisi vegetasi pada lokasi studi
terhadap kestabilan ekosistem diindikasikan
tersusun atas 43 jenis yang tergolong
oleh kerapatan yang tinggi, penyebaran yang
kedalam 27 famili pada semua tingkatan
luas, dan ukuran pohon yang besar. Secara
vegetasi. Famili Myrtaceae dan famili
umum, tumbuhan dengan INP tinggi
Verbenaceae merupakan famili dengan
mempunyai daya adaptasi, daya kompetisi dan
jumlah jenis terbanyak dimana dan Jenis
kemampuan reproduksi yang lebih baik
yang mendominasi pada lokasi penelitian
dibandingkan dengan tumbuhan yang lain
adalah Puta (Barringtonia reticulata) pada
dalam satu lahan tertentu (Irwan, 2009).
semua tingkatan vegetasi.
Sebaliknya dengan INP yang rendah
2. Vegetasi yang berpengaruh besar terhadap
mengindikasikan bahwa jenis-jenis tersebut
kestabilan ekosistem pada komunitas
sangat potensial untuk hilang dari ekosistem
tersebut yang ditandai dengan nilai INP
tersebut jika terjadi tekanan karena jumlahnya
terbesar yaitu Castanopsis buruana pada
yang sangat sedikit, kemampuan reproduksi
tingkat pohon dan Baringtonia reticulata
yang rendah dan penyebaran yang sempit
pada tingkat tiang, pancang dan semai.
dalam ekosistem tersebut.
3. Tingkat keanekaragaman komunitas pada
Secara keseluruhan tingkat
lokasi studi termasuk kedalam kategori
keanekaragaman pada semua tingkat vegetasi
sedang dengan nilai indeks
berada pada kisaran nilai di bawah 3, atau
keanekaragaman komunitas rata-rata (H’)
termasuk kategori melimpah sedang (Shanon-
sebesar 2.83.
Wiener dalam Kristian 2011). Sejalan dengan
4. Secara keseluruhan semua stasiun
itu Baku Mutu Lingkungan (Kepmen KLH No
pengamatan menunjukan pola distribusi
02 tahun 1988) dalam Fandeli (2000),
bergerombol (clumped), dengan
mengkategorikan Heterogenitas (H’) pada
stratifikasi tajuk terdiri 4 - 5 lapisan
lokasi penelitian tergolong Sedang. Menurut
tajuk, yang menunjukkan bahwa secara
Sugianto (1994) dalam Indriyanto (2006)
umum lokasi-studi disusun oleh vegetasi
bahwa keanekaragaman spesies dapat
dengan lapisan tajuk yang relatif lengkap.
digunakan untuk mengukur stabilitas
komunitas, yaitu kemampuan komunitas untuk
DAFTAR PUSTAKA
menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada
gangguan terhadap komponen-komponennya. Abdullah, T. S. 1993. Survay Tanah dan Evalusi
Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta.
53
Analisis Vegetasi dan Visualisasi Profil – Zulkarnain et al.
Bambang Setyo Antoko dkk, 2008. Perubahan Sintang Kalimantan Barat Jurnal
Fungsi Hutan di Kabupaten Asahan, Penelitian Kehutanan dan Konservasi
Sumatera Utara. Jurnal Info Hutan Alam. Vol 1 No.2. ISSn : 0216-0439.
Vol. V No. 4: 307-316, 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kehutanan RI. Undang-Undang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor,
Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Indonesia
Kehutanan. Jakarta Irwan, T. D. 2009. Komposisi Jenis dan Struktur
Djoko Setyo Martono, 2012. Analisis Vegetasi Tegakan Hutan Di Taman Nasional
Dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis Pohon Gunung Ciremai Jawa Barat (skripsi).
Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut
Rendah Di Taman Nasional Gunung Pertanian Bogor
Rinjani Nusa Tenggara Barat, Agri-tek Irwanto, 2006. Analisis dan Komposisi
Volume 13 Nomor 2 September 2012. Pengelolaan Hutan Manggrove di
http://www.unmermadiun.ac.id/repo Taman Nasional Pulau Marsegu
sitory_jurnal_penelitian/Jurnal%20Agr Provinsi Maluku. Tesis. Pasca Sarjana.
itek/Jurnal%20Agri- Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
tek%202012/September/3_Djoko%20 Indriyanto, 2008. Ekologi Hutan. Bumi Aksara.
SM%20hal%2018-27.pdf, diakses Jakarta
Februari 2015 Kristian, E. M. G., 2011. Komposisi Jenis dan
Fandeli, C. 2000. Analisis Mengenai Dampak Struktur Tegakan Hutan di Cagar Alam
Lingkungan Prinsip Dasar dan Sibolangit Sumatera Utara.
Penerapannya Dalam Pembangunan. Departemen Silvikultur Fakultas
Liberty. Yogyakarta. Kehutanan IPB. Bogor.
Fachrul M., Ferianita. 2007. Metode Sampling Nia Sabara , 2010. Tingkat Keanekaragaman
Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta. dan Komposisi Vegetasi pada Kawasan
Hardja D dan Gregoire V. 2008. SexI-FS: User Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia
Guide and Software version 2.1.0. world Kelurahan Anduonohu Kota Kendari.
Agroforestry Centre and Institut de Skripsi. Faperta Unhalu. Kendari
Recherche Pour Le Developpement Soerianegara I dan A. Indrawan., 2005.
(IRD) Ekosistem Hutan Indonesia.
Heriyanto, NM. 2004. Suksesi hutan bekas Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas
Tebangan di Kelompok Hutan Sungai Kehutanan IPB. Bogor
Lekawai_Sungai Jengonoi, Kabupaten
54