Anda di halaman 1dari 12

Ecogreen Vol. 1 No.

1, April 2015
Halaman 43 – 54
ISSN 2407 - 9049

ANALISIS VEGETASI DAN VISUALISASI PROFIL VEGETASI HUTAN


DI EKOSISTEM HUTAN TAHURA NIPA-NIPA
DI KELURAHAN MANGGA DUA KOTA KENDARI
Zulkarnain, La Ode Alimuddin, Abdur razak
Program Studi Kehutanan, FHIL Universitas Halu Oleo
Correspondence Author Email: zulkarnain.uho@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the composition, structure and Visualization vegetation canopy profile of Tahura Nipa-nipa at
Mangga Dua Village, Kendari City. Kelurahan Mangga Dua Kendari. This research was used mix method between partitioned
track and line that placed purposive sampling crossing the contour line. The Data were analyzed to obtain information about,
diversity, frequency, dominance, Important Value Index (IVI) and Shannon-Wiener Variety Index (H '). To visualize the
vegetation profile using SExI-FS software version 2.1.0. The results show the amount of the collected inventory as much as
1046 individual for all species, which are clustered in 43 species and 27 families. Myrtaceae and Verbenaceae are families
with the highest number of species. Castanopsis buruana and Baringtonia reticulata is species that dominate vegetation
communities. The level of community diversity in the study area was moderate with an index value of the average
community diversity (H ') of 2.83. Canopy stratification consists of 4 to 5 layers, this generally indicates the study sites
compiled by vegetation canopy layer of relatively complete.

Key words : Vegetation, Structure, Composition, Visualization Of Vegetation Profile

PENDAHULUAN susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau


struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan
Hutan merupakan suatu kesatuan
vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa
ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi
komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi
sumber daya alam hayati yang didominasi oleh
konkret dari semua spesies tetumbuhan yang
pepohonan, dalam persekutuan alam
menempati suatu habitat.
lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak
Salah satu Kawasan Hutan Konservasi di
dapat dipisahkan (UU No. 41 Tahun 1999).
Provinsi Sulawesi Tenggara dengan potensi
Hutan terbentuk dari berbagai jenis tumbuhan
flora dan fauna cukup tinggi adalah Taman
yang didalamnya terjadi suatu interaksi antara
Hutan Raya (Tahura) Nipa-Nipa, dan
komponen biotik dan abiotik yang membentuk
Kelurahan Mangga Dua merupakan bagian dari
suatu ekosistem. Interaksi dalam suatu
Kawasan Tahura Nipa-Nipa yang sebagian
komunitas tercermin dari struktur dan
besar wilayah administrasinya mencakup
komposisi vegetasi (Soerianegara dan
kawasan ini. Aksesibilitas masyarakat yang
Indrawan, 2005). Gambaran mengenai
cukup tinggi terhadap kawasan tersebut
komunitas tumbuhan hutan dapat dipelajari
berpotensi menyebabkan gangguan terhadap
dan dikaji dengan melakukan analisis vegetasi.
vegetasi di kawasan tersebut. Banyak
Irwanto (2006) mengemukakan bahwa
faktor yang dapat menyebabkan perubahan
Analisis vegetasi adalah suatu cara
kondisi vegetasi, umumnya aktifitas manusia
mempelajari susunan dan atau komposisi
menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan
vegetasi maupun bentuk (struktur) vegetasi
hutan, yang kemudian berdampak pada
dari tumbuh-tumbuhan. Lebih lanjut menurut
stabilitas ekosistem Tahura Nipa-Nipa. Oleh
Indriyanto (2008) analisis komunitas
karena itu perlu dilakukan Analisis vegetasi di
tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari
wilayah tersebut untuk mendapatkan
Analisis Vegetasi dan Visualisasi Profil – Zulkarnain et al.

informasi terbaru mengenai jenis, struktur dan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
komposisi vegetasi yang ada, yang kemudian yaitu : jumlah individu spesies, keliling batang,
divisualisasikan dalam bentuk profil tiga posisi pohon dan tiang dalam petak
dimensi untuk menggambarkan kondisi pengamatan, Tinggi total pohon dan Tinggi
vegetasi Tahura Nipa-Nipa saat ini. Data dan bebas cabang, serta beberapa data sekunder
informasi tersebut, diharapkan menjadi pendukung.
masukan bagi pengelolaan Tahura Nipa-Nipa Pengambilan data dilakukan pada plot
untuk menunjang kelestarian fungsi kawasan pengamatan berbentuk kombinasi petak dan
Tahura Nipa-Nipa. jalur (transek) sebanyak 5 buah jalur transek
dengan jumlah plot dalam satu jalur transek
METODE PENELITIAN sebanyak 5 buah plot pengamatan dengan
mempertimbangkan keterwakilan kondisi
Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan
lingkungan yang ada. Untuk mempelajari suatu
Tahura Nipa-Nipa Kelurahan Mangga Dua Kota
kelompok hutan yang luas dan belum diketahui
Kendari. Alat dan bahan yang digunakan
keadaan sebelumnya, paling baik digunakan
sebagai berikut : pita meter, haga meter, GPS,
cara jalur atau transek. Cara ini efektif untuk
golok, alat tulis, kamera digital dan
mempelajari perubahan vegetasi menurut
seperangkat komputer yang dilengkapi
keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Jalur-
aplikasi Microsoft Office 2007, dan software
jalur contoh dibuat memotong garis-garis
Spacially Explicit Individual-based Forest
topografi, misalnya dari tepi laut ke
Simulator (SexI-FS) versi 2.1.0, untuk
pedalaman, memotong sungai, dan menaik
memvisualisasikan kondisi nyata struktur,
atau menurun lereng pegunungan (Abdullah,
sebaran dan stratifikasi komunitas vegetasi
1993).
dalam suatu petak atau transek pengamatan.

Arah transek
a
b
c

Keterangan gambar : (a) Petak ukur 2 m x 2 m untuk mengamati tingkat hidup semai (seedlings),
(b) Petak ukur 5 m x 5 m untuk mengamati tingkat hidup pancang (saplings), (c) Petak ukur 10 m x
10 m untuk mengamati tingkat hidup tiang (poles), (d) Petak ukur 20 m x 20 m untuk mengamati
tingkat hidup pohon (trees)

Gambar 1. Desain bentuk plot pengamatan sampel


menggunakan metode kombinasi antara metode jalur dan
garis berpetak.

44
Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal 43 - 54

Untuk mengetahui gambaran tentang keanekragaman jenis, struktur dan komposisi


vegetasi dilakukan perhitungan terhadap parameter kuantitatif vegetasi sebagai berikut :

Jumlah Individu Suatu Jenis


a. Densitas (K) (ind/ha) = …….……(1)
Luas Plot

Kerapatan Suatu Jenis


b. Densitas Relatif (K) (ind/ha) = x 100% …….……(2)
Kerapatan Seluruh Jenis

Jumlah Plot ditemukananya suatu jenis


c. Frekuensi (F) = …….……(3)
Jumlah Seluruh Plot

Frekuensi Suatu Jenis


d. Frekuensi Relatif (FR) (%) = Frekuensi Seluruh x 100% …….……(4)
Jenis
Luas bidang dasar suatu jenis
e. Dominansi (D) ) (m2/ha) = …….……(5)
Luas Plot

Dominansi Suatu Jenis


f. Dominansi Relatif (DR) (%) = Dominansi Seluruh Jenis x 100% …….……(6)

g. Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR …………(7)

h. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) = -∑{(n.i/N) ln (n.i/N)} ………….(8)

Dengan : H = Indeks keanekaragamn Shannon-Wiener, N = Total nilai penting, n.i = Nilai penting
tiap spesies (Indriyanto, 2008).

Visualisasi Stratifikasi dan gambaran wawasan tentang apa yang merupakan


diagram profil vegetasi menggunakan proses yang penting dan parameter dinamika
software Spacially Explicit Individual-based sistem (Hardja dan Gregoire, 2008).
Forest Simulator (SexI-FS) versi 2.1.0.
Program aplikasi SexI-FS versi 2.1.0 HASIL DAN PEMBAHASAN
merupakan software yang dikembangkan
Rekapitulasi Jenis dan Struktur Vegetasi.
sebagai simulator hutan yang berfokus pada
Berdasarkan kondisi di lokasi
interaksi antar pohon dalam suatu areal
penelitian, jenis jenis individu terdistribusi
hutan yang dapat direpresentasikan secara
dalam berbagai tingkatan, namun tidak
visual yang menggambarkan kondisi nyata
semua jenis ditemukan pada seluruh
struktur, sebaran dan stratifikasi komunitas
tingkatan vegetasi yang tersaji pada Tabel 1.
vegetasi dalam suatu petak atau transek
pengamatan. Model ini memberikan

45
Analisis Vegetasi dan Visualisasi Profil – Zulkarnain et al.

Tabel 1. Jenis dan Jumlah Individu serta Sebaran Jenis Tumbuhan menurut Tingkat Pertumbuhan
yang Ditemukan di Lokasi Penelitian.
Jml Tingkat Pertumbuhan
No. Nama Jenis Nama Latin Famili
Indv P T Pc S
1 Tarumangga Diospiros buxipollia Ebenaceae 239 * * * *
2 Roko Premna sp. Verbenaceae 234 * * * *
3 Koloua Chydenanthus excelsus Miers. Lecythidaceae 174 * * * *
4 Asam hutan Dillenia sp. Dilleniaceae 27 * * * *
5 Bintangur Callophyllum waworenteii Guttiferae 44 * * * *
6 Bolo-bolo Kds.
Adenandra celebica Theaceae 40 * * * *
7 Dongkala Anthocephhallus Rubiaceae 24 * * * *
8 Eha macrophyllus
Castanopsis buruana Miq. Fagaceae 96 * * * *
9 Jati hutan Geunsia quatemiforlia Verbenaceae 26 * * * *
10 Kapila Cananga odorata Annonaceae 9 * * * *
11 Kayu besi Metrosideros petiolata Myrtaceae 87 * * * *
12 Tembe uwa Kjellbergiodendron Myrtaceae 96 * * * *
13 Ponto Litsea firma Hook. f. Lauraceae 124 * * * *
14 Damar Canarium sp. Burseraceae 21 * * *
15 Puloli Lithocarpus cf. Fagaceae 32 * * *
16 Kalemo-lemo pseudomolucca
Archidendron pauciflorium Fabaceae 45 * * *
17 Anga Gluta elegans Kurz. Anacardiaceae 7 * * *
18 Karemati Vitex quinata Verbenaceae 16 * * *
19 Bolo-bolo Thea lanceolata Theaceae 3 * *
20 putih
Soga Peltophorum pterocarpa Caesalpinaceae 64 * *
21 Tambari Back.
Gmelina palawensis Verbenaceae 21 * *
22 Kolaka Parinarium corimbosum Miq. Rosaceae 1 *
23 Kuma Planchonella firma Sapotaceae 3 *
24 Kanifi kuli Rhodamina mulleri Bl. Myrtaceae 41 * * *
25 Korope Mischocarpus sundaicus Sapindaceae 148 * * *
26 Pinang hutan Areca sp. Arecaceae 108 * * *
27 Puta Barringtonia reticulata Lecythidaceae 363 * * *
28 Totabha Callophylum soulatri Clusiaceae 29 * * *
29 Waruruhi Syzygium subglauca Myrtaceae 17 * * *
30 Sio-sio Cratoxylon formasum Hypericaceae 5 * *
31 Kayu cina Podocarpus neriifolius Podocarpaceae 4 * *
32 Tiriondahi Alstonia macrophylla Apocinaceae 1 *
33 Kadea ghole Paratocarpus venesosa Moraceae 18 * *
34 Kakolo Disoxylum alliacaum Meliaceae 4 * *
35 waindi
Kuli lawa Lindera Lauraceae 16 * *
36 Jambu-jambu Gardenia anisophylla Rubiaceae 4 *
37 Melinjo Gnetum gnemon L. Gnetaceae 1 *
38 Gito-gito Diospyros pilosanthera Ebenaceae 8 * *
39 Welagho Blanco.
Saccopetaluim horsfieldii Annonaceae 2 *
40 Daun kikir Benn.
Semecarpus cuneiformis Anacardiaceae 2 *
41 Hokio Prunus arborea Rosaceae 1 *
42 Holea Cleistanthus laevis Hook. f. Euphorbiaceae 1 *
43 Walahopa Aporosa Euphorbiaceae 1 *
Keterangan : P = Pohon, T = Tiang, Pc = Pancang, S = Semai, * = Ditemukan

46
Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal 43 - 54

Hasil pengamatan dan analisis data pertumbuhan dan regenerasi yang cukup
pada lokasi penelitian, terkoleksi sebanyak baik pada lokasi studi. Terdapat dua jenis
1046 individu, yang terkelompok dalam 43 yang hanya ditemukan pada tingkatan pohon
jenis dan 27 famili, yang mengindikasikan dan tidak ditemukan pada tingkatan yang lain
bahwa wilayah studi disusun oleh komposisi yaitu Parinarium corimbosum dan
jenis yang cukup banyak dan kondisi hutan Planchonella firma. Hal ini mungkin
masih sangat baik. Famili dengan daya disebabkan karena kedua jenis ini
adaptasi dan toleransi yang tinggi adalah merupakan jenis yang membutuhkan cahaya
famili Lecythidaceae yang merupakan famili penuh untuk proses pertumbuhannya
dengan jumlah individu terbanyak kemudian sehingga anakan yang muncul dari jenis-jenis
famili Verbenaceae, Ebenaceae dan tersebut tidak tahan terhadap naungan dari
Myrtaceae. Adapun famili dengan jumlah pohon-pohon lain.
jenis terbanyak yaitu famili Myrtaceae dan Visualisasi Profil Vegetasi.
Verbenaceae, yakni masing-masing 4 jenis. Profil masing-masing transek
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pengamatan disajikan dalam bentuk gambar
terdapat 13 jenis yang tersebar pada seluruh yang secara visual dapat melukiskan situasi
tingkatan pertumbuhan pohon, tiang, nyata posisi pohon, tiang dan pancang
pancang, dan semai, yang mengindikasikan sebagai berikut :
jenis-jenis tersebut merupakan jenis dengan

Gambar 2. Penampang Vertikal dan Horizontal pada Transek 1

Tabel 2. Jenis-jenis yang membentuk stratifikasi tajuk pada transek 1.


Jumlah Tinggi
No. Stratum Nama Jenis
Jenis Pohon
1. A(A-Stoery) 3 31-35 m Castanopsis buruana, Archidendron pauciflorium, Metrosideros petiolata

2. B(B-Stoery) 9 21,1-30 m Dillenia sp., Adenandra celebica, Anthocephallus macrophyllus, Castanopsis buruana,
Archidendron pauciflorium, Cananga odorata, Metrosideros petiolata, Peltophorum
pterocarpa Back, Kjellbergiodendron.

3. C(C-Stoery) 18 9,5-20 m Dillenia sp., Adenandra celebica, Anthocephallus macrophyllus, Castanopsis buruana,
Geunsia quatemiforlia, Archidendron pauciflorium, Rhodamina mulleri, Cananga odorata,
Metrosideros petiolata, Mischocarpus sundaicus, Areca sp., Litsea firma

4 D(C-Stoery) 18 9,5-20 m Lithocarpus cf. Pseudomolucca, Barringtonia reticulata, Premna sp., Syzigium subglauca,
Diospiros buxipolia, Kjellbergiodendron.

47
Analisis Vegetasi dan Visualisasi Profil – Zulkarnain et al.

Gambar 3. Penampang Vertikal dan Horizontal pada Transek 2

Tabel 3. Jenis-jenis yang membentuk stratifikasi tajuk pada transek 2.


Stratum Jumlah Tinggi
No. Nama Jenis
Jenis Pohon
1. A (A- 1 31 m Kjellbergiodendron
Stoery)
2. B (B- 7 20,3-29 Dillenia sp, Adenandra celebica, Callophyllum waworenteii
Stoery) m Kds., Vitex quinata, Metrosideros petiolata, Chydenanthus
excellsus , Kjellbergiodendron
3. C (C- 11 8,5-19 Dillenia sp, Adenandra celebica, Archidendron
Stoery) m pauciflorium, Rhodamina mulleri, Metrosideros petiolata,
Areca sp., Litsea firma, Barringtonia reticulata,
Peltophorum pterocarpa , Diospiros buxipolia,
Kjellbergiodendron.

Gambar 4. Penampang Vertikal dan Horizontal pada Transek 3

48
Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal 43 - 54

Tabel 4. Jenis-jenis yang membentuk stratifikasi tajuk pada transek 3.


Jumlah Tinggi
No. Stratum Nama Jenis
Jenis Pohon
1. A(A-Stoery) 3 31-40 m Archidendron pauciflorium, Metrosideros petiolata,
Kjellbergiodendron
2. B(B-Stoery) 10 20,3-30 Adenandra celebica, Callophyllum waworenteii , Castanopsis
m buruana, Geunsia quatemiforlia, Archidendron pauciflorium,
Cananga odorata, Vitex quinata, Metrosideros petiolata,
Mischocarpus sundaicus, Kjellbergiodendron.
3. C(C-Stoery) 12 9,8-20 m Dillenia sp, Adenandra celebica, Castanopsis buruana,
Archidendron pauciflorium, Rhodamina mulleri, Cananga
odorata, Metrosideros petiolata, Mischocarpus sundaicus,
Barringtonia reticulata, Peltophorum pterocarpa, Diospiros
buxipollia, Kjellbergiodendron.

Gambar 5. Penampang Vertikal dan Horizontal pada Transek 4

Tabel 5. Jenis-jenis yang membentuk stratifikasi tajuk pada transek 4.


Jumlah Tinggi
No. Stratum Nama Jenis
Jenis Pohon
1. A(A- 1 30,2-36 Metrosideros petolata
Stoery) m
2. B(B- 9 21-30 Callophyllum waworenteii , Adenandra celebica, Castanopsis
Stoery) m buruana, Geunsia quatemiforlia, Metrosideros petiolata,
Lithocarpus cf. Pseudomolucca, Premna sp, Cratoxylon
formasum, Kjellbergiodendron
3. C(C- 15 8,0-20 Callophyllum waworenteii, Adenandra celebica, Castanopsis
Stoery) m buruana, Geunsia quatemiforlia, Metrosideros petiolata,
Podocarpus neriifolius, Chydenanthus excelsus ,
Mischocarpus sundaicus, Litsea firma , Lithocarpus cf.
Pseudomolucca, Barrigtonia reticulata, Premna sp,
Peltophorum pterocarpa , Diospiros buxipollia,
Kjellbergiodendron.

49
Analisis Vegetasi dan Visualisasi Profil – Zulkarnain et al.

Gambar 6. Penampang Vertikal dan Horizontal pada Transek 5

Tabel 6. Jenis-jenis yang membentuk stratifikasi tajuk pada transek 5.


No Jumlah Tinggi
Stratum Nama Jenis
Jenis Pohon
1. A(A- 6 32-39 m Callophyllum waworenteii , Archidendron pauciflorium, arinarium
Stoery) corimbosum , Peltophorum pterocarpa , Gmelina palawensis,
Kjellbergiodendron.
2. B(B- 10 20,3-30 Gluta elegans , Callophyllum waworenteii , Canarium sp,
Stoery) m Castanopsis buruana, Archidendron pauciflorium, Litsea firma,
Lithocarpus cf. Pseudomolucca, Premna sp, Gmelina palawensis,
Kjellbergiodendron.
3. C(C-Stoery) 16 7,0-20 m Callophyllum waworenteii, Adenandra celebica, Thea lanceolata,
Canarium sp, Castanopsis buruana, Archidendron pauciflorium,
Metrosideros petiolata, Planchonella firma, Areca sp, Litsea firma,
Lithocarpus cf. Pseudomolucca, Barringtonia reticulata,
Peltophorum pterocarpa , Kjellbergiodendron, Alstonia
macrophylla, Callophylum soulatri.

Berdasarkan stratifikasi tajuk dalam Indriyanto, 2008 menjelaskan bahwa dua hal
hutan hujan tropis, maka pada lokasi penelitian yang menyebabkan terjadinya lapisan tajuk
untuk keseluruhan transek terdapat 3 stratum tersebut yaitu : Akibat persaingan
yaitu stratum A (A-stoery), stratum B (B- antartumbuhan, dan akibat sifat toleransi jenis
stoery), dan stratum C (C-stoery). Selain itu pohon terhadap intensitas radiasi
terdapat vegetasi liana, vegetasi herba dan Secara keseluruhan individu pada
vegetasi paku-pakuan yang membentuk masing-masing transek memiliki pola
stratum D (D-Stoery) dan stratum E (E-Stoery). distribusi (penyebaran) bergerombol
Pepohonan dengan tinggi tertentu akan (clumped), hal tersebut disebabkan oleh
membentuk suatu lapisan tajuk (stratifikasi). perbedaan kondisi tanah dan pola reproduksi
Tajuk yang dibentuk oleh pepohonan dari masing-masing individu serta respon
disebabkan oleh dua hal penting yang dialami terhadap kondisi lingkungan, selain itu
oleh tetumbuhan dalam komunitas vegetasi persaingan keras dalam memperoleh sumber
sebagai hasil dari interaksi masing-masing daya alam untuk proses pertumbuhan
pepohonan. Menurut Vickery, 1984 dalam mempengaruhi pola distribusi masing-masing

50
Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal 43 - 54

jenis. Distribusi bergerombol dapat Analisis Vegetasi


meningkatkan kompetisi dalam meraih unsur Rekapitulasi hasil analisis kuantitatif
hara, makanan, ruang dan cahaya (Indriyanto, pada semua tingkat pertumbuhan vgetasi,
2008). Distribusi bergerombol (clumped) disajikan pada Tabel 7.
merupakan distribusi yang umum terjadi di Tabel 7 Menunjukkan bahwa terdapat
alam mengingat kondisi lingkungan yang jenis-jenis yang merupakan penciri komunitas
jarang seragam meskipun di areal yang sempit. pada wilayah tersebut, yang di indikasikan
Perbedaan kondisi tanah dan iklim pada suatu oleh kerapatannya yang tinggi atau jumlahnya
area akan menghasilkan perbedaan dalam individu yang banyak jika dibandingkan
habitat yang penting bagi setiap organisme dengan jenis lain, yaitu pada tingkat pohon ;
yang ada di dalamnya, karena suatu organisme Castanopsis buruana, pada tingkat tiang,
akan ada pada suatu area yang faktor-faktor pancang dan semai ; Baringtonia reticulata.
ekologinya tersedia dan sesuai bagi Kerapatan total vegetasi untuk semua
kehidupannya (Heddy dkk., 1986 dalam tingkatan vegetasi berdasarkan Baku Mutu
Indriyanto, 2008). Lingkungan (Kepmen KLH No.02/1988 dalam
Fandeli, 2000),tergolong sangat rapat, yang
mengindikasikan banyaknya jumlah Individu
vegetasi yang ditemukan pada lokasi penelitian

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Data pada Semua Tingkat Vegetasi


Kerapatan
Frekuensi Dominansi (M2/Ha) Indeks Nilai Penting
(Indv/Ha) H’
Terting Terenda Terting Terenda Terenda
Terendah Tertinggi Tertinggi
gi h gi h h
Nilai 36 1 0.72 0,04 388 3.32 53.50 1.53 2.60
 Thea Castanops  Thea Kjellbergi Chydena Castanops Chydena
lanceolat is lanceolata odendron nthus is nthus
a buruana  Anthoceph excellus buruana excellus
 Anthoce Miq. allus Miers. Miq. Miers.
P phallus macrophyll
O macroph us
Castanop
H yllus  Parinariu
sis
O Jenis  Parinari m
buruana
N um corimbosu
Miq.
corimbos m Miq.
um Miq.  Chydenant
 Chyden hus
anthus excellus
excellus Miers.
Miers.
2.8
Nilai 120 4 0.64 0.04 119 3.26 53.6 2.18
8
Barringt  Anthoce Barringt  Anthoceph Barringto  Callophy Barringto  Callophy
T onia phallus onia allus nia llum nia llum
I retiulata macroph retiulata macrophyl retiulata soulatri retiulata soulatri
A yllus lus  Podocar  Podocar
N  Podocar  Podocarpu pus pus
G Jenis pus s neriifoliu neriifoliu
neriifoli neriifolius s s
us  Chydenant
 Chydena hus
nthus excelsus
excelsus Miers.

51
Analisis Vegetasi dan Visualisasi Profil – Zulkarnain et al.

Miers.  Dan 5 jenis


 Dan 5 lainnya
jenis
lainnya
Nilai 1600 16 0.88 0.04 43.3 1 2.92
Barringt  Anthoce B  Saccopetali Barringto  Anthoce
onia phallus arringto um nia phallus
retiulata macroph nia horsfieldii retiulata macroph
yllus retiulata Benn. yllus
P  Geunsia   Geunsia
A quatemif Anthocepha quatemif
N orlia llus orlia
C  Dysoxylu macrophyll  Dysoxylu
A Jenis m us m
N alliacau  Geunsia alliacau
G m quatemiforl m
 Dan 2 ia 
jenis  Dan 3 jenis Cananga
lainnya. lainnya odorata
Gnetum
gnemon
L.
Nilai 23300 100 0.76 0,04 26.20 0.63 2.91
Barringt  Cleista Barringt  Dillenia Barringto  Cleistant
onia nthus onia sp. nia hus lavis
retiulata lavis retiulata  Diospyro retiulata Hook.f.
Hook.f. s 
 pilosant Cananga
S anang hera odorata
E a Blanco.  Prunus
M odorat  Syzygiu arborea
A Jenis
a m  Aporosa
I  Prunu subglauc
s a
arbore  Dan 7
a jenis
lainnya
Aporo
sa
H’ = indeks keanekaragaman,

. Vegetasi dengan kemampuan dalam Djoko Setyo (2012) bahwa penyebaran


penyebaran paling luas adalah jenis jenis-jenis tumbuhan dalam komunitas
Baringtonia reticulata pada tingkat merupakan reaksi (respon) yang berbeda dari
pertumbuhan pancang dengan nilai frekuensi jenis-jenis tersebut terhadap perbedaan mikro
0.88. Kemampuan jenis tersebut untuk habitat.
menyebar mencapai 88% per hektar kawasan Kemampuan suatu jenis untuk
sekaligus sebagai jenis dengan penyebaran mempengaruhi dan melaksanakan kontrol
paling luas di lokasi penelitian. Fachrul (2007), terhadap komunitas dengan cara banyaknya
menyatakan bahwa frekuensi dipakai sebagai jumlah jenis, besarnya ukuran serta
parameter vegetasi yang dapat menunjukkan penguasaan ruang, tercermin dari nilai
distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalam dominansinya. Beberapa jenis dengan nilai
ekosistem. Nilai frekuensi juga sekaligus Dominansi terbesar pada tingkat pohon dan
menjukkan kemampuan adaptasi spesies tiang masing-masing adalah Kjelbergiodendron
tersebut terhadap kondisi lingkungan. Hal ini celebicum, dan Baringtonia reticulata. Smith,
sejalan dengan pendapat Soerianegara (1972) (1997) dalam Nia (2010) mengemukakan

52
Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal 43 - 54

bahwa spesies dominan adalah spesies yang Konsep ini dapat digunakan untuk mengukur
dapat memanfaatkan lingkungan yang kemampuan suatu komunitas pada suatu
ditempatinya secara efisien daripada spesies habitat dalam menyeimbangkan komponennya
lainnya dalam tempat yang sama. dari berbagai gangguan yang timbul
Beberapa vegetasi mempunyai (Soegianto, 1994 dalam Bambang Setyo Antoko
berpengaruh yang besar terhadap kestabilan et al, 2008). Kemantapan habitat merupakan
ekosistem pada komunitas tersebut yang faktor yang mengatur keanekaragaman spesies
ditandai dengan nilai INP terbesar yaitu pada (Heriyanto, 2004).
tingkat pohon Castanopsis buruana (INP =
53.50), tingkat tiang Baringtonia reticulata KESIMPULAN
(INP = 53.60), tingkat pancang Baringtonia
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
reticulata (INP = 43.30) dan pada tingkat semai
parameter kuantitatif vegetasi yang telah
yaitu jenis Baringtonia reticulata (INP =
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
26.20). Besarnya peranan Jenis-jenis tersebut
1. Komposisi vegetasi pada lokasi studi
terhadap kestabilan ekosistem diindikasikan
tersusun atas 43 jenis yang tergolong
oleh kerapatan yang tinggi, penyebaran yang
kedalam 27 famili pada semua tingkatan
luas, dan ukuran pohon yang besar. Secara
vegetasi. Famili Myrtaceae dan famili
umum, tumbuhan dengan INP tinggi
Verbenaceae merupakan famili dengan
mempunyai daya adaptasi, daya kompetisi dan
jumlah jenis terbanyak dimana dan Jenis
kemampuan reproduksi yang lebih baik
yang mendominasi pada lokasi penelitian
dibandingkan dengan tumbuhan yang lain
adalah Puta (Barringtonia reticulata) pada
dalam satu lahan tertentu (Irwan, 2009).
semua tingkatan vegetasi.
Sebaliknya dengan INP yang rendah
2. Vegetasi yang berpengaruh besar terhadap
mengindikasikan bahwa jenis-jenis tersebut
kestabilan ekosistem pada komunitas
sangat potensial untuk hilang dari ekosistem
tersebut yang ditandai dengan nilai INP
tersebut jika terjadi tekanan karena jumlahnya
terbesar yaitu Castanopsis buruana pada
yang sangat sedikit, kemampuan reproduksi
tingkat pohon dan Baringtonia reticulata
yang rendah dan penyebaran yang sempit
pada tingkat tiang, pancang dan semai.
dalam ekosistem tersebut.
3. Tingkat keanekaragaman komunitas pada
Secara keseluruhan tingkat
lokasi studi termasuk kedalam kategori
keanekaragaman pada semua tingkat vegetasi
sedang dengan nilai indeks
berada pada kisaran nilai di bawah 3, atau
keanekaragaman komunitas rata-rata (H’)
termasuk kategori melimpah sedang (Shanon-
sebesar 2.83.
Wiener dalam Kristian 2011). Sejalan dengan
4. Secara keseluruhan semua stasiun
itu Baku Mutu Lingkungan (Kepmen KLH No
pengamatan menunjukan pola distribusi
02 tahun 1988) dalam Fandeli (2000),
bergerombol (clumped), dengan
mengkategorikan Heterogenitas (H’) pada
stratifikasi tajuk terdiri 4 - 5 lapisan
lokasi penelitian tergolong Sedang. Menurut
tajuk, yang menunjukkan bahwa secara
Sugianto (1994) dalam Indriyanto (2006)
umum lokasi-studi disusun oleh vegetasi
bahwa keanekaragaman spesies dapat
dengan lapisan tajuk yang relatif lengkap.
digunakan untuk mengukur stabilitas
komunitas, yaitu kemampuan komunitas untuk
DAFTAR PUSTAKA
menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada
gangguan terhadap komponen-komponennya. Abdullah, T. S. 1993. Survay Tanah dan Evalusi
Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta.

53
Analisis Vegetasi dan Visualisasi Profil – Zulkarnain et al.

Bambang Setyo Antoko dkk, 2008. Perubahan Sintang Kalimantan Barat Jurnal
Fungsi Hutan di Kabupaten Asahan, Penelitian Kehutanan dan Konservasi
Sumatera Utara. Jurnal Info Hutan Alam. Vol 1 No.2. ISSn : 0216-0439.
Vol. V No. 4: 307-316, 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kehutanan RI. Undang-Undang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor,
Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Indonesia
Kehutanan. Jakarta Irwan, T. D. 2009. Komposisi Jenis dan Struktur
Djoko Setyo Martono, 2012. Analisis Vegetasi Tegakan Hutan Di Taman Nasional
Dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis Pohon Gunung Ciremai Jawa Barat (skripsi).
Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut
Rendah Di Taman Nasional Gunung Pertanian Bogor
Rinjani Nusa Tenggara Barat, Agri-tek Irwanto, 2006. Analisis dan Komposisi
Volume 13 Nomor 2 September 2012. Pengelolaan Hutan Manggrove di
http://www.unmermadiun.ac.id/repo Taman Nasional Pulau Marsegu
sitory_jurnal_penelitian/Jurnal%20Agr Provinsi Maluku. Tesis. Pasca Sarjana.
itek/Jurnal%20Agri- Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
tek%202012/September/3_Djoko%20 Indriyanto, 2008. Ekologi Hutan. Bumi Aksara.
SM%20hal%2018-27.pdf, diakses Jakarta
Februari 2015 Kristian, E. M. G., 2011. Komposisi Jenis dan
Fandeli, C. 2000. Analisis Mengenai Dampak Struktur Tegakan Hutan di Cagar Alam
Lingkungan Prinsip Dasar dan Sibolangit Sumatera Utara.
Penerapannya Dalam Pembangunan. Departemen Silvikultur Fakultas
Liberty. Yogyakarta. Kehutanan IPB. Bogor.
Fachrul M., Ferianita. 2007. Metode Sampling Nia Sabara , 2010. Tingkat Keanekaragaman
Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta. dan Komposisi Vegetasi pada Kawasan
Hardja D dan Gregoire V. 2008. SexI-FS: User Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia
Guide and Software version 2.1.0. world Kelurahan Anduonohu Kota Kendari.
Agroforestry Centre and Institut de Skripsi. Faperta Unhalu. Kendari
Recherche Pour Le Developpement Soerianegara I dan A. Indrawan., 2005.
(IRD) Ekosistem Hutan Indonesia.
Heriyanto, NM. 2004. Suksesi hutan bekas Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas
Tebangan di Kelompok Hutan Sungai Kehutanan IPB. Bogor
Lekawai_Sungai Jengonoi, Kabupaten

54

Anda mungkin juga menyukai