Anda di halaman 1dari 14

Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12, No.

2 Juli 2017

NILAI EKONOMI HASIL HUTAN NON KAYU DAN KONTRIBUSINYA


TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA
(Studi Kasus Pada Dua Desa Sekitar Taman Wisata Sibolangit)

Ridwanti Batubara dan Oding Affandi


Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara
Jl. Tridharma Ujung No.1 Kampus USU Medan 20155
Email: ridwantibb@yahoo.com,

ABSTRACT

People around the Park Tour (PT) Sibolangit develop many HHNK on land owned.
Therefore, this study aims to: (1) find out the types of NTFPs most used by the community,
(2) to know the value of HHNK products, (3) to know the contribution of HHNK to the income
of the community. This research was conducted by survey method and conducted in two
selected villages namely Sembahe Village and Bengkurung Village, Sibolangit Sub-district,
Deli Serdang Regency. Communities in both research sites developed and utilized HHNK
such as pecan, petai, duku, durian, jengkol, mangosteen, areca nut, nira (aren) water,
ginger, temulawak, and others. Most of these HHNK are commercial (sold). HHNK that has
the greatest potential of water sap. The economic value of HHNK in Sembahe village
reaches Rp. 967.529.300 / year or accounted for about 57.28% of total family income. While
the economic value of HHNK in Bengkurung village reached Rp 509,180,000 / year or
accounted for about 65.57% of total household income.

Keywords: HHNK, economic value, income.

PENDAHULUAN aspek pemanfaatan hutan yang


Keberadaan hutan memiliki arti berkesinambungan dikhawatirkan dapat
penting sebagai sumberdaya hayati mengurangi fungsi hutan.
yang dimanfaatkan baik secara Hasil Hutan Non Kayu (HHNK)
langsung maupun tidak langsung guna semula disebut Hasil Hutan Ikutan
memenuhi hajat hidup orang banyak. merupakan hasil hutan yang bukan kayu
Oleh sebab itu hutan mendapat berasal dari bagian pohon atau tumbuh-
perhatian khusus terutama dalam tumbuhan yang memiliki sifat khusus
pengelolaan dan pemanfaatannya yang dapat menjadi suatu barang yang
sehingga diharapkan dapat dinikmati diperlukan oleh masyarakat, dijual
seoptimal mungkin dengan tetap sebagai komoditi ekspor atau sebagai
mengacu pada pemanfaatan yang bahan baku untuk suatu industri. HHNK
lestari. Pemanfaatan hutan yang kurang pada umumnya merupakan hasil
bijaksana dengan mengabaikan aspek- sampingan dari sebuah pohon, misalnya

149
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12, No. 2 Juli 2017

getah, daun, kulit, buah dan lain-lain Taman Wisata (TW) Sibolangit
atau berupa tumbuhan-tumbuhan yang sebagai kawasan konservasi memiliki
memiliki sifat khusus seperti rotan, keragaman flora dan fauna. Dalam
bambu dan lain-lain. konsep konservasi yang diinginkan
Taman Wisata (TW) Sibolangit adalah pelestraian dan pemanfaatan.
merupakan salah satu taman wisata di Selama ini pengelolaan hutan Sibolangit
Propinsi Sumatera Utara yang kaya telah memberikan manfaat yang cukup
akan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan besar khususnya dalam pengaturan tata
(flora). Jenis flora tersebut bukan hanya air (Balai Konservasi Sumberdaya Alam
sekedar untuk koleksi, melainkan juga I Medan, 1999). Sedangkan manfaat
memberikan kontribusi yang sangat bagi masyarakat sekitar adalah
penting bagi keperluan ilmu memanfaatkan hasil sampingan pohon
pengetahuan dan pendidikan (sebagai misal getah, daun, kulit, buah dan lain-
laboratorium alam) serta pengembangan lain atau tumbuhan yang memiliki sifat
pariwisata (rekreasi). Oleh karenanya khusus yang dapat dimanfaatkan atau
pada tahun 1980 berdasarkan Surat lebih dikenal dengan memanfaatkan
Keputusan Menteri Pertanian No. hasil hutan non kayu (HHNK). HHNK
636/Kpts/Um/9/1980 ditetapkan menjadi yang sudah diteliti dari kawasan Tahura
kawasan Taman Wisata Sibolangit adalah tumbuhan obat dan aromatika.
(yang sebelumnya sebagai Cagar Alam Batubara dan Afifuddin (2010)
Sibolangit) seluas lebih kurang 24,85 Ha menyatakan jenis tumbuhan obat dan
(Balai Konservasi Sumberdaya Alam I aromatika yang dimanfaatkan oleh
Medan, 1999). Selain untuk kepentingan masyarakat sekitar Tahura Bukit Barisan
pendidikan dan pariwisata TW ada 133 jenis. Bagaimana dengan
Sibolangit juga menjadi sumber HHNK yang lain? Pada dasarnya
penghidupan masyarakat yang tanaman HHNK ini dapat membantu
bernaung di sekitarnya yaitu dengan pendapatan masyarakat sekitar hutan.
memanfaatkan (mengambil) hasil hutan Berdasarkan hal di atas maka
non kayu yang disekitar kawasan perlu dilakukan kajian untuk mengetahui
tersebut. jenis-jenis HHNK yang biasa
dimanfaatkan oleh masyarakat desa
Perumusan Masalah sekitar TW Sibolangit, mengetahui

150
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12, No. 2 Juli 2017

potensi dan sistem pemasaran HHNK tanpa kuesioner) dan observasi


yang dimanfaatkan masyarakat sekitar lapangan. Pengumpulan data langsung
hutan TW Sibolangit. Sehingga di lapangan, khususnya di daerah
penelitian yang akan dilakukan adalah terpilih sebagai lokasi kajian dilakukan
Potensi dan Nilai Ekonomi HHNK yang dengan maksud pengambilan data
dimanfaatkan masyarakat sekita TW langsung dan mengecek data sekunder
Sibolangit. di lapangan
Data primer yang dikumpulkan
METODE PENELITIAN antara lain adalah jenis dan jumlah
A. Lokasi Penelitian HHNK (manfaat tangible), data sosial
Penelitian dilaksanakan di dua ekonomi, frekuensi pengambilan, lama
Desa sekitar TW Sibolangit. Desa yang dan waktu pengambilan, biaya
dipilih adalah desa yang masih pengambilan dan bentuk pengelolaan
ditemukan memanfaatkan HHNK dari dan hasil pemasaran. Sedangkan data
kawasan TW Sibolangit. sekunder yang dikumpulkan antara lain
B. Alat dan Bahan adalah: kondisi umum lokasi penelitian
Adapun alat yang digunakan atau data umum yang ada pada instansi
dalam penelitian ini adalah kamera, alat pemerintahan desa dan kecamatan.
tulis dan kalkulator. Bahan yang D. Analisis Data
digunakan dalam penelitian ini adalah Data yang diperoleh dari hasil
kuesioner, Peta Wilayah Kabupaten dan pengamatan di lapangan baik melalui
dokumen lain yang berkaitan dengan wawancara maupun kuesioner
lokasi studi. kemudian dianalisis secara kuantitatif.
C. Metode Pengumpulan Data Nilai barang hasil hutan untuk setiap
Penelitian bersifat eksploratif, jenis per tahun yang diperoleh
pengumpulan data dilakukan dengan masyarakat dihitung yaitu: harga barang
mengkombinasikan Metode Telaahan hasil hutan (manfaat tangible) yang
Dokumentasi (Documentation Study) diperoleh dianalisis dengan pendekatan
dari berbagai sumber data sekunder dan harga pasar, nilai rata-rata jumlah
Metode Langsung (Direct Methods) yaitu barang yang diambil per responden per
pengumpulan data primer di lapangan jenis, total pengambilan per unit barang
dengan teknik wawancara (dengan dan per tahun, nilai ekonomi barang hasil

151
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12, No. 2 Juli 2017

hutan per jenis barang per tahun, masyarakat sangat beragam ada yang
persentase nilai ekonomi persentase bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
nilai ekonomi, pendapatan total, mereka sendiri (kebutuhan sehari-hari)
pendapatan dari dalam hutan dan luar dan ada juga yang dijual untuk
hutan, dan kontribusi pemanfaatan hasil menambah pendapatan rumah tangga
hutan. mereka. Pemungutan hasil hutan non
kayu pada umumnya merupakan
HASIL DAN PEMBAHASAN kegiatan tradisional dari masyarakat
A. Jenis-jenis Hasil Hutan Non Kayu yang berada disekitar hutan, bahkan di
(HHNK) yang Berpotensi Secara beberapa tempat, kegiatan pemungutan
Ekonomi dan Dimanfaatkan hasil hutan non kayu merupakan
Masyarakat kegiatan utama sebagai sumber
HHNK yang dimanfaatkan oleh kehidupan masyarakat sehari-hari
masyarakat pada dua desa penelitian (Dephut, 2002). Jenis hasil hutan yang
merupakan tanaman warisan turun dimanfaatkan di Desa Sembahe dan
temurun dari nenek moyang mereka. Desa Bengkurung dapat dilihat pada
Hasil hutan yang dimanfaatkan oleh Tabel 1.
Tabel 1. Jenis HHNK yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembahe dan
Desa Bengkurung
Responden yang Memanfaatkan (orang)
No Nama Desa Desa
% %
Sembahe Bengkurung
1 Kemiri (Aleurites moluccana) 10 33,33 19 63,33
2 Petai (Parkia speciosa) 18 60,00 - -
3 Durian (Durio zibethinus) 18 60,00 8 26,67
4 Jengkol (Pithecollobium jiringa) 10 33,33 - -
5 Kunyit (Curcuma domestica) 6 20,00 - -
6 Air Aren/air nira (Arenga pinnata) 6 20,00 13 43,33
7 Jahe (Zingeber officinale) 5 16,66 - -
8 Pinang (Areca catechu) 13 43,33 15 50,00
9 Manggis (Garcinia mangostana) 16 53,33 4 13,33
10 Temulawak(Curcuma xanthorrhiza) 3 10,00 - -
11 Asam Gelugur (Garcinia atroviridis) 13 43,33 - -
12 Rumbia (Metroxylon sp) 10 33,33 - -
13 Patikala 15 50,00 - -
14 Langsat (Lansium domesticum) 13 43,33 - -
15 Rambe - - 5 16,67
16 Duku (Lansium domesticum) 6 20 6 20,00

152
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12, No. 2 Juli 2017

Berdasarkan Tabel 1, ada 15 2006). Tabel 2 memperlihatkan


jenis HHNK yang berpotensi (memiliki beberapa jenis HHNK yang diambil dan
nilai jual) dari Desa Sembahe dan 8 dimanfaatkan oleh masyarakat Desa
jenis dari desa Bengkurung. Ada 7 jenis Sembahe dan Desa Bengkurung.
HHNK yang sama dihasilkan dari 2 desa Hasil penelitian ini menunjukkan
tersebut yaitu kemiri, durian, air nira, bahwa sampai saat ini semua jenis
pinang, manggis dan duku. Jenis yang HHNK yang yang dimanfaatkan oleh
tidak sama antara 2 desa tersebut masyarakat di kedua desa merupakan
adalah jenis Rambe yang tidak sumber penghidupan yang dalam
dihasilkan di Desa Sembahe. Jenis membantu perekonomian rumah tangga.
HHNK dari Desa Sembahe lebih Hal ini ditunjukkan dengan dijadikannya
beragam dibandingkan dengan yang semua HHNK tersebut sebagai barang
dari Desa Bengkurung, hal ini karena yang bersifat komersil (produktif).
pada Desa Sembahe lebih dekat ke kota Dari sisi potensi HHNK yang
dan produk yang mereka hasilkan lebih dimanfaatkan masyarakat, air aren
cepat dan mudah penjualannya, (nira) merupakan hasil hutan yang
penyebab lain adalah masyarakat Desa paling potensial karena sering diambil
Sembahe lebih optimal dalam oleh masyarakat Desa Sembahe dan
memanfaatkan lahan hutan yaitu Desa Bengkurung. Air aren dihasilkan
dengan menanam jenis tanaman obat dan diambil setiap harinya dari tanaman
(kunyit, jahe dan temu lawak) pada areal aren dengan frekuensi pengambilan dua
yang kosong. kali dalam sehari. Berdasarkan hasil
wawancara dengan masyarakat,
B. Potensi dan Kategori Pemanfaatan tanaman aren yang tumbuh saat ini
HHNK Oleh Masyarakat merupakan tanaman yang tumbuh
HHNK yang dimanfaatkan oleh secara alami yang dibantu oleh musang.
masyarakat dari dalam hutan dapat Tanaman aren banyak tumbuh di
dikelompokkan menjadi dua kategori: (a) ladang-ladang dan kebun masyarakat, di
produktif, yaitu yang diperjualbelikan di hutan, bahkan di pekarangan rumah.
pasar, dan (b) konsumtif, yaitu yang Tanaman aren biasanya tumbuh
dikonsumsi sendiri dan tidak dijual menyebar dan bercampur dengan
(Primack, 1993 dalam Ngakan, dkk., tanaman keras lainnya.

153
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12, No. 2 Juli 2017

Tabel 2. Kategori Jenis HHNK yang Dalam budaya masyarakat Batak


Dimanfaatkan oleh
nira terbagi menjadi dua dua jenis
Masyarakat Desa Sembahe
dan Desa Bengkurung sesuai dengan resepnya, yaitu yang

No. Jenis Kategori Keterangan


manis dan yang pahit (mengandung
Sumberdaya alcohol, dan dikenal dengan tuak). Tuak
hayati
1 Kemiri Produktif Diambil, merupakan hasil olahan dari nira,
(Aleurites tidak
moluccana) bermusim setelah nira dimasukkan ke dalam bak
2 Petai (Parkia Produktif Diambil,
speciosa) tidak tuak sejenis kulit kayu yang disebut kayu
bermusim
Durian (Durio Produktif
raru supaya cocok rasanya dan
3 Diambil,
zibethinus) bermusim alkoholnya. Raru inilah yang
4 Jengkol Produktif Diambil,
(Pithecollobiu tidak mengakibatkan peragian dan proses
m jiringa) bermusim
5 Kunyit Produktif Diambil, permentasi sehingga menghasilkan
(Curcuma tidak
domestica) bermusim alkohol. Pada umumnya tuak ini
6 Air Aren/air Produktif Diambil,
nira (Arenga
berwarna keputih-putihan seperti air
tidak
pinnata) bermusim beras.
7 Jahe Produktif Diambil,
(Zingeber tidak Nira yang rasanya manis atau
officinale) bermusim
8 Pinang Produktif Diambil, dalam bahasa Batak Toba disebut tuak
(Areca tidak
catechu) bermusim na tonggi (yang tidak mengandung
9 Manggis Produktif Diambil,
(Garcinia
alcohol) sering dipakai sebagai
tidak
mangostana) bermusim minuman pada acara-acara atau
10 Temulawak(Curc Prod Diambil,
uma xanthorrhiza) uktif tidak upacara adat di Etnik Batak. Tuak na
bermusim
11 Asam Gelugur Prod Diambil, tonggi biasanya disajikan sebagai
(Garcinia uktif tidak
atroviridis) bermusim minuman adat pada dua upacara adat
12 Rumbia Prod Diambil,
resmi, yaitu (1) upacara manuan ompu-
(Metroxylon sp) uktif tidak
bermusim ompu dan (2) upacara manulangi.
13 Patikala Prod Diambil,
uktif bermusim Dalam upacara manuan ompu-ompu,
14 Langsat (Lansium Prod Diambil,
domesticum) uktif bermusim ketika orang yang sudah bercucu
15 Rambe Prod Diambil,
(Bacaurea uktif bermusim meninggal, ditanam beberapa jenis
motleyana)
Duku (Lansium
tanaman di atas tambak. Tambak pada
16 Prod Diambil,
domesticum) uktif bermusim aslinya merupakan kuburan dari tanah
yang terlapis. Menurut aturan adat, air
dan tuak harus dituangkan pada

154
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12, No. 2 Juli 2017

tanaman di atas tambak. Sedangkan B. Nilai Ekonomi HHNK


dalam upacara manulangi, para Nilai ekonomi HHNK diperoleh
keturunan dari seseorang nenek dari perkalian total pengambilan per
memberikan makanan secara resmi jenis pertahun dengan harga hasil hutan
kepada orang tua tersebut yang sudah perjenis. Berdasarkan penelitian yang
bercucu, dimana turunannya meminta sudah dilakukan kepada 60 orang
restu, nasehat dan pembagian harta, responden dari masyarakat Desa
disaksikan oleh pengetua-pengetua Sembahe (30 orang) dan Desa
adat. Pada waktu memberikan makanan Bengkurung (30 orang), diperoleh
harus disajikan air minum serta tuak. bahwa nilai ekonomi dari pemanfaatan
Selain dalam upacara adat, tuak hasil hutan bukan kayu yang ada di
(khusunya yang pahit) banyak dijual di Desa Sembahe sebesar Rp.
kedai-kedai (lapo) dan menjadi minuman 967.529.300,-/tahun yang berasal dari
sehari-hari bagi kaum laki-laki etnik HHNK seperti kemiri, petai, durian,
Batak. Di daerah Tapanuli secara jengkol, kunyit, air aren, jahe, pinang,
umum, biasanya laki-laki yang manggis, temulawak, asam gelugur,
menyelesaikan kerjanya berkumpul di daun rumbia, asam patikala, langsat,
kedai pada sore hari. Mereka dan duku. Sedangkan nilai ekonomi dari
berbincang-bincang, menyanyi, memain pemanfaatan hasil hutan oleh
kartu, bercatur dan menonton televisi, masyarakat di Desa Bengkurung
sambil minum tuak. Pada umumnya Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli
seorang petani biasa minum tuak Serdang sebesar Rp 542.030.000,- per
beberapa gelas sehari. tahun. Nilai ini diperoleh dari HHNK
Permintaan produk-produk yang yang dimanfaatkan masyarakat seperti
dihasilkan dari tanaman aren diprediksi air nira, duku, durian, pinang, petai,
akan selalu meningkat sejalan dengan kemiri, jahe dan rumbia seperti terlihat
perkembangan pembangunan yang ada. pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Oleh karena itu penanaman atau
pembudidayaan tanaman aren
mempunyai harapan atau prospek yang
baik di masa datang.

155
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12, No. 2 Juli 2017

Tabel 3. Nilai Ekonomi HHNK yang Dimanfaatkan Masyarakat Desa Sembahe

Harga
No Jenis HHNK Satuan TP NE (Rp) % NE
(Rp)
1 Kemiri kg 9180 5.500 50.490.000 5,22 %
2 Petai ikat 4578 18.000 80.604.000 8,33 %
3 Durian buah 21977 4.500 98.896.500 10,22 %
4 Jengkol kg 1550 2.600 4.030.000 0,42 %
5 Kunyit kg 230 5.000 1.150.000 0,12 %
6 Air nira liter 22356 1.300 29.062.800 3,00 %
7 Jahe kg 10500 14.000 147.000.000 15,19 %
8 Pinang kg 14480 6.300 91.224.000 9,43 %
9 Manggis kg 16605 18.000 298.890.000 30,89 %
10 Temulawak kg 700 1.500 1.050.000 0,11 %
11 Asam Gelugur kg 15130 1.200 18.156.000 1,88 %
12 Rumbia kg 654 45.000 29.430.000 3,04 %
13 Patikala kg 20880 5.000 59.400.000 6,14 %
14 Langsat kg 9059 4.000 36.236.000 3,75 %
15 Duku kg 3130 7.000 21.910.000 2,26 %
Jumlah 967.529.300 100 %
Keterangan:
TP = Total Pengambil (Unit/tahun)
NE= Nilai Ekonomi

Tabel 4. Nilai Ekonomi HHNK yang Dimanfaatkan Masyarakat di Desa


Bengkurung.

Jenis Harga
No Satuan TP NE (Rp) % NE
HHNK (Rp)
1 Air Nira Liter 17400 1750 390.600.000 72.06%
2 Duku Kg 1990 10000 19.900.000 3.67%
3 Durian Biji 2300 5000 11.500.000 2.12%
4 Manggis Kg 6410 10000 61.400.000 11.33%
5 Petai Ikat 1750 15000 25.500.000 4.70%
6 Rambai Kg 9100 1500 13.650.000 2.52%
7 Kemiri Kg 2800 5000 13.800.000 2.54%
8 Pinang kg 710 8000 5.680.000 1.05%
Total 542.030.000 100%
Keterangan:
TP = Total Pengambil (Unit/tahun)
NE= Nilai Ekonomi

Nilai ekonomi HHNK yang ada di dibandingkan dengan nilai ekonomi di


kedua lokasi penelitian memiliki nilai luar HHNK. Menurut Lidiawati (2003)
ekonomi yang cukup tinggi jika nilai ekonomi adalah nilai barang dan

156
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12, No. 2 Juli 2017

jasa yang dapat diperjualbelikan, diminum di kedai saja, tetapi pada


sehingga memberikan pendapatan. Dari upacara adat. Di kedua lokasi desa
konsep ekonomi bahwa kegunaan, penelitian apabila ada acara adat, baik
kepuasan atau kesenangan yang itu pernikahan ataupun kematian
diperoleh individu atau masyarakat tidak biasanya keluarga yang memiliki acara
terbatas kepada barang dan jasa yang adat tersebut sudah menyediakan
diperoleh melalui jual beli (transaksi) beberapa jerigen besar tuak untuk
saja, tetapi semua barang dan jasa yang diminum orang-orang yang membantu
memberikan manfaat akan memberikan dalam acara tersebut sebagai
kesejahteraan bagi individu atau penambah tenaga ataupun diminum
masyarakat. Bahwa barang dan jasa pada acara adatnya itu sendiri.
yang dapat diperjualbelikan menyangkut HHNK lain yang mempunyai nilai
sifat barang dan jasa tersebut, yaitu ekonomi tinggi yaitu manggis dengan
memiliki kegunaan, bersifat langka dan nilai ekonomi sekitar Rp. 360.290.000,-
kepemilikan yang jelas. atau sekitar 23,87% dari total nilai
Berdasarkan studi di kedua lokasi ekonomi HHNK di kedua desa. Manggis
penelitian (seperti terlihat pada Tabel 3 mempunyai nilai ekonomi yang tinggi
dan 4), diketahui bahwa HHNK yang karena jenis buah ini merupakan buah
mempunyai nilai ekonomi tertinggi yang sering dijadikan oleh-oleh bagi
adalah air nira dengan nilai sebesar Rp pengunjung yang datang berekreasi ke
419.662.000,- atau sekitar 27,80 % dari TW Sibolangit. TW Sibolangit selain
total nilai ekonomi HHNK di kedua desa mempunyai daya tarik dalam hal
yaitu Rp 1,509,459,300,-. Besarnya nilai pemandangan alam yang indah,
ekonomi air nira disebabkan air nira ketenangan, kesejukan alam, dan
dikonsumsi setiap harinya oleh mempunyai aneka koleksi (kebun)
masyarakat sekitar TW Sibolangit atau botaninya, juga merupakan tempat tepat
masyakat lainnya di luar masyarakat untuk “berburu” buah-buahan segar. Di
sekitar TW Sibolangit. Masyarakt di sepanjang jalan sekitar TW sibolangit
sekitar TW Sibolangit yang sebagian akan terlihat kios-kios dagangan buah-
besar etnis Batak, sudah terbiasa buahan segar yang merupakan hasil
meminum air nira (tuak) di kedai setiap bumi setempat, seperti: manggis, petai,
hari. Minuman tuak ini tidak hanya rambutan, belimbing, apel, semangka

157
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12, No. 2 Juli 2017

jambu batu, dan lain-lain. Disamping itu C. Kontribusi HHNK Terhadap


Sibolangit juga terkenal dengan Pendapatan Masyarakat
duriannya yang harum dan manis. Masyarakat Desa Sembahe dan
Sehingga kurang lengkap rasanya Desa Bengkurung memiliki beragam
perjalanan kalau tidak menikmati durian profesi, sehingga masyarakat tidak
Sibolangit. Durian yang didagangkan hanya mengandalkan pendapatan
dipinggir jalan ini dapat dinikmati di mereka hanya dari HHNK saja, namun
tempat ataupun dibawa pulang, tentunya mereka juga mengandalkan pendapatan
dengan harga yang tidak terlalu mahal. dari pekerjaan lain misalnya seperti dari
Adapun nilai ekonomi HHNK buruh tani, wirausaha, peternakan,
yang paling kecil adalah tanaman agen, penganyam, PNS, pensiunan
temulawak dan kunyit masing-masing PNS, serta bidang pertanian (tanaman
sebesar Rp. 1.050.000,- dan 1.150.000,- semusim) yang dapat dilihat pada Tabel
atau 0,069% dan 0,076%. Tanaman 6 dan Tabel 7.
temu lawak dan kunyit mempunyai nilai Berdasarkan hasil penelitian
ekonomi yang paling rendah disebabkan terlihat bahwa sumber pendapatan
karena tanaman ini tanaman baru yang terbesar HHNK di Desa Sembahe
baru mulai dibudidayakan oleh adalah berasal dari pertanian yakni
masyarakat, untuk menggantikan sebesar Rp. 330.466.000,-/tahun atau
tanaman jahe. Jelas terlihat bahwa dengan persentase 45,80% dan sumber
masyarakat berhasil dalam memanen pendapatan terendah berasal dari
berbagai jenis HHNK dalam ukuran peternakan sebesar Rp. 6.000.000,-
yang sangat banyak. Hal itu /tahun atau dengan persentase 0,83%.
membuktikan bahwa masyarakat Nilai ekonomi pendapatan dari luar
mampu mengelola lahan dengan baik, pemanfaatan HHNK sebesar Rp.
sehingga produksi lahan tetap terjaga 721.506.000,-/tahun, bersumber dari
tanpa mengurangi nilai estetika, pendapatan buruh tani, wirausaha,
ekonomi, lingkungan dan ekologi dari peternakan, agen, pengayam, pertanian,
kawasan hutan tersebut serta dan PNS.
memberikan pengaruh besar terhadap
kehidupan masyarakat yang berbatasan
dengan hutan tersebut.

158
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12, No. 2 Juli 2017

Tabel 5. Pendapatan Rumah Tangga kerja. Muljadi (1987) mengatakan


Per Tahun di Luar
semakin banyak anggota keluarga yang
Pemanfaatan HHNK di Desa
Sembahe terlibat, maka akan mengurangi

Sumber Jumlah
pengeluaran karena mendiskripsikan
No Presentase
Pendapatan (Rp) jumlah orang yang terlibat dalam
1 Buruh Tani 75.600.000 10,47 %
2 Wirausaha 262.400.000 36,36 % kegiatan pengolahan lahan, apalagi jika
3 Peternak 6.000.000 0,83 %
4 Agen 16.000.000 2,22 % lahannya luas.
5 Pengayam 7.040.000 1,0 %
6 Pertanian 330.466.000 45,80 % Dengan membandingkan
7 PNS 24.000.000 3,32 %
pendapatan masyarakat dari HHNK
Jumlah 721.506.000 100 %
(sebesar Rp. 910.568.300) dengan
Pendapatan rumah tangga yang
pendapatan masyarakat dari luar HHNK
diperoleh dari pemanfaatan hasil hutan
sebesar Rp. 721.506.000,/tahun, maka
bukan kayu oleh masyarakat Sembahe
kita dapat melihat bahwa pendapatan
dapat dilihat pada Lampiran 2.6.
yang terbesar diperoleh dari pendapatan
Pendapatan bersih masyarakat dari
HHBK dengan selisih sebesar Rp.
HHNK diperoleh dari pengurangan
189.062.300. Rincian pendapatan ini
antara pendapatan kotor hasil hutan
dan besarnya kontribusi masing-masing
bukan kayu dengan pengeluaran dalam
pendapatan dapat dilihat pada Lampiran
pengolahan lahan. Pendapatan kotor
2.7.
dari pengolahan hasil hutan bukan kayu
Total pendapatan masyarakat di
merupakan penjumlahan dari nilai
Desa Sembahe dari HHNK dan dari luar
ekonomi masing-masing hasil hutan
HHNK dapat mencapai Rp.
bukan kayu yang dimanfaatkan oleh
1.632.047.300,-/tahun. Hasil
masing-masing responden.
menunjukkan bahwa pendapatan
Pengeluaran dari pengolahan
masyarakat dari pemanfaatan HHNK
HHNK, dikeluarkan oleh masing-masing
mencapai sebesar Rp. 910.568.300,-
responden. Pengeluaran ini dapat
/tahun atau sekitar 55,79%. Sementara
berupa upah tenaga kerja dan
pendapatan masyarakat dari luar hasil
penyemprotan. Petani di desa Sembahe
hutan bukan kayu hanya sebesar Rp.
pada umumnya menggunakan tenaga
721.506.000,/tahun atau sekitar 44,21%.
kerja keluarga dalam pengolahan hasil
Sedangkan untuk Desa
hutan bukan kayu untuk mengurangi
Bengkurung, berdasarkan hasil
pengeluaran biaya terhadap tenaga
159
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12, No. 2 Juli 2017

penelitian menunjukan bahwa total HHNK seperti hasil pertanian, PNS,


pendapatan masyarakat dari hasil dagang, wirausaha, buruh tani dan
memanfaatkan HHNK berupa jumlah agen. Dari total pendapatan rata-rata
keseluruhan dari nilai ekonomi yang masyarakat sebesar Rp 776.520.000,-
dimanfaatkan mereka yaitu sebesar Rp per tahunnya. Dari hasil penelitian
509.180.000,-/tahunnya atau 65.57%. diperoleh bahwa pemanfaatan HHNK
Sedangkan dari luar pemanfaatan berdasarkan perhitungan nilai
HHNK seperti pertanian, PNS, buruh ekonominya diperoleh sebesar Rp.
tani, wirausaha dan peternakan 509.180.000,- atau 65.57% dari total
memperoleh nilai manfaat ekonomi seluruh pendapatan masyarakat Desa
sebesar Rp 267.340.000,-/ tahun atau Bengkurung.
34.43% (lihat Tabel 6). Data Hasil penelitian dapat di tarik
selengkapnya dapat dilihat pada kesimpulan bahwa Desa Sembahe
Lampiran 3.5 memiliki nilai ekonomi HHNK lebih besar
dibandingkan dengan Desa Bengkurung
Tabel 6. Pendapatan Rumah Tangga di karenakan jumlah dan jenis hasil
Per Tahun di Luar
produksi yang di desa Bengkurung lebih
Pemanfaatan HHNK di Desa
Bengkurung. sedikit, Masyarakat memiliki

Sumber Jumlah
ketergantungan yang besar terhadap
No Presentase
Pendapatan (RP) HHNK, hal ini dikarenakan HHNK terus
1 Wirausaha 46.100.000 18.05%
Buruh tani 39.000.000 15.27% berproduksi setiap tahunnya, dan
2
3 Peternakan 5.500.000 2.15% apabila kebutuhan akan HHNK dari
4 Pertanian 140.440.000 55.00%
pihak konsumen meningkat maka harga
5 PNS 24.300.000 9.51%
Total 255.340.000 100% jual juga cenderung meningkat.
Berdasarkan penelitian yang
Hasil ini menunjukkan bahwa dilakukan Ngakan, dkk., (2006), HHNK
pemanfaatan HHNK memberikan merupakan sumberdaya alam yang
kontribusi yang nyata terhadap paling bernilai dari hutan bagi
pendapatan masyarakat Desa masyarakat yang berada di sekitar
Bengkurung. Hal ini terlihat jelas bahwa hutan. Selain nilai ekonominya yang
pendapatan dari HHNK lebih besar jauh lebih besar dari kayu, pemungutan
dibandingkan dengan hasil dari luar HHNK tidak menyebabkan kerusakan

160
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12, No. 2 Juli 2017

hutan, sehingga tidak akan maupun ketersediaan pangan.


mengakibatkan hilangnya fungsi-fungsi Masyarakat desa hutan membangun
dan nilai jasa dari hutan baik dari segi tempat tinggal di dalam dan sekitar
ekologi serta hidrologinya. Ini artinya hutan yang digunakan sebagai tempat
bahwa hutan sebagai sumberdaya yang bermukim dan melangsungkan
bersifat multifungsi serta regenerasi. Dengan demikian, hutan
pemanfaatannya diarahkan untuk merupakan bagian hidup yang tidak
mewujudkan sebesar-besarnya untuk terpisahkan dari kehidupan keseharian
kemakmuran rakyat sudah mulai masyarakat desa hutan.
terwujud. Hal ini juga sesuai dengan Sedangkan menurut Uluk, dkk.,
penelitian penilaian nilai ekonomi pada (2001) dalam penelitiannya terhadap
masyarakat di sekitar Cagar Alam Dolok tingkat ketergantungan masyarakat
Sibual–buali yang dilakukan oleh Affandi dayak terhadap hutan di sekitar Taman
dan Patana (2002), bahwa masyarakat Nasional Kayan Mentarang menunjukan
yang berada di sekitar hutan bahwa masyarakat Dayak di sekitar TN
menggantungkan hidupnya pada hasil Kayan Mentarang sangat tergantung
hutan sehingga membawa dampak nilai pada berbagai jenis hasil hutan.
ekonomi dari hasil hutan khususnya Berdasarkan penelitian mereka tercatat
HHNK yang dimanfaatkan mereka sebanyak 139 sampai 214 jenis hasil
adalah tergolong besar. hutan yang dimanfaatkan untuk
Besarnya sumber pendapatn berbagai kepentingan dalam waktu satu
masyarakat dari hutan, khususnya tahun, antara lain sebagai sumber
HHNK, menunjukkan bahwa sebagian makanan, obat, bahan bangunan,
besar masyarakat desa sekitar hutan sumber penghasilan uang tunai,
sangat menggantungkan hidupnya upacara dan kebudayaan. Dengan
terhadap keberadaan hutan. Nugraha tingginya kontribusi pendapatan
dan Murtijo (2005) menyatakan bahwa masyarakat dari HHNK diharapkan
hutan merupakan sumber pemenuhan dapat menekan penurunan fungsi hutan
kebutuhan masyarakat desa hutan, yang akibat pemanfaatan hasil hutan berupa
ditunjukkan dari ketergantungannya kayu yang kurang mempertimbangkan
dalam hal pemenuhan kebutuhan aspek-aspek pemanfaatan lestari.
tempat tinggal, lapangan pekerjaan,

161
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12, No. 2 Juli 2017

KESIMPULAN Konservasi Propinsi Sumatera


Utara. Bali Scan dan Percetakan.
Jenis-jenis hasil hutan yang Medan
dimanfaatkan masyarakat di Desa
BPDAS Jenebrang, 2010. Hasil Hutan
Sembahe dan Bengkurung adalah Bukan Kayu (HHBK). Walanae.
kemiri, petai, durian, jengkol, kunyit, air Departemen Kehutanan dan Perkebunan.
nira, jahe, pinang, manggis, temulawak, 1999. Undang-Undang No. 41 tahun
1999 Tentang Kehutanan.
asam gelugur, rumbia, patikala, langsat,
Djajapertjunda., S dan Sumardjani. 2001.
rambe dan, duku. Nilai ekonomi HHNK Hasil Hutan Non Kayu. Makalah untuk
di Desa Sembahe mencapai Rp. Kongres Kehutanan III. Jakarta.

967.529.300/tahun atau menyumbang Lidiawati, I. 2003. Penilaian Ekonomi


Kerusakan Hutan dan Lahan Akibat
sekitar 57,28% terhadap pendapatan
Kebakaran. Institute Pertanian Bogor.
total keluarga. Sedangkan nilai ekonomi Bogor.
HHNK di desa Bengkurung mencapai Ngakan, P.O., H. Komarudin, A. Achmad,
Rp 509.180.000/tahun atau Wahyudi, dan A. Tako. 2006.
Ketergantungan, Persepsi dan
menyumbang sekitar 65.57% terhadap Partisipasi Masyarakat terhadap
Sumberdaya Hayati Hutan. Studi
total pendapatan rumah tangga. Kasus di Dusun Pampli Kabupaten
Luwu Utara, Sulawesi Selatan. 2006
. Center for International Forestry
DAFTAR PUSTAKA Research (CIFOR). Bogor

Affandi, O. dan Patana, P., 2002. Penelitian Suparmoko, M dan Maria Ratnaningsih.
Perhitungan Nilai Ekonomi 2000. Ekonomika Lingkungan Edisi
Pemanfaatan Hasil Hutan Non- Pertama BPFE. Yokyakarta
Marketable oleh Masyarakat Desa
Sekitar Hutan. USU, Medan.

Aliadi,A. dan Djatmiko, A., 1998. Hasil


Hutan Non Kayu Ekstraktif Di Desa
Sungai Telang Rantau Pandan,
Jambi.

Andayani, W. 2007. Jurnal Akta Agrosia


(Vol. 10 No 1 Tahun 2007). Analisis
Efisiensi Pemasaran Kacang Mete
(Cashew Nuts) di Kabupaten
Wonogiri. Jurusan Manajemen
Hutan Kabupaten Kehutanan UGM,
Yogyakarta.

Balai Konservasi Sumberdaya Alam I


Medan. 1999. Informasi Kawasan

162

Anda mungkin juga menyukai