Disusun oleh :
Nama : Aida Maharani
NIM : 21/474824/KT/09507
Coass : Nisa Dwi Ariyanti
Kelompok : Jati
I. TUJUAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk :
1. Menghayati pelaksanaan timber cruising mulai dari pengambilan data di
lapangan/pengisian tallysheet, pengolahan data, pembuatan Laporan Hasil
Cruising (LHC), dan dapat menaksir potensi produksinya.
2. Membandingkan pelaksanaan timber cruising hutan alam tropis dengan
perisalahan hutan Jati di Jawa.
Deskripsi :
Peta kawasan hutan yang akan diinventarisasi dicermati dan rancangan teknik
samplingnya dipelajar. Pada praktikum ini metode sampling yang digunakan adalah
CSS (Continues Strip Sampling) dan LPS (Line Plot Sampling). Setelah itu dari peta
yang akan di inventarisasi, disusun sebaran pohon pada setiap metode. Data yang
digunakan berupa jalur, PU, nomor pohon, jenis, diameter, tinggi, volume, sub total,
dan kelas. Kemudian diperhatikan volume kayu/Ha pada masingmasing jalur serta
diperhatikan juga variasi jenis dan volume pada masing-masing jalur untuk
menggambarkan heterogenasinya. Lalu, dibuat tabel rekapitulasi volume serta
dihitung nilai jumlah Xi, Rerata Xi, serta (Jumlah Xi)2. Kemudian dihitung nilai
kecermatana pada masing-masing teknik sampling dan dibuat laporan hasil cruising
sesuai dengan penggologan jenis, penggolongan diameter serta jumlah, dan volume
yang telah didapatkan.
V. DATA DAN HASIL PERHITUNGAN
VI. PEMBAHASAN
Praktikum acara 5 ini membahas mengenai menaksir potensi produksi analisis
struktur tegakan hutan alam tropika basah. Pada acara ini dibahas mengenai metode
inventarisasi hutan yang dilakukan hutan alam. Metode inventarisasi yang ada di
hutan alam berbeda dengan metode inventarisasi yang dilakukan di hutan tanaman.
Inventarisasi hutan yang dilakukan di hutan alam disebut timber cruising. Di hutan
alam tidak ada jarak tanam antara individu satu dengan lainya sehingga tanaman
tumbuh tidak teratur. Keadaan seperti ini membuat metode inventarisasi yang cocok
adalah Line Plot Sampling (LPS). Sedangkan, pada hutan tanaman terdapat jarak
tanam antar pohonya sehingga dalam inventarisasi metode yang tepat dilakukan
adalah Continuous Systematic Sampling (CSS). Selain jarak tanam, aspek lain yang
membedakan antara hutan alam dan hutan tanaman adalah Intensitas Sampling (IS).
Pada hutan tanaman, nilai IS lebih kecil dibandingkan dengan hutan alam. Hal ini
dikarenakan hutan tanaman lebih homogen daripada hutan alam.Besar kecilnya
Intensitas sampling (IS) di hutan alam tergantung pada tujuan penggunaannya.
Intensitas Sampling (IS) merupakan nilai yang menggambarkan perbandingan jumlah
sampel dengan populasi. Tujuan yang ada juga disesuaikan dengan jangka waktunya
seperti pada Rancangan Karya Pengusahaan Hutan (RKPH) berjangka waktu 20 tahun
memiliki IS 1%, pada Rencana Karya Lima Tahunan (RKL) dengan IS 5% dan
Rencana Karya Tahunan (RKT) dengan jangka waktu 1 tahunan memiliki IS 10%.
Metode inventarisasi pada hutan alam yaitu menggunakan metode CSS dan
LPS dimana metode CSS digunakan untuk menginventarisasikan semua pohon
sedangkan metode CSS sampel berupa jalur tidak terputus dan kombinasi antara lebar
jalur dengan jarak antar jalur ditentukan bberdasarkan IS yang dipakai. Pada metode
CSS semua jalur digunakan sebagai PU. Sedangkan pada metode LPS sampel yang
digunakan berupa petak ukur dimana letak plot berada pada suatu garis lurus dengan
jarak tertentu. Pada penelitian ini pada metode LPS petak ukur yang dipakai hanya
petak ukur bernomor ganjil, karena panjang PU genap diasumsikan sebagai jarak
antar PU.
Variabel kecermatan (P) merupakan kedekatan hasil uji atau pengolahan data
yang diperoleh dengan data aslinya atau sebenarnya. Kecermatan ini menggambarkan
seberapa mirip data yang diperoleh dengan data yang dijadikan acuan. Nilai
kecermatan yang tinggi menunjukkan data yang didaoatkan menyerupai data asli.
Dalam melakukan kegiatan sampling, kecermatan merupakan suatu aspek yang perlu
diperhatikan. Semakin tinggi kecermatannya maka semakin baik data yang dihasilkan.
Pada praktikum ini, metode CSS dan metode LPS memilikin kecermatan yang
berbeda. Metode CSS memiliki kercermatan sebesar 576,7289 sedangkan metode LPS
memiliki kecermatan sebesar 0,7822. Semakin kecil nilai kecermatannya maka nilai
yang diperoleh semakin baik. Berdasarkan praktikum dilakukan perhitungan volume
suatu pohon dengan menggunakan rumus silinder. Volume yang diperoleh dari
metode CSS sebesar 9688,9344 m³ dan volume dari metode LPS sebesar 5321,065
m³. Berdasarkan hasil taksiran volume kayu diketahui bahwa hasil dari metode CSS
lebih besar dibandingkan dengan hasil dari metode LPS karena pohon induk pada
metode CSS lebih banyak dibandingkan dengan metode LPS. Pada metode LPS
pohon yang diinventarisasikan lebih sedikit karena hanya pohon dalam PU.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan 10 jenis
tumbuhan dari daftar dilindungi lewat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 106/2018. Sepuluh jenis tumbuhan ini masuk dalam daftar merah
International Union for Conservation of Nature (IUCN), delapan masuk kategori
sangat kritis, terancam punah dan rentan punah. Kayu-kayu itu, yakni, Ulin
(Eusideroxylon zwageri-rentan punah), Medang Lahu (Beilschmiedia madang,
terancam punah), kayu Besi Maluku (Intsia palembanica, terancam punah), Kempas
Kayu Raja (Koompassia excels, risiko rendah), dan Kempas Melaka (Koompassia
malaccensis, risiko rendah). Sedangkan, lima lainnya, merupakan spesies endemik
atau hanya ditemui di wilayah tertentu dan masuk dalam daftar merah IUCN, yakni,
Damar Pilau (Agathis borneensis, endemis Borneo, terancam punah), Upan (Upuna
borneensis, endemis borneo, terancam punah), Palahlar Nusa kambangan
(Dipterocarpus littoralis, endemis Pulau Nusakambangan, kritis), Kokoleceran (Vatica
bantamensis, endemis Ujung Kulon, kritis), dan Palahlar Nursala (Dipterocarpus
cinereus, endemis Mursala Sibolga, kritis). Jenis kayu yang dapat ditebang dapat
terbagi menjadi 3 kelompok jenis, yaitu kelompok jenis meranti yang terdiri dari
meranti putih, meranti merah, meranti kuning, kapur, agathis, keruing, kenari, hopea,
pulai, dan bawang-bawang. Kelompok jenis rimba campuran terdiri dari medang,
jabon, bayur, manggis-manggis, Nangka-nagka, kenanga, suren, pasang, alang-alang.
Pada praktikum ini perhitungan volume suatu pohon dilakukan dengan rumus
volume silinder, volume pohon yang didapatkan dari metode CSS sebesar 9688,9344
m3 dan volume dari merode LPS sebesar 5321,065 m³. Hasil taksiran potensi volume
kayu dari merode CSS lebih besar karena jumlah pohon induk pada metode CSS lebih
banyak daripada metode LPS. Selain itu, pada metode LPS hanya pohon dalam plot
yang diinventarisasi. Penaksiran volume ini akan mempengaruhi perhitungan nilai
kecermatan (P) pada setiap teknik sampling. Penggolongan diameter yang digunakan
adalah kelas diameter 20-29 cm, 30-39 cm, 40-49 cm, 50-59 cm, dan 60 cm-up.
Penggolongan digunakan untuk mengetahui potensi kayu yang akan ditebang. Untuk
kayu ditebang kelompok Meranti didapatkan jumlah pohon sebanyak 1922 dengan
volume total 5411,4537 m3. Untuk kayu rimba terdapat 309 pohon dengan volume
total 676,393 m3. Untuk jenis kayu indah jumlah pohonya ada 26 individu dengan
total volume 39,532 m3. Yang terakhir, untuk jenis kayu eboni jumlah pohonya ada 1
individu dengan total volume 1,622 m3. Volume tertinggi terdapat pada jenis kayu
ditebang kelompok Meranti karena jumlah individu dan rata-rata volume per pohonya
juga paling besar.
Pada umumnya nilai posisi atau nilai kecermatan berbanding terbalik dengan
standar eror. Semakin kecil standar eror sauatu data maka nilai kecermatan suatu data
tersebut semakin besar sehingga data yang dihasilkan cukup representatif. Nilai
standar eror dapat dilihat dari nilai standar deviasi. Nilai ideal dari suatu data
menverminkan potensi huta yang optimal. Nilai P kecermatan (P) juga berhubungan
dengan intensitas sampling. Intensitas sampling (IS) merupakan perbandingan sampel
dengan populasi yang diambil. Hubungan nilai kecermatan atau nilai presisi (P)
dengan intensitas sampling yaitu berbandidng lurus. Pada dasarnya dengan
mengetahui taksiran volume kayu dalam suatu kawasan hutan dapat digunakan untuk
mengetahui nilai tingkat produksi kayu yang dihasilkan sehingga dapat digunakan
untuk menyusun program yang kaitanya dengan teknik pemanenan dan mengetahui
faktor-faktor pendorong keberhasilan pengelolaan suatu unit lahan.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Timber cruising merupakan inventarisasi hutan yang dilaksanakan untuk menaksir
potensi pada suatu kawasan hutan alam tropika basah. Data yang diambil pada
pelaksanaan timber cruising yaitu jenis pohon, nomor pohon, diameter, tinggi,
nomor PU, dan jalur. Pembuatan Laporan Hasil Cruishing (LHC) yang dibedakan
atas jenis yang dilindungi, ditebang, rimba, dan indah dihasilkan taksiran volume
potensi kayu dengan rincian kayu ditebang sebesar 6129,0007 m3, jenis kayu
rimba sebesar 676,393 m3, dan kayu indah sebesar 39,532 m3. Taksiran volume
produksi yang didapat berdasarkan pada volume pohon ditebang yakni sebesar
6129,0007 m3.
2. Pada umumnya penaksiran timber cruising pada hutan alam tropika basah
dilakukan dengan adanya jalur, jenis pohon, diameter, tinggi, dan volume.
Pelaksanaanya menggunakan metode CSS. Sedangkan, perisalahan hutan jati di
Jawa membutuhkan volume pohon, diameter, tinggi, TBBC, struktur tegakan, dan
potensi permudaan dilakukan dengan menggunakan metode LPS. Dua metode
tersebut dipilih karena pada hutan tropis memiliki pohon-pohon yang heterogen.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Mando, L. O. A. S., Kandari, A. M., Khairun, K., Rosmarlinasiah, R., Kasim S., Midi,
L. O., Inda W. O., & Mardhatillah, S. 2020. TINGKAT PARTISIPASI
PENGELOLAAN DAN ANALISIS FINANSIAL HUTAN RAKYAT DENGAN
SISTEM TUNDA TEBANG DI KABUPATEN KONAWE SELATAN. Jurnal
Belantara Vol. 3(2): 128-138.
Baltzer, J. L., Thomas, S. C. 2010. A Second Dimension to the Leaf Economics
Spectrum Predicts Edaphic Habitat Association in a Tropical Forest. PloS ONE
5(10): e13163.
Garsetiasih, R., Rianti, A., & Heriyanto, N. M. 2018. "POTENSI TUMBUHAN
BAWAH PADA TEGAKAN HUTAN TANAMAN Acacia crassicarpa A. Cunn.
ex Benth SEBAGAI PAKAN GAJAH DAN PENYIMPAN KARBON DI
KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman.
Vol 15(2): 97-111.
Ikhwan, M., Erny, S., & Azwin. 2017. Perbandingan Teknik Trees Sampling dengan
Unit Contoh Uji Lingkaran dalam Menduga Potensi Tegakan Hutan Tanaman.
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan. Vol 12(1): 29-36
Purwaningsih, S., & Abdurachman. 2017. POTENSI TEBANG NAUNGAN PADA
APLIKASI “SILIN” DI PT. BALIKPAPAN FOREST INDUSTRY (BFI),
KALIMANTAN TIMUR. JURNAL Penelitian Ekosistem Dipterokarpa. Vol
3(1):13-22.
Simon, H. 2007. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta: Media Aditya.