Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

INVENTARISASI SUMBERDAYA HUTAN


ACARA IV
PENAKSIRAN POTENSI KANDUNGAN KARBON PADA SUATU UNIT
KAWASAN HUTAN

Disusun oleh :
Nama : Aida Maharani
NIM : 21/474824/KT/09507
Coass : Nisa Dwi Ariyanti
Kelompok : Jati

LABORATORIUM KOMPUTASI DAN BIOMETRIKA HUTAN


DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
ACARA IV
PENAKSIRAN POTENSI KANDUNGAN KARBON PADA SUATU UNIT
KAWASAN HUTAN

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui besarnya potensi karbon untuk kelas
hutan produktif
2. Mahasiswa dapat mengukur dan mengetahui potensi kandungan karbon
pada suatu unit kawasan hutan
3. Mahasiswa mampu menaksir jumlah gas CO2 yang diserap tegakan

II. DASAR TEORI


Kegiatan inventarisasi pohon sangat berperan dalam menyajikan
informasi tentang keadaan tegakan hutan, baik keadaan pohon-pohon
maupun berbagai karakteristik areal tempat tumbuh. Nilai potensi ini dapat
dipergunakan dalam menyusun perencanaan dalam pengelolaan hutan.
Inventarisasi hutan adalah kegiatan pengelolaan hutan untuk mengetahi
kekayaan yang terkandung dalam hutan pada saat tertentu. Istilah
inventarisasi hutan disebut juga perisalahan hutan/timber cruising/timber
estimation. Secara umum,inventarisasi hutan didefinisikan sebagai
pengumpulan dan penyusunan data serta fakta kesejahteraan masyarakat
secara lestari dan sebaguna (Simon, 2007).
Biomassa adalah produk fotosintesis yang menyerap energi dan
mengubah karbon dioksida, dengan air ke campuran karbon, hidrogen, dan
oksigen. Biomassa adalah material biologis yang dapat digunakan sebagai
sumber bahan bakar, baik secara langsung maupun setelah diproses melalui
serangkaian proses yang dikenal sebagai koversi biomassa. Biomassa juga
meliputi sampah bio yang dapat diuraikan yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar. Biomassa tidak termasuk material organik yang telah diubah
dengan proses geologis ke dalam zat seperti batubara atau petroleum (Saleh
dan Bahariawan, 2018).
Ukuran individu pohon sangat mempengaruhi jumlah biomassa dan
simpanan karbon pohon. Simpanan karbon yang terkandung dalam tegakan
berhubungan erat dengan pertumbuhan tegakan. Simpanan karbon
cenderung terus meningkat sampai pertumbuhan tegakan mencapai optimal
kemudian relatif stabil. Besarnya potensi karbon yang dikonversi dari
biomassa sangat dipengaruhi oleh besarnya diameter. Ada beberapa
mekanisme insentif serap dan simpan karbon.Salah satu mekanisme berbasis
lahanhutan adalah kebijakan melalui Reducing Emissions from
Deforestation and Forest Degradation (REDD+). Apabila pengelola akan
mengikuti mekanisme insentif simpan dan serapan karbon REDD+, maka
perhitungan simpanan karbon awal menjadi pentingdan diperlukan
(Yuningsih dkk., 2018).
Pemakaian energi pada umumnya akan menghasilkan emisi karbon.
Emisi karbon yang duhasilkan dapat berjumlah banyak maupun sedikit.
Karena jumlahnya di atmosfer yang kian tak terkendali, emisi karbon
menjadi pokok pembahasan dalam permasalahan lingkungan masa kini.
Untuk menguranginya diperlukan beberapa solusi salah satunya dengan
pemanfaatan hutan (Utama dkk., 2018).
Nilai karbon tersimpan menyatakan banyaknya karbon yang mampu
diserap oleh tumbuhan dalam bentuk biomassa. Apabila pohon ditebang
maka fungsi sebagai penyerap karbon akan berkurang signifikan dan karbon
yang tersimpan akan terlepas dan teremisi di udara. Jumlah karbon yang
semakin meningkat pada saat ini harus diimbangi dengan jumlah serapannya
oleh tumbuhan guna mengurangi pemanasan global. Dengan demikian dapat
diperkirakan berapa banyak tumbuhan yang harus ditanam pada suatu lahan
utuk mengimbangi jumlah karbon yang terbebas di udara (Hidayat dkk.,
2019).
Kapasitas penimbunan karbon suatu hutan sangat dipengaruhi oleh
daur (umur), tipe, fungsi hutan, jenis dan tingkat pertumbuhan tanaman serta
kualitas tapaknya. Pengukuran cadangan karbon dilakukan untuk
mengetahui akumulasi karbon yang tersimpan pada lokasi tersebut, sehingga
dapat diketahui kapasitas hutan tersebut dalam menyerap karbon serta
seberapa besar perannya dalam menurunkan emisi gas rumah kaca salah
satunya CO2. Karbondioksida dianggap sebagai GRK utama karena
memiliki laju pertambahan emisi yang tinggi dan waktu tinggal di atmosfer
yang lama. Vegetasi memiliki peran penting dalam mitigasi karbondioksida
dengan menyimpan cadangan karbon pada biomassa di atas permukaan dan
kantong karbon (Astuti dkk, 2020).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1. MS. Excel
2. Komputer/Laptop
3. Alat Tulis
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1. Ikhtisar susunan kelas hutan (PK 4A) dari data Acara 3
2. Tabel WvW

IV. CARA KERJA


Cara kerja pada praktikum ini adalah:

Data diperoleh dari rerata umur, rerata bonita, dan rerata KBD tiap kelas hutan
produktif/ volume standing stock (PK 4A) pada acara 3 inventarisasi SDH

Data Vbm dicari dengan interpolasi ganda yang beracuan pada tabel WvW

Dihitung besar nilai biomassa (B), carbon content, taksirancarbon tegakan, dan
taksiran serapan CO2 pada tiap kelas hutan dengan rumus yang berlaku

Hasil inventarisasi unit kawasan hutan digunakan untuk menaksir


potensi kandungan karbon unit hutan tersebut. Data yang digunakan
meliputi kelas hutan (produktif), luas, rerata umur, rerata bonita, dan rerata
KBD. Dengan bantuan tabel normal tabel WvW dicari nilai volume pohon
kayu (Vbm) tiap kelas hutan. Jika diperlukan dilakukan interpolasi. Setelah
Vbm tiap diketahui, biomassa dihitung dengan cara mengkalikan vbm
dengan 0,59 dengan asumsi 0,59 merupakan berat kering tanur jati. Untuk
mencari c content dapat mengkalikan biomassa dengan 0,5 dengan asumsi
karbon yang terkandung pada pohon sebesar 50%. Selanjutnya c content
dikalikan dengan luas untuk mengetahu taksiran c tegakan. Untuk menaksir
serapan CO2 dapat dilakukan dengan mengkalikan taksiran c content
dengan 3,667 yang merupakan perbandingan Mr CO2 terhadap Ar C.

V. DATA DAN HASIL PERHITUNGAN


Berdasarkan prakyikum yang dilakukan diperoleh data dan hasil
perhitungan sebagai berikut:
a. Data
Terlampir di google drive dengan link https://bit.ly/BISDH22_Jati
b. Contoh Perhitungan
 Biomassa = Vbm x 0,59
- KU II = 120,5788 x 0,59 = 71,1415
- KU III = 134,7489 x 0,59 = 79,5018
 C. Content = Biomassa x 0,5
- KU II = 71,1415 x 0,5 =35,5707
- KU III = 79,5018 x 0,5 = 39,7509
 Taksiran C tegakan = C Content x luas
- KU II = 35,5707x 142,40 = 5065,2742
- KU III = 39,7509x 1386,50 = 55114,6418
 Taksiran CO2 tegakan/Taksiran serapan = Taksiran C tegakan x 3,667
- KU II = 5065,2742 x 3,667 = 18574,3606
- KU III = 455114,6418 x 3,667 = 22105,3916
VI. PEMBAHASAN
Praktikum Acara 7 ini dilakukan perhitungan karbon di suatu
kawasan hutan. Data mentah yang digunakan dalam perhitungan karbon
diambil berdasarkan data ikhtisar standing stock meliputi luas rata-rata
umur, bonita, dan KBD. Selain itu, data Vbm juga diperlukan karena asumsi
yang digunakan ialah semua bagian pohon dapat menyerap sekaligus
menyimpan karbon. Terdapat tiga macam metode yang dapat digunakan
untuk melakukan perhitungan estimasi pertukaran gas CO2 di kawasan
hutan. Metode pertama ialah persamaan allometrik. Pada metode ini,
memiliki tujuan untuk menemukan adanya hubungan antara ukuran suatu
pohon dengan berat pohon keseluruhan. Langkah yang dilakukan yaitu
dengan menghitung potensi tiap pohon di setiap petak. Metode ini memiliki
beberapa kelebihan, yakni mampu memberikan estimasi data dengan area
yang luas sekaligus biomassa walaupun sampel yang digunakan hanya
berupa pohon serta perhitungannya dapat dikerjakan di lapangan pada waktu
itu juga. Namun, kekurangan dari metode ini memerlukan tenaga yang tidak
sedikit dalam pengaplikasiannya. Metode yang kedua adalah metode
inventarisasi terrestrial. Merupakan metode yang dilakukan secara tidak
langsung dengan data taksiran potensi produksi dari hasil inventarisasi
hutan. Metode ini memiliki kelebihan, yaitu apabila terdapat kesalahan atau
evaluasi data, data dapat diketahui secara langsung. Sementara itu,
kekurangannya adalah dibutuhkan waktu yang cukup lama dan tahap
pengerjaan yang rumit. Metode yang terakhir adalah metode eddy
covariance (EC). Merupakan metode yang mengandalkan waktu dan angin
pada suatu daerah tertentu dengan bantuan alat pengukur kecepatan angin.
Kelebihannya, yakni multifungsi, termasuk sistematis yang kompleks, dapat
mengukur dalam lapisan atmosfer. Untuk kekurangannya, alatnya tergolong
mahal dan kurang praktis penggunaannya.
Pada praktikum acara kali ini, perhitungan taksiran karbon
didasarkan dari data acara 3 inventarisasi sumberdaya hutan/ volume
standing stock (PK 4A) Bagian Hutan Sub Dopalang. Berdasarkan olah data
yang dilakukan, diperoleh Vbm (volume kayu pohon) terbesar diperoleh
pada KU X sebesar 384,7494. Sedangkan yang terkecil diperoleh pada KU
II yakni sebesar 120,5788. Besar kecilnya Vbm sangat dipengaruhi oleh
umur dan bonita. Apabila umur dan bonita semakin besar, maka Vbm yang
diperoleh akan semakin besar pula. Pada data biomassa, diperoleh nilai
biomassa terbesar ada pada KU X yaitu sebesar 227,0022 dan biomassa
terkecil pada KU II yaitu sebesar 71,1415. Nilai biomassa ini dipengaruhi
oleh nilai dari Vbm yakni jika nilai Vbm semakin besar maka semakin besar
juga nilai biomassa suatu kelas hutan. Untuk jumlah total biomassa di
Bagian Hutan Sub Dopalang tersebut adalah senilai 1471,1699. Pada data
perhitungan carbon content, diperoleh nilai terbesar terdapat pada KU X
dengan nilai 113,5011 sedangkan yang terkecil pada KU II dengan nilai
sebesar 35,5707. Maka pada Bagian Hutan Sub Dopalang didapatkan
jumlah total carbon content senilai 735,5849. Pada perhitungan taksiran
carbon tegakan, nilai terbesar diperoleh KU III yakni sebesar 55114,6418
sedangkan nilai terkecil terdapat pada KU II yakni senilai 5065,2742. Untuk
jumlah total taksiran carbon tegakan di Bagian Hutan Sub Dopalang adalah
senilai 180044,7755. Perhitungan terakhir adalah taksiran serapan CO2
dengan mengalikan nilai taksiran carbon tegakan dengan 3,667(rasio antara
Mr CO² dengan nilai Ar C). Nilai terbesar dalam perhitungan taksiran
serapan CO2 terdapat pada KU III yaitu 1202105,3916, sedangkan taksiran
serapan terendah ada pada KU II dengan nilai sebesar 18574,3606. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa KU III merupakan kelas hutan yang
memiliki tegakan terproduktif, karena mampu menyerap serta menghasilkan
banyak CO2. Untuk jumlah total taksiran serapan CO2 di Bagian Hutan Sub
Dopalang tersebut adalah senilai 660224,1916 ton pada seluruh kelas hutan
produktifnya.
Pada data perhitungan di atas, dapat terlihat jika nilai biomassa
memiliki korelasi yang positif dengan carbon content. Makin besar nilai
biomassa maka kandungan karbon yang tersimpan akan semakin banyak.
Lalu dalam data, terlihat pula bahwa semakin bertambahnya umur kadar
karbon biomassa akan semakin tinggi. Hal tersebut disebabkan pohon lebih
tua sudah lebih banyak terbentuk kayu teras dibandingkan kayu dari pohon
muda. Selain itu data di atas turut dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan
riap diameter secaraterus menerus dan akan menjadi lambat pada umur
tertentu. Sehingga dapat dikatakan jika besarnya potensi masa karbon sangat
dipengaruhi oleh besaran diameter suatu individu pohon. Taksiran karbon
merupakan suatu metode yang efektif dalam menaksir kandungan karbon
dalam suatu wilayah hutan yang luas. Nantinya data ini dapat berguna
dalam mengetahui kapasitas suatu kawasan hutan dalam menyerap polusi
yang ada di udara.
Dalam pelaksanaan praktikum ini, penaksiran potensi serapan
karbon di Bagian Hutan Sub Dopalang dilakukan dengan menggunakan
nilai Vbm (volume kayu pohon) tegakan. Hal tersebut dikarenakan nilai
Vbm merupakan volume kayu yang terdapat di semua bagian pohon mulai
dari volume tonggak hingga ujung pohon. Selain itu Vbm digunakan agar
lebih mudah dalam perhitungan, karena penaksiran volume batang mudah
dilakukan dengan parameter tinggi, diameter, bahkan sudah tersedia dalam
tabel WvW. Sedangkan biomassa yang dihasilkan oleh daun, akar, biji, dan
bunga relatif lebih sulit untuk dihitung. Vbm juga dipilih karena dihitung
atas dasar keseluruhan batang pohon dan tidak didasarkan pada sebagian
pohon seperti Vst dan Vdk sehingga hasil yang didapat nantinya bersifat
lebih representatif. Nilai Vbm pada praktikum kali ini diperoleh dengan
beracuan dari tabel WvWdan kemudian dilakukan interpolasi ganda
menggunakan formula ‘FORECAST’ pada software microsoft excel.
Biomassa merupakan unit total jumlah materi hidup di atas
permukaan tanah pada suatu pohon dan dinyatakan dalam satuan ton berat
kering per satuan luas. Biomassa mencakup mulai dari akar, batang, cabang,
daun, bunga, dan bagian lainnya pada tumbuhan. Sumber energi yang
berasal dari biomassa merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui
serta dihasilkan secara terus menerus. Nilai biomassa sangat penting
diketahui untuk melakukan penaksiran, karena karbon sendiri tersimpan
pada biomassa. Dengan demikian, biomassa digunakan untuk dasar
perhitungan berbagai kegiatan pengelolaan hutan karena hutan dianggap
sebagai sumber penyerapan karbon yang cukup potensial. Nilai biomassa
sangat penting diketahui untuk melakukan penaksiran potensi karbon
dikarenakan sebagian besar karbon tersimpan di dalam biomassa (Saleh dan
Bahariawan, 2018).
Taksiran karbon dapat diartikan sebagai perkalian antara C content
dengan luas area. Sementara itu, serapan CO2 didapatkan dari hasil
perkalian antara taksiran karbon dengan nilai 3.667. Nilai tersebut diperoleh
dari rasio CO2 terhadap C. Potensi kandungan karbon pada tegakan Jati
akan meningkatkan kandungan serapan CO2 bersama dengan kelas
umurnya. Mengacu pada perhitungan taksiran CO2 tidak meningkat sesuai
kelas umurnya, tetapi berdasar luas areanya. Adanya pembalakan liar dapat
menurunkan jumlah pohon bahwa makin tinggi kelas umurnya, makin tinggi
pula nilai serapan CO2-nya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
perombakan aspek diameter yang terjadi.
Penaksiran potensi karbon pada suatu kawasan berkaitan dengan
REDD++ (Reducing Emissions from Deforestatuin and Forest Degradation)
yang merupakan suatu upaya dalam rangka mengurangiemisi dari
deforsestasi dan degradasi hutan di negara berkembang. REDD++
merupakan paradigma baru dalam pengelolaan hutan sebagai hasil
pemikiran ekonomi sumberdaya hutan (Umar, 2016). Hutan sebagai
komponen atau ekosistem yang dapat menyerap karbon perlu dipertahankan
karena emisi gas disumbangkan oleh deforestasi dan degradasi hutan begitu
parah bagi lingkungan, salah satunya adalah efek rumah kaca. Peran dari
REDD++ ini adalah untuk mengupayakan pengurangan emisi yang
disebabkan oleh deforestasi, sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab
industri atas emisi karbon yang dikeluarkan. Selain itu, hutan juga dapat
mengurangi emisi gas rumah kaca yang ada di atmosfer. REDD++
dilakukan dengan cara konservasi, manajemen, dan peningkatan stok hutan
karbon. Tentunya, dalam upaya pencanangan REDD++ ini, diperlukan
perhitungan taksiran karbon untuk keberlanjutan dan keberhasilan program.
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah biomassa yang dihasilkan
pada tegakan galam dan menduga jumlah cadangan carbon pada tegakan
galam di PT. JBG Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan, diperoleh
estimasi biomassa setiap 1Ha 0,1580 Ton/Ha, total keseluruhan dalam luas
kawasan hutan rawa galam sebesar 100 Ha ialah 15,80 Ton/Ha. Cadangan
karbon yang dihasilkan pada setiap 1Ha sebesar 0,0785 Ton/Ha, untuk total
keseluruhan kawasan hutan rawa galam seluas 100 Ha senilai 7,85 Ton/Ha
dan hasil interpretasi menggunakan NDVI menunjukan bahwa kawasan
hutan rawa galam pada bulan oktober lebih cenderung dominan vegetasi
yang rapat, dan vegetasi cukup rapat, pada tubuh air sangatlah kecil nilainya
(Ulianata dkk., 2021).

VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Potensi karbon untuk kelas hutan produktif dapat dihitung dengan
acuan data volume kayu pohon (Vbm) dan juga mempertimbangkan
nilai biomassa. Carbon content ini didapatkan dengan mengalikan
biomassa dengan 0,5 (asumsi karbon yang terkandung pada pohon
sebesar 50%). Sehingga diperoleh nilai total carbon content pada
seluruh kelas hutan produktif di Bagian Hutan Sub Dopalang adalah
sebesar 735,5849.
2. Potensi kandungan karbon pada suatu kawasan hutan dapat dihitung
dengan mengalikan nilai carbon content dengan luas area kelas hutan.
Total potensi karbon tegakan di semua kelas hutan pada Bagian Hutan
Sub Dopalang adalah sebesar 180044,7755.
3. Penaksiran jumlah gas CO2 yang diserap tegakan dapat dilakukan
dengan mengalikan nilai taksiran karbon tegakan dengan rasio antara
Mr CO² dan Ar C (yaitu 3,667). Total taksiran serapan CO2 yang dapat
diserap oleh tegakan di Bagian Hutan Sub Dopalang adalah sebesar
660224,1916.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Astuti, R., Wasis, B., Hilwan, I. 2020. Potensi Cadangan Karbon ada Lahan
Rehabilitasi Di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Jurnal
Media Konservasi, 25(2), 143.
Hidayat, M. T., Aatiani, D., & Dewantara, I. 2019. Estimasi Karbon pada
Vegetasi Hutan Rawa Gambut di Kawasan Lindung IUPHHK-HTI
PT. Muara Sungai Landak Kabupaten Mempawah Provinsi
Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari, 7(1), 554.
Saleh, A. S., & Bahariawan, A. 2018. Buku Ajar Energi dan Elektrifikasi
Pertanian. Yogyakarta: Deepublish.
Simon. 2007. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta: Pustaka.
Ulianata, D. H. P., Fithria, A., & Peran, S. B. 2021. Estimasi Biomassa dan
Cadangan Karbon Pada Hutan Rawa Galam (Melaleuca
leucadendron Linn). Jurnal Sylva Scienteae, 4(4), 712-718.
Umar, S. 2016. Manajemen Hutan Sistem REDD++. Yogyakarta: CV
Absolute Media.
Utama, D. M., Baroto, T., Maharani, D. M., Jannah, F. R., & Octaria, R. A.
2018. Algoritma Ant-Lion Optimizer Untuk Meminimasi Emisi
Karbon Pada Penjadwalan Flow Shop Dependent Sequence Set-
Up. Jurnal Litbang Industri. 9(1), 69-78.
Yuningsih, L., Lensari, D., & Milantara, N. 2018. Perhitungan Simpanan
Karbon Atas Permukaan Hutan Lindung KPHP Meranti untuk
Mendukung Program Redd+. Jurnal Silva Tropika, 2(3), 18.
IX. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai