Anda di halaman 1dari 8

Machine Translated by Google

AKSES TERBUKA Jurnal Internasional Biologi Terapan


Jurnal Internasional Biologi Terapan dilisensikan di bawah Lisensi ISSN : 2580-2410
Internasional Creative Commons Attribution 4.0, yang mengizinkan
penggunaan, distribusi, dan reproduksi tanpa batas dalam media eISSN: 2580-2119
apa pun, asalkan karya asli dikutip dengan benar.

Biomassa dan Serapan Karbon Hutan Mangrove Pohorua


Desa, Kabupaten Muna
Muhammad Iksan1
, WOD Al Zarliani2 , La Nare1 S. Hafidhwati1 A, & Fitriani Baena3

1
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
2
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
3
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Buton, Jln. Betoambari No. 36 Kota Baubau, 97321, Southeast
Sulawesi Province, Indonesia.

Abstrak
Kondisi lingkungan yang diakibatkan oleh pencemaran udara begitu besar sehingga
Sejarah Artikel
berdampak pada perubahan ekosistem yang mempengaruhi seluruh aspek
Diterima 2 November 2019
kehidupan manusia. Perubahan iklim disebabkan oleh meningkatnya gas rumah
kaca di atmosfer bumi karena atmosfer bumi menerima lebih banyak karbon Diterima 29 Desember 2019
dibandingkan yang dilepaskannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
potensi biomassa dan serapan karbon pada batang mangrove di Desa Pohorua Kata kunci
Kabupaten Muna. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, pengambilan sampel biomassa,
dengan teknik Point Center Quarted Method (PCQM) diukur sekitar tinggi pohon serapan karbon,
bakau (DBH) setinggi dada. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Hutan mangrove,
persamaan alometrik dimana setiap tanaman mangrove mempunyai berat jenis. Desa Pohorua.
Serapan karbon yang terdapat pada mangrove tersimpan pada akar, batang dan
daun tanaman mangrove, hasil penelitian menunjukkan bahwa mangrove dapat menyerap karbon dengan cepat.

Perkenalan
Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan yang tidak diimbangi dengan upaya perbaikan dan
pemeliharaan akan mengakibatkan berkurangnya luas hutan mangrove, karena hutan mangrove
mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Dengan kemampuan
mangrove dalam menyimpan karbon, maka peningkatan emisi karbon di alam dapat dikurangi. Hutan
mangrove mempunyai peranan penting dalam strategi mitigasi perubahan iklim (Eddy dkk. 2015) yang
melaporkan bahwa laju degradasi dan hilangnya hutan mangrove di Indonesia tergolong tinggi, hampir
50% - 60% dari total hutan mangrove di Indonesia mengalami kerusakan. telah hilang akibat berbagai
aktivitas antropogenik antara lain perikanan, perkebunan, pertanian, penebangan kayu, industri,
pemukiman, tambak garam dan pertambangan.
Kawasan Muna Timur yang terletak di Desa Pohorua mempunyai potensi sumber daya hutan
mangrove yang terdapat hampir di sepanjang pantai dengan panjang ± 450 Ha. Sama halnya
dengan pulau kecil, masyarakat pesisir telah lama memanfaatkan hutan mangrove untuk berbagai
kebutuhan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan peningkatan intensitas eksploitasi

CONTACT : MUHAMAD IKSAN iksanbioumb@gmail.com 57


Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Biologi Terapan, 3(2), 2019

hutan mangrove berupa pemanfaatan kayu mangrove sebagai bahan bakar mengakibatkan kondisi hutan mangrove di
beberapa tempat mengalami penurunan baik kuantitas maupun kualitas. Menurunnya kualitas hutan mangrove di
kawasan tersebut diduga disebabkan oleh masih adanya aktivitas pemanfaatan hutan yang dilakukan secara berlebihan
tanpa mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Salah satu bentuk pemanfaatannya adalah eksploitasi kayu sebagai
hasil utama hutan mangrove secara besar-besaran untuk berbagai keperluan bahan bangunan dan kayu bakar (Rakhfid
et al., 2014).

Penghitungan biomassa merupakan salah satu langkah penting yang harus dilakukan dalam kegiatan mitigasi
perubahan iklim di sektor kehutanan untuk memperkirakan penyerapan dan cadangan karbon pada suatu wilayah
tertentu. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk dilakukan karena belum adanya data analisis biomassa dan
serapan karbon hutan mangrove di Desa Pohurua Kabupaten Muna.
Pendekatan dan strategi yang akan dicapai semaksimal mungkin untuk dijadikan data pendukung agar pengembangan
dan pemanfaatan hutan mangrove dilakukan secara bijaksana tanpa merusak kawasan yang menjadi sasaran
pembangunan, seperti pengembangan ekowisata.

Bahan dan metode


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data berupa data primer
dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan dua cara yaitu menghitung kepadatan, biomassa,
kandungan karbon dan serapan karbon jenis mangrove di lokasi penelitian menggunakan Metode Point Center Quarter
(PCQM) sedangkan data sekunder diperoleh dari penelitian sebelumnya. Metode ini banyak digunakan untuk
menganalisis hutan yang mempunyai kepadatan padat (Indriyanto, 2010). Penghitungan biomassa (batang) di atas
permukaan tanah dilakukan dengan metode non destruktif sampling yaitu dengan mengukur diameter batang setinggi
dada (DBH 1,3 m) kemudian memasukkan data diameter batang tersebut ke dalam persamaan alometrik. Metode ini
digunakan untuk mengurangi tindakan destruktif pada saat pengukuran (Suryono et al., 2018).

Analisis data
Biomassa permukaan (batang)
Menentukan biomassa permukaan (batang) menggunakan persamaan alometrik yang disusun oleh Komiyama
dkk. (2008) sebagai berikut :

BB = 0,251 x H 2,46

Informasi :
= berat jenis kayu (gram/cm3 )
D = diameter (cm)
Hitung total biomassa seluruh pohon dengan menjumlahkan biomassa seluruh pohon dengan rumus Hairiah
dkk. (2011):

Total biomassa seluruh pohon = B1+B2+B3+................+Bn

Informasi :
B1,B2,B3,.............,Bn = Biomassa tiap pohon
Karbon dalam Biomassa
Menghitung kandungan karbon dalam biomassa menggunakan rumus Heriyanto dkk. (2012):

Kandungan karbon = biomassa x 50%

Informasi :
50% = Nilai persentase kandungan karbon dalam biomassa

58
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Biologi Terapan, 3(2), 2019

Penyerapan karbon dioksida (CO2)


Menghitung serapan karbon dioksida (CO2) menggunakan rumus Heriyanto dkk. (2012):

(CO2) = Tuan CO2/Ar. C (atau 3,67 x kandungan karbon)

Informasi :
CO2 = Penyerapan karbon dioksida
Mr = Berat molekul relatif CO2 (44)
Dengan
= Berat molekul atom relatif C (12)

Hasil dan Diskusi


Biomassa
Analisis potensi biomassa dan serapan karbon pohon mangrove dilakukan secara non destruktif dengan
menggunakan pendekatan data diameter batang setinggi dada (DBH) yang kemudian dimasukkan ke dalam
persamaan alometrik. Nilai biomassa masing-masing spesies di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai biomassa jenis mangrove pada tiap stasiun penelitian

Stasiun Spesies Mangrove Biomassa


(kg/ha)
Bruguiera gymnorhiza 732,25
Avicenia alba 755,63
SAYA Soneratia Alba 2659,9
Rhizophora mucronata 14460,13
Total 18607,91
Bruguiera gymnorhiza 1163,58
Avicenia alba 3517,36
II Soneratia Alba 2474,01
Rhizophora mucronata 3517,36
Total 10672,31
Avicenia alba 3316,21
AKU AKU AKU Soneratia Alba 2827,42
Rhizophora mucronata 5904,15
Total 12047,78

Biomassa merupakan gambaran total bahan organik hasil fotosintesis yang tumbuh secara horizontal dan
vertikal sehingga menyebabkan bertambahnya diameter pohon. Semakin besarnya diameter pohon disebabkan oleh
penyimpanan biomassa hasil konversi CO2 yang semakin meningkat seiring dengan banyaknya CO2 yang diserap
oleh pohon diatmosfer (Rahim, 2016).
Berdasarkan analisis potensi biomassa total di atas permukaan tanah pada batang pohon mangrove
Rhizophora mucronata mempunyai nilai biomassa tertinggi sebesar 23881,64 kg/ m2 dan Bruguiera gymnorhiza
memiliki nilai biomassa terendah sebesar 1895,83 kg/ m2. . Perkiraan nilai biomassa masing-masing
stasiun penelitian adalah stasiun I sebesar 18607,91 kg/ m2 , stasiun II sebesar 10672,31 kg/ m2 dan stasiun
III sebesar 12047,78 kg/ m2. Stasiun I mempunyai nilai biomassa paling besar karena diameter pohon dan jumlah
individu lebih besar dibandingkan Stasiun I dan II. Faktor lain itu

59
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Biologi Terapan, 3(2), 2019

Penyebab rendahnya nilai biomassa di lokasi penelitian adalah berat jenis masing-masing jenis pohon mangrove.
Hal ini sejalan dengan perkiraan Sianturi (2018) bahwa jumlah biomassa pada suatu lahan khususnya pohon
dipengaruhi oleh diameter pohon, berat jenis, tinggi pohon dan kesuburan tanah sehingga menyebabkan perbedaan
jumlah biomassa dan cadangan karbon pada suatu vegetasi. .
Lebih lanjut Rahman (2017) menyatakan bahwa nilai biomassa setiap spesies mangrove berbeda-beda dan
dipengaruhi oleh kemampuan sekuestrasi tumbuhan yang dapat dianalisis berdasarkan nilai kerapatan, diameter
pohon atau tinggi.
Biomassa tanaman meningkat karena tanaman menyerap CO2 dari udara dan mengubah zat tersebut
menjadi bahan organik melalui fotosintesis. Menurut Kedang dkk. (2018) mengatakan bahwa kandungan biomassa
pada batang pohon mempunyai proporsi paling besar dibandingkan organ pohon lainnya karena komposisi bahan
kimia alami dan zat ekstraktif lebih besar dibandingkan organ pohon lainnya sehingga semakin besar diameter
pohon maka nilai kandungan biomassanya lebih tinggi.

Serapan Karbon
Analisis serapan karbon dengan mengubah molekul karbon dioksida kemudian mengalihkan kandungan
karbon pada biomassa pohon mangrove. Nilai serapan karbon tiap stasiun penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai serapan karbon tiap stasiun penelitian


Stasiun Spesies Mangrove Serapan Karbon
(Kg C/ha)
Bruguiera gymnorhiza 1343,69
Avicenia alba 1386,58
SAYA Soneratia Alba 3873,67
Rhizophora mucronata 25841,75
Total 32445,69
Bruguiera gymnorhiza 25841,75
Avicenia alba 2135,17
II Soneratia Alba 4539,82
Rhizophora mucronata 6454,35
Total 38971,09
Avicenia alba 6085,24
AKU AKU AKU Soneratia Alba 5256,8
Rhizophora mucronata 10834,11
Total 22176,15

Kandungan karbon pada tumbuhan menggambarkan seberapa besar tumbuhan mengikat CO2 dari udara.
Sebagian karbon akan digunakan sebagai energi untuk fisiologi tanaman dan masuk ke dalam struktur tanaman
seperti akar, batang, ranting dan daun (Syukri, 2017). Karbon merupakan unsur yang diserap dari atmosfer melalui
proses fotosintesis dan disimpan dalam bentuk biomassa. Tingkat penyerapan karbon di hutan dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain iklim, topografi, karakteristik lahan, umur dan kepadatan vegetasi, komposisi spesies dan
kualitas lokasi tumbuh (Manafe, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian serapan karbon spesies Bruguiera gymnorhiza Soneratia alba sebesar
sebesar 27185,44 kg/ m2, Avicenia alba sebesar 9606,99 kg/ m2 , 13670,29 kg/ m2 ,

60
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Biologi Terapan, 3(2), 2019

Rhizophora mucronata sebesar 43130,21 kg/ m2 dan total serapan karbon mangrove stasiun I lebih
besar dibandingkan stasiun lainnya dengan nilai 34145,53 kg/ m2 sedangkan stasiun yang memiliki
serapan karbon total terendah terdapat pada stasiun II dengan nilai 19906,16 kg/ m2 . Serapan
karbon pada stasiun I lebih besar dibandingkan pada stasiun II dan III, hal ini disebabkan persentase
stok karbon semakin meningkat seiring dengan peningkatan biomassa. Semakin besar kandungan
biomassa maka cadangan karbon akan semakin besar dan mempengaruhi penyerapan karbon. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi nilai stok karbon diantaranya faktor fisik kimia
lingkungan, kepadatan dan jenis substrat. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Manafe (2016)
Tingkat penyerapan karbon di hutan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain iklim, topografi,
karakteristik lahan, umur dan kepadatan vegetasi, komposisi spesies dan kualitas lokasi tumbuh.

Perbedaan nilai biomassa dan kandungan karbon yang tersimpan bervariasi


ekosistem bergantung pada keanekaragaman dan kepadatan tumbuhan serta pengelolaan ekosistem
tersebut. Menurut Manafe (2016) perbedaan cadangan karbon yang tersimpan disebabkan adanya
perbedaan besaran diameter antar tegakan dimana semakin besar diameter pohon penyusun suatu
lahan maka semakin besar juga bobot biomassa pohon pada lahan tersebut. Berat biomassa yang
besar akan mempengaruhi jumlah stok karbon pada suatu lahan. Namun menurut Yaya (2013)
kepadatan yang tinggi tidak menjamin kemampuan penyerapan dan penyimpanan karbon tinggi,
namun penyerapan CO2 menjadi biomassa dipengaruhi oleh kerja enzim dalam fotodintesis karena
setiap jenis mempunyai kemampuan fotosintesis yang berbeda. . Spesies yang mempunyai kepadatan
dan kemampuan menyimpan karbon yang cukup menunjukkan bahwa mereka cukup mampu
beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan meningkatkan keberhasilan upaya rehabilitasi untuk
kepentingan mitigasi iklim.
Rendahnya nilai kandungan karbon pada Stasiun II disebabkan oleh adanya aktivitas
masyarakat lokal yang merusak hutan mangrove seperti pembukaan lahan untuk kolam, jalan dan
pemanenan kayu mangrove secara berlebihan tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Hal ini
didukung oleh pendapat Senoaji (2016) bahwa aktivitas manusia mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan atau menurunkan kandungan karbon yang tersimpan pada ekosistem mangrove.
Kegiatan penanaman mangrove akan meningkatkan simpanan karbon, sedangkan penebangan
mangrove akan menurunkan simpanan karbon. Jenis Rhizophora mucronata hanya berjumlah 11 ind/
m2 di Stasiun II karena banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk berbagai kebutuhan
seperti penggunaan kayu, pewarna alam, obat-obatan dan lain-lain sehingga berpengaruh besar
terhadap simpanan karbon. Hal ini didukung oleh Restuhadi dkk. (2013) bahwa Rhizophora mucronata
digunakan sebagai bahan bakar dan arang, tanin dari kulit kayu digunakan sebagai pewarna alami
dan kadang digunakan sebagai obat hematuria. Berikut kondisi fisik kerusakan hutan mangrove di Desa Pohurua Kabup

Kesimpulan
Potensi biomassa hutan mangrove di desa Pohurua Kabupaten Muna pada stasiun I sebesar
18607,91 kg/ m2 , stasiun II sebesar 10672,31 kg/ m2, stasiun III sebesar 12047,78 kg/ m2 dan nilai
biomassa total sebesar 41612,23 kg/ m2 Serapan karbon hutan mangrove desa Pohurua Kabupaten
Muna pada Stasiun I sebesar 32445,69 kg/ m2 , Stasiun II sebesar 38971,09 kg/ m2, Stasiun III
sebesar 22176,15 kg/ m2 dan total serapan karbon sebesar 76358,45 kg/ m2 .

Referensi
Aida, G., Wardiatno, Y., Fahrudin, A., Kamal, M.M. 2014. Produksi Serasah Mangrove di
Pesisir Tangerang, Banten. Jurnal Pertanian Indonesia. Vol 19 (2) :91-97.

61
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Biologi Terapan, 3(2), 2019

Seiringi, DM 2014. Respon Awal Pertumbuhan Mangrove terhadap Tingkat Pasokan Nitrogen dan
Fosfor yang Berbeda. Jurnal Biologi dan Ekologi Kelautan Eksperimental.
Elsevier. Queensland.

Ardli, E.R. 2011. Peran Hutan Mangrove dalam Penyimpanan Karbon. Nat. Geosci. http:// doi.org/
10.1038/ ngeo1123

Astawa Karang, G.W.I., Faiqoh, E., Indraiswari, M.A.A.G., Purba, O.A. 2015. Pemetaan Cadangan
Karbon dan Biomassa Tegakan Tanaman Mangrove di Tahura Ngurah Rai dengan
Menggunakan Data Pengindraan Jauh. Universitas Udayana, Bali.

Baderan, DWK 2017. Penyerapan Karbon Hutan Mangrove Gorontalo. Publikasikan lebih dalam. Yogyakarta.

Bengen, DG 2010. Sinopsis Ekosistem Sumber Daya Alam Pesisir. Pusat Studi Sumber Daya
dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bismark, M., Subiandono, M., Heriyanto, N.M. 2012. Ekosistem Hutan Mangrove. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Eddy, S., Mulyana, A., Ridho, M.R., Iskandar, I. 2015. Dampak Aktivitas Antropogenik Degradasi
Terhadap Hutan Mangrove di Indonesia. Jurnal Lingkungan dan
Pembangunan. Vol 1, No 3, Hal 240-254.

Gilman, E. 2006. Mangrove Pulau Pasifik dalam Perubahan Iklim dan Naiknya Laut, Laut Regional.
Program Lingkungan Hidup PBB, Nairobi, Kenya.

Halidah. 2010. Pengaruh Tinggi dan Lama Tinggi Genangan Air Laut terhadap Pertumbuhan
Semai Mangrove. Jurnal hutan dan konservasi alam. Vol.

Heriyanto N.M,. Subiandono E. 2012. Komposisi Dan Struktur Tegakan, Biomasa, Dan Potensi
Kandungan Karbon Hutan Mangrove Di Taman Nasional Alas Purwo. Jurnal Hutan dan
Penelitian Konservasi Alam Vol 9. No 1.

Iksan, M., Aba L., Taharu F.I., Alfian, A., Ardyati, D.P. I., Jumiati., Al Zarliani, W.O.D., Hardin.,
Larengkeng, SH 2019. Struktur hutan mangrove di Pulau Kumbewaha Buton ,
, Indonesia Keanekaragaman Hutan Mangrove di Kumbewaha ,Buton
Pulau , Indonesia. Sains, Lingkungan. doi:10.1088/1755-
1315/343/1/012121.

Indriyanto. 2010. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta

Indriyanto. 2012. Dendrologi: Teori dan Praktik Menyidik Pohon. Universitas Lampung.
Lampung.

Irwan, Djamal Z. 2015. Prinsip-Prinsip Ekologi (Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya).


Bumi Aksara. Jakarta.

Kauffman, JB dan Donato, DC 2012. Protokol Pengukuran, Pemantauan dan Pelaporan Struktur,
Biomassa, dan Stok Karbon di Hutan Mangrove. Makalah Kerja CIFOR 86. Pusat Penelitian
Kehutanan Internasional, Bogor, Indonesia.

Kedang, D., Marimpan, L. S., Purnama, M. M. E. 2018. Pendugaan Kandungan Biomassa Batang
Mangrove (Rhizophora apiculata) di Mulobahang Desa Balukhering

62
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Biologi Terapan, 3(2), 2019

Kecamatan Lewolema Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur.


Jurnal Agrisa. ISSN 2301-5365, Jilid 7, No 2 : 274-281.

Kepel, T. L., Suryono, D. D., Ati, R. N., Salim, H. L., Hutahaean, A. A. 2017. Nilai penting dan estimasi nilai
ekonomi simpanan karbon vegetasi mangrove di kema sulawesi
utara. Jurnal Kelautan Nasional. Vol 12, No 1, Hal 19-26.

Komiyama A,. Poungparn, S. 2005. Persamaan Alometrik Umum untuk Menduga Pohon
Berat Mangrove. Jurnal ekologi tropis. Jilid 2, Hal 47l-477.

Komiyama . 2008. Alometri, Biomassa, Dan Produktivitas Hutan Mangrove: Suatu Tinjauan.
Jurnal Botani Perairan 128–137.

Kusen, D. J., Lumingas, L.J.L., Rondo M. 2016. Ekologi Laut Tropis Ekosistem Hutan Mangrove.
Manado.

Nugraha, T.R. 2011. Seri Buku Informasi dan Potensi Mangrove Taman Nasional Alas Purwo.
Balai Taman Nasional Alas Purwo. Banyuwangi.

Onrizal. 2010. Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Periode 1977-
2006. Jurnal Biologi Indonesia. Vol 2 (6), Hal 163-172.

Rahim, S., Baderan, D.K., Hamidun, M.S. 2018. Keanekaragaman Spesies, Biomassa dan Stok Karbon pada
Hutan Mangrove Torosiaje Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo.
Jurnal Pro-kehidupan. ISSN 2579-7557, Jilid 5, No 3.

Rahmah, F., Basri, H., Sufardi, S. 2015. Potensi Karbon pada Lahan Mangrove dan Tambak di Kawasan Pesisir
Kota Banda Aceh. Jurnal Manajemen Sumber Daya Lahan. Vol (4), No (1) Hal 527-534.

Rahman, Effendi, H., Rusmana, I. 2017. Estimasi Stok dan Serapan Karbon pada Mangrove di Sungai Tallo,
Makassar. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol 11, Hal 18-28.

Restuhadi, F., Sandhyavitri, A., Sulaeman, R., Kurnia, D., Suryawan, I. 2013. Estimasi Potensi Cadangan
Karbon Hutan Mangrove. Universitas Riau. Pekanbaru.

Sianturi, R., Masiyah, S. 2018. Estimasi Stok Karbon Mangrove Di Muara Sungai Kumbe Distrik Malind
Kabupaten Merauke. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol 1, No 1, hal 24-
32

Noor, YR, M. Khazali, M., Suryadiputra, INN 2006. Panduan Identifikasi Mangrove di
Indonesia. Bogor.

Samiaji, T. 2011. Gas CO2 di Wilayah Indonesia. Berita Dirgantara. Vol 12, No 2, Hal : 68-75.

Senoaji, G., Hidayat, M. J. 2016. Peranan Ekosistem Mangrove Di Pesisir Kota Bengkulu Dalam Mitigasi
Pemanasan Global melalui Penyimpanan Karbon. Jurnal Manusia dan
Lingkungan. Vol 23, No 3, hal 237-333.

Setiawan, A.D., Winarno, K. 2006. Pemanfaatan Langsung Ekosistem Mangrove di Jawa Tengah dan
Penggunaan Lahan di Sekitarnya, Kerusakan dan Upaya Restorasinya.
Jurnal Biodiversitas. Vol 7, No 3, Hal 282-291.

63
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Biologi Terapan, 3(2), 2019

Suryawan, F. 2007. Keanekaragaman Vegetasi Mangrove Pasca Tsunami di Wilayah Pesisir Timur
Nangroe Aceh Darussalam. Biodiversitas J. Biol. Divers. Vol 8, Hal 262-265.

Suryono, Soenardjo, N., Wibowo, E., Ario, E., Rozy, E. E., Estimasi Kandungan Biomassa dan
Karbon di Hutan Mangrove Perancak Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Jurnal
Oseanografi Marina. Vol 7, No1, Hal 1-8.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif : Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Usaha Penelitian.
Surabaya.

Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomassa Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan
Karbon. Buku Wetlands International Indonesia Programme. Bogor.

Suzana, B.O.L., Timban, J., Kaunang, R., Ahmad, F. 2011. Evaluasi Ekonomi Sumber Daya Hutan
Mangrove di Desa Palaes Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal
Agri-Sosioekonomi. Vol 7, Hal 29-38

Wahyudi, J.A., Afdal., Prayudha, B., Dharmawan, I.W.E., Irawan, A., Abimanyu, H., Meirinawati,
H., Surinati, D., Syukri, A.F., Yuliana, C.I., Yuniati, P.I. 2018. Carbon Sequestration Index
as a Determinant for Climate Change Mitigation: Case Study of Bintan Island. Journal earth
and enviromental science.

64

Anda mungkin juga menyukai