Anda di halaman 1dari 12

ESTIMASI STOK KARBON TERSIMPAN PADA EKOSISTEM HUTAN

MANGROVE DI JORONG UJUANG LABUANG KABUPATEN AGAM


PROVINSI SUMATERA BARAT

Oleh

Silvi Oktaviona1), Bintal Amin2) dan Musrifin Ghalib3)


Jurusan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
Postal Address: Kampus Bina Widya Sp. Panam Pekanbaru-Riau-Indonesia
Email: silvioktaviona@gmail.com
Abstrak
Mangrove adalah pohon yang biasanya tumbuh di zona intertidal lingkungan
pesisir laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi kandungan karbon pada
ekosistem hutan mangrove dalam satuan luas area tertentu, untuk menganalisis
perbedaan biomassa, cadangan karbon dan serapan CO2 serta menganalisis pengaruh
kerapatan tegakan mangrove terhadap biomassa, cadangan karbon dan serapan CO 2.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2017 menggunakan metode survei dan
munggunakan data jenis mangrove, jumlahnya dan diameter setinggi dada (DBH)
pada sub plot yang telah ditentukan. Pengukuran biomassa mangrove menggunakan
metode persamaan allometrik. Hasil pendugaan potensi cadangan karbon mangrove
dan serapan CO2 dapat disimpulkan bahwa Stasiun III lebih tinggi dari Stasiun I dan
II. Hasil rata-rata cadangan karbon mangrove dan serapan CO2 yaitu sebesar 1333,99
ton/ha dan 4891,30 ton/ha. Untuk karbon organik tanah terbesar terdapat di Stasiun I
dengan rata-rata karbon organik tanah sebesar 1446,75 ton/ha. Kerapatan
mempengaruhi biomassa, kandungan karbon mangrove dan serapan CO 2 yang
memiliki hubungan yang kuat. Kandungan biomassa, karbon mangrove dan serapan
CO2 antar stasiun berbeda nyata (p<0,05).

Kata Kunci: Mangrove, Karbon, Jorong Ujuang Labuang


1
Mahasiswa, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru
2
Dosen, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru
CARBON STOCK ASSESMENT ON MANGROVE FOREST ECOSYSTEM
IN JORONG UJUANG LABUANG DISTRICT AGAM
WEST SUMATERA PROVINCE
by

Silvi Oktaviona1), Bintal Amin2) and Musrifin Ghalib3)


Majors of marine science Faculty of Fisheries and Marine University of Riau Postal
Address: Kampus Bina Widya Sp. Panam Pekanbaru-Riau-Indonesia
Email: silvioktaviona@gmail.com
Abstract

Mangrove is a tree that normally grows in the intertidal zone of marine coastal
environments. This study aims to estimate the carbon content of mangrove forest
ecosystems within a certain area, to analyze biomass differences, carbon stocks and
CO2 uptake and to analyze the effect of mangrove density on biomass, carbon stock
and CO2 uptake. This research held on February 2017 by survey method and used the
data of mangrove species, it’s number and diameter of breast height (DBH) on each
sub plot. Measurement of mangrove biomass was done allometric equation method.
The result of carbon stock and CO2 uptake in mangrove indecates that Station III was
higher than Station I and II. The average yield of mangrove carbon stock and CO2
uptake is 1333,99 ton / ha and 4891.30 ton / ha. For the highest soil organic carbon is
found in Station 1 with an average soil organic carbon of 1446.75 tons / ha. The
density of mangrove biomass, carbon content and CO2 uptake which has a strong
relationship. The content of biomass, mangrove carbon and CO 2 uptake were
significantly different (p <0.05) between stations.

Keywords: Mangrove, Carbon, Jorong Ujuang Labuang


1
Student of Fisheries and Marine Science Faculty Riau University, Pekanbaru
2
Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty Riau University, Pekanbaru
PENDAHULUAN akibat konversi lahan, sehingga
kerapatan mangrove yang ada di
Latar Belakang daerah tersebut semakin rendah.
Pemanasan global (global Sehubungan dengan berkurangnya
warming) merupakan trending topic kerapatan mangrove di Jorong Ujuang
yang banyak diperbincangkan oleh Labuang akibat konversi lahan, maka
masyarakat dunia. Peningkatan CO2 di diperkirakan stok karbon yang
udara telah menciptakan pemanasan tersimpan menjadi berkurang. Untuk
global yang dampaknya langsung bisa menduga atau memperkirakan stok
dirasakan oleh semua orang di dunia. karbon tersimpan, pengaruh kerapatan
Menurut International Panel on terhadap biomassa, stok karbon dan
Climate Change / IPCC (2006) sampai serapan CO2 serta perbandingan
akhir tahun 1980 emisi karbon di dunia biomassa, stok karbon dan serapan
adalah sebesar 117±35 G ton C (82- CO2 dalam 3 kategori kerapatan
152 G ton C), akibat pembakaran fosil mangrove yang ditemukan di Jorong
berupa bahan bakar minyak dan batu Ujuang labuang, maka perlu dilakukan
bara, alih fungsi hutan dan penelitian ini.
pembakaran hutan.
Salah satu cara untuk METODE PENELITIAN
mengendalikan perubahan iklim
Waktu dan Tempat
adalah dengan mengurangi emisi gas Penelitian ini telah
rumah kaca yaitu dengan dilaksanakan pada bulan Februari 2017
mempertahankan keutuhan hutan di Jorong Ujuang Labuang, Kabupaten
alami dan meningkatkan kerapatan Agam, Provinsi Sumatera Barat
populasi pepohonan di luar hutan. dengan menggunakan metode survey,
Hutan akan menjadi sumber emisi gas penentuan stasiun penelitian dilakukan
rumah kaca pada saat tidak dikelola dengan cara purposive sampling.
dengan baik.
Ekosistem mangrove memiliki
Teknik Pengambilan Data dan
peran sebagai penyerap CO2 dari
Sampel
udara. Hutan mangrove menyimpan
Pengambilan sampel dilakukan dengan
lebih banyak karbon dibandingkan menggunakan metode petakan kuadran
dengan kebanyakan hutan hujan tropis. atau petakan contoh. Pengukuran
Hal ini sesuai dengan Donato et al. parameter kualitas lingkungan pada
(2011) yang menyatakan bahwa penelitian ini meliputi: Suhu, pH dan
mangrove memiliki kemampuan Salinitas. Pengambilan Sampel Tanah
asimilasi dan laju penyerapan karbon dan metode pengukuran kandungan
yang tinggi. Dengan mengukur jumlah karbon organik tanah pada tanah
karbon yang disimpan dalam tubuh mengacu pada Badan Standardisasi
tanaman hidup pada suatu lahan dapat Nasional (2011).
menggambarkan banyaknya CO2 di
atmosfer yang diserap oleh tanaman.
Kerapatan Tegakan Mangrove
Hutan mangrove yang ada di Nilai kerapatan dapat dihitung
Jorong Ujuang Labuang Sumatera dengan cara sebagai berikut:
Barat semakin hari semakin berkurang
BGB : below ground biomassa
p : berat jenis kayu
Keterangan: DBH : diameter setinggi dada
K : Kerapatan suatu jenis
2
(Individu/m ). Kandungan Karbon dari Biomassa
I : Jumlah individu. Menggunakan rumus yang
L plot : Luas seluruh plot, individu mengacu pada Badan Standardisasi
/ ha. Nasional (2011) yaitu:
Cb = B x %C Organik
Pengukuran Biomassa Mangrove Keterangan:
Pengukuran biomassa Cb : Kandungan karbon
menggunakan metode persamaan dari biomassa (kg).
allometrik. B : Total biomassa (kg).
Biomassa mangrove dapat dihitung % C organik : Nilai persentase
dengan cara sebagai berikut: kandungan karbon
a. Nama jenis pohon mangrove (0,47).
diidentifikasi serta diameter
setinggi dada (DBH) diukur Kandungan Karbon Organik Tanah
berdasarkan Badan Stadardisasi Menggunakan rumus yang
Nasional (2011). mengacu pada Badan Standardisasi
Nasional (2011) yaitu:
b. Berat jenis (BJ) kayu dari masing- Ct = Kd x p x % C Organik
masing jenis pohon ditetapkan Keterangan:
dengan cara memotong kayu dari Ct : Kandungan karbon
salah satu cabang, lalu panjang dan organik tanah (g/cm2).
diameter diukur serta berat basah Kd : Kedalaman contoh
ditimbang.Selanjutnya, dimasukkan tanah (cm).
ke dalam oven pada suhu 100 oC P : Kerapatan lindak
selama 48 jam dan ditimbang berat (g/cm3).
keringnya, kemudian dihitung % C organik: Nilai persentase
volume dan Berat Jenis (BJ) kayu. kandungan karbon
Volume = π.r2.t (0,47).
BJ =
Cadangan Karbon per Hektar dari
Keterangan: Biomassa
r : jari-jari potongan kayu (cm) Menggunakan rumus yang
t : panjang kayu (cm) mengacu pada Badan Standardisasi
Nasional (2011) yaitu:
Perhitungan biomassa mangrove
mengacu pada Komiyama et al. (2008)
yaitu:
Keterangan:
AGB= 0,251 x p x DBH2,46
Cn : Cadangan karbon per hektar
BGB= 0,199 x p0,90 x DBH2,22
(kg/ha).
Keterangan:
Cx : Kandungan karbon pada
AGB : above ground biomassa
masing-masing carbon pool Kc : kandungan karbon
(kg). (kg).
L plot : Luas plot pada masing-
masing carbon pool (m2). Serapan Gas Karbondioksida (CO2)
per Hektar
Cadangan Karbon Organik Tanah Perhitungan gas CO2 per hektar
per Hektar menggunakan rumus berikut:
Menggunakan rumus yang
mengacu pada Badan Standardisasi
Nasional (2011), yaitu:
C tanah = Ct x 100 Keterangan:
Keterangan: Sn : Serapan gas (CO2) per
C tanah: kandungan organik per hektar (ton CO2 / ha).
hektar (ton/ha). S CO2 : Kandungan karbon pada
Ct : kandungan karbon organik masing-masing carbon pool
tanah (g/cm2). (kg).
100 : faktor konversi dari g/cm2 ke L plot : Luas plot pada masing-
ton/ha. masing carbon pool,(m2).

Cadangan Karbon Total HASIL DAN PEMBAHASAN


Menggunakan rumus yang Komposisi Vegetasi dan Kerapatan
mengacu pada Badan Standardisasi Tegakan Mangrove
Nasional (2011) yaitu: Vegetasi mangrove yang
Ctotal = Cn + Ctanah ditemukan di stasiun penelitian terdiri
atas 4 spesies, yaitu : Rhizophora
Ctotal : cadangan karbon total apiculata, Rhizophora mucronata,
(ton/ha). Brugueira gymnorhiza dan Avicennia
Cn : kandungan karbon per hektar alba. Jenis mangrove, jumlah individu
pada masing-masing carbon yang ditemukan dan kerapatan
pool (ton/ha). mangrove pada setiap stasiun dapat
Ctanah : kandungan karbon organik dilihat pada Tabel 1.
tanah per hektar (ton/ha).

Serapan Gas Karbondioksida (CO2)


Menggunakan rumus yang
mengacu pada Bismark et al. (2008)
yaitu:

Keterangan:
S CO2 : serapan gas karbon
dioksida (kg).
Mr. CO2 : berat molekul relatife
atom C, yakni 12.
Tabel 1. Jenis Mangrove, Jumlah Individu dan Kerapatan
Jumlah Tegakan Mangrove (Individu)
Kerapatan
Stasiun R. R. B. Total
A. alba (Ind/ha)
apiculata mucronata gymnorhiza
I 9 11 3 0 23 2.839,5
II 13 1 1 0 15 1.851,9
III 14 12 3 8 37 4.567,9

Stasiun III memiliki jenis serapan CO2 dan cadangan karbon


mangrove, jumlah Individu dan total
Kerapatan yang tinggi dibandingkan Besarnya nilai rata-rata
stasiun lainnya. biomassa mangrove, karbon
mangrove, karbon organik tanah,
Biomassa mangrove, karbon serapan CO2 dan cadangan karbon total
mangrove, karbon organic tanah, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Biomassa mangrove, karbon mangrove, karbon organic tanah, serapan


CO2 dan cadangan karbon total
Karbon
Biomassa Karbon Cadangan
biomassa Serapan gas
Stasiun mangrove organik tanah karbon total
mangrove CO2 (ton/ha)
(ton/ha) (ton/ha) (ton/ha)
(ton/ha)
I 237,69 111,72 486,28 409,63 2.464,30
II 225,06 105,78 484,87 387,86 2.406,64
III 483,33 227,17 475,59 832,95 3.471,28

Rata-rata biomassa mangrove Stasiun III, sedangkan yang terendah


Stasiun III lebih besar dari pada terdapat di Stasiun II.
stasiun yang lainnya, sedangkan rata- Berdasarkan hasil uji anova
rata biomassa mangrove terendah dapat disimpulkan bahwa biomassa
terdapat pada Stasiun II. Rata-rata mangrove antar stasiun menunjukkan
karbon mangrove terbesar ditemukan nilai p < 0,05 atau p = 0,028 yang
pada Stasiun III dan rata-rata karbon berarti bahwa biomassa mangrove
mangrove terendah terdapat pada antar stasiun berbeda nyata.
Stasiun II. Karbon organik tanah Begitupun dengan karbon mangrove
terbesar terdapat di Stasiun III, dan serapan CO2 , hasil uji anovanya
menunjukkan hasil yang berebeda
sedangkan karbon organik tanah nyata antar stasiun.
terendah terdapat di Stasiun II.
Serapan gas CO2 terbesar terdapat di Hubungan antara Kerapatan
Stasiun III, sedangkan serapan CO2 Tegakan Mangrove dengan
terendah terdapat di Stasiun II. Biomassa, Kandungan Karbon
Begitupun dengan rata-rata cadangan Mangrove dan Serapan CO2
karbon total tertinggi terdapat di Terdapat hubungan antara
kerapatan tegakan mangrove dengan
biomassa mangrove, hubungan antara mangrove dengan biomassa
kerapatan tegakan mangrove dengan berdasarkan Sugiono (2007) adalah
biomassa dan kandungan karbon dan kuat.
serapan CO2 dapat dilihat pada
Gambar 1, 2 dan 3. Biomassa Mangrove
Biomassa tertinggi terdapat di
Stasiun III yang berada di bibir teluk
dengan kandungan biomassa sebesar
2500 4.350,01 ton/ha. Stasiun yang
2000
Biomassa Mangrove

1500 memiliki kandungan biomassa


1000 y = -180,08+0,3649x
terendah terdapat pada Stasiun II yang
(ton/ha)

R² = 0,6567
500 r= 0,81
0 berada di dekat perkebunan warga
0 2000 4000 6000 dengan kandungan biomassa sebesar
Kerapatan Mangrove (ind/ha) 2.025,58 ton/ha. Perbedaan kandungan
biomassa ini terjadi karena kerapatan
Gambar 1. Grafik Hubungan antara mangrove di muara lebih besar dari
Kerapatan dengan Biomssa pada mangrove yang berada di dekat
perkebunan warga.
Nilai biomassa selain
2500 dipengaruhi oleh kerapatan pohon juga
2000 dipengaruhi oleh besarnya diameter
Karbon Mangrove

1500
1000 y = -180,08+0,3649x pohon itu sendiri, hal ini dikarenakan
(ton/ha)

R² = 0,6567
500 r= 0,81 semakin besar diameter suatu pohon
0
0 2000 4000 6000
maka nilai biomassanya juga akan
semakin besar. Hal ini sejalan dengan
Kerapatan Mangrove (ind/ha)
pendapat Adinugroho (2001), bahwa
Gambar 2. Grafik Hubungan antara terdapat hubungan erat antara dimensi
Kerapatan dengan Karbon Biomssa pohon (diameter dan tinggi) dengan
biomassanya terutama dengan
diameter pohon. Penelitian yang
2500 dilakukan oleh Catur dan Sidiyasa
2000
(2001) juga mendukung pendapat ini,
Mangrove (ton/ha)

1500
Serapan CO2

1000 y = -180,08+0,3649x
R² = 0,6567
dimana biomassa pada setiap bagian
500
0
r= 0,81 pohon meningkat secara proporsional
0 2000 4000 6000 dengan semakin besarnya diameter
Kerapatan Mangrove (ind/ha) pohon sehingga biomassa pada setiap
bagian pohon mempunyai hubungan
Gambar 3. Grafik Hubungan antara dengan diameter pohon. Pohon dengan
Kerapatan dengan Serapan CO2 diameter yang masih kecil terjadi
peningkatan karbon biomassa yang
Berdasarkan Gambar 1, 2 dan relatife lambat yang selanjutnya akan
3, maka terlihat bahwa ketiga variable semakin cepat seiring bertambahnya
memiliki nilai korelasi yang sama, diameter. Hal yang sama juga
yaitu sebesar 0,6568 yang berarti diungkapkan oleh Rahayu et al. (
hubungan antara kerapatan tegakan 2007) menyatakan bahwa perbedaan
perolehan biomassa dipengaruhi oleh warga. Mangrove pada Stasiun III
kerapatan vegetasi, keragaman ukuran yang berada di bibir teluk masih
diameternya dan sebaran berat jenis terjaga dengan baik, belum mengalami
vegetasinya, dimana penggunaan lahan penebangan ataupun aktivitas
yang terdiri atas pohon dengan spesies pembukaan lahan oleh masyarakat,
yang mempunyai nilai kerapatan kayu sedangkan pada Stasiun II yang berada
tinggi, biomassanya akan lebih tinggi didekat perkebunan warga sebagian
bila dibandingkan dengan lahan yang kawasannya telah mengalami
mempunyai spesies dengan nilai penebangan dan pembukaan lahan. Hal
kerapatan kayu rendah. ini sesuai dengan Purnobasuki (2012),
Berdasarkan data di atas yang menyatakan bahwa bila hutan
diketahui bahwa rata-rata biomassa diubah fungsinya menjadi lahan-lahan
mangrove pada Jorong Ujuang pertanian atau perkebunan,
Labuang ini adalah sebesar 2.838,28 pengembalaan atau tambak, maka
ton/ha. Hasil cadangan karbon karbon tersimpan akan terus
mangrove ini lebih tinggi jika berkurang.
dibandingkan dengan penelitian yang Hasil penelitian menunjukkan
dilakukan oleh Heriyanto (2013) di bahwa pohon mangrove yang memiliki
Kelurahan Purnama Dumai yang diameter batang yang lebih besar
hanya memiliki rata-rata biomassa memiliki biomassa dan cadangan
mangrove sebesar 1135,92 ton/ha dan karbon yang lebih besar pula, yang
penelitian yang dilakukan oleh tersimpan paling banyak pada batang.
Handoko (2016) di Kawasan Selatan Persentase stok karbon meningkat
Pulau Rupat dengan rata-rata biomasa sejalan dengan peningkatan biomassa.
mangrove sebesar 125,11 ton/ha. Dari Stok karbon berbanding lurus dengan
hasil tersebut dapat disimpulkan kandungan biomassanya. Semakin
bahwa ekosistem mangrove Jorong besar kandungan biomassa, maka stok
Ujuang Labuang masih lebih baik dari karbon juga akan semakin besar. Jadi
ekosistem mangrove di daerah lain. besar kecilnya simpanan karbon dalam
suatu vegetasi bergantung pada jumlah
Kandungan Karbon Mangrove biomassa yang terkandung pada
Kandungan karbon mangrove pohon, kesuburan tanah dan daya serap
tertinggi terdapat di Stasiun III yang vegetasi tersebut. Nilai biomassa
berada di bibir teluk dengan pohon berbanding lurus dengan nilai
kandungan karbon mangrove sebesar karbonnya. Hal ini disebabkan oleh
2.044,51 ton/ha. Stasiun yang nilai kandungan karbon suatu bahan
memiliki kandungan karbon mangrove organik adalah 47% dari total
terendah terdapat pada Stasiun II yang biomassanya (Badan Standardisasi
berada di dekat perkebunan warga Nasional, 2011).
dengan kandungan karbon mangrove Rata-rata cadangan karbon
sebesar 952,02 ton/ha. Perbedaan mangrove pada Jorong Ujuang
kandungan karbon mangrove ini Labuang ini adalah sebesar 1.333,99
terjadi karena kerapatan mangrove di ton/ha. Hasil cadangan karbon
muara lebih besar dari pada mangrove mangrove ini jauh lebih tinggi jika
yang berada di dekat perkebunan dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Handoko (2016) di berada di dekat bibir teluk, serasah
Kawasan Selatan Pulau Rupat yang yang berada di sana akan terbawa oleh
hanya memiliki cadangan karbon pasang surut yang mengakibatkan
mangrove sebesar 58,8 ton/ha. Hasil karbon organik didekat bibir teluk
penelitian ini juga jauh lebih tinggi rendah dibandingkan di dekat
jika dibandingakan dengan hasil pemukiman warga.
penelitian Sofyan (2016) di Kawasan Berdasarkan data di atas
Pesisir Rupat Utara yang memiliki diketahui bahwa rata-rata karbon
rata-rata karbon mangrove sebesar organik pada Jorong Ujuang Labuang
68,64 ton/ha. Hasil penelitian ini juga ini adalah sebesar 1.446,75 ton/ha.
masih jauh lebih tinggi jika Hasil karbon organik ini lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian jika dibandingkan dengan penelitian
Massugito (2016) di Kawasan Pesisir yang dilakukan oleh Handoko (2016)
Kuala Indragiri yang memiliki rata- di Kawasan Selatan Pulau Rupat yang
rata 258,03 ton/ha. Dari hasil tersebut hanya memiliki karbon organik
dapat disimpulkan bahwa ekosistem sebesar 920,12 ton/ha. Hasil
mangrove Jorong Ujuang Labuang penelitian ini juga lebih tinggi jika
memiliki potensi sebagai penyimpan dibandingakan dengan hasil penelitian
karbon yang besar. Sofyan (2016) di Kawasan Pesisir
Rupat Utara yang memiliki rata-rata
Kandungan Karbon Organik Tanah karbon organik sebesar 904,75 ton/ha.
Kandungan karbon organik Tetapi hasil penelitian ini berbeda tipis
tanah tertinggi terdapat di Stasiun I jika dibandingkan dengan penelitian
yang berada di dekat pemukiman Massugito (2016) di Kawasan Pesisir
warga dengan kandungan karbon Kuala Indragiri yang memiliki rata-
organik tanah sebesar 1.458,85 ton/ha. rata karbon organik yang lebih tinggi,
Stasiun yang memiliki kandungan yaitu sebesar 1.476,40 ton/ha. Dari
karbon organik tanah terendah hasil tersebut dapat disimpulkan
terdapat pada Stasiun III yang berada bahwa potensi penyerap karbon di
di dekat bibir muara dengan Jorong Ujuang Labung tidak hanya
kandungan karbon organik tanah karbon mangrovenya saja yang besar,
sebesar 1.426,77ton/ha. Perbedaan tetapi karbon organiknya juga besar.
kandungan karbon organik tanah ini
terjadi karena kondisi ekosistem Serapan CO2
mangrove di dekat pemukiman warga Serapan CO2 tertinggi terdapat
sedimennya lebih padat, melimpahnya di Stasiun III yang berada di bibir
sisa-sisa serasah dari perambahan teluk dengan serapan CO2 sebesar
kawasan tersebut yang didukung 7.496,53 ton/ha. Stasiun yang
dengan tidak banyaknya air laut yang memiliki serapan CO2 terendah
membasahi wilayah tersebut sehingga terdapat pada Stasiun II yang berada
menyebabkan sisa-sisa serasah didekat perkebunan warga dengan
tersebut tertahan. Hal ini diduga bahwa serapan CO2 sebesar 3.490,74 ton/ha.
pasang surut juga dapat mempengaruhi Perbedaan serapan CO2 ini terjadi
jumlah simpanan karbon dalam karena kerapatan mangrove di bibir
sedimen mangrove. Mangrove yang teluk lebih besar dari pada mangrove
yang berada di dekat perkebunan oleh Satoo dan Madgwick dalam
warga. Selain itu serapan CO2 Tresnawan dan Rosalina (2002),
memiliki hubungan yang positif antara bahwa kerapatan tegakan merupakan
jumlah total biomassa dengan salah satu faktor yang mempengaruhi
kandungan karbon biomassa. Jadi, besarnya biomassa. Tegakan yang
serapan CO2 akan besar apabila total makin rapat jarak tanamnya akan
biomassa yang ada juga besar sehingga mempengaruhi jumlah biomassa yang
kandungan karbon juga ikut besar dan semakin besar, begitupun dengan
begitu pula sebaliknya. kandungan karbon dan serapan CO2.
Berdasarkan data di atas Nilai koefisien determinasi
diketahui bahwa rata-rata serapan CO2 untuk ketiga variabel adalah 0,6568
pada Jorong Ujuang Labuang ini berarti 65,68% dari variasi biomassa,
adalah sebesar 4.891,3 ton/ha. Hasil kandungan karbon dan serapan CO2
serapan CO2 ini lebih tinggi jika bisa dijelaskan oleh variable
dibandingkan dengan penelitian yang kerapatan, sedangkan selebihnya 34,
dilakukan oleh Handoko (2016) di 32% dipengaruhi oleh faktor-faktor
Kawasan Selatan Pulau Rupat yang lain.
memiliki serapan CO2 sebesar 215,61
ton/ha. Hasil penelitian ini juga lebih Kesimpulan
tinggi jika dibandingkan dengan hasil Hasil pendugaan potensi
penelitian Sofyan (2016) di Kawasan cadangan karbon mangrove dan
Pesisir Rupat Utara yang memiliki serapan CO2 dapat disimpulkan bahwa
rata-rata karbon organik sebesar Stasiun III yang berada di dekat bibir
251,39 ton/ha. Dari hasil tersebut teluk lebih tinggi dari Stasiun I yang
dapat disimpulkan bahwa potensi berada di dekat pemukiman warga dan
serapan CO2 di Jorong Ujuang Labung stasiun II yang berada di dekat
lebih besar jika dibandingkan dengan perkebunan warga . Hasil rata-rata
daerah lain. cadangan karbon mangrove dan
serapan CO2 yaitu sebesar 1.333,99
Hubungan Kerapatan dengan ton/ha dan 4.891,30 ton/ha. Untuk
Biomassa, Kandungan Karbon dan karbon organik tanah terbesar terdapat
Serapan CO2 di Stasiun I yang berada di dekat
Kerapatan tegakan pohon pemukiman warga dengan rata-rata
mangrove merupakan suatu indikator karbon organik tanah sebesar 1.446,75
dalam penentuan besar kecilnya nilai ton/ha.
biomassa. Biomassa yang tinggi pada Dari uji regresi kerapatan
suatu kawasan menandai kerapatan mempengaruhi biomassa, kandungan
pohon pada lokasi tersebut juga tinggi, karbon mangrove dan serapan CO2
begitu pula sebaliknya. Dengan yang memiliki hubungan yang kuat.
demikian kerapatan juga akan Kandungan biomassa, karbon
mempengaruhi kandungan karbon dan mangrove dan serapan CO2 antar
serapan CO2. Diduga ada hubungan stasiun berbeda nyata (p < 0,05).
antara kerapatan terhadap biomassa,
kandungan karbon dan serapan CO2.
Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan
Saran macrophylla King) di atas
Diharapkan adanya penelitian Permukaan Tanah.
lanjutan mengenai potensi karbon pada
tiap spesies dan potensi karbon Donato, D. C., J. B. Kauffman, D.
organik berdasarkan kedalamannya. Murdiyarso, S. Kurnianto, M.
Selain itu perlu juga dilakukan Stidham dan M. Kanninen, 2011.
penelitian pada sumber karbon lainnya Mangroves Among the Most
seperti pohon mati dan serasah Carbon-Rich Forest in the
mangrove yang terdapat di Jorong Tropics. Nature Geoscience.
Ujuang Labuang.
Hairiah, K., dan S. Rahayu. 2007.
Pengukuran Karbon Tersimpan
DAFTAR PUSTAKA di Berbagai Macam Penggunaan
Lahan. World Agroforestry
Adinugroho, C. W. dan S. Kade, 2001. Centre. ICRAF, SEA Regional
Model Pendugaan Biomassa Office, University of Brawijaya,
Pohon Mahoni (Swietenia Indonesia.
macrophylla King) di atas
Permukaan Tanah. Jurnal Handoko, E. 2016. Analisis Biomassa
penelitian Hutan dan Konservasi dan Cadangan Karbon pada
Alam, III (1) : 103 - 117. Ekosistem Hutan Mangrove di
Kawasan Pesisir Selatan Pulau
Badan Standardisasi Nasional, 2011. Rupat Provinsi Riau. Skripsi
SNI 7724 – Pengukuran dan pada Jurusan Ilmu Kelautan
Perhitungan Cadangan Karbon – Fakultas Perikanan dan Kelautan
Pengukuran Lapangan untuk Universitas Riau, Pekanbaru.
Penaksiran Cadangan Karbon
Hutan (Ground Based Forest Heriyanto, T. 2013. Analisis Biomassa
Carbon Accounting). Badan dan Cadangan Karbon pada
Standardisasi Nasional.(Tidak Ekosistem Hutan Mangrove di
diterbitkan). Pesisir Pantai Kelurahan
Purnama Kota Dumai Provinsi
Bismark, M. E., Subiandono dan N. M. Riau. Skripsi pada Jurusan Ilmu
Heriyanto, 2008. Keragaman dan Kelautan Fakultas Perikanan dan
Potensi Jenis serta Kandungan Kelautan Universitas Riau,
Karbon Hutan Mangrove si Pekanbaru.
Sungai Subelen Siberut,
Sumatera Barat. Jurnal IPCC. 2006. Intergovernmental Panel
Penelitian Hutan dan Konservasi on Climate Change (IPCC)
Alam, 5 (3): 297-306. Guidelines for National
Greenhouse Gas Inventories,
Catur, W. dan S. Kade, 2001. Model Prepared by the National
Pendugaan Biomassa Pohon Greenhouse Gas Inventories
Mahoni (Swietenia Programme, Eggleston H. S., L.
Buendia, K. Miwa, T. Ngara,
and K. Tanabe,(eds). Published:
IGES, Japan.

Massugito. 2016. Analisis Cadangan


Karbon pada Ekosistem Hutan
Mangrove di Kawasan Pesisir
Kuala Indragiri Provinsi Riau.
Skripsi pada Jurusan Ilmu
Kelautan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Riau,
Pekanbaru.

Purnobasuki, H. 2006. Peranan


Mangrove dalam Mitigasi
Perubahan Iklim.
Buletin PSL Universitas
Surabaya 18: 9-13.

Sofyan, M. 2016. Analisis Biomassa


dan Cadangan Karbon pada
Ekosistem Hutan Mangrove di
Kawasan Pesisir Rupat Utara
Provinsi Riau. Skripsi pada
Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas
Perikanan dan Kelautan
Universitas Riau, Pekanbaru.

Tresnawan, H., U. Rosalina, (2002).


Estimating of biomass
above ground level in
the primary forest and logged
over forest ecosystem,
case study of Aro
Village forest, Jambi -
Indonesia. Journal of
Tropical Management Forest.
8(1), 15-29.

Anda mungkin juga menyukai