Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/357804040

Analisis Serapan Karbon Dioksida Pada Hutan Lindung Gunung Banyak Kota
Batu

Conference Paper · December 2021

CITATIONS READS

0 578

1 author:

Pratika Desy Anggraeni


State University of Malang
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Pratika Desy Anggraeni on 13 January 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SEMINAR NASIONAL VI
Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

Analisis serapan karbon dioksida pada hutan lindung


Gunung Banyak Kota Batu
Pratika Desy Anggraeni a*, Nurul Mahmudati b, Atok Miftachul Hudha c
a,b,c Universitas
Muhammadiyah Malang
*pratikadesy8@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu penyebab pemanasan global (global warming) yaitu meningkatnya kandungan gas karbon
dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh kegiatan manusia melalui proses respirasi dan kendaraan
bermotor. Salah satu wilayah yang diketahui mengalami pertambahan jumlah penduduk dan jumlah
kendaraan bermotor adalah Kota Batu. Hutan merupakan salah satu komponen penting yang dapat
membantu proses penyerapan kandungan karbon (C) di atmosfer. Tujuan dari penelitian ini untuk
mendeskripsikan serapan CO2 berbagai tumbuhan di Hutan Lindung Gunung Banyak Kota Batu
dilihat dari kandungan biomassa, kadar karbon, serta kandungan karbon tumbuhan bawah dan
seresah. Teknik sampling yang digunakan yaitu Purposive Sampling. Metode yang digunakan yaitu
metode Non-Destructive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah serapan CO 2
tumbuhan atas sebesar 6,714x10-2 ton/ha, pada tumbuhan bawah sebesar 8,936x10-6 ton/ha, dan
pada seresah sebesar 4,583x10-6 ton/ha dengan kadar biomassa sebesar 3,662x10-2, kadar karbon
4,78x102, kadar karbon tumbuhan bawah 6,111x10-6, serta kadar karbon seresah 2,555x10-6. Nilai
kerapatan relatif tertinggi terdapat pada Pinus merkusii Jungh. & de Vriese. Banyaknya jumlah
vegetasi tersebut membantu penyerapan CO2 secara optimal pada lokasi penelitian, khususnya oleh
P. Merkusii Jungh & de Vriese.
Kata kunci: Pemanasan Global, Serapan Karbon Dioksida

PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan saat ini yang dihadapi oleh seluruh masyarakat di bumi yaitu
pemanasan global (global warming). Pemanasan global disebabkan karena meningkatnya
kandungan gas karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh kegiatan manusia (Casper, 2010;
Kadmaerubun & Hermana, 2013; Miller, 2009; Pambudi et al., 2017; Stone et al., 2010). Manusia
menyumbang peningkatan konsentrasi gas CO2 melalui kegiatan respirasi dan kendaraan bermotor
(Andari et al., 2018; Herlina et al., 2017).
Menurut Astuti & Firdaus (2017) peningkatan jumlah kandungan polutan di atmosfer
dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan jumlah penduduk dalam suatu
wilayah. Salah satu wilayah yang yang diketahui mengalami pertambahan jumlah penduduk dan
kendaraan bermotor yaitu Kota Batu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruminta
(2015) rerata temperatur Kota Batu pada periode 1999-2010 sebesar 21,8 ˚C, sedangkan pada
periode 2011-2030 sebesar 22,3˚C.
Salah satu kegiatan yang dapat menurunkan emisi gas CO2 salah satunya dengan
melestarikan hutan. Hal ini dikarenakan hutan merupakan salah satu komponen penting yang dapat
membantu proses penyerapan kandungan karbon di atmosfer dan sebagai sebagai penampung
karbon (carbon sink) terbesar. Menurut Hairiah et al. (2011); Hikmatyar et al. (2015); Pambudi et
al. (2017) melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan, gas CO 2 akan diabsorbsi dan
disimpan sebagai materi organik dalam biomassa tumbuhan. Salah satu hutan yang dapat
berkontribusi sebagai penyerap karbon di Kota Batu adalah hutan lindung yang terletak di lereng
Gunung Banyak, Dusun Santrean, Desa Sumberejo.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis serapan CO 2 dari berbagai tumbuhan di Hutan
Lindung Gunung Banyak Kota Batu dilihat dari kandungan biomassa, kadar karbon, serta kandungan
karbon tumbuhan bawah dan seresah.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif.
Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Metode pengukuran kadar karbon
dioksida dilakukan dengan menggunakan metode Non-Destructive Sampling. Alat yang digunakan

275
SEMINAR NASIONAL VI
Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

yaitu phi meter, roll meter, gunting, kamera, meteran, patok kayu, haga meter, soil tester, higrometer,
thermoanenometer, lux meter, handscone, alat tulis, timbangan analitik, oven, kantung kresek, kertas
label, tally sheet, GPS, koran, dan selotip. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol
70%.
Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Lindung Petak 5A lereng Gunung Banyak Kota Batu
pada bulan April-Juli 2019. Pada penelitian ini dibuat plot bertingkat sebanyak 11 plot dengan luas
masing-masing 0,2 ha. Sub plot bertingkat empat pada masing-masing plot, yaitu sub plot A dengan
ukuran 20x100m untuk menganalisis vegetasi jenis pohon inti, sub plot B dengan ukuran 5x40m
untuk menganalisis vegetasi jenis tiang dan pancang, sub plot C dengan ukuran 1x1m untuk
menganalisis vegetasi jenis semai, dan sub plot D dengan ukuran 0,5x0,5m untuk menganalisis
vegetasi jenis seresah, pada sub plot A dilakukan pengukuran DBH >20cm dan tinggi pohon, pada
sub plot B dilakukan pengukuran DBH 5-20cm dan tinggi pohon, pada sub plot C dilakukan
pemanenan untuk semua tumbuhan understorey (herba, semak, perdu dan anakan pohon dengan
DBH <5cm serta liana), dan pada sub plot D diambil semua sampel seresah. Menimbang berat basah
sampel sebanyak 3 kali pengulangan, memasukkan sampel pada oven dengan suhu 60˚C selama 3
hari, menimbang berat kering sampel sebanyak 3 kali pengulangan sampai mencapai berat konstan.
Plot penelitian disajikan pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Plot bertingkat menurut Hairiah, Sitompul, Noordwijk, & Palm (2001).
Parameter yang digunakan pada analisis data antara lain sebagai berikut.
1) Pengukuran Biomassa Tumbuhan
Nilai perolehan DBH pada sub plot B, sub plot C dan sub plot D dimasukkan pada rumus
Alometrik menurut (Chave et al., 2005) sebagai berikut.
Y = 0,0509 x ρ x DBH2 X T
Keterangan:
Y : Biomassa total (kg).
T : Tinggi pohon (m).
DBH : Diameter pohon setinggi dada (m).
ρ : Berat jenis kayu, untuk hutan alam = 0,68 gr/cm3 dan untuk hutan tanaman 0,61 gr/cm3
(Rahayu et al., 2006).
2) Penghitungan Kadar Karbon
Untuk menghitung kadar karbon yang ada pada ekosistem hutan menggunakan rumus
menurut (Brown, 1997) berikut.
C = B x 0,5
Keterangan:
C : Jumlah stok karbon (ton/ha).
B : Biomassa tegakan yang telah di hitung (ton/ha).
0,5 : Faktor konversi untuk pendugaan karbon.
3) Penghitungan Karbon Dioksida (CO2)
Hasil penghitungan kadar karbon di atas, kemudian dikonversikan menggunakan rumus
berikut (Bismark et al., 2008).
𝑏𝑚𝑟 CO2
Serapan CO2 (ton/ha)=( ) x kandungan C
𝑏𝑚𝑟 𝐶
Keterangan:
bmr CO2: berat molekul relatif CO2= 44
bmr C : berat molekul relatif C = 12
4) Kandungan Karbon pada Tumbuhan Understorey dan Seresah
Kandungan karbon yang terdapat pada tumbuhan understorey dan seresah yang terdapat di
daerah hutan dihitung degan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Hairiah et al. (2001)
sebagai berikut.
𝐵𝐵𝑇 𝑥 𝐵𝐾𝐶
BT =
𝐵𝐵𝐶 𝑥 𝐿𝐴

276
SEMINAR NASIONAL VI
Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

Keterangan:
BT : Biomassa total (ton/ha)
BBT : Berat basah total (kg) (merupakan berat basah total dari penjumlahan pada berat basah
sub plot C untuk understorey dan sub plot D untuk seresah) dari hasil perhitungan ini didapatkan
data biomassa pohon, tumbuhan understorey dan necromass seresah.
BKC : Berat kering contoh (gr)
BBC : Berat basah contoh (gr)
LA : Luas area (m2)
Berikut instrumen yang digunakan dalam pengambilan data.
1) Kerapatan (K)
Kerapatan suatu jenis tumbuhan dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut (Efendi et
al., 2013).
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
K=
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
2) Kerapatan Relatif (KR)
Rumus kerapatan relatif dapat dinyatakan dengan perhitungan sebagai berikut (Efendi et al.,
2013).
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
KR = 𝑥 100%
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
HASIL DAN PEMBAHASAN
Banyaknya serapan karbon dioksida oleh suatu tumbuhan dipengaruhi oleh jumlah biomassa
berikut kandungan karbonnya, serta tingkat kerapatan tumbuhan di lokasi tersebut (Ivando et al.,
2019). Salah satu cara untuk mengetahui jumlah serapan CO 2 pada tumbuhan yaitu dengan
menghitung biomassa dan kadar karbon pada suatu tumbuhan dengan menggunakan metode
sampling tanpa pemanenan (Non-destructive Sampling) (Sutaryo, 2009). Brown (1997)
menjelaskan, bahwa 50% dari biomassa terdiri atas karbon. Pengukuran biomassa pada suatu pohon
dapat ditaksir melalui diameter batang (dbh atau 1,3 meter dari permukaan tanah) dan tinggi pohon
(Hairiah et al., 2011; Heriyanto & Subiandono, 2012). Perbedaan jumlah, jenis, dan ukuran pohon
penyusun suatu hutan akan membedakan nilai biomassa pohon pada hutan tersebut Suwardi et al.
(2013). Berikut disajikan data kadar biomassa dan kadar karbon pada tumbuhan atas, tumbuhan
bawah, dan seresah pada Hutan Lindung Gunung Banyak Kota Batu pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Kadar Biomassa dan Kadar Karbon padaTumbuhan Atas, Tumbuhan Bawah, dan Seresah di Hutan
Lindung Gunung Banyak Kota Batu Tahun 2019
Plot Titik Elevasi Biomassa Kadar C Kandungan C Kandungan C
ke- Koordinat (mdpl) (ton/ha) (ton/ha) understorey (ton/ha) seresah (ton/ha)
1 S 7°51’07’’ 970 4,267x10-3 2,133x10-3 3,104x10-7 1,416x10-7
E 112°30’47’’
2. S 7°51’07’’ 941 4,492x10-3 2,246x10-3 2,552x10-7 8,228x10-8
E 112°30’46”
3. S 7°51’07’’ 1.021 4,607x10-3 2,304x10-3 1,641x10-7 1,501x10-7
E 112°30’33”
4. S 7°51’07’’ 983 2,27x10-3 1,135x10-3 2,753x10-8 2,059x10-7
E 112°30’35”
5. S 7°51’06”’ 1.006 1,517x10-3 7,584x10-4 4,349x10-8 1,79x10-7
E 112°30’36”
6. S 7°51’13” 946 2,731x10-3 1,365x10-3 1,239x10-7 7,274x10-8
E 112°30’35”
7. S 7°51’13” 935 3,813x10-3 1,906x10-3 4,709x10-8 6,85x10-8
E 112°30’55”
8. S 7°51’07” 934 3,550x10-3 1,775x10-3 4,885x10-7 6,72x10-8
E 112°30’42”
9. S 7°51’07” 940 3,496x10-3 1,748x10-3 3,092x10-7 7,2x10-8
E 112°30’46”
10. S 7°51’08” 988 2,220x10-3 1,11x10-3 3,65x10-7 8,009x10-8
E 112°30’45”
11. S 7°51’09” 972 3,655x10-3 1,827x10-3 3,056x10-7 1,302x10-7
E 112°30’48”
Total 3,662x10-2 1,833x10-2 2,437x10-6 1,249x10-6
Berdasarkan hasil perhitungan kadar biomassa dan kadar karbon pada tumbuhan atas,
tumbuhan bawah, dan seresah seperti di sajikan pada Tabel 1 di atas, didapatkan jumlah serapan CO2
di Hutan Lindung Gunung Banyak Kota Batu yang disajikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Data Serapan Karbon Dioksida (CO2) Tumbuhan di Hutan Lindung Gunung Banyak Kota Batu Tahun 2019

277
SEMINAR NASIONAL VI
Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

Plot Titik Elevasi Serapan CO2 Serapan CO2 Serapan CO2 seresah
ke- Koordinat (mdpl) tumbuhan atas tumbuhan bawah (ton/ha)
(ton/ha) (ton/ha)
1 S 7°51’07’’ 970 7,823x10-3 1,138x10-6 5,193x10-7
E 112°30’47’’
2. S 7°51’07’’ 941 8,236x10-3 9,247x10-7 3,017x10-7
E 112°30’46”
3. S 7°51’07’’ 1.021 8,447x10-3 6,018x10-7 5,504x10-7
E 112°30’33”
4. S 7°51’07’’ 983 4,163x10-3 1,009x10-7 7,552x10-7
E 112°30’35”
5. S 7°51’06”’ 1.006 2,781x10-3 1,595x10-7 6,567x10-7
E 112°30’36”
6. S 7°51’13” 946 5,007x10-3 4,546x10-7 2,667x10-7
E 112°30’35”
7. S 7°51’13” 935 6,99x10-3 1,727x10-7 2,512x10-7
E 112°30’55”
8. S 7°51’07” 934 6,5090x10-3 1,791x10-6 2,464x10-7
E 112°30’42”
9. S 7°51’07” 940 6,409x10-3 1,134x10-6 2,64x10-7
E 112°30’46”
10. S 7°51’08” 988 4,07x10-3 1,338x10-6 2,937x10-7
E 112°30’45”
11. S 7°51’09” 972 6,7x10-3 1,12x10-6 4,775x10-7
E 112°30’48”
Total 6,714x10-2 8,936x10-6 4,583x10-6
Berdasarkan data serapan karbon dioksida pada Tabel 4.3 diketahui bahwa serapan karbon
dioksia (CO2) pada tumbuhan atas di Hutan Lindung Petak 5A Gunung Banyak Kota Batu sebesar
6,714x10-2 ton/ha. Jumlah serapan CO2 terbesar diperoleh pada plot 3 yaitu sebesar 8,447x10-3
ton/ha. Sedangkan jumlah serapan CO2 paling sedikit pada plot 5 yaitu 4,163x10-3 ton/ha.
Perbedaan jumlah serapan CO2 ini disebabkan karena setiap jenis tumbuhan memiliki
kemampuan masing-masing dalam menyerap gas CO2. Menurut Amin, Hasanuddin, & Djufri (2014)
perbedaan antar vegetasi seperti peningkatan besar diameter batang, jumlah daun dan jumlah
stomata sangat berpengaruh pada kondisi serapan CO2 serta kandungan karbon yang disimpan oleh
suatu vegetasi.
Kandungan CO2 pada tumbuhan bawah (understorey) di Hutan Lindung Petak 5A Gunung Banyak
Kota Batu yakni sebesar 8,936x10-6 ton/ha. Kandungan CO2 pada tumbuhan bawah dengan jumlah
paling besar terdapat pada plot 8 yaitu sebesar 1,791x10 -6 ton/ha. Sedangkan kandungan CO2 pada
tumbuhan bawah dengan jumlah yang paling sedikit terdapat pada plot 4 yaitu sebesar 1,009x10 -7
ton/ha.
Hal ini dikarenakan penyebaran tumbuhan bawah dalam jumlah banyak terdapat pada plot
4. Menurut Ariani et al. (2014) jenis tanah dan jenis seresah menentukan banyaknya persebaran
tumbuhan bawah, jenis tanah yang subur dan cukup ketersediaan airnya akan membantu tumbuhan
bawah hidup dengan subur.
Kandungan CO2 pada seresah di Hutan Lindung Petak 5A Gunung Banyak Kota Batu yakni sebesar
4,582x10-6 ton/ha. Kandungan CO2 pada seresah dengan jumlah terbesar terdapat pada plot 4 yaitu
sebesar 7,55x10-7 ton/ha. Sedangkan kandungan CO2 pada seresah dengan jumlah paling sedikit
terdapat pada plot 8 yaitu sejumlah 2,464x10-7 ton/ha. Menurut Windusari, Sari, Yustian, & Zulkifli
(2012) kandungan karbon dan biomassa pada seresah sangat dipengaruhi oleh komponen-
komponen penyusunnya, seperti kayu busuk, daun, dan ranting dimana hal tersebut akan
mempengaruhi jumlah serapan CO2 pada seresah.
Kadar karbon pada tumbuhan bawah dan seresah lebih sedikit dibanding kadar karbon pada
tumbuhan atas karena kerapatan vegetasi yang tinggi menyebabkan tajuk tumbuhan atas akan
menghalangi sinar matahari menuju lantai hutan, sehingga proses fotosintesis tumbuhan bawah
tidak dapat berlangsung secara optimal Ariani et al. (2014); Pambudi, Rahardjanto, Nurwidodo, &
Husamah (2017). Hal tersebut akan mempengaruhi kemampuan penyerapan CO 2 pada tumbuhan
tersebut. Ariani et al. (2014) menjelaskan, bahwa karbon adalah pecahan CO 2 yang diserap oleh
tumbuhan, dimana CO2 akan dipecah menjadi biomassa dan disimpan dalam bentuk karbon organik.
Menurut Ivando et al. (2019) salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah simpanan
karbon dalam tubuh tumbuhan yaitu kerapatan tegakan, semakin besar kerapatan suatu jenis pohon
maka semakin besar pula cadangan karbonnya, dimana hal ini juga berpengaruh pada jumlah

278
SEMINAR NASIONAL VI
Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

serapan karbon dioksida. Kainde, Ratag, Tasirin, & Faryanti (2011) menjelaskan, bahwa kerapatan
suatu jenis menunjukkan banyaknya suatu jenis tumbuhan per satuan luas. Berikut disajikan nilai
kerapatan relatif (KR) tumbuhan pada Hutan Lindung Gunung Banyak Kota Batu pada Tabel 3, Tabel
4, dan Tabel 5.
Tabel 3. Nilai KR Spesies Tingkat Pohon di Hutan Lindung Gunung Banyak Kota Batu Tahun 2019
No. Spesies Tingkat Pohon KR
1. Pinus merkusii Jungh. & de Vriese 72%
2. Senna alexandrina Mill. 5%
3. Calliandra haematocephala Hassk 1%
4. Swietenia mahagoni (L.) Jacq. 2%
5. Chromolaena adorata (L.) R.M. King& H. Rob. 0%
6. Dalbergia latifolia Roxb. 1%
7. Manihot utilisima Pohl. 0%
8. Coffea sp. 0%
9. Persea Americana Mill. 2%
10. Artocarpus heterophyllus Lam. 3%
11. Mangifera indica L. 1%
12. Eucalyptus sp. 5%
13. Hibiscus tiliaceus L. 4%
14. Musa paradisiaca L. 3%
15. Aleurites moluccana (L.) Willd. 0%
16. Theobroma cacao L. 1%
Total 100%
Tabel 4. Nilai KR Spesies Tingkat Tiang dan Pancang di Hutan Lindung Gunung Banyak Kota Batu Tahun 2019
No. Spesies Tingkat Tiang dan Pancang KR
1. Pinus merkusii Jungh. & de Vriese 0%
2. Senna alexandrina Mill. 41%
3. Calliandra haemaocephala Hassk 8%
4. Swietenia mahagoni (L.) Jacq. 2%
5. Chromolaena odorata (L.) R.M. King & H. Rob. 25%
6. Dalbergia latifolia Roxb. 3%
7. Manihot utilisima Pohl 8%
8. Coffea sp. 2%
9. Persea Americana Mill. 1%
10. Artocarpus heterophyllus Lam. 0%
11. Mangifera indica L. 1%
12. Eucalyptus sp. 0%
13. Hibiscus tiliaceus L. 9%
14. Musa paradisiaca L. 0%
15. Aleurites moluccana (L.) Willd. 0%
16. Theobroma cacao L. 0%
Total 100%
Tabel 5. Nilai KR Spesies Tumbuhan Bawah di Hutan Lindung Gunung Banyak Kota Batu Tahun 2019
No. Spesies Tumbuhan Bawah KR
1. Ageratum conyzoides L. 11%
2. Alpinia galangal (L.) Willd. 1%
3. Clitoria ternatea L. 5%
4. Colocasia esculenta (L.) Schott 1%

5. Ageratina riparia (Regel) R.M. King & H.Rob. 57%


6. Adiantum raddianum C.Press 0%
7. Gomphrena celosioides Mart 2%
8. Cythula prostrata (L.) Bl. 2%
Lanjutan. . . .
No. Spesies Tumbuhan Bawah KR
9. Eragrostis amabilis O.Ktze,Rev.Gen 2%
10. Lygodium microphillum (Cav.) R.Br. 0%
11. Solanum torvum Sw. 1%
12. Sunedrella nodiflora (L.) Gaertn. 8%
13. Mikania micrantha Kunth 2%
14. Drynaria cordata (L.) Willd. ex Schult. 2%
15. Cyrtococcum oxyphyllum (Steud) Stapf. 6%
16. Pitogramma calomelanos (L.) Link. 0%
Total 100%
Berdasarkan hasil perhitungan kerapatan relatif (KR) pada tumbuhan di Hutan Lindung
Gunung Banyak Kota Batu diketahui bahwa nilai KR tertinggi terdapat pada tumbuhan Pinus
merkusii Jungh. & de Vriese dengan nilai KR 72%. Kerapatan P. Merkusii Jung et de Vriese yang tinggi

279
SEMINAR NASIONAL VI
Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

menunjukkan bahwa jumlah tumbuhan tersebut banyak terdapat pada lokasi penelitian. Sehingga
dengan banyaknya jumlah vegetasi tersebut dapat membantu penyerapan karbon dioksida secara
optimal, khususnya oleh P. Merkusii Jung et de Vriese pada lokasi penelitian.
Faktor abiotik sangat berpengaruh pada proses kelangsungan hidup makhluk hidup, termasuk
juga tumbuhan. Berikut faktor-faktor abiotik yang berpengaruh apda proses pertumbuhan pada
tumbuhan.
a. Cahaya matahari
Tumbuhan membutuhkan cahaya matahari untuk membatu proses fotosintesis. Intensitas
cahaya matahari tertinggi terdapat pada plot 10 yaitu sebesar 1.900 lux, sedangkan intensitas cahaya
terendah terdapat pada plot 1 yaitu sebesar 200 lux. Rendahnya intensitas cahaya matahari pada
plot 1 dikarenakan banyaknya pohon-pohon besar, tajuk tumbuhan tersebut menghalangi masuknya
cahaya matahari sampai pada lantai hutan.
b. Suhu dan kelembaban udara
Selain cahaya matahari, proses fisiologis tumbuhan juga dipengaruhi oleh suhu. Konsentrasi
suhu udara yang semakin rendah dan semakin tinggi dapat menghambat proses pertumbuhan pada
tumbuhan, bahkan dapat mengakibatkan kematian (Fajri & Ngatiman, 2017). Pertumbuhan suatu
tumbuhan akan meningkat seiring meningkatnya suhu dan menurunya kelembaban. Selain itu,
penutupan tajuk dari suatu pohon akan mempengaruhi tinggi rendahnya suhu dan kelembaban.
Pohon yang tua mengakibatkan lingkungan disekitarnya memiliki suhu yang rendah dan kelembaban
tinggi karena tajuk pohonnya yang lebat, sedangkan banyaknya jumlah pohon-pohon muda akan
menyebabkan lingkungan disekitar pohon memiliki suhu yang tinggi dan kelembaban rendah karena
cahaya matahari yang dapat mencapai lantai hutan (Wijayanto & Nurunnajah, 2012).
Suhu udara pada lokasi penelitian berkisar antara 22-27℃. Suhu tersebut dipengaruhi
intensitas cahaya matahari yang mengenai lantai hutan. Menurut Fajri & Ngatiman (2017) kerapatan
tajuk pohon akan menyebabkan suhu di dalma hutan menjadi rendah, sebaliknya tajuk pohon yang
tidak terlalu rapat akan mengakibatkan suhu dalam hutan meningkat karena cahaya matahari dapat
mengenai lantai hutan.
Kelembaban udara di lokasi penelitian berkisar antara 64-80%. Kelembaban udara sangat
mempengaruhi proses pertumbuhan suatu tumbuhan. Fajri & Ngatiman (2017) menjelaskan, bahwa
kelembaban udara yang tinggi menyebabkan laju transpirasi menurun sehingga kemampuan
tumbuhan menyerap nutrisi juga menurun. Sedangkan kelembaban udara yang rendah akan
meningkatkan laju transpirasi sehingga penyerapan air dan zat hara dapat berjalan dengan baik.
c. pH tanah
Berdasarkan hasil penelitian, nilai pH tanah tertinggi terdapat pada plot 7 yaitu 6,6,
sedangkan tanah yang memiliki pH rendah terdapat pada plot 11 yaitu 3,9. Salah satu faktor
penyebab keasaman pada tanah tersebut dikarenakan adanya seresah. Menurut Rahmah et al.
(2014) seresah daun, akar, dan batang yang jatuh ke tanah dan terdekomposisi dapat menentukan
tingginya kandungan pH pada tanah tersebut. Menurut (Kumalasari, Syamsiyah, & Sumarno (2011)
banyaknya jumlah seresah dapat menyebabkan pH tanah meningkat atau asam.
Seresah dapat melindungi permukaan tanah dari pukulan air hujan dan mengurangi
terjadinya penguapan (Putri et al., 2019). Masukan zat hara oleh seresah ke dalam tanah dibantu
oleh aktivitas mikroba dekomposer di dalam tanah (Lisnawati, 2012). Oleh karena itu, seresah juga
dapat membantu tumbuhan untuk memperoleh asupan nutrisi untuk mendukung pertumbuhannya.
d. Keadaan topografi
Fajri & Ngatiman, 2017; Wijayanto & Nurunnajah (2012) menegaskan, bahwa semakin
tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhu udaranya dan kelembabannya semakin tinggi,
sedangkan semakin rendah suatu tempat maka semakin tinggi suhu udaranya dan kelembabannya
semakin rendah. tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tinggi akan mengalami pertumbuhan yang
lebih optimal dibandingkan tumbuhan yang tumbuh di tempat yang rendah. Hal ini disebabkan
tempat yang tinggi mendapatkan penyinaran cahaya matahari yang lebih optimal, sehingga proses
fotosintesis pada tumbuhan pun dapat berlangsung secara optimal.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis Serapan Karbon Dioksida Pada Hutan Lindung
Gunung Banyak Kota Batu didapatkan kesimpulan, bahwa serapan karbon dioksia (CO 2) tumbuhan

280
SEMINAR NASIONAL VI
Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

di Hutan Lindung Petak 5A Gunung Banyak Kota Batu sebesar 6,714x10 -2 ton/ha, serapan CO2 pada
tumbuhan bawah sebesar 8,936x10-6 ton/ha, dan pada seresah sebesar 4,583x10-6 ton/ha dengan
kadar biomassa sebesar 3,662x10-2, kadar carbon 4,78x102, kadar karbon tumbuhan bawah
6,111x10-6, serta kadar karbon seresah 2,555x10-6. Jumlah serapan karbon dioksida dipengaruhi
oleh jumlah biomassa berikut kandungan karbonnya, serta tingkat kerapatan tumbuhan di lokasi
tersebut.

REFERENSI
Amin, N., Hasanuddin, & Djufri. (2014). Potensi jenis tumbuhan di hutan kota Banda Aceh dalam
mereduksi emisi CO2. Jurnal EduBio Tropika, 2(2), 216–222.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JET/article/download/5262/4408
Andari, S. Y., Herlina, N., & Yamika, W. S. D. (2018). Pengaruh taman kota terhadap konsentrasi CO2
dan suhu udara ambient di Kota Malang. Jurnal Produksi Tanaman, 6(4), 602–608.
http://protan.studentjournal.ub.ac.id/index.php/protan/article/viewFile/685/709
Ariani, Sudhartono, A., & Wahid, A. (2014). Biomassa dan karbon tumbuhan bawah sekitar Danau
Tambing pada kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Warta Rimba, 2(1), 164–170.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/WartaRimba/article/view/3589
Astuti, I. A. D., & Firdaus, T. (2017). Analisis kandungan CO2 dengan sensor dan berbasis logger pro
di daerah Yogyakarta. JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Dan Riset Ilmiah), 1(1), 5–8.
https://doi.org/10.30599/jipfri.v1i1.118
Bismark, M., Heriyanto, N. M., & Iskandar, S. (2008). Biomasa Dan Kandungan Karbon Pada Hutan
Produksi Di Cagar Biosfer Pulau Siberut, Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Hutan Dan
Konservasi Alam, 5(5), 397–407. https://doi.org/10.20886/jphka.2008.5.5.397-407
Brown, S. (1997). Estimating biomass and biomass change of tropical forests : a primer. (FAO
Forestry Paper-134). FAO.
https://www.researchgate.net/publication/239974368_Estimating_Biomass_and_Biomass_C
hange_of_Tropical_Forests_A_Primer
Casper, J. K. (2010). Changing ecosystems: effects of global warming. Facts On File.
Chave, J., Andalo, C., Brown, S., Cairns, M. A., Chambers, J. Q., Eamus, D., Fölster, H., Fromard, F.,
Higuchi, N., Kira, T., Lescure, J.-P., Nelson, B. W., Ogawa, H., Puig, H., Riera, B., & Yamakura, T.
(2005). Tree allometry and improved estimation of carbon stocks and balance in tropical
forests. Oecologia, 145, 87–99. https://doi.org/10.1007/s00442-005-0100-x
Efendi, W. W., Hapsari, F. N. P., & Nuraini, Z. (2013). Studi inventarisasi keanekaragaman tumbuhan
paku di kawasan wisata coban rondo kabupaten malang. Cogito Ergo Sum, 2(3), 173–188.
Fajri, M., & Ngatiman. (2017). Studi iklim dan topografi pada habitat Parashorea malaanonan Merr.
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa, 3(1), 1–12.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20886/jped.2017.3.1.1-12
Hairiah, K., Ekadinata, A., Sari, R. R., & Rahayu, S. (2011). Pengukuran cadangan karbon: dari tingkat
lahan ke bentang lahan edisi kedua. World Agroforestry Centre (ICRAF).
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/viewFile/1935/2804
Hairiah, K., Sitompul, S., Noordwijk, M. Van, & Palm, C. (2001). Methods for sampling carbon stocks
above and below ground. International Centre of Research in Agroforestry.
https://www.asb.cgiar.org/PDFwebdocs/LectureNotes/ASB-LN-4B-Hairiah-et-al-2001-
Methods-sampling-carbon-stocks.pdf
Heriyanto, N. M., & Subiandono, E. (2012). Komposisi dan struktur tegakan, biomassa, dan potensi
kandungan karbon hutan mangrive di Taman Nasional Alas Purwo. Jurnal Penelitian Hutan
Dan Konservasi Alaman Hutan Dan Konservasi Alam, 9(1), 23–32. http://ejournal.forda-
mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHKA/article/download/535/517
Herlina, N., Yamika, W. S. D., & Andari, S. Y. (2017). Karakteristik konsentrasi CO2 dan suhu udara
ambien dua taman kota di Malang. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan,
7(3), 267–274. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.29244/jpsl.7.3.267-274
Hikmatyar, M. F., Ishak, T. M., Pamungkas, A. P., Soffie, S., & Rijaludin, A. (2015). Estimasi karbon
tersimpan pada tegakan pohon di hutan Pantai Pulau Kotok Besar, bagian barat, kepulauan
Seribu. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 8(1), 40–45.
https://doi.org/https://doi.org/10.15408/kauniyah.v8i1.2704

281
SEMINAR NASIONAL VI
Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

Ivando, D., Banuwa, I. S., & Bintoro, A. (2019). KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI TIPE
KERAPATAN TEGAKAN DI HUTAN RAKYAT DESA SUKOHARJO I KECAMATAN SUKOHARJO
KABUPATEN PRINGSEWU. Jurnal Belantara, 2(1), 53–61.
https://doi.org/https://doi.org/10.29303/jbl.v2i1.96
Kadmaerubun, C. M., & Hermana, J. (2013). Kajian tentang kontribusi Jawa Timur terhadap emisi
CO2 melalui transportasi dan penggunaan energi. Jurnal Teknik Pomits, 2(1), 251–255.
https://www.neliti.com/publications/214023/kajian-tentang-kontribusi-jawa-timur-
terhadap-emisi-co2-melalui-transportasi-dan
Kainde, R. P., Ratag, S. P., Tasirin, J. S., & Faryanti, D. (2011). Analisis vegetasi hutan lindung gunung
Tumpa. Eugenia, 17(3), 1–11.
http://repo.unsrat.ac.id/290/1/ANALISIS_VEGETASI_HUTAN_LINDUNG_GUNUNG_TUMPA.pd
f
Kumalasari, S. W., Syamsiyah, J., & Sumarno. (2011). Studi beberapa sifat fisika dan kimia tanah
pada berbagai komposisi tegakan tanaman di sub DAS Solo Hulu. Sains Tanah-Jurnal Ilmiah
Ilmu Tanah Dan Agroklimatologi, 8(2), 119–124.
https://jurnal.fp.uns.ac.id/index.php/tanah/article/download/7/7
Lisnawati, Y. (2012). Perubahan hutan alam menjadi hutan tanaman dan pengaruhnya terhadap
siklus hara dan air. Tekno Hutan Tanaman, 5(2), 61–71. http://www.forda-
mof.org/files/Tekno_HT_5.2.2012-Yunita_Lisnawati.pdf
Miller, D. A. (2009). Global Warming. Gale, Cengage Learning.
Pambudi, P. A., Rahardjanto, A., Nurwidodo, & Husamah. (2017). Analisis serapan karbondioksida
(CO2) tumbuhan di blok Puyer kawasan Ranu Pani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
(TNBTS) pada tahun 2016. Prosiding Seminar Nasional III Tahun 2017, April, 277–282.
http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-report/article/view/998
Putri, O. H., Utami, S. R., & Kurniawan, S. (2019). Sifat kimia tanah pada berbagai penggunaan lahan
di UB Forest. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan, 6(1), 1075–1081.
https://doi.org/10.21776/ub.jtsl.2019.006.1.6
Rahayu, S., Lusiana, B., & van Noordwijk, M. (2006). Pendugaan cadangan karbon di atas
permukaan tanah pada berbagai sistem penggunaan lahan di Kabupaten Nunukan,
Kalimantan Timur. In Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur:
Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan (pp. 23–56). World Agroforestry Centre.
http://www.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/book/BK0089-05/BK0089-05-
1.pdf
Rahmah, S., Yusran, & Umar, H. (2014). Sifat kimia tanah pada berbagai tipe penggunaan lahan di
desa Bobo kecamatan Palolo kabupaten Sigi. Warta Rimba, 2(2012), 88–95.
Ruminta. (2015). Dampak perubahan iklim pada produksi apel di Batu Malang. Jurnal Kultivasi,
14(2), 42–48. https://doi.org/10.24198/kltv.v14i2.12064
Stone, S., León, M. C., & Fredericks, P. (2010). Perubahan iklim dan peran hutan: manual komunitas .
Conservation international. https://doi.org/10.1038/ngeo2248
Sutaryo, D. (2009). Penghitungan biomassa: sebuah pengantar untuk studi karbon dan
perdagangan karbon. Wetlands International Indonesia Programme.
https://doi.org/10.1534/genetics.107.077099
Suwardi, A. B., Mukhtar, E., & Syamsuardi. (2013). KOMPOSISI JENIS DAN CADANGAN KARBON DI
HUTAN TROPIS DATARAN RENDAH , ULU GADUT , SUMATERA BARAT * [ Species
Composition and Carbon Stock in Tropical Lowland Forest ,. Berita Biologi, 12(2), 169–176.
Wijayanto, N., & Nurunnajah. (2012). Intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan perakaran lateral
mahoni (Swietenia macrophylla King.) di RPH Babakan Madang, BKPH Bogor, KPH Bogor.
Jurnal Silvikultur Tropika, 03(01), 8–13.
Windusari, Y., Sari, N. A. ., & Zulkifli, H. (2012). Dugaan cadangan karbon biomassa tumbuhan
bawah dan seresah di kawasan suksesi alami pada area pengendapan tailing PT Freeport
Indonesia. Biospecies, 5(1), 22–28.

282

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai