Anda di halaman 1dari 5

CONCEPT NOTE

NAMA KEGIATAN : Improving the Management of Peatlands and the Capacities of


Stakeholders in Indonesia (Peat-IMPACTS Indonesia)
PELAKSANA : Balai Penelitian Tanah
SUMBER DANA : BMU
MITRA DI SUMSEL : Balai Litbang LHK Palembang, Sumatra Selatan
NAMA KEGIATAN : Assessing Peat Forest Carbon Recovery After Series of Wildfires in
KEMITRAAN South Sumatra, Indonesia
DESKRIPSI SINGKAT : Kejadian kebakaran hutan di lahan gambut menjadi permasalahan
KEGIATAN nasional hingga regional karena asap yang ditimbulkannya
menyebabkan gangguan kesehatan, politik, dan ekonomi kawasan.
Pelepasan C di atmosfer akibat kebakaran menyumbang peningkatan
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Kegiatan identifikasi
penyebab dan dampak kebakaran gambut di Indonesia sudah banyak
dilakukan, namun laporan identifikasi hasil restorasi lahan gambut
baik secara alami maupun artificial jarang ditemukan.

Balittanah dan BLKLH bersepakat untuk bekerjasama dalam bidang


penelitian pengkajian dinamika C lahan gambut di beberapa lokasi
dengan tahun kebakaran berbeda di Sumatra Selatan. Balittanah akan
mengidentifikasi dinamika C pada cadangan C tanah gambut dan air
gambut, dan emisi C. Sedangkan BLKLH akan mengidentifikasi
dinamika C pada cadangan C biomassa dan nekromassa, fotosistesis
bersih dari litter trap, dan laju dekomposisi serasah.

Kegiatan ini akan menggunakan dana Kerjasama penelitian Peat-


IMPACT yang ada di Balittanah.

LOKASI : Hutan di lahan gambut yang terbakar pada tahun 1997, 2009, 2015,
2019 dan hutan primer alami (intact forest) di Prov. Sumatra Selatan

METODOLOGI Pengukuran cadangan C tanah gambut dan air gambut,


(BALITTANAH) (Mbak Dila)

Pengukuran cadangan C tanah gambut:


1. Pengambilan sampel tanah menggunakan bor gambut
2. Menentukan BI dan kadar C-organik tanah.
3. Menentukan berat tanah per ha
4. Menentukan berat C–organik per ton tanah
5. Kandungan C tanah yaitu berat tanah per ha x berat C–organik
per ton tanah

Pengukuran Emisi C
(Mbak Dila)
Menggunakan metode IRGA, bisa dilihat dari hasil penelitian saya dan
Pak FA
Pengukuran gas CO2 dilakukan menggunakan IRGA (InfraRed Gas
Analyzer) LiCOR 820 dengan metoda closed chamber. Pengukuran
dilakukan setiap selang waktu 2 minggu mulai dari bulan Juni 2021 –
Juni 2022. Pengukuran dilakukan pada pagi hari dimulai sekitar pukul
09.00 WIB. Titik-titik pengukuran untuk lahan semak belukar dibuat 5
transek, setiap transek ada 5 titik pengukuran dengan jarak antar titik
sekitar 12,5 m serta jarak antar transek sekitar 25 m.

Fluks CO2 dihitung dengan mengikuti persamaan berikut (Madsen et


al., 2009):

METODOLOGI (BLKLH) Pengukuran cadangan C biomassa dan nekromassa


(Mbak Dila)
Menggunakan metode yang dirilis ICRAF/CIFOR dengan plot 200 m 2

Pengukuran biomassa: massa dari bagian vegetasi yang masih hidup


yaitu batang, ranting dan tajuk pohon (berikut akar atau estimasinya),
tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim.
Pengukuran nekromasa: masa dari bagian pohon yang telah mati baik
yang masih tegak di lahan (batang atau tunggul pohon), kayu
tumbang/tergeletak di permukaan tanah, tonggak atau ranting dan
daun-daun gugur (seresah) yang belum terlapuk

Tahap pengukuran:
1. Mengenal nama jenis pohon untuk mencari nilai berat jenis
(BJ) pohon pada daftar BJ kayu pohon yang telah ada
2. Mengukur volume dan biomasa semua tanaman dan kayu
mati yang ada pada suatu luasan lahan
3. Mengukur kadar total karbon tanaman di laboratorium
4. Menaksir kandungan karbon tersimpan pada lahan yang
bersangkutan berdasarkan tahap 1 -3

Petak contoh (sub plot utama) ukuran 40 mx 5m: untuk pengukuran


cadangan karbon di hutan alami, semak belukar, dan agroforestri
dengan tingkat kerapatan pohon tinggi. Pohon yang diukur adalah
pohon dengan diameter 5 cm hingga 30 cm (atau lingkar/lilit pohon 15
cm – 95 cm).

Pengukuran Biomassa Pohon


Penetapan berat jenis kayu:
Bila pohon yang diukur belum ada dalam daftar BJ
kayu, maka tetapkan berat jenis (BJ) kayu dari masing-masing jenis
pohon dengan jalan memotong kayu dari
salah satu cabang, lalu ukur panjang, diameter dan
timbang berat basahnya. Masukkan dalam oven, pada
suhu 100 C (derajat) selama 48 jam dan timbang berat
keringnya. Hitung volume dan BJ kayu dengan rumus
sebagai berikut:

Pengukuran Biomassa tumbuhan bawah (understorey):


Tumbuhan bawah yang diambil sebagai contoh adalah semua
tumbuhan hidup berupa pohon yang berdiameter < 5 cm, herba dan
rumput-rumputan.
Cara kerja:
1. Tempatkan kuadran bambu, kayu atau aluminium di dalam
sub plot utama (5 m x 40 m) secara acak
2. Potong semua tumbuhan bawah (pohon berdiameter < 5 cm,
herba dan rumbut-rumputan) yang terdapat di dalam
kuadran, pisahkan antara daun dan batang
3. Masukkan ke dalam kantong kertas, beri label sesuai dengan
kode sub plotnya
4. Timbang berat basah daun atau batang, catat beratnya dalam
lembar pengamatan
5. Ambil sub-contoh tanaman dari masing-masing biomasa daun
dan batang sekitar 100-300g. Bila biomasa contoh yang
didapatkan hanya sedikit (< 100 g), maka timbang semuanya
dan jadikan sebagai sub-contoh. g. Keringkan sub-contoh
biomasa tanaman yang telah diambil dalam oven pada suhu
80 C selama 48 jam.
6. Timbang berat keringnya dan catat dalam lembar pengamatan
Pengukuran Nekromassa

Hitung D (diameter nekromasa) dengan cara:

Berat nekromasa berkayu yang bercabang dengan menggunakan


rumus allometrik, sedangkan untuk pohon yang tidak bercabang
dihitung berdasarkan volume silinder sebagai berikut:

H = panjang/tinggi nekromasa (m), D = diameter nekromasa (cm), = BJ


kayu (g/cm ). Biasanya BJ kayu mati sekitar 0.4 g/cm, namun dapat
juga bervariasi tergantung pada kondisi pelapukannya.

Kadar C dalam bahan organik digunakan nilai kadar terpasang (default


value) yaitu 46%, maka estimasi per komponen dapat dihitung dengan
mengalikan berat masa masing-masing komponen dengan kadar C,
sebagai berikut:

Kadar C = Berat kering biomasa atau nekromasa (ton/ha) x 0.46

Pengukuran fotosistesis bersih dari litter trap


(Mbak Dila)

Pengukuran laju fotosintesis pada Contoh tanaman Kelapa Sawit


Pengamatan fotosintesis dilakukan pada 1 pohon untuk setiap kondisi
tanaman. Pelepah yang diamati adalah pelepah ke-17 dan ke-9
menggunakan alat LICOR Li-6400 pada pukul 08.00 – 13.00 WIB.
Respon tersebut diukur dengan membuat model simulasi respon laju
fotosintesis terhadap berbagai photosynthetically active radiation
(PAR). Nilai PAR -2 -2 yang digunakan adalah 0 – 2.000 µmol m s
dimana -2 -2 setiap kelipatan PAR µmol m s , alat secara automatis
mencatat nilai laju fotosintes. Untuk mendapatkan satu set simulasi
antara laju fotosintesis dan PAR, diperlukan waktu 30-40 menit.
Simulasi ini diulang sebanyak 6 kali sehingga data-data yang diperoleh
merupakan cerminan laju fotosintesis kelapa sawit pada setiap kondisi
PAR yang berbeda.

Pengukuran laju dekomposisi serasah


(Mbak Dila)

Pengukuran laju dekomposisi serasah dilakukan dengan mengambil


serasah daun dan dimasukkan ke dalam kantong serasah berukuran 10
x 50 x 50 cm, kemudian ditempatkan di lantai hutan sebanyak 54
kantong (6 kantong x 3 ulangan x 3 kelas umur) dengan berat 50
gr/kantong. Pengambilan kantong yang berisi serasah daun tersebut,
dilakukan setiap 1 bulan sekali selama 6 bulan dan dihitung berat
keringnya dengan memasukkannya ke dalam oven pada suhu 60°C
sampai mencapai berat kering mutlak.

Penghitungan laju dekomposisi serasah menggunakan rumus Olson


(1963) dalam Gultom (2009) sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai