Anda di halaman 1dari 8

SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis

Jacq) BERDASARKAN PADA POSISI KETINGGIAN BATANG

Physical and Mechanical Properties of Oil Palm Trunks (Elaeis guineensis Jacq)
Based on the Position of the Stem Height

Endy, Farah Diba, Muflihati


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jln Imam Bonjol Pontianak 78124
e-mail : endy_virgo@yahoo.co.id

ABSTRACT
The research aims to determine the physical properties (moisture content, density and
dimensional stability) and mechanical properties (modulus of elasticity, modulus of rupture,
and modulus of crush stiffness) of Elaeis guineensis Jacq based on the position the trunk). The
design used in the study was a completely randomized design (CRD) with 3 replications and the
factor is the position of the stem height (low, middle, and top) of oil palm (Elaeis guineesis
Jacq). The results showed that height position have significant value to moisture content, MOR
and MCS, but did not significantly affect the value of density, dimensional stability and MOE.
The moisture content value was range from 38,49 % - 101,07 %, and the density value was
range from 0,46 gr/cm3 – 0,62 gr/cm3, meanwhile the dimensional stability value was range
from 11,54 % - 19,84 %. The modulus of elasticity value was range from 4456,77 gr/cm2 –
10062,40 gr/cm2, and modulus of rupture value was range from 108,20 gr/cm2 – 354,47 gr/cm2,
meanwhile the modulus of crush stiffness value was range from 16,56 gr/cm2 – 69,96 gr/cm2.
The research concluded that oil palm trunk in the low position have physical and mechanical
properties better than in the middle and top, and enroll in class V of strongness and suitable for
use as raw material for particle board or other composite products.

Keywords : oil palm trunk, physical, mechanical properties, Elaeis guineensis Jacq

PENDAHULUAN dan untuk mengatasi ketidakmampuan


Kebutuhan kayu untuk bahan baku hutan alam dalam memenuhi kebutuhan
bangunan (konstruksi) maupun untuk kayu yang terus meningkat, maka perlu
perabot rumah tangga terus meningkat dilakukan usaha dengan mencari
seiring dengan meningkatnya jumlah alternatif bahan berkayu lainnya yang
penduduk. Di sisi lain luas dan potensi saat ini belum dilirik untuk dapat
hutan yang terus menurun, menjadi salah satu bahan yang bisa
menyebabkan terjadinya defisit mensubstitusi kebutuhan akan kayu.
ketersediaan kayu. Dengan demikian Salah satu usaha ke arah itu adalah
terjadi kesenjangan antara kebutuhan dengan pemanfaatan batang kelapa
kayu dengan produksi hutan khususnya sawit melalui pengolahan tertentu
jenis-jenis kayu bermutu tinggi. Forest menjadi bahan substitusi kayu untuk
Watch Indonesia (2008) keperluan bahan bangunan.
mengungkapkan bahwa laju deforestasi Perkebunan kelapa sawit PTPN
selama periode 1989 – 2003 adalah 1,9 XIII Kecamatan Ngabang Kabupaten
juta hektar/tahun. Landak memiliki luas areal tanaman
Seiring dengan tuntutan konsumen 3,714,00 ha. Jenis kelapa sawit yang
akan produk kayu yang semakin tinggi ditanam adalah Elaeis guineensis Jacq

249
yang merupakan tanaman monokotil Berdasarkan hasil penelitian
tergolong ke dalam famili Palmaceae terdahulu diketahui bahwa batang
yang termasuk tanaman pohon yang kelapa sawit memiliki sifat yang sangat
tingginya mencapai 24 meter, memiliki beragam dari pangkal ke ujung. Maka
batas umur produktif relatif pendek (25- dari itu, pengetahuan mengenai sifat-
30 tahun) dan setelah mencapai umur sifat dasar batang kelapa sawit terutama
daur harus dilakukan peremajaan sifat fisis dan mekanis harus diketahui
dengan tanaman muda. Dalam sebelum memamfaatkan batang kelapa
peremajaan kelapa sawit, pembersihan sawit tersebut menjadi bahan kontruksi
lahan yang urnum dilakukan adalah maupun produk furniture. Penelitian
dengan cara meracuni pohon sampai mengenai sifat fisik dan mekanik pada
kering, kemudian dibongkar sampai ke batang kelapa sawit ini perlu dilakukan
akar-akarnya dan selanjutnya dibakar dan penting untuk diketahui sifat
atau ditumpuk di suatu tempat. dasarnya yaitu sifat fisik dan mekanik.
Aktivitas semacam ini banyak
menimbulkan masalah lingkungan METODOLOGI PENELITIAN
berupa dampak dari proses peracunan, Penelitian dilaksanakan di Wood
berkernbangnya populasi kumbang Workshop dan Laboratorium Teknologi
boctor, serta tirnbulnya polusi asap dan Hasil Hutan Universitas Tanjungpura
resiko kebakaran dari proses untuk pembuatan contoh uji dan
pembakaran. Pemanfaatan batang pengujian sifat fisik dan di
kelapa sawit selarna ini masih belum Laboratorium PT. Duta Pertiwi
dilakukan secara komersil dan bahkan Nusantara untuk pengujian sifat
belurn dikenal masyarakat padahal saat mekanik batang kelapa sawit. Penelitian
ini batang kelapa sawit sudah menjadi ini akan dilaksanakan selama ± 3 bulan
lirikan para industri papan partikel yang dan dilanjutkan dengan pengolahan
diharapkan dapat menjadi produk data.
pengganti kebutuhan kayu dengan Persiapan Bahan Baku
kualitas yang baik,kurangnya informasi Bahan baku untuk penelitian ini
atau literatur mengenai sifat fisik dan adalah Batang kelapa sawit ( Elaeis
mekanik batang kelapa sawit menjadi guineensis Jacq) yang berasal dari
faktor yang membuat kelapa sawit tidak PTPN XIII Kecamatan Ngabang
di manfaatkan sebagai salah satu Kabupaten Landak. Untuk penelitian
alternatif untuk mengantikan kebutuhan sifat dasar ini diambil 3 batang kelapa
kayu. Perkebunan kelapa sawit telah sawit yang berusia ± 25 tahun (non
berkembang pesat. Berdasarkan produktif).
penelitian Bakar et al. (1998) dalam Pembagian Batang Untuk Contoh Uji
Iswanto (2010) kayu kelapa sawit hanya Pohon kelapa sawit
diambil pada bagian tepi yang relatife ditebang,kemudian setelah ditebang
lebih keras sehingga rendemen yang dilakukan pembagian batang sesuai
dihasilkan sebesar 30% atau 0,30 m3 dengan posisi ketinggian batang yaitu
dari setiap m3. pangkal, tengah dan ujung batang.

250
Sebelum dilakukan pengujian, terlebih ditimbang kembali ada penimbangan
dahulu keseluruhan contoh uji dikering analitik. Gelas ukur disisi air 450 ml,
udara hingga mencapai kadar air ±12 %. lalu diukur volumenya, kemudian
Pengujian Sifat Fisik Dan Mekanik contoh uji direndam ke dalam gelas
a. Kadar Air ukur tersebut dan diukur volume
Contoh uji yang berukuran 2 cm x keseluruhannya (ASTM, 1970). Berat
2 cm x 2 cm yang dikeringkan udarakan jenis dihitung dengan menggunakan
selama 1 minggu untuk mendapatkan rumus :
kadar air kering udara (12-18%). BJ =
Setelah itu sampel ditimbang pada Keterangan :
timbangan analitik dan didapatkan berat BJ = Berat jenis berdasarkan volume
awal (BA), kemudian contoh uji contoh uji
tersebut dikeringkan kembali dalam BKo = Berat awal contoh uji (gram)
Vo = Volume air yang didesak (m3)
oven pada suhu 103ºC±2ºC dan
dimasukan ke dalam desikator selama
c. Perubahan Dimensi
10-15 menit, kemudian contoh uji
Contoh uji berukuran 4 cm x 2 cm
ditimbang hingga mencapai berat
x 2 cm direndam ± 3 hari hingga
konstan yang disebut berat kering oven
diharapan sampel dalam kondisi segar
(BKo) (ASTM, 1970). Kadar air
dan dilakukan pengukuran dimensi awal
dihitung dengan rumus Brithish
(DA) dengan menggunakan caliper pada
Standard Methods (1957) :
sampel yang sudah diberi tanda. Setelah
KA= 100%
itu contoh uji dimasukan kedalam oven
Keterangan : pada suhu 103ºC ± 2ºC dan dimasukan
KA = Kadar air (%)
kedalam desikator selama 10-15 menit,
BA = Berat awal contoh uji setelah
pengkondisian (gram) kemudian contoh uji ditimbang hingga
BKo = Berat tetap contoh uji setelah mencapai berat konstan, kemudian
dikeringkan dalam oven (gram) contoh uji di ukur kembali pada tempat
b. Berat Jenis yang sama pada pengukuran awal,
Pengujian berat jenis mengikuti menggunakan caliper dan didapatlah
British Standard Methods No 373 tahun dimensi kering oven (DKo) (ASTM,
1957. Contoh uji berukuran 2 cm x 2 1970). Perubahan dimensi dihitung
cm x 2 cm dikeringkan dalam oven menggunakan British Standard methods
pada suhu 103ºC±2ºC dan dimasukan No 373 tahun 1957.
ke dalam desikator selama 10-15 menit, Penyusutan (%) = 100%
kemudian contoh uji ditimbang hingga
Keterangan :
mencapai berat konstan (BKo), DA = Dimensi Awal
selanjutnya dicelupkan dalam parafin DKO = Dimensi Kering Oven
panas sehingga terjadi lapisan yang d. Keteguhan Lentur (Modulus of
cukup tipis dan merata, jika terjadi Elasticity)
penebalan maka perlu dioven kembali Pengujian MOE dilakukan
untuk meratak parafin yang terlalu tebal menggunakan Universal Testing
pada sampel. Kemudian sampel

251
Machine (UTM). Pada contoh uji d = Tebal contoh uji (cm)
berukuran 30 cm x 2 cm x 2 cm dengan b = Lebar contoh uji (cm)

jarak sangga 15 cm kemudian contoh uji


diberi beban di tengahnya, kecepatan f. Keteguhan Tekan Sejajar (MCS)
pembebanan sebesar 100mm/menit Pengujian MCS dilakukan
yang selanjutnya diukur besarnya beban menggunakan Universal Testing
yang dapat ditahan oleh contoh uji Machine (UTM). Pada contoh uji
sampai batas proporsi. Untuk berukuran 6 cm x 2 cm x 2 cm didirikan
menghitung MOE menggunakan rumus pada mesin penguji dan di beri beban di
umum Kollmann dan Cote (1968) tengahnya,kecepatan pembebanan
dalam Hariyadi (2003): sebesar 100 mm/menit yang selanjutnya
∆ di ukur besarnya beban yang dapat
MOE = ditahan oleh contoh uji sampai pecah.

Keterangan : Untuk menghitung MCS menggunakan
MOE = Modulus of Elasticity (kg/cm2) rumus umum Kollmann dan Cote
L = Jarak sangah (cm)
P = Beban maksimum (kg)
(1968) dalam Hariyadi (2003) :
∆y = Perubahan defleksi setiap perubahan MCS =
beban (cm) Keterangan :
b = Lebar contoh uji (cm) MCS = Maximum Crushing Strength
d = Tebal contoh uji (cm) (kg/cm2)
P = Beban Maksimum (kg)
e. Keteguah Patah (Modulus of A = Luas Penampang (cm2)
Rupture) Rancangan Penelitian
Pengujian MOR merupakan Penelitian menggunakan
kelanjutan pengujian MOE di mana Rancangan Acak Lengkap (RAL)
contoh uji diberi beban sampai contoh menurut Gaspersz (1994) dengan 3
uji tersebut patah. Besarnya nilai MOR perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu,
yang merupakan kekuatan ukuran kayu Perlakuan : Pangkal (A) ; Tengah (B) ;
menurut Kollmann dan Cote (1968) Ujung (C) dan Ulangan : Pohon (1) ;
dalam Hariyadi (2003) sebagai berikut: Pohon (2) ; Pohon (3)
MOR = HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan :
Nilai rerata kadar air berkisar
MOR = Modulus of rupture (kg/cm2) 38,49 % - 101,07 % dan nilai sifat fisik
L = Jarak sangah (cm) dan mekaniknya disajikan pada Tabel 1.
P = Beban maksimum (kg)

252
Tabel 1. Rerata Sifat Fisik dan Mekanik Batang Kelapa Sawit (E. guinensis Jacq)
Berdasarkan Posisi Ketinggian Batang (Average physical and mechanical
properties of oil palm trunks (Elaeis guineensis Jacq) based on the position of
the stem height)
Posisi Batang
Sifat Fisik dan Mekanik
Pangkal Tengah Ujung
Kadar air (%) 44,58 38,49 101,07
Berat Jenis 0,62 0,56 0,46
Perubahan Dimensi (%) 11,54 17,03 19,84
MOE 10062,40 9511,42 4456,77
MOR 354,47 328,97 108,20
MCS 69,96 41,60 16,56

a.Kadar Air bagian ujung dengan demikian bagian


Hasil pengujian kadar air batang pangkal batang memiliki kadar air yang
kelapa sawit (E. guinensis Jacq) lebih rendah daripada bagian tengah dan
didapatkan nilai rerata kadar air berkisar ujung (Ekawati, 2001).
antara 38,49 % - 101,07 %. Harsono b.Berat jenis
(2011) mengemukakan bahwa Nilai rerata berat jenis berkisar
perbedaan nilai kadar air tersebut antara 0,46 gr/cm3 - 0,62 gr/cm3. Pada
disebabkan perbedaan persentase Tabel 1 menunjukkan nilai rerata berat
jumlah parenkim yang terdapat vascular jenis tertinggi terdapat pada bagian
bundle. Parenkim terdapat pada bagian pangkal yaitu 0,62 gr/cm3 dan terendah
ujung batang kelapa sebagai pusat pada bagian ujung yaitu 0,46 gr/cm3.
pertumbuhan batang yang berfungsi Zobel dan Talbert (1984) dalam
sebagai jaringan untuk menyimpan serta Ekawati (2001) yang menyatakan
mengatur bahan makanan, sehingga bahwa, kayu pada bagian pangkal
memungkinkan untuk mengikat air batang mempunyai dinding yang lebih
lebih banyak (Harsono, (2011). Sesuai tebal dan proporsi lignin serta
dengan pendapat Prasetiyo (2008) persentase zat ekstraktif yang lebih
dalam Harsono (2011) yang besar dibandingkan kayu pada bagian
menyatakan pada batang bawah berkas ujung mengingat fungsinya sebagai
pembuluhnya lebih sedikit daripada pendukung batang dan tajuk diatasnya.
bagian batang tengah sehingga daya Selain adanya variasi berat jenis
serap airnya kecil pada kelapa sawit (E. guineesis Jacq)
Menurut Prayitno (1991) dalam disebabkan oleh struktur anatomi
Ekawati (2001) bahwa tumbuhan kayunya, dimana bagian tengah dari
monokotil tersusun atas jaringan pangkal ke ujung didominasi oleh
parenkim dan berkas vaskuler. jaringan parenkim yang berdinding tipis
Berdasarkan kemampuan dalam berkas vaskuler yang memiliki serat-
menyerap dan menahan air, berkas serat yang berdinding tebal (Rohadi,
pembuluh lebih banyak terdapat pada 1992). Disamping itu juga disebabkan

253
sel kayu bagian atas relative lebih muda secara fisiologis jaringan tersebut masih
daripada bagian pangkal sehingga berat berfungsi aktif sehingga dinding selnya
jenis kayu semakin menurun kearah relatif tipis dibanding dengan dinding
ujung batang. (Hermawan, 1989). sel jaringan yang sudah tua, kemudian
Menurut Haygreen dan Bowyer (1989) kandungan selulosa dan lignin jaringan
bahwa semakin tinggi berat jenis dan ikatan pembuluh pada bagian pangkal
kerapatan kayu, semakin banyak lebih tinggi. Semakin banyak sel serabut
kandungan zat kayu pada dinding sel maka semakin baik pula sifat mekanis
yang bearti semakin tebal sel tersebut. suatu kayu,serta semakin tinggi
c.Perubahan dimensi perbandingan antara lignin dan selulosa
Nilai rerata perubahan dimensi semankin meningkat pula kekuatan
batang kelapa sawit (E. guineesis Jacq) kayu (Panshin dan de Zeeuw 1970)
dari pangkal ke ujung berkisar antara dalam Iswanto (2010).
11,54 % - 19,84 %. Tabel 1 e.Keteguhan Lentur Patah (MOR)
menunjukkan bahwa nilai perubahan Pada tabel 1 nilai rerata MOR
dimensi lebih besar pada bagian tengah batang kelapa sawit (E. guinensis Jacq)
dan ujung. Hal ini menurut Bakar berkisar antara 108,20 kg/cm2 – 354,47
(2003) dalam Iswanto (2010) kg/cm2. Nilai MOR tertinggi berada
dikarenakan sel kayu pada bagian atas pada posisi pangkal, sedangkan
(ujung) relatif lebih muda sehingga air terendah terdapat pada bagian ujung.
lebih mudah mengalir dibandingkan Hal ini disebabkan karena pada bagian
dengan sel pada daerah lainya, hal ini ujung tersusun atas jaringan yang masih
menyebabkan nilai penyusutana bagian muda, dimana secara fisioligi jaringan
ujung lebih besar. Kadar air tersebut masih berfungsi aktif sehingga
berhubungan dengan perubahan dinding selnya relatif tipis dibanding
dimensi. Haygreen dan Bowyer (1989) dengan dinding sel jaringan yang sudah
mengemukakan jika kayu kehilangan air tua, kemudian kandungan selulosa dan
dibawah titik jenuh serat, yaitu lignin jaringan ikatan pembuluh pada
kehilangan air terikat, kayu akan bagian pangkal lebih tinggi. Semakin
menyusut dan sebaliknya, jika air banyak sel serabut maka semakin baik
memasuki struktur dinding sel, kayu pula sifat mekanis suatu kayu,serta
akan mengembang. semakin tinggi perbandingan antara
d.Keteguhan Lentur (MOE) lignin dan selulosa semankin meningkat
Berdasarkan data pada Tabel 1, pula kekuatan kayu (Panshin dan de
nilai rerata MOE batang kelapa sawit Zeeuw 1970) dalam Iswanto (2010).
(E. guinensis Jacq) berkisar antara f.Keteguhan Tekan Sejajar Serat
4456,77 kg/cm2 – 10062,40 kg/cm2. (MCS)
Nilai MOE tertinggi berada pada posisi Nilai rerata keteguhan tekan
pangkal , sedangkan terendah terdapat sejajar serat (MCS) yang dihasilakan
pada bagian ujung. Hal ini disebabkan berkisar antara 16,56 kg/cm2 – 69,96
karena pada bagian ujung tersusun atas kg/cm2. Nilai rerata MCS tertinggi
jaringan yang masih muda, dimana berada pada posisi pangkal yaitu 69,96

254
kg/cm2, sedangkan terendah terdapat dipergunakan sebagai bahan baku papan
pada bagian ujung yaitu 16,56 kg/cm2 partikel atau produk komposit lainya.
Secara keseluruhan, batang kelapa
sawit pada bagian pangkal memiliki KESIMPULAN DAN SARAN
nilai yang lebih tinggi dibandingkan Kesimpulan
dengan bagian yang tengah dan ujung, Batang kelapa sawit pada bagian
dengan kata lain bagian pangkal sifat pangkal memiliki sifat mekanik yang
mekaniknya lebih baik dibandingkan lebih. Berdasarkan Klasifikasi Den
dengan bagian tengah dan ujung. Hal Berger (1923) dalam Oey Djoen Seng
tersebut dikarenakan terdapat susunan (1964) bahwa batang kelapa sawit
sel bagian pangkal yang rapat dan tebal, termasuk ke dalam kelas kuat V, cocok
hal tersebut sesuai dengan pendapat dipergunakan sebagai bahan baku papan
Krisdianto (2006) bahwa dinding serat partikel atau produk komposit lainya.
paling tebal ditemukan pada bagian Saran
pangkal pohon kelapa dan menipis Perlu adanya penelitian lanjutan
tajam kebagian ujung. mengenai penggunaan batang kelapa
Adanya keragaman yang cukup sawit untuk pembuatan papan partikel
besar dari nilai sifat-sifat mekanik dan produk-produk papan majemuk
disebabkan adanya perbedaan struktur lainya dan kandungan kimianya serta
dari batang kelapa sawit mulai bagian keawetanya terhadap faktor perusak
pangkal sampai ke bagian ujung dari kayu.
batang. Menurut Prasetyo (2008) pada DAFTAR PUSTAKA
bagian dalam batang jenis palem seperti American Society for Testing and
gewang,kelapa dan kelapa sawit Materials. 1970. Annual Book
sebagian besar terbentuk atas jaringan Of ASTM Standards, part 16.
dasar parenkim, dan untuk luar/tepi Structural Sandwich Cons-
yang didominasi oleh berkas pembuluh tructions, Wood, Adhesives,
yang berdinding tebal (vascular Philadelphia, USA.
bundles). British Standard. 1957. Methods of
Kualitas Batang Kelapa Sawit (E. Testing Small Clear Speciment
guineesis Jacq) of Timber Serial Bs 373.
Sifat mekanik kayu atau kekuatan Brithish Standard Institution.
kayu merupakan indikator kualitas kayu London
yang penting dalam menentukan kayu
Ekawati. 2001. Study Sifat Fisik Dan
sebagai bahan kontruksi bangunan
Mekanik Kayu Kelapa (Cocos
berdasarkan berat jenis dan kemampuan nucifera L.) Berdasarkan
menahan beban, karena kekuatan kayu Kedalaman Dan Posisi
berhubungan rapat dengan berat jenis Batang.[Skripsi] Fakultas
(Haygreen dan Bowyer, 1989). Kehutanan Universitas Tanjung-
Berdasarkan Klasifikasi Den Berger pura. Pontianak
(1923) bahwa batang kelapa sawit
Haygreen, Jhon G dan Jim l Bowyer.
termasuk ke dalam kelas kuat V, cocok
1989. Hasil Hutan dan Ilmu

255
Kayu ( Terjemahaan). Pengumuman No.1.Pusat
Universitas Gadjah Mada. Penelitian dan Pengembangan
Yogyakarta. Hasil Hutan.Bogor.

Harsono. D. 2011.Sifat Fisik Dan Rohadi, R, 1992. Konsumsi dan


Mekanik Batang Kelapa (Cocos Pemanfaatan Kayu Kelapa
nucifera L.) Dari Kalimantan (Cocos nucifera L) Study
Selatan.Jurnal Riset Industri Kasus di Kabupaten Ciamis dan
Hasil Hutan 3(1).Kalimantan Kabupaten Sleman.[Skripsi]
Selatan. Fakultas Kehutanan. IPB.
Bogor.
Hariyadi. A. 2003. Variabilitas Sifat
Fisik Dan Mekanik Kayu Sumargo, W. 2008. Forest Watch
Kempas (Koompassia Indonesia. Didownload tanggal
malaccensis maing) Pada Arah 26 Maret
Vertikal Dan Horizontal 2014.]http://forestwatchindonesi
Batang.[Skripsi] Fakultas a.blogspot.com/.
Kehutanan.Universitas
Tanjungpura.Pontianak

Hermawan. A. 1989. Variabilitas Sifat


Fisik dan Mekanis Kayu Kelapa
(Cocos nucifera L) Pada Kondisi
Basah dan Kering
Udara.[Skripsi] Fakultas
kehutanan.IPB, Bogor.

Iswanto AH,Sucipto T, Azhar I,Coto Z,


Febrianto F, 2010. Sifat Fisis
Dan Mekanis Batang Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq )
Asal Kebun Aek Pancur
Sumatra Utara Jurnal Ilmu dan
Teknologi Hasil Hutan 3(1): 1-7

Krisdianto. 2006. Anatomi dan Dimensi


Serat Batang Kelapa Dalam dan
Hibrida (Cocos nucifera L). Info
Hasil Hutan.12 : (1). Pusat
penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan
Bogor.

Oey Djoen Seng.1964. Berat Jenis Dan


Jenis Jenis Kayu Indonesia Dan
Pengertian Beratnya Kayu
Untuk Keperluan Praktik.

256

Anda mungkin juga menyukai