net/publication/317656622
CITATIONS READS
2 42,184
5 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Muhammad Zahrul Muttaqin on 19 June 2017.
Ari Wibowo
Ismayadi Samsoedin
Nurtjahjawilasa
Subarudi
Zahrul Muttaqin
i
A Collaboration between FPCCC and UNESCO
for Climate Change Mitigation and Adaptation at
Pulang Pisau District, Central Kalimantan
ii
KATA PENGANTAR
Hutan memiliki peranan yng besar dalam perubahan iklim, baik sebagai
sumber emisi maupun penjerap gas rumah kaca (GRK). Penurunan emisi
sektor kehutanan dapat dilakukan dengan menjaga dan mempertahankan stok
karbon dan meningkatkan serapan melalui penanaman. Adanya mekanisme
yang memungkinkan untuk mendapatkan insentif dari penurunan emisi
dengan menjaga kelestarian hutan seperti program pencegahan emisi dari
deforestasi dan degradasi (REDD+) perlu disiapkan dengan baik.
Beragam tipe hutan ada di Indonesia, untuk itu harus diketahui potensi
karbonnya. Agar potensi karbon hutan dapat diketahui, diperlukan
pengetahuan dan pemahaman oleh berbagai pihak termasuk masyarakat luas
dalam mengukur dan menghitung cadangan karbon hutan dan emisi.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR, ii
DAFTAR ISI, iii
DAFTAR GAMBAR, iv
DAFTAR TABEL, v
1. PENDAHULUAN, 1
1.1.Latar Belakang, 1
1.2.Mengapa karbon hutan perlu dihitung? 3
1.3.Apa yang diukur? 4
4. PENUTUP, 22
Daftar Pustaka, 23
Lampiran-lampiran, 24
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 9. Pengukuran kayu mati untuk tunggak, pohon berdiri dan kayu
rebah, 13
Gambar 10. Contoh ring kuningan ukuran diameter 5-10 cm dan tinggi 3-5
cm) untuk pengambilan contoh tanah utuh, 15
v
DAFTAR TABEL
vi
1. PENDAHULUAN
Saat ini perubahan iklim telah menimbulkan bencana baru bagi manusia.
Musim kemarau yang semakin panjang serta musim penghujan yang relatif
pendek dengan intensitas hujan yang tinggi merupakan bukti adanya
perubahan iklim. Hal ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan
manusia seperti kekeringan yang berkepanjangan, kebakaran hutan, gagal
panen, krisis pangan dan air bersih, peningkatan muka laut serta banjir dan
longsor.
1
Beragam tipe hutan ada di Indonesia, untuk itu harus diketahui potensi
karbonnya. Untuk mengetahui potensi karbon hutan, diperlukan
pengetahuan dan pemahaman oleh berbagai pihak termasuk masyarakat luas
untuk mengukur dan menghitung cadangan karbon hutan dan emisi.
Prinsipnya adalah melalui kombinasi kegiatan pengukuran lapangan dan
hasil citra satelit. (remote sensing).
2
Jumlah cadangan karbon tersimpan ini perlu diukur sebagai upaya untuk
mengetahui besarnya cadangan karbon pada saat tertentu dan perubahannya
3
4
2.1. Persiapan
5
Bentuk plot contoh dibuat sesuai kondisi lapangan yang dapat berbentuk
lingkaran, persegi panjang, atau bujur sangkar. Salah satu bentuk dan ukuran
plot pengambilan contoh yang umum digunakan di Indonesia adalah
berbentuk persegi panjang sebagai berikut.
5050mm
10 m
Patok PSP 20 m
0,5 m x 0,5 m
100 m
Patok utama plot
Sub sub plot ukuran 0.5 X 0.5 meter untuk mengukur anakan,
serasah dan tumbuhan bawah
6
c. catat data dbh dan nama jenis ke dalam blangko isian; Bila pada plot
terdapat vegetasi tidak berkeping dua seperti bambu dan pisang, maka
ukurlah diameter dan tinggi masing-masing individu dalam setiap
rumpun tanaman. Demikian pula bila terdapat pohon tidak bercabang
seperti kelapa atau tanaman jenis palem lainnya.
d. Tetapkan berat jenis (BJ) kayu dari masing-masing jenis pohon dengan
jalan memotong kayu dari salah satu cabang, lalu ukur panjang, diameter
dan timbang berat basahnya. Masukkan dalam oven pada suhu 100o C
7
selama 48 jam dan timbang berat keringnya. Hitung volume dan BJ kayu
dengan rumus sebagai berikut:
Volume (cm3) = 𝜋𝑟 ! 𝑡
Dimana :
𝜋 = 22/7 atau 3,14
r = jari-jari potongan kayu
t = panjang/tebal kayu
Jika tidk diketahui persamaan alometriknya, maka data yang diukur dari
lapangan adalah data diameter dan tinggi bebas cabang untuk mendapatkan
volume kayu. Selnjutny menggunakan persamaan biomass expnsion factor
(BEF) sebagai berikut:
Bap = v x BJ x BEF x f
Keterangan:
- Bap adalah biomasa atas permukaan (pohon), (kg);
- v adalah volume kayu bebas cabang, (m3);
- BJ adalah berat jenis kayu, (kg/m3);
- BEF adalah biomass expansion factor (1,67 default).
- f adalah faktor angka bentuk pohon (default 0,7)
8
9
10
Catatan :
• Pengukuran serasah tidak dilakukan pada tipe hutan mangrove karena
faktor pasang surut air laut menyebabkan serasah yang diukur bukan
sepenuhnya berasal dari tegakan mangrove pada lokasi tersebut
11
Biomasa berupa pohon mati dan kayu di lantai hutan diukur dengan
mengukur seluruh pohon mati baik yang masih berdiri dan kayu rebah yang
berada pada petak-petak berukuran 20 x 100 meter.
Keterangan:
- Vpm adalah volume pohon mati, dinyatakan dalam meter kubik (m3);
- dbh adalah diameter setinggi dada pohon mati (cm)
- t adalah tinggi total pohon mati, (m);
- f adalah faktor koreksi pohon mati (Gambar 8)
12
d. hitung berat jenis kayu pohon mati; Ambil sedikit contoh kayu ukuran 10
cm x 10 cm x 10 cm, timbang berat basahnya, masukkan dalam oven
suhu 80o C selama 48 jam untuk menghitung BJ nya.
e. hitung bahan organik pohon mati.
Keterangan:
- Bpm adalah bahan organik pohon mati, (kg);
- Vpm adalah volume pohon mati, (m3);
- BJpm adalah berat jenis kayu pohon mati (kg/m3).
13
Keterangan:
- Vkm adalah volume kayu mati, (m3);
- dp adalah diameter pangkal kayu mati, (cm);
- du adalah diameter ujung kayu mati, (cm);
- p adalah panjang kayu mati, (m);
- π adalah 22/7 atau 3,14
Keterangan:
- Bkm adalah biomasa kayu mati, (kg);
- Vkm adalah volume kayu mati, (m3);
- BJkm adalah berat jenis kayu mati, (kg/m3).
Gambar 9. Pengukuran kayu mati untuk tunggak, pohon berdiri dan kayu
rebah
14
Kayu mati yang sulit diukur volumenya dikumpulkan dari plot atau sub-plot
(misal 10 x 10 meter) untuk ditimbang. Tahapan pengukuran biomasa kayu
mati berdasarkan penimbangan langsung adalah sebagai berikut:
a. kumpulkan semua kayu mati pada plot pengukuran (misal 10 x 10 m);
b. timbang berat total dari kayu mati;
c. ambil contoh dan timbang minimal 300 gram;
d. lakukan pengeringan dengan menggunakan oven terhadap contoh kayu
mati pada kisaran suhu 850 C hingga mencapai berat konstan;
e. timbang berat kering contoh kayu mati.
Keterangan:
- Bbp adalah biomasa di bawah permukaan tanah, (kg);
- NAP adalah nilai nisbah akar pucuk;
- Bap adalah nilai biomasa atas permukaan (kg)
Catatan
Data nisbah akar pucuk tertera pada Tabel berikut:
15
a. ambil contoh tanah dari 5 titik, yaitu pada keempat arah mata angin dan
di tengah tengah plot untuk plot lingkaran atau pada keempat sudut plot
dan di tengah-tengah plot untuk plot persegi panjang;
b. lakukan pengambilan contoh tanah dengan metode komposit, yaitu
mencampurkan contoh tanah dari kelima titik contoh tanah pada setiap
kedalaman (kedalaman 0 cm - 5 cm, 5 cm - 10 cm, 10 cm - 20 cm, dan
20 cm - 30 cm);
c. letakkan ring soil sampler pada masing-masing titik pengambilan contoh
tanah;
d. letakkan 4 ring soil sampler pada setiap kedalaman pengambilan contoh
tanah;
e. ambil contoh tanahnya pada setiap ring soil sampler dan timbang berat
basahnya di lapangan;
f. kering-anginkan contoh tanah di laboratorium;
g. timbang contoh tanah dan dicatat beratnya;
h. analisis berat jenis tanah dan kandungan karbon organik tanah
Gambar 10. Contoh ring kuningan ukuran diameter 5-10 cm dan tinggi 3-5
cm) untuk pengambilan contoh tanah utuh
16
a. ukur kedalaman gambut pada setiap jarak 200 meter sampai dengan 300
meter pada jalur rintisan menuju plot ukur;
b. ambil contoh gambut minimal tiga contoh dari tiap tingkat kematangan
gambut;
c. lakukan analisa laboratorium untuk mendapatkan kerapatan lindak (bulk
density) dan kandungan karbon.
17
Dari hasil pengukuran pohon besar di lapangan pada plot berukuran 20 x 100
m.
18
Kandungan
Jenis Diameter
Tinggi (cm) karbon
pohon (cm)
(kg/pohon)*
Pohon 1 56 840 604.34
Pohon 2 68 920 975.96
Pohon 3 72 1,000 1,189.29
Pohon 4 46 640 310.68
Dst…….. 38 890 294.84
3,375.11
Kandungan karbon dihitung dengan persamaan :
C-pohon = (0,5 * 22/7 * (diameter/2)2 * tinggi * angka bentuk (0,7) * berat
jenis kayu * BEF (1,67) * fraksi karbon (0,5))/1.000
19
Penghitungan karbon untuk serasah pada plot 0,5 x 0,5 m dilakukan dengan
cara:
- Menimbang berat basah serasah dari petak ukur 0,5 x 0,5m
- Menghitung kadar air dan berat kering serasah
Berat basah
Berat kering Karbon serasah Karbon serasah/ha
Plot (BB)
(BK) (gram) (gram)* (ton/ha)**
(gram)
1 500 340 170 6.8
2 390 325 162 6.5
3 300 242 121 4.84
4 276 221 105 4.2
dst 198 123 62 2.48
*Kandungan karbon serasah per plot dihitung dengan rumus :
C sr/plot = BK sr x fraksi C (0,5)
** Kandungan karbon serasah per hektar dihitung dengan rumus :
C sr/ha = C sr/plot /1.000* 10.000/0,25 m2 (luas plot)
20
- Ukur diameter atau lingkar batang dan panjang atau tinggi semua pohon
mati yang berdiri maupun yang roboh, tunggul tanaman mati, cabang dan
ranting. Pengukuran pohon mati berdiri pada ketinggian 1,3 m dan pohon
rebah pada kedua ujungnya.
- Seperti pada pohon, catat pohon mati diameter > 30 cm pada plot 20 x
100 m dan diameter 5-30 cm pada plot 10 x 50 m.
- Apabila dalam plot terdapat batang rebah yang melintang, ukur diameter
dan panjang hanya pada kayu di dalam plot.
- Hitung BJ kayu dengan mengambil contoh kayu, atau biasanya 0,4
g/cm3.
- Hitung karbon berdasarkan tabel alometrik seperti lampiran.
21
Keterangan:
- C plot adalah total kandungan karbon pada plot, dinyatakan dalam ton
per hektar (ton/ha);
- Cbap adalah total kandungan karbon biomasa atas permukaan per hektar
pada plot, dinyatakan dalam ton per hektar (ton/ha);
- Cbbp adalah total kandungan karbon biomasa bawah permukaan per
hektar pada plot, dinyatakan dalam ton per hektar(ton/ha);
- Cserasah adalah total kandungan karbon biomasa serasah per hektar pada
plot,
- dinyatakan dalam ton per hektar (ton/ha);
- Ckm adalah total kandungan karbon kayu mati per hektar pada plot,
dinyatakan dalam ton per hektar (ton/ha);
- Cpm adalah total kandungan karbon pohon mati per hektar pada plot,
dinyatakan dalam ton per hektar (ton/ha);
- Ctanah adalah total kandungan karbon tanah per hektar pada plot,
dinyatakan dalam ton per hektar (ton/ha).
4. PENUTUP
22
DAFTAR PUSTAKA
Hairiah, K, Ekadinata, A, Sari, RR dan Rahayu, S. 2011. Pengukuran Cadangan
Agus, F. 2007. Cadangan, Emisi, dan Konservasi Karbon pada Lahan
Gambut. Makalah pada Bunga Rampai Konservasi Tanah dan Air. Pengurus
Pusat Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia 2004-2007. Jakarta
2007.
Badan Litbang Kehutanan. 2010. Informasi persediaan dan penyerapan karbon
pada berbagai jenis tanaman dan tipe hutan di Indonesia. Jakarta
CIFOR. 2010. REDD: Apakah itu?. Pedoman CIFOR tentang hutan, perubahan
iklim dan REDD. CIFOR, Bogor, Indonesia.
Karbon Dari Tingkat Lahan ke Bentang Lahan. Petunjuk Praktis. World
Agroforestry Centre.
Kementerian Kehutanan, 2010. Statistik Kehutanan Indonesia. Jakarta
Koran Jakarta. 2012. Hutan. http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/
91858.
IPCC. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. IPCC
National Greenhouse Gas Inventories Programme. IGES, Japan.
Lugina, M, Ginoga, KL, Wibowo, A, Bainnaura, A, dan Partiani, T. 2011. Prosedur
Operasi Standar (SOP) untuk Pengukuran dan Perhitungan Stok Karbon di
Kawasan Konservasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim
dan Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
Kementerian Kehutanan, Republik Indonesia, Kerjasama dengan
International Tropical Timber Organization (ITTO). Bogor, 2011
Page SE, Siegert F, Rieley JO, B¨ohm HDV, Jaya A, Limin S (2002) The amount
of carbon released from peat and forest fires in Indonesia during 1997.
Nature 420:61–65.
Rahman, S. 2012. National Forest Monitoring System untuk mendukung REDD+
Indonesia. Workshop Sistem MRV Perhitungan Karbon untuk REDD+ di
Provinsi Nusa Tenggara Barat, 24 September 2012 .
RAN-PI, 2007, Rencana Aksi Nasional untuk Perubahan Iklim. Kementerian
Negara KLH. Jakarta
SNI 7724. 2011. Pengukuran dan penghitungan cadangan karbon, Pengukuran
lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan (ground based forest
carbon accounting). BSN. Jakarta
Tim Badan Litbang Kehutanan. 2010. Stok karbon di berbagai tipe hutan.
Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
23
LAMPIRAN-LAMPIRAN
24
Bercabang/
No Nama jenis Keliling Diameter Tinggi Keterangan
Tidak
25
Bercabang/
No Nama jenis Keliling Diameter Tinggi Keterangan
Tidak
26
27
1
2
3
4
5
6
28
Keterangan:
BK = berat kering; D = diameter pohon, cm; H = tinggi pohon, cm; ρ = BJ kayu, g/cm³.
29
Stok Karbon
No. Tipe Hutan Keterangan
(ton/ha)
1. Hutan alam dipterokarpa 253,33 – 264,70
2. Hutan lindung 211,86
3. Hutan sekunder bekas 7,5 – 55,3 Bekas kebakaran hutan setelah 1
kebakaran hutan tahun sampai dengan 12 tahun
4. Hutan mangrove sekunder 54,1 – 182,5 Didominasi oleh jenis Rhizophora
sp. dan Avicennia sp.
5. Hutan sekunder bekas 171,8 – 249,1 Umur bekas tebangan setelah 5
tebangan tahun – 30 tahun
6. Hutan alam primer dataran 230,10 - 264,70
rendah
7. Hutan alam primer dataran 103,16
tinggi
8. Hutan sekunder dataran 113,20 Tanaman agathis umur 40 tahun
tinggi dan campuran jenis lainnya
9. Hutan sekunder dataran 39,48 Tanaman agathis umur 17 tahun
tinggi dan campuran jenis lainnya
10. Hutan gambut 200 Rataan dari semua tipe hutan
gambut
11. Hutan tanaman mahoni 64,1 - 166,6 Umur 16 tahun - 20 tahun
12. Hutan tanaman Acacia 91,2 Umur 6 tahun
mangium
13. Hutan tanaman sungkai 35,7 – 71,8 Umur 10 tahun – 25 tahun
Peronema canescens
14. Hutan tanaman puspa 74,4 Umur 25 tahun
Schima wallichii
15. Hutan tanaman Aleurites 177,2 Umur 25 tahun
moluccana
16. Hutan tanaman Pinus 74,6 – 217,5 Umur 14 tahun – 24 tahun
merkusii
17. Hutan tanaman sengon 112,8 - 122,7 Umur 8 tahun - 18 tahun
Paraserianthes falcataria
17. Hutan tanaman damar 123,40 Umur 40 tahun
Agathis loranthifolia
Sumber: Badan Litbang Kehutanan (2010)
30