Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 20 No.

1, Juni 2023, 19-36


ISSN: 1829-6327, E-ISSN: 2442
Terakreditasi No: 158/E/KPT/2021

Pendugaan Simpanan Karbon pada Bagian Atas dan Bawah


Permukaan Tanah di Taman Hutan Raya Banten
(Estimated Value of Carbon Sequestration on the Above and Below Ground in Banten
Forest Park)

Suci Ramadhanti1, Basuki Wasis2, dan/and Iwan Hilwan2


1
Departemen Silvikultur Tropika, IPB University (Jawa Barat, Indonesia),
Jl. Lingkar Akademik Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680; Telp: 0251-8626886;
Fax: 0251-8626886
2
Taman Hutan Raya Banten, Desa Sukarame, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten
42264; Telp: 0253-5808448
Email: Aramadhani63@gmail.com

Tanggal diterima: 9 September 2022; Tanggal disetujui: 14 November 2022; Tanggal direvisi: 1 Februari 2023

Abstract
Forest damage caused by deforestation and degradation is one of the five most important environmental
problems. Global warming is an important issue that occurs due to economic activities that are carried out
without paying attention to the environmental impacts that have caused the temperature on earth in recent
years. This can lead to a decrease in carbon sequestration in the forest. The purpose of this study was to
determine the potential for biomass, carbon storage, and carbon dioxide uptake above and below ground in
Banten Grand Forest Park. The method of placing the plot is purposive sampling, while the technique of
collecting biomass data is the destructive and allometric approach. The results show that there is no
significant difference between total biomass, carbon storage, and carbon dioxide absorption between mixed
forest, reforestation plantations, and Shorea leprosula plantations in Banten Grand Forest Park. The values
of biomass, carbon storage, and carbon dioxide absorption were 30.70-46.23 tons/ha, 14.43-21.73 tons C/ha,
and 52.95-79.75 tons CO2/ha, respectively.
Key words: Biomass, carbon, carbon dioxide

Abstrak

Kerusakan hutan yang disebabkan oleh deforestasi dan degradasi merupakan satu dari lima permasalahan
lingkungan yang paling utama. Pemanasan global adalah isu penting yang terjadi akibat aktivitas ekonomi
yang dilakukan dengan tidak memperhatikan dampak lingkungan yang menyebabkan meningkatnya
temperatur di bumi pada beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat menyebabkan penurunan penyerapan karbon
di hutan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi biomassa, simpanan karbon, dan serapan karbon
dioksida di atas dan di bawah permukaan tanah di Taman Hutan Raya Banten. Metode penentuan plot dengan
purposive sampling, sedangkan teknik pengumpulan data biomassa secara destruktif dan pendekatan
alometrik. Hasilnya menunjukkan bahwa antara total biomassa, simpanan karbon dan serapan karbon
dioksida antara hutan rimba campuran, hutan tanaman reboisasi, dan hutan tanaman Shorea leprosula di
Taman Hutan Raya Banten tidak berbeda nyata. Nilai biomassa, simpanan karbon, dan serapan karbon
dioksida masing-masing, adalah 30,70-46,23 ton/ha, 14,43-21,73 ton C/ha, dan 52,95-79,75 ton CO2/ha.

Kata Kunci: Biomassa, karbon dioksida, simpanan karbon

19
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 20 No. 1, Juni 2023, 19-36

1. Pendahuluan karbon (C) dalam vegetasi, baik berkayu,


tumbuhan bawah, atau karbon organik
Kerusakan hutan yang disebabkan
dalam tanah (Tiryana, 2015).
oleh deforestasi dan degradasi merupakan
Hutan menyerap karbon dioksida
satu dari lima permasalahan lingkungan
melalui proses fotosintesis lalu
yang paling utama (Akhmaddhian, 2016).
menyimpannya dalam bentuk biomassa
Pemanasan global adalah isu penting yang
dan dalam simpanan tersebut sekitar 76-
terjadi akibat aktivitas ekonomi yang
78% karbon organik adalah bagian dari
dilakukan dengan tidak memperhatikan
total karbon organik daratan (Kun &
dampak lingkungan yang menyebabkan
Dongsheng, 2008). Biomassa adalah total
meningkatnya temperatur di bumi pada
berat kering vegetasi yang ada di atas
beberapa tahun terakhir (Prakoso et al.,
permukaan tanah dan bawah permukaan
2019). Kenaikan persentase pada
tanah. Biomassa di atas permukaan tanah
kerusakan hutan yang ada di Indonesia
ini meliputi seluruh bagian pohon dan
dapat dilihat dengan berkurangnya juga
tumbuhan bawah, sedangkan untuk
lahan hutan, hal tersebut memicu dampak
biomassa di bawah permukaan tanah ini,
buruk bagi Indonesia maupun dunia,
meliputi akar tanaman dan karbon organik
karena Indonesia ini merupakan salah satu
tanah (Tuah et al., 2017). Biomassa dalam
negara paru-paru dunia (Arif, 2016). Data
tumbuhan ini dapat menjadikan tumbuhan
dari Greenpeace, Indonesia adalah negara
tumbuh semakin besar atau semakin
penyumbang emisi gas karbon ketiga
tinggi, dan akan berlangsung sampai
setelah negara Amerika Serikat dan
tumbuhan berhenti tumbuh (Rulianti,
negara Tiongkok, sekitar 80% yang
2018). Selain biomassa, perhitungan
disebabkan oleh pembakaran hutan, yang
karbon dalam hutan juga dipengaruhi oleh
juga menimbulkan dampak negatif
nekromassa. Nekromasa adalah tumbuhan
terhadap kesehatan manusia seperti dapat
yang telah mati yang masih tersimpan
menimbulkan sesak nafas berkepanjangan
dalam hutan, baik berupa serasah, kayu
(Han et al., 2019).
mati, atau pohon mati. Serasah adalah
Indonesia telah menegaskan
kumpulan bahan organik yang berasal dari
komitmennya dalam upaya pengurangan
tumbuhan yang sudah mati dapat berupa
emisi gas rumah kaca sebagaimana
dijelaskan dalam Nationally Determined ranting atau daun dan belum mengalami
dekomposisi secara sempurna. Kayu mati
Contribution Indonesia (NDC Indonesia)
adalah bagian dari tumbuhan seperti
melalui sektor Forestry and Other Land
batang, cabang, atau ranting yang sudah
Use (FOLU) atau sektor kehutanan dan
rebah di lantai hutan. Pohon mati adalah
penggunaan lahan lainnya berupaya untuk
vegetasi yang sudah mati (berhentinya
bekontribusi mengurangi GRK (Gas
proses fisiologis dan metabolisme) tetapi
Rumah Kaca) melalui sektor kehutanan
belum jatuh rebah di lantai hutan atau
sebesar 60% dari total target penurunan
masih berdiri tegak (SNI 7724-2011
emisi GRK. Sasaran yang ingin dicapai
tentang pengukuran dan perhitungan
oleh Indonesia’s FOLU Net Sink 2030
karbon).
adalah (1) tercapainya emisi sebesar -140
Provinsi Banten saat ini memiliki
juta ton CO2e pada tahun 2030, (2)
jenis ekosistem hutan hujan dataran
mendukung net zero emission sektor
rendah, yaitu Taman Hutan Raya
kehutanan, dan (3) memenuhi NDC yang
(TAHURA) Banten yang berada di Desa
merupakan agenda Indonesia untuk
Sukarame, Kecamatan Carita, Kabupaten
mengurangi emisi GRK, dengan
Pandeglang (Tahura Banten, 2017). Di
memperhatikan visi Indonesia yang lebih
dalam TAHURA Banten ini terdapat
ambisius. Hutan dapat mengurangi gas
beberapa blok pengelolaan, yaitu blok
rumah kaca dengan cara menyerap CO2
pemanfaatan, blok perlindungan, blok
yang ada di atmosfer menjadi simpanan

20
Pendugaan Simpanan Karbon Pada Bagian Atas dan Bawah
Permukaan Tanah di Taman Hutan Raya Banten
Suci Ramadhanti, Basuki Wasis, dan/and Iwan Hilwan

koleksi tumbuhan dan satwa, dan blok dilakukan di Taman Hutan Raya Banten,
rehabilitasi. Koleksi jenis tumbuhan dan sedangkan pengujian berat kering
satwa disusun berdasarkan perannya biomassa tumbuhan bawah, semai, dan
dengan menggunakan media interpretasi serasah dilakukan di Laboratorium
untuk tujuan pendidikan dan penelitian. Pengaruh Hutan, Departemen Silvikultur,
Sifat, fungsi, dan informasi setiap spesies Fakultas Kehutanan dan Lingkungan,
yang spesifik untuk ekologinya dijelaskan Institut Pertanian Bogor.
melalui media ini. Keberadaan hutan
dipterokarpa tersebut saat ini mulai 2.2. Metode
mengalami ancaman akibat tingginya 2.2.1. Pengambilan data biomassa
tingkat deforestasi atau alih fungsi lahan, tegakan
salah satunya perubahan hutan menjadi Pemilihan petak dilakukan pada
lahan pertanian oleh masyarakat di tegakan hutan tanaman Shorea leprosula
sekitarnya. Oleh karena itu, penelitian ini di petak 75c, tegakan hutan tanaman
bertujuan mengetahui potensi biomassa, rimba campuran di petak 74c, dan tegakan
simpanan karbon dan serapan karbon hutan tanaman reboisasi di petak 74d, tiap
dioksida (CO2) di Taman Hutan Raya tegakan terdiri dari 1 plot dengan luasan
Banten. Hal itu diharapkan dapat 100 m x 100 m (1 ha). Plot tersebut dibuat
mendukung program pemerintah guna sub plot dengan ukuran 20 m x 20 m
menekan perubahan iklim global melalui digunakan untuk mengukur diameter dan
peningkatan fiksasi karbon dalam tinggi pohon, 10 m x 10 m untuk tingkat
biomassa tanaman/hutan. tiang, dan 5 m x 5 m untuk tingkat
pancang, sedangkan sub plot dengan
ukuran 2 m x 2 m digunakan untuk
2. Metodologi
pengambilan data tumbuhan bawah dan
2.1. Waktu dan lokasi penelitian semai (SNI 7724-2011 tentang
Penelitian dilaksanakan pada bulan pengukuran dan perhitungan karbon).
Maret 2022. Pengambilan data primer

Gambar (Figure) 1. Peta plot pengambilan data primer di tegakan hutan tanaman Shorea leprosula 75c, hutan
tanaman rimba campuran 74c, dan hutan tanaman reboisasi 74d (Map of primary data
collection locations in stands of Shorea leprosula 75c, mixed jungle 74c, and reforestation
74d)

21
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 20 No. 1, Juni 2023, 19-36

2.2.2. Pengambilan data biomassa dari tegakan, tumbuhan bawah, serasah,


tumbuhan bawah dan semai tanah, dan nekromassa.
Pengambilan data tumbuhan bawah
dan semai (understory) dilakukan secara 2.3.1. Perhitungan biomassa pohon,
destruktif di ketiga tegakan dan dilakukan tiang, dan pancang
pada lima sub plot luasan 2 m x 2 m, yaitu Perhitungan biomassa tegakan
di empat sub plot penjuru dan satu sub plot hutan tanaman rimba campuran, hutan
tengah (sub plot no. 1, 5, 13, 21, dan 25). tanaman reboisasi, dan hutan tanaman
Langkah selanjutnya adalah mengambil Shorea leprosula di atas permukaan tanah
sampel (campuran tumbuhan bawah dan berdasarkan persamaan alometrik.
semai) seberat 300 g lalu dioven dengan
suhu 80°C selama 2 x 24 jam agar
2.3.2. Perhitungan biomassa bawah
diketahui berat keringnya (Rusolono et al.,
permukaan tanah
2015).
Pendugaan biomassa di bawah
2.2.3. Pengambilan data nekros- permukaan tanah jarang dilakukan karena
massa memerlukan waktu dan biaya yang lebih
besar jika dilakukan secara langsung atau
Nekromassa yang diukur dalam destruktif. Biomassa di bawah permukaan
penelitian ini adalah pohon mati, kayu tanah atau bagian akar jarang masuk
mati, dan serasah yang ada di permukaan dalam pendugaan secara tidak langsung
tanah. Pengambilan sampling data serasah (non destruktif) karena model alometrik
sama, seperti pengambilan data tumbuhan untuk menduga biomassa akar belum
bawah dan semai. Pengukuran pohon mati banyak tersedia dan dikembangkan.
dan kayu mati mengikuti dengan Pendugaan biomassa akar menggunakan
pengukuran pohon yang masih hidup dan model alometrik biomassa akar universal
diukur dalam plot luasan 100 m x 100 m. yang dikembangkan oleh Cairns et al.
Data pengukuran kayu mati berupa (1997) sesuai rumus berikut:
diameter dan tinggi sedangkan data
pengukuran kayu mati, adalah diameter Bbp = NAP x Bap
ujung, diameter pangkal, dan panjang
(SNI 7724-2011 tentang pengukuran dan Dimana : Bbp = Biomassa di bawah
perhitungan karbon). permukaan tanah (kg),
NAP = Nilai nisbah akar pucuk, dan
2.3. Analisis data Bap = Nilai biomassa di atas
Data yang telah diperoleh kemudian permukaan (kg).
diolah untuk mengetahui potensi karbon

Tabel (Table) 1. Model persamaan alometrik penduga biomassa tegakan di TAHURA


Banten (Allometric equation model for estimating stand biomass in Banten
Forest Park)
Model alometrik
Nama jenis Batas diameter
biomassa (Biomass Sumber (Source)
(Species name) (Diameter limit)
allometric models)
Shorea leprosula BAP = 0,059D2,390 D < 10 cm
Krisnawati et al. 2012
BAP = 0,058D2,362 D ≥ 10 cm
2,222
Schima wallichii BAP = 0,178D D < 10 cm Saputra, 2014
BAP = 0,4594D1,9978 D ≥ 10 cm Krisnawati et al. 2012
Maesopsis eminii BAP = 0,292D2,313 D < 10 cm Triyana, 2018
BAP = 0,0559D2,464 D ≥ 10 cm Samsoedin et al. 2016
Keterangan (Remarks): BAP : Biomassa di atas permukaan tanah (Above ground biomass) (kg); D: Diameter

22
Pendugaan Simpanan Karbon Pada Bagian Atas dan Bawah
Permukaan Tanah di Taman Hutan Raya Banten
Suci Ramadhanti, Basuki Wasis, dan/and Iwan Hilwan

2.3.3. Perhitungan biomassa tumbuhan


bawah, semai dan serasah Vkm = 0,25π 2
xp
Perhitungan biomassa tumbuhan
bawah, semai, dan serasah dilakukan Dimana: Vkm = Volume (m3),
dengan menghitung berat kering total. Dp = Diameter pangkal kayu mati
(cm),
Rumus yang digunakan untuk menghitung d = Diameter ujung kayu mati
kadar berat kering total menurut Hairiah & (cm),
Rahayu (2007) adalah sebagai berikut: p = Panjang (m), dan
π = 22/7
𝐵𝐾𝑐
BKT = 𝐵𝐵𝑐 𝑥 𝐵𝐵𝑇
Setelah perhitungan volume
tersebut, dihitung berat jenis kayu mati.
Dimana: BKT = Berat Kering Total (%),
BKc = Berat Kering Contoh (g), Penentuan berat jenis kayu mati di
BBc = Berat Basah Contoh (g), dan lapangan dapat dilakukan dengan metode
BBT = Berat Basah Total (g). pengamatan empiris tingkat pelapukan
kayu mati dan terakhir hitung biomassa
2.3.4 Perhitungan pohon mati kayu mati, dengan menggunakan rumus
Pengukuran nekromasa pohon mati (SNI 7724-2011):
dapat menggunakan metode geometrik
(SNI 7724-2011 tentang pengukuran dan Bpm = Vpm x BJpm
perhitungan karbon):
Dimana: Bpm = Bahan organik pohon mati
(kg),
Vpm = ¼ π (dbh/100) x t x f2
Vpm = Volume pohon mati (m3),
dan
Dimana: Vpm = Volume (m3), BJpm = Berat jenis kayu pohon mati
Dbh = Diameter setinggi dada 1,3 m (kg/m3)
(cm),
t = Tinggi total (m), dan 2.3.6 Perhitungan karbon
f = Faktor bentuk.
Penghitungan karbon dari biomassa
dan nekromasa menggunakan rumus (SNI
Nilai faktor bentuk bervariasi
7724-2011 tentang pengukuran dan
tergantung jenis kayu, apabila faktor
perhitungan karbon):
bentuk tidak tersedia, maka dapat
digunakan faktor bentuk 0,6 setelah itu
Cb = B x persen C-organik
dihitung dengan rumus (SNI 7724-2011):
Dimana: Cb = Kandungan karbon dari
Bpm = Vpm x BJpm biomassa (kg),
B = Total biomassa atas dan bawah
Dimana: Bpm = Bahan organik pohon mati permukaan tanah dan
(kg), nekromassa (kg), dan
Vpm = Volume pohon mati (m3), Persen C-Organik = Nilai persentase
dan kandungan karbon, sebesar
BJpm = Berat jenis kayu pohon mati 0,47 atau menggunakan nilai
(kg/m3) persen karbon yang diperoleh
dari hasil pengukuran di
2.3.5 Perhitungan kayu mati laboratorium

Pengukuran kayu mati digunakan 2.3.7 Serapan karbon dioksida (CO2)


dengan pendekatan perhitungan volume
dengan menggunakan rumus (SNI 7724- Perhitungan serapan karbon
2011 tentang pengukuran dan perhitungan dioksida dihitung berdasarkan IPCC
karbon):
23
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 20 No. 1, Juni 2023, 19-36

(2006) dengan menggunakan persaman pada tegakan hutan tanaman rimba


berikut: campuran mempunyai jumlah jenis yang
terbanyak, yaitu 36 diikuti dengan tegakan
CO = C x 3.67
2 hutan tanaman Shorea leprosula sebanyak
30 dan tegakan hutan tanaman reboisasi
Dimana: CO2 = Serapan karbon dioksida sebanyak 24. Ketiga tegakan tersebut
(ton/ha), dan didominasi oleh jenis Shorea leprosula
C = Kandungan karbon dari
carbon pool yang diamati
(meranti tembaga) dan Swietenia
(ton/ha). macrophylla (mahoni daun lebar). Tetapi
ada juga jenis yang tidak ditemukan di
2.3.8 Analisis data masing-masing tegakan seperti Instia
bijuga (merbau), Terminalia catappa
Pengambilan keputusan dilakukan (ketapang), Pterocarpus indicus
dengan melihat nilai signifikansi pada (angsana), Stelechocarpus burahol
tabel Coefficients. Dasar pengujian hasil (burahol).
regresi dilakukan dengan tingkat Jumlah rata-rata biomassa di
kepercayaan sebesar 95% atau dengan tegakan hutan tanaman rimba campuran
taraf signifikannya sebesar 5% (α = 0,05). sebesar 30,70 ton/ha, hutan tanaman
Adapun kriteria dari uji statistik t reboisasi 33,89 ton/ha, hutan tanaman
(Ghozali, 2016) : Shorea leprosula 46,23 ton/ha. Jumlah
1. Jika nilai signifikansi uji t > 0,05, rata-rata karbon yang dihasilkan di
maka H₀ diterima dan Ha ditolak. tegakan hutan tanaman rimba campuran
Artinya tidak ada pengaruh antara sebesar 14,43 ton C/ha, hutan tanaman
variabel independen terhadap reboisasi 15,93 ton C/ha, hutan tanaman
variaben dependen. Shorea leprosula 21,73 ton C/ha. Jumlah
2. Jika nilai signifikansi uji t < 0,05, rata-rata serapan karbon dioksida yang
maka H₀ ditolak dan Ha diterima. dihasilkan di tegakan hutan tanaman
Artinya terdapat pengaruh antara rimba campuran sebesar 52,95 ton
variabel independen terhadap CO2/ha, hutan tanaman reboisasi 58,46
variabel dependen. ton CO2/ha, hutan tanaman Shorea
leprosula 79,75 ton CO2/ha. Berdasarkan
3. Hasil dan Pembahasan hasil uji t-student diketahui bahwa antara
3.1 Hasil biomassa hutan tanaman rimba campuran
Hasil penelitian didapat bahwa dengan hutan tanaman reboisasi tidak
jumlah individu yang ada pada tegakan berbeda nyata (ρ = 0,273), hutan tanaman
hutan tanaman rimba campuran sebanyak rimba campuran dengan hutan tanaman S.
827 individu, hutan tanaman reboisasi 664 leprosula tidak berbeda nyata (ρ = 0,068),
individu, dan hutan tanaman Shorea dan hutan tanaman reboisasi dengan hutan
leprosula 651 individu. Kerapatan tanaman S. Leprosula tidak berbeda nyata
tegakan pada plot sampling penelitian (ρ = 0,117). Hasil uji t-student
mempunyai tingkat kerapatan yang menunjukkan bahwa antara nilai
sedang, yaitu pada tegakan hutan tanaman nekromassa pohon mati hutan tanaman
rimba campuran sebesar 827 individu/ha, rimba campuran dengan hutan tanaman
tegakan hutan tanaman reboisasi 664 reboisasi tidak berbeda nyata (ρ = 0,45),
ind/ha, dan tegakan hutan tanaman Shorea hutan tanaman rimba campuran dengan
leprosula 651 ind/ha. Komposisi tegakan hutan tanaman S. leprosula tidak berbada
pada plot sampling penelitian yang nyata (ρ = 0,25), dan hutan tanaman
ditunjukkan dengan jumlah jenis reboisasi dengan hutan tanaman S.
mempunyai keragaman jenis yang Leprosula tidak berbeda nyata (ρ = 0,33).
bervariasi. Tabel 2, menunjukkan bahwa Hasil uji t-student diperoleh nilai

24
Pendugaan Simpanan Karbon Pada Bagian Atas dan Bawah
Permukaan Tanah di Taman Hutan Raya Banten
Suci Ramadhanti, Basuki Wasis, dan/and Iwan Hilwan

nekromassa kayu mati hutan tanaman nekromassa serasah hutan tanaman rimba
rimba campuran dengan hutan tanaman campuran dengan hutan tanaman reboisasi
reboisasi tidak berbeda nyata (ρ = 0,11), tidak berbeda nyata (ρ = 0,11), hutan
hutan tanaman rimba campuran dengan tanaman rimba campuran dengan hutan
hutan tanaman S. leprosula tidak berbeda tanaman S. leprosula tidak berbeda nyata
nyata (ρ = 0,09), dan hutan tanaman (ρ = 0,09), dan hutan tanaman reboisasi
reboisasi dengan hutan tanaman S. dengan hutan tanaman S. Leprosula tidak
Leprosula tidak berbeda nyata (ρ = 0,24). berbeda nyata (ρ = 0,37).
Hasil uji t-student diperoleh nilai

Tabel (Table) 2. Jumlah individu di tiga plot penelitian (Number of individuals in the three
research plots)
Jumlah individu (Number of indviduals)
Tingkat pertumbuhan Hutan tanaman Hutan tanaman Hutan tanaman S.
(Growth rate) rimba campuran reboisasi leprosula (S.
(Mixed jungle (Reforestation leprosula plantation
plantation forest) plantation forest) forest)
Tumbuhan bawah
dan semai
773 548 551
(Understorey and
seedlings)
Pancang (Stake) 7 5 5
Tiang (Pole) 35 15 13
Pohon (Tree) 112 96 82
Total 827 664 651

Tabel (Table) 3. Jumlah jenis di tiga plot penelitian (Number of species in the three
research plots)
Jumlah spesies (Number of species)
Tingkat
pertumbuhan Hutan tanaman Hutan tanaman Hutan tanaman S.
(Growth rate) rimba campuran reboisasi leprosula (S.
(Mixed jungle (Reforestation leprosula
plantation forest) plantation forest) plantation forest)
Tumbuhan bawah
dan semai
16 10 20
(Understorey and
seedlings)
Pancang (Stake) 1 3 3
Tiang (Pole) 6 4 2
Pohon (Tree) 13 7 5
Total 36 24 30

25
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 20 No. 1, Juni 2023, 19-36

Tabel (Table) 4. Jumlah rata-rata biomassa, simpanan karbon, dan serapan karbon dioksida
di tiga lokasi penelitian (Average total biomass, carbon storage, and
carbon dioxide uptake at the three reasearch plots)
Jumlah biomassa Jumlah simpanan Jumlah serapan karbon
nekromassa (Total of karbon (Total of dioksida (Total of
biomass/necromass) carbon storage) carbon dioxide uptake)
Tegakan (Stands) Standar Standar Standar
Rata-rata deviasi Rata-rata deviasi Rata-rata deviasi
(Average (Standard (Average (Standard (Average (Standard
(ton/ha) of (ton/ha) of (ton/ha) of
deviation) deviation) deviation)

Hutan tanaman
rimba campuran
30,7 0,50 14,43 0,24 52,95 0,86
(Mixed jungle
plantation forest)

Hutan tanaman
reboisasi
33,89 0,51 15,93 0,24 58,46 0,88
(Reforestation
plantation forest)

Hutan tanaman
S. leprosula (S.
46,23 1,10 21,73 0,52 79,75 1,90
leprosula
plantation forest)

8
Biomassa atas permukaan tanah

6
(Above ground biomass)

4
2
(ton/ha)

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nomor sub-plot (Number of sub-plot)

Hutan tanaman rimba campuran (Mixed jungle plantation forest)


Hutan tanaman reboisasi (Reforestation plantation forest)
Hutan tanaman Shorea leprosula (Shorea leprosula plantation forest)

Gambar (Figure) 2. Rata-rata biomassa atas permukaan tanah di tiga plot penelitian (Average above ground
biomass at the three research plots)

26
Pendugaan Simpanan Karbon Pada Bagian Atas dan Bawah
Permukaan Tanah di Taman Hutan Raya Banten
Suci Ramadhanti, Basuki Wasis, dan/and Iwan Hilwan

4
Karbon atas permukaan tanah
(Above ground carbon) (ton
3
2
1
C/ha)

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nomor sub-plot (Number of sub-plot)

Hutan tanaman rimba campuran (Mixed jungle plantation forest)


Hutan tanaman reboisasi (Reforestation plantation forest)
Hutan tanaman Shorea leprosula (Shorea leprosula plantation forest)

Gambar (Figure) 3. Rata-rata biomassa bawah permukaan tanah di tiga plot penelitian (Average below ground
biomass at the three research plots)

15
permukaan tanah (Below
ground carbon dioxide)
Karbon dioksida atas

10
(t/CO2/ha)

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nomor sub-plot (Number of sub-plot)

Hutan tanaman rimba campuran (Mixed jungle plantation forest)


Hutan tanaman reboisasi (Reforestation plantation forest)
Hutan tanaman Shorea leprosula (Shorea leprosula plantation forest)

Gambar (Figure) 4. Rata-rata karbon atas permukaan tanah di tiga plot penelitian (Average above ground
carbon at the three research plots)

3
tanah (Below ground biomass)
Biomassa bawah permukaan

1
(ton/ha)

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nomor sub-plot (Number of sub-plot)

Hutan tanaman rimba campuran (Mixed jungle plantation forest)


Hutan tanaman reboisasi (Reforestation plantation forest)
Hutan tanaman Shorea leprosula (Shorea leprosula plantation forest)

Gambar (Figure) 5. Rata-rata karbon bawah permukaan tanah di tiga plot penelitian (Average below ground
carbon at the three research plots)

27
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 20 No. 1, Juni 2023, 19-36

Karbon bawah permukaan tanah 1.5


(Below ground carbon) (ton
1

0.5
C/ha)

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nomor sub-plot (Number of sub-plot)

Hutan tanaman rimba campuran (Mixed jungle plantation forest)


Hutan tanaman reboisasi (Reforestation plantation forest)
Hutan tanaman Shorea leprosula (Shorea leprosula plantation forest)

Gambar (Figure) 6. Rata-rata serapan karbon dioksida atas permukaan tanah di tiga plot penelitian (Average
above ground carbon dioxide uptake at the three research plots)

5
ground carbon dioxide) (ton

4
permukaan tanah (Below
Karbon dioksida bawa

3
2
CO2/ha)

1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nomor sub-plot (Number of sub-plot)

Hutan tanaman rimba campuran (Mixed jungle plantation forest)


Hutan tanaman reboisasi (Reforestation plantation forest)
Hutan tanaman Shorea leprosula (Shorea leprosula plantation forest)

Gambar (Figure) 7. Rata-rata serapan karbon dioksida bawah permukaan tanah di tiga plot penelitian
(Average below ground carbon dioxide uptake at the three research plots)

Tabel (Table) 5. Hasil uji t-student biomassa di tiga lokasi penelitian (The results of the t-
student test on biomass at the three research plots)

Hutan tanaman rimba Hutan tanaman reboisasi


Tegakan (Stands) campuran (Mixed jungle (Reforestation plantation
plantation forest) forest)

Hutan tanaman S. leprosula


(S. leprosula plantation 0,068 tn 0,117 tn
forest)

Hutan tanaman rimba campuran


0,273 tn
(Mixed jungle plantation forest)

Keterangan (Remarks): tn Tidak berbeda nyata (tn Not significantly different) (p>0,05)

28
Rata-rata nekromasa (ecromass) (ton/ha)
Karbon nekromassa (Carbon necromass)

0.0
0.1
0.1
0.2
0.2
0.3
0.3
0.4
0.4
0.5
0.5

(ton C/ha)

0.0
0.1
0.1
0.2
0.2
0.3
Hutan tanaman rimba
campuran (Mixed jungle
Hutan tanaman rimba plantation forest)
campuran (Mixed jungle
plantation forest) Hutan tanaman reboisasi
(Reforestation plantation
Hutan tanaman reboisasi forest)
(Reforestation plantation
forest) Hutan tanaman Shorea

three study plots)


Kayu mati (Dead wood)
leprosula (Shorea
Hutan tanaman Shorea leprosula plantation
forest)

Kayu mati (Dead wood)


leprosula (Shorea
leprosula plantation
forest) Hutan tanaman rimba
campuran (Mixed jungle
Hutan tanaman rimba plantation forest)
campuran (Mixed jungle
plantation forest) Hutan tanaman reboisasi
(Reforestation plantation
Hutan tanaman reboisasi forest)
(Reforestation plantation Hutan tanaman Shorea
forest)
Pohon mati (Dead tree)

leprosula (Shorea
leprosula plantation
Hutan tanaman Shorea
forest)

Pohon mati (Dead tree)


leprosula (Shorea
Jenis nekromassa (Type of necromass)

leprosula plantation Hutan tanaman rimba


forest) campuran (Mixed jungle

Jenis nekromassa (Type of necromass)


plantation forest)
Hutan tanaman rimba
campuran (Mixed jungle
plantation forest) Hutan tanaman reboisasi
(Reforestation plantation
forest)
Hutan tanaman reboisasi
Serasah (Litter)

(Reforestation plantation Hutan tanaman Shorea


forest) leprosula (Shorea
leprosula plantation
Pendugaan Simpanan Karbon Pada Bagian Atas dan Bawah
Permukaan Tanah di Taman Hutan Raya Banten
Suci Ramadhanti, Basuki Wasis, dan/and Iwan Hilwan

Serasah (Litter)

Gambar (Figure) 9. Rata-rata karbon nekromasa di tiga plot penelitian (Average of carbon necromas in the
Gambar (Figure) 8. Rata-rata nekromasa di tiga plot penelitian (Average of necromas in the three study plots)

29
Hutan tanaman Shorea forest)
leprosula (Shorea
leprosula plantation
forest)
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 20 No. 1, Juni 2023, 19-36

Serapan karbon diokisda (Carbon dioxide 0.8


0.7
0.6
0.5
0.4
uptake) (ton CO2/ha)

0.3
0.2
0.1
0.0

Hutan tanaman Shorea

Hutan tanaman Shorea

Hutan tanaman Shorea


(Reforestation plantation

(Reforestation plantation

(Reforestation plantation
campuran (Mixed jungle
campuran (Mixed jungle

campuran (Mixed jungle


Hutan tanaman reboisasi

Hutan tanaman reboisasi

Hutan tanaman reboisasi


leprosula plantation

leprosula plantation

leprosula plantation
Hutan tanaman rimba

Hutan tanaman rimba

Hutan tanaman rimba


leprosula (Shorea

leprosula (Shorea

leprosula (Shorea
plantation forest)

plantation forest)

plantation forest)
forest)

forest)

forest)
forest)

forest)

forest)
Kayu mati (Dead wood) Pohon mati (Dead tree) Serasah (Litter)
Jenis nekromassa (Type of necromass)

Gambar (Figure) 10. Rata-rata karbon dioksida nekromasa di tiga plot penelitian (Average of carbon dioxide
necromas in the three study plots)

Tabel (Table) 5. Hasil uji t-student pohon mati di tiga lokasi penelitian (The results of the
t-student test on dead tree at the three research plots)

Hutan tanaman rimba Hutan tanaman reboisasi


Tegakan (Stands) campuran (Mixed jungle (Reforestation plantation
plantation forest) forest)

Hutan tanaman S. leprosula


(S. leprosula plantation 0,25 tn 0,33 tn
forest)

Hutan tanaman rimba campuran


- 0,45 tn
(Mixed jungle plantation forest)
Keterangan (Remarks): tn Tidak berbeda nyata (tn Not significantly different) (p>0,05)

Tabel (Table) 6. Hasil uji t-student kayu mati di tiga lokasi penelitian (The results of the t-
student test on dead wood at the three research plots)

Hutan tanaman rimba Hutan tanaman reboisasi


Tegakan (Stands) campuran (Mixed jungle (Reforestation plantation
plantation forest) forest)

Hutan tanaman S. leprosula


(S. leprosula plantation 0,09 tn 0,11 tn
forest)

Hutan tanaman rimba campuran


- 0,24 tn
(Mixed jungle plantation forest)
Keterangan (Remarks): tn Tidak berbeda nyata (tn Not significantly different) (p>0,05)

30
Pendugaan Simpanan Karbon Pada Bagian Atas dan Bawah
Permukaan Tanah di Taman Hutan Raya Banten
Suci Ramadhanti, Basuki Wasis, dan/and Iwan Hilwan

Tabel (Table) 7. Hasil uji t-student serasah di tiga lokasi penelitian (The results of the t-
student test on litter at the three research plots)

Hutan tanaman rimba Hutan tanaman reboisasi


Tegakan (Stands) campuran (Mixed jungle (Reforestation plantation
plantation forest) forest)

Hutan tanaman S. leprosula


(S. leprosula plantation 0,09 tn 0,37 tn
forest)

Hutan tanaman rimba campuran


- 0,11 tn
(Mixed jungle plantation forest)
Keterangan (Remarks): tn Tidak berbeda nyata (tn Not significantly different) (p>0,05)

3.2 Pembahasan semakin tua umur tumbuhan, maka


semakin luas daun pada tumbuhan
Besar atau kecilnya kandungan
tersebut.
biomassa dalam hutan baik dalam tingkat
Kandungan biomassa dalam
pertumbuhan pohon, tiang atau pancang
tumbuhan bawah dan semai dipengaruhi
bervariasi karena dipengaruhi oleh faktor
oleh komposisi jenis yang menyusun
diameter, dimana semakin besar diameter
komunitas. Menurut Windusari et al.
suatu tumbuhan, maka semakin besar juga
(2012) persentase total biomassa yang
biomassa yang dihasilkan (Tuah et al.,
dihasilkan oleh tumbuhan bawah hanya
2017). Selain itu, faktor yang dapat
3% dari total biomassa. Selain itu, IPCC
menyebabkan adanya perbedaan nilai
(Intergovernmental Panel on Climate
biomassa di berbagai plot penelitian,
Change) (2006) menjelaskan bahwa kadar
adalah karena kerapatan individu. Jika
air yang ada pada tumbuhan bawah
suatu tegakan memiliki kerapatan yang
berkisar 65-76%, dimana angka tersebut
tinggi, maka persaingan untuk
adalah angka yang besar untuk
mendapatkan hara dan nutrisi juga
menyisakan kandungan biomassa yang
semakin besar, sehingga individu dalam
ada di dalam tumbuhan bawah. Nilai
komunitas tersebut akan kesulitan untuk
biomassa yang dihasilkan pada bagian
tumbuh dan berkembang karena nutrisi
atas dan bawah permukaan tanah juga
dan hara yang didapatkan juga rendah,
mengalami perbedaan yang cukup
akibatnya diameter menjadi kecil dan
signifikan. Perbedaan ini
mudah terserang hama dan penyakit.
mengindikasikan bahwa nilai biomassa
Kandungan biomassa terbesar pada
yang berada di atas permukaan tanah
berbagai tingkat pertumbuhan ada pada
menghasilkan nilai yang lebih besar
tingkat pertumbuhan pohon yang
dibandingkan dengan nilai pada biomassa
memiliki diameter > 20 cm. Diameter
di bawah permukaan tanah. Hal ini sesuai
yang besar ini bergantung pada kondisi
dengan penelitian Rulianti (2018) bahwa
fisiologis tumbuhannya seperti kandungan
kandungan biomassa dalam tumbuhan
klorofil, jumlah stomata persatuan luas
paling banyak berada dalam bagian batang
daun dan usia tegakan (Yamani, 2013).
dengan persentase kurang lebih 60% dan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Kunya et al. (2013) menjelaskan bahwa
oleh Lukito & Rohmatiah (2013) semakin
nisbah atau skala biomassa paling besar
besar luasan daun, maka penyerapan
berada di bagian batang, cabang, dan daun
karbon dioksida semakin besar. Hal ini
yang merupakan bentuk persaingan
sejalan dengan umur tegakan, dimana

31
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 20 No. 1, Juni 2023, 19-36

dengan individu dalam untuk mempercepat proses dekomposisi (Elvina,


mendapatkan sinar matahari. 2018).
Tingginya akumulasi nekromasa Langkah pertama yang dilakukan
pohon mati dan kayu mati dalam plot untuk mendapati besaran karbon yang
penelitian diduga karena adanya aktivitas disimpan oleh tegakan yaitu dengan
alam dan manusia. Akibat dari manusia ini mengkaji biomassa (Istomo & Farida,
berupa penebangan pohon dan pencurian 2017). Serapan karbon sangat dipengaruhi
kayu, tetapi angka yang dihasilkan tidak oleh biomassa, oleh karena itu apapun
cukup besar daripada akibat dari aktivitas yang menyebabkan bertambah atau
alam. Aktivitas alam pada Taman Hutan berkurangnya potensi biomassa akan
Raya Banten ini memegang dampak yang berpengaruh serapan karbon (Ivando et
besar, seperti hujan yang diiringi dengan al., 2019). Serapan CO2 di atmosfer oleh
petir dan hama penyakit. Serangan hama tumbuhan melalui proses fotosintesis akan
dan penyakit ini memiliki mekanisme menghasilkan unsur karbon dan disimpan
yang kuat untuk cepat beradaptasi dengan dalam tumbuhan dalam bentuk biomassa.
inang (berupa vegetasi hidup) dan Faktor yang memengaruhi
menghasilkan penyebaran yang luas dan penyerapan karbon di hutan, adalah faktor
cepat. Penelitian yang dilakukan oleh edafis atau kualitas tempat tumbuh
Hendrawan (2014) menyatakan bahwa (topografi dan karakter lahan), klimatis
proporsi nekromasa di hutan hanya (kelembaban, suhu dan cahaya matahari),
menyumbang 0,015% dari total simpanan kerapatan jenis dan komposisi (Widyasari,
biomassa. Hal ini disebabkan karena 2010). Simpanan karbon pada tegakan
ukuran nekromasa dan jumlah yang jauh sejalan dengan pertumbuhan tegakan
lebih kecil dari biomassa di atas (tinggi dan diameter). Oleh karena itu,
permukaan tanah. Perhitungan nekromasa simpanan karbon akan terus meningkat
serasah berupa material seperti serasah, hingga pertumbuhan tegakan optimal dan
ranting kecil, dan kulit kayu yang kemudian relatif stabil hingga mencapai
menyebar pada plot tertentu di hutan dan tahap akhir, dimana tanaman tidak lagi
bahan-bahan tersebut juga belum menghasilkan sel-sel tumbuh. Kerapatan
mengalami dekomposisi secara sempurna tegakan dan jumlah pohon juga
(Hendrawan et al., 2014). merupakan faktor yang menentukan
Berat serasah yang dihasilkan dalam simpanan karbon di kawasan tersebut
lokasi penelitian dipengaruhi oleh karena tinggi kerapatan dan jumlah pohon
keadaan iklim, Taman Hutan Raya ini dapat menyebabkan persaingan yang
merupakan hutan hujan tropis yang selalu besar dalam pengambilan hara dan nutrisi.
hijau, sehingga produksi serasah yang Selain kerapatan tegakan kualitas tempat
dihasilkan sangat tinggi karena ekosistem tumbuh, yang rendah dapat
tersebut memiliki vegetasi yang sangat mengakibatkan pertumbuhan diameter
lebat. Berdasarkan hasil pengamatan, rendah karena hara dan nutrisi yang
berat serasah yang dihasilkan pada ketiga dihasilkan tidak optimal (Istomo & Farida,
plot penelitian memiliki hasil yang 2017).
berbeda karena setiap gerakan memiliki Menurut Sukmawati et al. (2015),
jumlah dan komposisi jenis tumbuhan produk awal yang dihasilkan oleh proses
yang berbeda, selain dari jumlah dan fotosintesis adalah karbon dioksida. Nilai
komposisi adanya perbedaan berat serasah besarnya karbon dioksida yang dihasilkan
juga disebabkan oleh kerapatan tajuk dan selama proses fotosintesis sebanding
persaingan dalam pengambilan cahaya. dengan nilai simpanan karbon. Jika
Nekromasa serasah tertinggi menunjukan jumlah karbon yang dihasilkan besar,
bahwa kondisi lingkungan pada tegakan maka jumlah karbon dioksida di dalam
tersebut mendukung fauna tanah dalam tanaman tinggi, dan berlaku sebaliknya.

32
Pendugaan Simpanan Karbon Pada Bagian Atas dan Bawah
Permukaan Tanah di Taman Hutan Raya Banten
Suci Ramadhanti, Basuki Wasis, dan/and Iwan Hilwan

Keanekaragaman spesies tumbuhan yang tidak berbeda nyata. Jumlah rata-rata


ditemukan di plot penelitian biomassa di tegakan hutan tanaman rimba
menggambarkan nilai serapan karbon campuran sebesar 30,70 ton/ha, hutan
dioksida, yang dipertahankan sebagai tanaman reboisasi 33,89 ton/ha, dan hutan
sumber karbon untuk bahan di atas, di tanaman S. leprosula 46,23 ton/ha. Jumlah
bawah tanah atau nekrotik, membantu rata-rata karbon yang dihasilkan di
mengurangi emisi karbon (Ariyanti et al., tegakan hutan tanaman rimba campuran
2018). sebesar 14,43 ton C/ha, hutan tanaman
Berdasarkan pada penelitian ini reboisasi 15,93 ton C/ha, dan hutan
yang dilakukan di hutan tanaman Taman tanaman S. leprosula 21,73 ton C/ha.
Hutan Raya Banten menghasilkan total Jumlah rata-rata serapan karbon dioksida
cadangan karbon sebesar 258,71 ton C/ha. yang dihasilkan di tegakan hutan tanaman
Jumlah cadangan karbon setiap hutan rimba campuran sebesar 52,95 ton
berbeda-beda hal ini sesuai pernyataan CO2/ha, hutan tanaman reboisasi 58,46
Masripatin et al. (2013) yang menyatakan ton CO2/ha, dan hutan tanaman S.
bahwa kemampuan hutan dalam leprosula 79,75 ton CO2/ha.
menyerap dan menyimpan karbon tidak
sama baik di hutan alam, hutan tanaman,
hutan payau, hutan rawa, maupun di hutan 4.2. Saran
rakyat tergantung pada jenis pohon, tipe Pendugaan biomassa masing-
tanah, dan topografi. Jika dibandingkan masing jenis tegakan perlu diteliti secara
dengan penelitian di Hutan Penelitian berkala untuk mengevaluasi manajemen
Malinau, Kalimantan Timur yang pengelolaan Taman Hutan Raya Banten
dilakukan oleh Samsoedin et al. (2016) dan mengatur strategi untuk pengelolaan
biomassa, cadangan karbon, dan karbon Taman Hutan Raya Banten yang lebih
dioksida berturut-turut adalah sebesar 530
baik.
ton/ha, 249,10 ton C/ha, dan 914,92 ton
CO2/ha. Penelitian yang dilakakukan
Ucapan Terima Kasih
Fauzi et al. (2011) hutan alam di Hutan
Gayo Lues, Kabupaten Gayo Lues NAD Terima kasih kepada Kepala Balai
menghasilakan biomassa, cadangan Taman Hutan Raya Banten yang telah
karbon, dan karbon dioksida berturut-turut memberikan kesempatan untuk
659,64 ton/ha, 310,03 ton C/ha, dan melakukan penelitian ini.
1137,81 ton CO2/ha. Penelitian yang
dilakukan oleh Arifanti et al. (2012) hutan Daftar Pustaka
alam primer pada tanah mineral di Taman Arif, A. (2016). Analisis yuridis
Nasional Gunung Halimun Salak pengerusakan hutan (deforestasi) &
menghasilkan nilai biomassa, cadangan degradasi hutan terhadap
karbon, dan karbon dioksida berturut-turut lingkungan. Jurisprudentie, 3, 33-
sebesar 687,59 ton/ha, 323,17 ton C/ha, 41.
dan 1.186,03 ton CO2/ha.
Arifanti, V.B, Dharmawan, I..W.S., &
Wibowo, A. (2012). Perhitungan
4. Kesimpulan dan Saran
karbon untuk perbaikan faktor emisi
4.1. Kesimpulan & serapan GRK kehutanan pada
Total biomassa, simpanan karbon hutan alam tanah mineral. Pusat
dan serapan karbon dioksida antara hutan Litbang Perubahan Iklim &
rimba campuran, hutan tanaman Kebijakan. Bogor.
reboisasi, dan hutan tanaman Shorea Ariyanti, D., Wijayanto, N., & Hilwan, I.
leprosula di Taman Hutan Raya Banten (2018). Keanekaragaman jenis
tumbuhan & simpanan karbon pada
33
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 20 No. 1, Juni 2023, 19-36

berbagai tipe penggunaan lahan di [IPCC] Intergovernmental Panel on


Kabupaten Pesisir Barat Lampung. Climate Change. (2006). IPCC
Jurnal Silvikultur Tropika, 9(3), Guidlines for National Greenhouse
167-174. Gas Inventories. Intergovernmental
Akhmaddhian, S. (2016). Penegakan Panel on Climate Change. Jepang.
hukum lingkungan & pengaruhnya Istomo, & Farida, N.E. (2017). Potensi
terhadap pertumbuhan ekonomi di simpanan karbon di atas permukaan
Indonesia (studi kebakaran hutan tanah tegakan akasian di Taman
tahun 2015). UNIFIKASI, Jurnal Nasional Baluran Jawa Timur.
Ilmu Hukum, 3(1), 40-60 Jurnal Pengelolaan Sumberdaya
Basuki, T.M., van Laake, P.E., Skidmore, Alam & Lingkungan, 7(2), 155-162.
A.K., & Hussin, Y.A. (2009). Ivando, D., Banuwa, I.S., & Bintoro, A.
Allometric equations for estimating (2019). Karbon tersimpan pada
the above-ground biomass in tropical berbagai tipe kerapatan tegakan di
low land Dipterocarp forests. Forest Hutan Rakyat Desa Sukoharjo I
Ecology and Management, 257(8), Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
1684–1694. Pringsewu. Jurnal Belantara, 2(1),
https://doi.org/10.1016/j.foreco.2009. 53-61.
01.027 DOI:https://doi.org/10.29303/jbl.v2i
Elvina, C.Y., Mulyanda, M.F., Lisa, S.M., 1.96
Hidaya, M., & Mulaydi. (2018). [KLHK] Kementerian Lingkungan Hidup
Estimasi biomassa karbon serasah di & Kehutanan. (2022). Rencana
kawasan hutan sekunder Pegunungan operasional Indonesia’s FOLU Net
Deudap Kecamatan Pulo Aceh Besar. Sink 2030.
Prosiding Seminar Nasional Biotik. Krisnawati, H., Adinugroho, W.C., &
Fauzi, Darusman, D., Wijayanto, N., & Imanuddin, R. (2012). Monograf
Kusmana, C. (2011). Kajian potensi model-model alometrik untuk
karbon pada sumber daya Hutan pendugaan biomassa pohon pada
Gayo Lues. Jurnal Hutan & berbagai tipe ekosistem hutan di
Masyarakat, 6(1), 1-12. Indonesia. Pusat Penelitian &
Ghozali, I. (2016). Aplikasi analisis Pengembangan Konservasi &
multivariete dengan program IBM Rehabilitasi Hutan, Badan Penelitian
SPSS 23. Edisi 8. Badan Penerbit dan Pengembangan Kehutanan,
Universitas Diponegoro. Kementerian Kehutanan. Bogor.
Hairiah, K., & Rahayu, S. (2007). Kun, Y., & Dongsheng. (2008). Change in
Pengukuran karbon tersimpan di forest biomass and carbon stock in the
berbagai macam penggunaan lahan. Pearl River Delta between 1989 and
World Agroforestry Centre ICRAF. 2003. Journal of Environmental
SEA Regional Office, 77p. Science, 20, 1439-1444.
Han, E.S., Goleman, D., Boyatzis, R., & Kunya, S., Dietz, J., Muthuri, C., van
Mckee, A. (2019). Lahan & hutan Noordwijk, M., & Neufeldt, H.
dalam skala besar. Journal of (2013). Allometry and partitioning of
Chemical Information and Modeling, above- and below-ground biomass in
53(9), 1689-1699. farmed eucalyptus species dominant
in Western Kenyan agricultural
Hendrawan, F., Satjapradja, O., & Wayan,
landscape. Biomass and Bioenergy,
I.S.D. (2014). Potensi biomassa
55, 276- 284.
karbon tegakan, nekromas, & serasah
pada Hutan Penelitian Dramaga. Kusmana, C., & Susanti, S. (2015).
Jurnal Nusa Sylva, 14(1),1-9. Komposisi & sturktur tegakan hutan

34
Pendugaan Simpanan Karbon Pada Bagian Atas dan Bawah
Permukaan Tanah di Taman Hutan Raya Banten
Suci Ramadhanti, Basuki Wasis, dan/and Iwan Hilwan

alam di Hutan Pendidikan Gunung Septiawan, W., Indriyanto, & Duryat.


Walat Sukabumi. Jurnal Silvikultur (2017). Jenis tanaman, kerapatan, &
Tropika, 5(3), 210-217. stratifikasi tajuk pada hutan lindung
Lukito, M., & Rohmatiah, A. (2013). di Register 30 Tanggamus Lampung.
Estimasi biomassa & karbon tanaman Jurnal Sylva Lestari, 5(2), 88-101.
jati umur 5 tahun (kasus kawasan Sukmawati, T., Fitrihidajati, H., & Indah,
Hutan Tanaman Jati Unggul N.K. (2015). Penyerapan karbon
Nusantara (JUN)) Desa Krowe dioksida pada tanaman hutan kota di
Kecamatan Lembeyan Kabupaten Surabaya. Lentera Bio, 4(1), 108-111.
Magetan. Jurnal Agri-tek, 14(1), 1-8 [SNI] Standar Nasonal Indonesia.
Prakoso, S., Ardita, G.N.D., & (2011). Pengukuran & perhitungan
Murtyantoro, A.P. (2019). Analisis cadangan karbon hutan (Ground
diplomasi soft power Denmark based forest carbon accounting).
terhadap Indonesia (studi tentang Badan Standarisasi Nasional.
kerja sama pengelolaan lingkungan di Jakarta.
Indonesia). Jurnal Politica Dinamika Sutaryo, D. (2009). Penghitungan
Masalah Politik Dalam Negeri & biomassa: sebuah pengantar untuk
Hubungan Internasional, 10(1), 57- studi karbon & perdagangan karbon.
76. Bogor (ID), Wetlands International
Rulianti, F., Devi, R., Mela, R., Mulyadi, Indonesia Programme.
& Hidayta, M. (2018). Estimasi TAHURA Banten. (2017). Taman Hutan
biomassa pada pohon di kawasan Raya (TAHURA) Banten.
Hutan Primer Pegunungan Deudap Pandeglang (ID), UPTD Taman
Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Hutan Raya Banten.
Prosiding Seminar Nasional Biotik, Tiryana, T., (2005). Pengembangan
246-258. metode penggunaan sebaran potensi
Rusolono, T., Tiryana, T., & Purwanto, biomassa & karbon pada Hutan
J. (2015). Panduan survei cadangan Tanaman Mangium (Acacia
karbon & keanekaragaman hayati di mangium). Fakultas Kehutanan
Sumatera Selatan. Biodiversity and Institut Pertanian Bogor.
Climate Change Project, German Triyana, Y. (2018). Simpanan karbon
International Cooperation-GIZ & lahan agroforestri berbasis kayu
KLHK Dinas Kehutanan Provinsi afrika (Maesopsis eminii Engl.) di
Sumatera Selatan. Palembang. Desa Sukamahi, Kecamatan
Samsoedin, I., Sukiman, H., Wari, M., & Megamendung, Kabupaten Bogor.
Haeriyanto, N.M. (2016). [Skripsi]: Institut Pertanian Bogor.
Pendugaan biomassa & kandungan Tuah, N., Sulaeman, R., & Yoza, D.
karbon kayu afrika (Maesopsis
(2017). Perhitungan biomassa &
eminii Engl.) di Kabupaten karbon di atas permukaan tanah di
Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Hutan Larangan Adat Rumbio
Penelitian Hasil Hutan, 13(1), 73- Kabupaten Kampar. Jurnal Faperta,
81. 4(1), 1-10.
Saputra, R.E. (2014). Model alometrik Widyasari., N.A.E., Saharjo., B.H.,
biomassa puspa (Schima wallichii Solichin, & Istomo. (2010).
Korth.) berdiameter kecil di Hutan Pendugaan biomassa & potensi
Pendidikan Gunung Walat, karbon terikat di atas permukaan
Sukabumi. [Skripsi]. Institut tanah pada hutan rawa gambut
Pertanian Bogor. Bogor. bekas terbakar di Sumatra Selatan.

35
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 20 No. 1, Juni 2023, 19-36

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, pengendapan tailing PT Freeport


15(1), 41-49. Indonesia. Biospecies, 5(1), 22-28.
Windusari, Y., Sari, N.A.P., Yusitian, I., Yamani, A. (2013). Studi kandungan
& Zulkifki, H. (2012). Dugaan karbon pada hutan alam sekunder di
cadangan karbon biomassa Hutan Pendidikan Mandiangin
tumbuhan bawah & serasah di Fakultas Kehutanan UNLAM. Jurnal
kawasan suksesi alami pada area Kehutanan, 1(1), 85-91.

36

Anda mungkin juga menyukai