Anda di halaman 1dari 3

Deforestasi

Hutan merupakan asosiasi tumbuhan yang memiliki peran ganda di bumi. Michard
(2018) menjelaskan bahwa hutan berperan sebagai sumber (source) sebagai dampak dari
pelepasan karbon dioksida ketika terjadi bencana seperti kebakaran hutan. Sementara itu, peran
hutan sebagai penyerap (sink) terjadi ketika tumbuhan yang ada di hutan berfotosintesis sehingga
menyerap karbon dioksida. Ketika konsentrasi karbon dioksida di atmosfer meningkat, ekosistem
daratan mengambil lebih banyak karbon dari atmosfer sebagai akibat dari peningkatan
fotosintesis. Proses penyerapan karbon dioksida (CO2) secara ekstra itu juga dikenal sebagai
pemupukan karbon dioksida (CO2 fertilization). Salah satu ekosistem darat yang mempunyai
peranan penting dalam menjaga jumlah karbon di atmosfer adalah hutan. Penyerapan karbon
tersebut diharapkan dapat memperlambat atau bahkan mengurangi konsentrasi karbon yang ada
di atmosfer.

Dalam kehidupannya, pohon menyerap karbon dioksida untuk melakukan proses


fotosintesis dan menghasilkan oksigen yang dilepaskan ke atmosfer. Proses tersebut
menghasilkan siklus karbon jangka pendek. Namun, karbon dioksida yang diserap oleh
kumpulan pohon yang berada di hutan akan memberikan dampak siklus karbon global yang
cukup besar, bahkan keberadaan hutan juga mempengaruhi siklus karbon panjang. Ketika
tumbuhan yang ada di hutan mati, pada kondisi tertentu, tumbuhan-tumbuhan tersebut akan
menjadi batu bara setelah mengalami berbagai proses. Batu bara tersebut masih memiliki
material organik yang mengandung karbon. Saat batu bara yang memiliki kandungan karbon itu
mengalami pengangkatan dan tersingkap ke permukaan, batu bara juga akan melepaskan karbon
yang ada di dalamnya. Dalam sejarah perkembangan bumi, hutan telah berperan menjaga serta
mengatur jumlah karbon yang ada di atmosfer. Namun, keberadaan manusia beserta aktivitasnya
telah mengganggu peran hutan di dalam siklus karbon.

Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah peran hutan sebagai penyerap dan


penyumbang karbon menjadi hanya sebagai penyumbang karbon. Salah satu aktivitasnya adalah
deforestasi. Deforestasi adalah kegiatan mengubah lahan hutan menjadi lahan non-hutan, seperti
area penebangan, pemukiman, atau lahan pembuangan. Mitchard (2018) menjelaskan, dalam
kurun waktu 2000-2012, hutan seluas 100 Mha mengalami deforestasi, sebanyak 50% di
Amerika Latin, 30% di Asia Tenggara, dan 20% di Afrika. Perubahan penggunaan lahan gambut
berhutan pada tahun 1990 sampai dengan 2008 di Asia Tenggara telah mengemisikarbon
sebanyak 0,3-0,54 Pg/tahun. Perubahan kandungan karbon pada konversi hutan gambut bekas
tebangan menjadi hutan tanaman industri (HTI) pulp menyebabkan penurunan kandungan
karbon sebanyak 121,42 ton pada tahun pertama dan 86,50 ton.ha pada tahun ke-5. Rata-rata
emisi tahunan yang timbul akibat konversi menjadi HTI pulp pada setiap petak hutan gambut
adalah 103,53 ton C/ha/th, Rochmayanto et al. (2010).

Simamora et al. (2013) menjelaskan bahwa selain menyerap karbon dioksida ketika
melakukan fotosintesis, tumbuhan juga melepaskan karbon dioksida ketika melakukan respirasi.
Namun, karbon yang dilepaskan ketika terjadi kebakaran hutan terlampau jauh lebih besar
apabila dibandingkan dengan jumlah karbon yang dihasilkan oleh tumbuhan ketika melakukan
respirasi. Kebakaran hutan merupakan salah satu masalah yang ada di dunia, terutama ketika
sedang mengalami musim kemarau. Kebakaran hutan melepaskan karbon dalam jumlah besar
dalam waktu sekejap di atmosfer karena 45% materi kering dari tumbuhan adalah karbon (Hao et
al. 1990 dalam Putra 2012). Penebangan serta penggundulan hutan yang masif mengeringkan
dan mendegradasikan area hutan yang cukup luas dan meningkatkan kemungkinan terjadinya
kebakaran hutan.

Deforestasi mendorong hilangnya cadangan karbon yang disimpan oleh hutan. Hutan
yang seharusnya menyimpan cadangan karbon untuk disuplai ke atmosfer, melalui material
organik jika menjadi batu bara, maka tidak dapat terjadi. Hal tersebut akan mengganggu
keberlangsungan siklus karbon jangka panjang. Selain mengganggu siklus karbon, deforestasi
juga dikhawatirkan meningkatkan greenhouse effect kepada bumi dan mendorong terjadinya
bencana iklim yang berbahaya.

Sumber:

Berner, R. A. (2003). The Long-Term Carbon Cycle, Fossil Fuels, and Atmospheric
Composition. Nature. Vol. 426. Hal. 323-326

House, J. I., Prentice, I. C., & Quere, C. L. (2002). Maximum Impacts of Future Reforestation or
Deforestation on Atmospheric CO2. Global Achange Biology. Hal. 1047-1052

Mitchard ETA. (2018). The Tropical Forest Carbon Cycle and Climate Change. Nature
559(7715):527–534.

Putra, R.M. (2012). Pendugaan Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Akibat Kebakaran Hutan dan
Lahan Pada Berbagai Tipe Tutupan Lahan di Provinsi Riau Tahun 2000-2009. Institut
Pertanian Bogor.

Rochmayanto, Y., Darusman, D., & Rusolono, T. (2010). Perubahan Stok Karbon dan Nilai
Ekonominya pada Konversi Hutan Rawa Gambut Menjadi HutanTanaman Industri Pulp.
Penelitian Hutan Tanaman 7(2):18– 26.

Sembiring, F.R. (2023). Peran Hutan Alam dan Hutan Tanaman dalam Siklus Karbon. Diakses
pada 5 September 2023, dari

https://www.academia.edu/38746568/
Peran_Hutan_Alam_dan_Hutan_Tanaman_dalam_Siklus_Karbon

Anda mungkin juga menyukai