Hutan merupakan asosiasi tumbuhan yang memiliki peran ganda di bumi. Michard
(2018) menjelaskan bahwa hutan berperan sebagai sumber (source) sebagai dampak dari
pelepasan karbon dioksida ketika terjadi bencana seperti kebakaran hutan. Sementara itu, peran
hutan sebagai penyerap (sink) terjadi ketika tumbuhan yang ada di hutan berfotosintesis sehingga
menyerap karbon dioksida. Ketika konsentrasi karbon dioksida di atmosfer meningkat, ekosistem
daratan mengambil lebih banyak karbon dari atmosfer sebagai akibat dari peningkatan
fotosintesis. Proses penyerapan karbon dioksida (CO2) secara ekstra itu juga dikenal sebagai
pemupukan karbon dioksida (CO2 fertilization). Salah satu ekosistem darat yang mempunyai
peranan penting dalam menjaga jumlah karbon di atmosfer adalah hutan. Penyerapan karbon
tersebut diharapkan dapat memperlambat atau bahkan mengurangi konsentrasi karbon yang ada
di atmosfer.
Simamora et al. (2013) menjelaskan bahwa selain menyerap karbon dioksida ketika
melakukan fotosintesis, tumbuhan juga melepaskan karbon dioksida ketika melakukan respirasi.
Namun, karbon yang dilepaskan ketika terjadi kebakaran hutan terlampau jauh lebih besar
apabila dibandingkan dengan jumlah karbon yang dihasilkan oleh tumbuhan ketika melakukan
respirasi. Kebakaran hutan merupakan salah satu masalah yang ada di dunia, terutama ketika
sedang mengalami musim kemarau. Kebakaran hutan melepaskan karbon dalam jumlah besar
dalam waktu sekejap di atmosfer karena 45% materi kering dari tumbuhan adalah karbon (Hao et
al. 1990 dalam Putra 2012). Penebangan serta penggundulan hutan yang masif mengeringkan
dan mendegradasikan area hutan yang cukup luas dan meningkatkan kemungkinan terjadinya
kebakaran hutan.
Deforestasi mendorong hilangnya cadangan karbon yang disimpan oleh hutan. Hutan
yang seharusnya menyimpan cadangan karbon untuk disuplai ke atmosfer, melalui material
organik jika menjadi batu bara, maka tidak dapat terjadi. Hal tersebut akan mengganggu
keberlangsungan siklus karbon jangka panjang. Selain mengganggu siklus karbon, deforestasi
juga dikhawatirkan meningkatkan greenhouse effect kepada bumi dan mendorong terjadinya
bencana iklim yang berbahaya.
Sumber:
Berner, R. A. (2003). The Long-Term Carbon Cycle, Fossil Fuels, and Atmospheric
Composition. Nature. Vol. 426. Hal. 323-326
House, J. I., Prentice, I. C., & Quere, C. L. (2002). Maximum Impacts of Future Reforestation or
Deforestation on Atmospheric CO2. Global Achange Biology. Hal. 1047-1052
Mitchard ETA. (2018). The Tropical Forest Carbon Cycle and Climate Change. Nature
559(7715):527–534.
Putra, R.M. (2012). Pendugaan Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Akibat Kebakaran Hutan dan
Lahan Pada Berbagai Tipe Tutupan Lahan di Provinsi Riau Tahun 2000-2009. Institut
Pertanian Bogor.
Rochmayanto, Y., Darusman, D., & Rusolono, T. (2010). Perubahan Stok Karbon dan Nilai
Ekonominya pada Konversi Hutan Rawa Gambut Menjadi HutanTanaman Industri Pulp.
Penelitian Hutan Tanaman 7(2):18– 26.
Sembiring, F.R. (2023). Peran Hutan Alam dan Hutan Tanaman dalam Siklus Karbon. Diakses
pada 5 September 2023, dari
https://www.academia.edu/38746568/
Peran_Hutan_Alam_dan_Hutan_Tanaman_dalam_Siklus_Karbon