NOSESA HIJRIANTO
Salah satu syarat meningkatkan stok karbon, daya serap karbon, dan
mencegah emisi CO 2 di hutan salah satunya dengan pengelolaan hutan lestari.
Pengelolaan hutan lestari seperti membuat petak ukur permanen (PUP) untuk
pemantauan riap tegakan. PUP pada jalur tanam seluas 0,5 ha dan ditanami tiga
jenis unggulan famili Diptero, yaitu Shorea parvifolia, S. leprosula, dan S.
johorensis. Total riap diameter rata-rata pada jalur tanam sebesar 1,29 cm/th dan
riap volume rata-rata 5,69 m³/ha/th. PUP jalur antara mempunyai riap volume
rata-rata pada famili Diptero diameter > 20 cm sebesar 3,56 m³/ha/th lebih kecil
dibandingkan riap volume rata-rata famili non Diptero diameter > 20 cm sebesar
3,96 m³/ha/th. Perhitungan stok karbon dan emisi karbon disimulasikan selama 30
tahun dengan menggunakan tiga skema. Skema 1 memiliki stok karbon
12.395.834 tC dan tingkat emisi karbon -1.777.171 tCO2e. Skema 2 memiliki stok
karbon 11.863.143 tC dan tingkat emisi karbon 525.612 tCO2e. Skema 3
memiliki stok karbon terbesar yaitu 12.736.279 tC dan tingkat emisi karbon
terkecil yaitu -2.851.756 tCO2e. Skema 3 lebih layak untuk diterapkan dalam
pembukaan wilayah hutan.
Kata kunci: emisi, karbondioksida (CO 2 ), riap, petak ukur permanen, stok
ABSTRACT
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Reduksi Emisi
Karbon Melalui Pengelolaan Hutan Alam Produksi (Studi Kasus di IUPHHK PT.
Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah) adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Nosesa Hijrianto
NRP E14061876
ABSTRAK
NOSESA HIJRIANTO. Potensi Reduksi Emisi Karbon Melalui Pengelolaan
Hutan Alam Produksi (Studi Kasus PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan
Tengah). Dibimbing oleh Dr. Ir. TEDDY RUSOLONO, MS.
Salah satu syarat meningkatkan stok karbon, daya serap karbon, dan
mencegah emisi CO 2 di hutan salah satunya dengan pengelolaan hutan lestari.
Pengelolaan hutan lestari seperti membuat petak ukur permanen (PUP) untuk
pemantauan riap tegakan. PUP pada jalur tanam seluas 0,5 ha dan ditanami tiga
jenis unggulan famili Diptero, yaitu Shorea parvifolia, S. leprosula, dan S.
johorensis. Total riap diameter rata-rata pada jalur tanam sebesar 1,29 cm/th dan
riap volume rata-rata 5,69 m³/ha/th. PUP jalur antara mempunyai riap volume
rata-rata pada famili Diptero diameter > 20 cm sebesar 3,56 m³/ha/th lebih kecil
dibandingkan riap volume rata-rata famili non Diptero diameter > 20 cm sebesar
3,96 m³/ha/th. Perhitungan stok karbon dan emisi karbon disimulasikan selama 30
tahun dengan menggunakan tiga skema. Skema 1 memiliki stok karbon
12.395.834 tC dan tingkat emisi karbon -1.777.171 tCO 2 e. Skema 2 memiliki stok
karbon 11.863.143 tC dan tingkat emisi karbon 525.612 tCO 2 e. Skema 3 memiliki
stok karbon terbesar yaitu 12.736.279 tC dan tingkat emisi karbon terkecil yaitu -
2.851.756 tCO 2 e. Skema 3 lebih layak untuk diterapkan dalam pembukaan
wilayah hutan.
Kata kunci: emisi, karbondioksida (CO 2 ), riap, petak ukur permanen, stok
ABSTRACT
NOSESA HIJRIANTO. Potential Reductions of Carbon Emissions Through
Production Natural Forest Management (Case Study PT. Sarmiento Parakantja
Timber, Central Kalimantan). Supervised by Dr. Ir. TEDDY RUSOLONO, MS.
NOSESA HIJRIANTO
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
Pada
Departemen Manajemen Hutan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni – Juli 2010 ini adalah
Potensi Reduksi Emisi Karbon Melalui Pengelolaan Hutan Alam Produksi (Studi
Kasus PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Teddy Rusolono, MS
selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Nosesa Hijrianto
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Latar Belakang
Saat ini, dunia dan kebijakan nasional sedang fokus terhadap isu lingkungan
tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi emisi gas rumah kaca
di atmosfer bumi. Sektor Kehutanan yang termasuk kedalam sektor LULUCF
(Land use, land use change and forestry) adalah salah satu sektor penting yang
berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca (GRK). Di Indonesia, Second
National Communication (KLH 2009) melaporkan kontribusi LULUCF sebesar
48% dari total emisi Indonesia. Sebagian besar pertukaran karbon dari atmosfer ke
biosfir daratan terjadi di hutan. Status dan pengelolaan hutan akan sangat
menentukan apakah suatu wilayah daratan sebagai penyerap karbon atau
pengemisi karbon
Deforestasi dan degradasi hutan merupakan sumber emisi gas rumah kaca
(khususnya CO 2 ), yang berkonstribusi sekitar 12–20% dari total emisi dunia (Van
der Werf et al. 2009). Indonesia memiliki komitmen untuk menurunkan emisi gas
rumah kaca sebesar 26% hingga tahun 2020. Salah satu upaya yang cukup efektif
adalah penerapan mekanisme REDD (Reducing Emissions from Deforestation and
forest Degradation).
Beberapa mekanisme telah dirancang dan dilakukan pada tingkat dunia
maupun nasional untuk berpartisipasi dalam upaya meringankan dan adaptasi
perubahan iklim. Salah satu mekanisme yang sudah dikembangkan dan
dilaksanakan dalam agenda UNFCCC pada COP ke 13 di Bali, istilah REDD
diperluas menjadi REDD-plus (REDD+) dengan memasukkan aspek konservasi
hutan, pengelolaan hutan lestari (PHL), dan peningkatan cadangan karbon sebagai
alternatif lain dalam upaya penurunan emisi.
Indonesia sebagai salah satu negara yang mempunyai areal hutan tropis
terluas di dunia, berperan dalam menjaga kestabilan ekosistem hutan termasuk
kestabilan faktor yang dapat mengakibatkan emisi gas rumah kaca. Indonesia
secara sukarela ikut dalam REDD dengan tujuan menjamin keadilan dalam
memberikan insentif untuk pengembangan bangsa. Tindakan sukarela yang
memenuhi syarat harus mencakup pengayaan tanaman di hutan sekunder,
pengurangan emisi gas rumah kaca melalui konversi hutan dan melestarikan
karbon melalui konservasi hutan.
Dengan munculnya isu-isu global tersebut, pemanfaatan hutan alam tropis
di Indonesia dihadapkan pada dua pokok masalah, yaitu masalah internal yang
mencakup sistem pengelolaan, pembangunan nasional dan daerah, serta
sumberdaya manusia. Sedangkan masalah eksternal meliputi perkembangan
IPTEK dan persaingan dalam perdagangan bebas. Salah satu cara untuk
menghadapi isu-isu global terutama isu lingkungan dengan menerapkan konsep
manajemen hutan lestari terutama dalam pemanfaatan sumberdaya hutan alam
produksi di luar Jawa.
2
Tujuan
Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tally sheet, alat tulis,
kalkulator, peta areal kerja, phiband meter, tongkat ukur, meteran, kompas,
Global Positioning System (GPS), seperangkat komputer dengan software
Microsoft Excel dan kamera. Bahan yang digunakan adalah data pengukuran riap
PUP SILIN RKT 2005 pada jalur tanam selama lima tahun, data pengukuran riap
PUP pada jalur antara selama enam tahun, dan data volume potensi diameter > 20
cm sebanyak 10 plot contoh penelitian Wayana (2011).
6
Pengumpulan Data
Analisis Data
MAI merupakan rata-rata pertambahan tumbuhan dimensi pohon atau tegakan tiap
tahunnya, dirumuskan sebagsi berikut:
MAI = dt/t
Keterangan:
dt = diameter pengukuran pada waktu t (cm)
t = waktu pengukuran (th)
Sejarah Perusahaan
Luas areal kerja IUPHHK PT. SARPATIM adalah ± 216.580 ha yang terdiri
dari Kawasan Hutan Produksi Terbatas (157.380 ha) dan Kawasan Hutan
Konservasi (59.200 ha). Letak geografis areal IUPHHK PT. SARPATIM berada
pada 111º55’BT-112º19’BT dan 1º12’LS-1º56’LS. Berdasarkan pembagian
wilayah Administrasi Pemerintahan, areal IUPHHK PT. SARPATIM meliputi
Kecamatan Seruyan Hulu dan Seruyan Tengah, Mentaya Hulu dan Antang, serta
Katingan Hulu yang terletak di Kabupaten Kotawaringin Timur, Seruyan dan
Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah.
Kondisi Fisik
Topografi
Keadaan topografi areal IUPHHK PT. SARPATIM pada umumnya datar
dan bergelombang dengan ketinggian antara 18-944 mdpl. Kelas lereng pada
IUPHHK PT. SARPATIM seluas 216.580 ha diklasifikasikan menjadi lima kelas,
yaitu datar seluas 109.728 ha (51%), landai seluas 37.304 ha (17%), agak curam
31.747 ha (15%), curam seluas 33.231 (15%), dan sangat curam 4.570 (2%).
kuayan. Sebagian besar areal didominasi oleh batuan terobosan komplek granit
mandahan. Jenis tanah didominasi oleh Dystropepts 132.114 ha (61%) dan
Tropudults 84.466 (39%)
Iklim
Berdasarkan data curah hujan tahun 1995-2004 yang diperoleh dari stasiun
pengamat curah hujan site camp Kutai (LBC) PT. SARPATIM, tipe iklim pada
areal kerja IUPHHK termasuk tipe iklim A. Curah hujan rata-rata 3086 mm/tahun
dan hari hujan rata-rata 145 hari/tahun. Curah hujan tertinggi pada bulan Oktober-
Januari dan curah hujan terendah pada bulan Juli-September.
Fungsi Hutan
Penutupan Lahan Jumlah (ha) %
HPT (ha) HPK (ha)
Hutan primer 14.077 3.047 17.124 7,9
Hutan bekas tebangan 120.325 39.149 159.474 73,7
Non hutan 9.734 16.348 26.082 12
Tertutup awan 13.244 656 13.900 6,4
Jumlah 157.380 59.200 216.580 100
Sumber: PT. Sarmiento Parakantja Timber (2006)
Riap Tegakan
Tegakan yang dijadikan objek penelitian adalah petak ukur permanen (PUP)
pada jalur tanam dan jalur antara. PUP RKT 2005 pada jalur tanam terdiri dari
jenis Shorea leprosula, S. parvifolia dan S. johorensis. Data pengukuran riap
diameter rata-rata pada jalur tanam PUP RKT 2005 menggunakan data
pengukuran tahun kelima yang dapat dilihat pada Tabel 3.
11
Tabel 3 Riap diameter rata-rata tanaman meranti (MAI) di jalur tanam PUP
SILIN*
Diameter
Diptero. Non Diptero. Semua Jenis
Tegakan
> 20 cm 3,56 3,96 7,52
> 30 cm 3,09 2,25 5,33
> 40 cm 2,55 1,36 3,91
> 50 cm 1,88 0,59 2,47
Keterangan: * Periode pengukuran PUP selama enam tahun ( 1993 – 1998)
Volume panen
(m3) 7.153.426 70,77 9.695.717 70,77 7.354.243 53,68 3.667.121 26,84
Total volume
hilang (m3) 10.610.921 104,98 13.557.852 98,96 10.000.893 73,00 9.045.280 66,02
Total Regrowth
(m3) 2.182.493 21,59 14.462.382 106,88 9.680.135 70,66 10.785.583 78,73
Net biomass
harvested (ton) 8.007.007 76,00 -1.030.304 -7,52 304.720 2,22 -1.653.288 -12,07
Standing stock
awal (tC) 12.145.661 12.145.661 12.145.661 12.145.661
Standing stock
akhir (tC) 8.435.765 12.395.834 11.863.143 12.736.279
CO 2 diemisikan
(tC) 13.881.287 131,00 -1.777.171 -12,97 525.612 3,84 -2.851.756 -20,82
Benefit CO 2
(tCO2e) 15.588.457 113,78 13.285.675 96,98 16.663.042 121,63
Simpulan
Berdasarkan tiga skema yang telah dibuat untuk mengurangi tingkat emisi
karbondioksida (CO 2 ) dan meningkatkan stok karbon, maka skema 3 lebih ideal
untuk diterapkan pada areal konsesai hutan PT. SARPATIM. Dilihat dari segi
ekologis pada skema 3 mempunyai total stok karbon dan pengurangan emisi
karbondioksida paling besar diantara semua skema yaitu 12.736.279 tonC dan -
2.851.756 tCO 2 e selama 30 tahun.
Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut pengukuran riap tegakan yang lebih
lama periodenya untuk menghindari overestimate, sehingga didapatkan emisi
karbon dan stok karbon aktual yang terjadi akibat kegiatan pengusahaan hutan
lebih akurat. PT. SARPATIM perlu meningkatkan pemasukan, salah satunya
dengan cara penjualan karbon dalam pengusahaan hutan selain melalui penjualan
log.
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP