Anda di halaman 1dari 13

MATERI PRAKTIKUM KE-1

KARAKTERISTIK JENIS CITRA

Kelompok : 8 (Hari : Selasa)


Shafira (E14180028)

Koordinator :
1. Dr. Nining Puspaningsih, MS
2. Uus Saepul Mukarom, S.Hut

Asisten :
1. Muhamad Feisal (E14170042)
2. Fatimah Zahra (E14170108)
3. Balqis Afifah (E14170113)

LABORATORIUM FISIK REMOTE SENSING DAN GIS


DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
1. Karakteristik Citra Landsat 8 dan 7
a. Citra Landsat 8
Landsat 8 diluncurkan pada tanggal 8 Februari 2013. di Pangkalan Angkatan
Udara Vandeberg, California Amerika Serikat. Satelit ini dibangun oleh Orbital
Sciences Corporation, sebagai kontraktor utama untuk misi. Intrumen pesawat ruang
angkasa yang dibangun oleh Ball Aerospace dan NASA Goddard Space Flight Center,
dan peluncuran dikontrak untuk United Alliance. Satelit landsat 8 mempunyai dua
sensor yaitu Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS)
(Kristanto et al. 2017). Satelit landsat 8 ini merupakan lanjutan dari landsat 7 yang
mana mempunyai karakteristiknya hanya saja terdapat beberapa tambahan yang
menjadi titik penyempurnaan dari landsat 7 seperti jumlah band, rentang spektrum
gelombang elektromagnetik terendah yang dapat ditangkap sensor serta nilai bit
(rentang nilai Digital Number) dari tiap piksel citra. Satelit ini tergolong citra resolusi
menegah.
Satelit landsat 8 terbang dengan ketinggian 705 km dari permukaan bumi dan
memiliki area scan seluas 170 km x 183 km. Satelit ini memiliki dua sensor
yaitu Onboard Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor
(TIRS) dengan jumlah kanal sebanyak 11 buah. Diantara kanal-kanal tersebut, 9 kanal
(band 1-9) berada pada OLI dan 2 lainnya (band 10 dan 11) pada TIRS.
Rincian band pada sensor OLI (jenis kanal, panjang gelombang, resolusi, dan
kegunaan) yaitu:
 Band 1 Coastal/Aerosol, (0.435 – 0.451 µm), resolusi 30 m, untuk studi
aerosol dan wilayah pesisir.
 Band 2 Blue (0.452 – 0.512 µm), resolusi 30 m, untuk pemetaan bathimetrik,
membedakan tanah dari vegetasi dan daun dari vegetasi konifer.
 Band 3 Green (0.533 – 0.590 µm), resolusi 30 m, untuk mempertegas
puncak vegetasi yaitu menilai kekuatan vegetasi.
 Band 4 Red (0.636 – 0.673 µm), resolusi 30 m, Band 5 Near-Infrared (0.851
– 0.879 µm) resolusi 30 m, untuk membedakan sudut vegetasi.
 Band 5 Near-Infrared (0.851 – 0.879 µm), resolusi 30 m, untuk menekankan
konten biomassa dan garis pantai.
 Band 6 SWIR-1 (1.566 – 1.651 µm), resolusi 30 m, untuk
mendiskriminasikan kadar air tanah dan vegetasi, dan menembus awan
tipis.
 Band 7 SWIR-2 (2.107 – 2.294 µm), resolusi 30 m, untuk peningkatan kadar
air tanah dan vegetasi, penetrasi awan tipis.
 Band 8 Pankromatik, (0.503 – 0.676 µm), resolusi 15 m, untuk penajaman
citra.
 Band 9 Cirrus, (1.363 – 1.384 µm), resolusi 30 m, untuk peningkatan deteksi
awan sirusyang terkontaminasi.

Rincian band pada sensor TIRS (jenis kanal, panjang gelombang, resolusi dan
kegunaan) yaitu:
 Band 10 TIRS-1, (10.60 -11.19µm), resolusi 100 m, untuk pemetaan suhu
dan penghitungan kelembaban tanah.
 Band 11 TIRS-2, (11.50-12.51 µm), resolusi 100 m, untuk peningkatan
pemetaan suhu dan penghitungan kelembaban tanah.
Kegunaan landsat 8 yaitu sebagai pemantauan permukaan bumi, memahami
dan mengelola sumber daya yang dibutuhkan untuk memelihara kelestarian manusia
seperti makanan, air, dan hutan, memantau dampak-dampak serta perubahan
lingkungan, dan lain sebagainya. Lebih spesifiknya yaitu digunakan untuk mengetahui
dan melihat perkembangan vegetasi lahan, penutup lahan, jenis litologi, studi tentang
aerosol, studi kebencanaan (longsor, kebakaran) yang biasanya digunakan pada
berbagai instansi di pemerintahan dan non-pemerintahan.
Beberapa keunggulan landsat 8 khususnya terkait spesifikasi band-band yang
dimiliki maupun panjang rentang spektrum gelombang elektromagnetik yang
ditangkap yaitu warna obyek menjadi lebih bervariasi, dapat menangkap panjang
gelombang elektromagnetik lebih rendah sehingga lebih sensitif terhadap perbedaan
reflektan air laut atau aerosol, deteksi terhadap awan cirrus lebih baik, dan akses data
yang terbuka serta gratis (Sitanggang 2010).

b. Citra Landsat 7
Landsat 7 diluncurkan 15 April 1999. Fungsi dari landsat 7 datanya dapat
digunakan untuk aplikasi studi perubahan global, pemantauan tutupan lahan, dan
pemetaan bagi suatu area. Selain itu, Landsat 7 dirancang untuk dapat bertahan 5
tahun dan memiliki kapasitas untuk mengumpulkan dan mentrasmisikan hingga 532
citra setiap harinya. Satelit ini merupakan satelit polar, memiliki orbit yang sinkron
terhadap matahari yang memiliki arti dapat memindai seluruh permukaan bumi
selama 232 orbit atau 15 hari. Massa satelit tersebut 1973 kg, memiliki panjang 4,04
meter dan diameter 2,74 meter. Sensor Landsat 7 paling stabil dan merupakan
instrumen terbaik untuk observasi bumi yang pernah ada (Anggraini et al. 2017).
Satelit ini merupakan satelit observasi bumi dengan resolusi temporal 16 hari
dan memiliki Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM +). Data Landsat 7 dapat
digunakan untuk aplikasi studi perubahan global, pemantauan tutupan lahan, dan
pemetaan area. Fitur-fitur tambahan yang dimiliki oleh Landsat 7 yaitu band
pankromatik dengan resolusi spasial 15 m, 5 % kalibrasi radiometrik mutlak, channel
IR termal dengan resolusi spasial 60 m, dan perekam data on-board (Wisnama et al.
2008)

Rincian band yang dimiliki landsat 7 (jenis kanal, panjang gelombang, resolusi, dan
kegunaan) yaitu:
 Band 1 Blue (0.441 – 0.514 µm), resolusi 30 m, untuk diferensiasi tanah atau
tumbuhan, zona pesisir
 Band 2 Green (0.519 – 0.601 µm), resolusi 30 m, untuk vegetasi
 Band 3 Red (0.631 – 0.692 µm), resolusi 30 m, untuk diferensiasi spesies
tumbuhan
 Band 4 Near-Infrared (0.772 – 0.898 µm), resolusi 30 m, untuk biomass
 Band 5 Near-Infrared (1.547 – 1.749 µm) resolusi 30 m, untuk diferensiasi
salju/awan
 Band 6 TIR (10.31 – 12.36 µm), resolusi 120 m, termal
 Band 7 SWIR-2 (2.064 – 2.345 µm) resolusi 30 m, untuk lithology
 Pankromatik, (0.515 – 0.896 µm)

Citra Landsat 7 ETM mempunyai keunggulan yaitu tampilan citra yang lebih
jelas yang disebabkan karena pada citra tersebut ada fasilitas koreksi radiometrik
berupa kalibrasi untuk gangguan sinar matahari.
2. Karakteristik Ikonos Osa
Satelit IKONOS adalah satelit resolusi tinggi yang diluncurkan di Vandenberg pada
tanggal 24 September 1999 oleh Space Imaging, resolusi 0,82 meter pankromatik, dan
resolusi 3,2 meter multispectral. IKONOS dimiliki dan dioperasikan oleh space
imaging. Fungsi citra satelit IKONOS dimanfaatkan untuk pemetaan perkotaan dan
pedesaan, bidang sumber daya alam dan bencana alam, analisis pertanian dan
kehutanan, pertambangan, rekayasa, konstruksi, dan deteksi perubahan lahan.
industri media dan gambar gerak, serta memberikan kontrbusi pemantauan tanah
dan air Disamping mempunyai kemampuan merekam citra multispektral pada
resolusi 4 meter,IKONOS dapat merekam objek-objek sekecil satu meter pada hitam
dan putih. Ikonos mempunyai resolusi temporal selama 1,5 sampai 3 hari. Satelit
Ikonos dilengkapi dengan Optical Sensor Assembly (OSA), sensor ini didasarkan pada
prinsip pushbroom yang mampu mengambil citra pankromatik dan citra
multispectral secara simultan. Dengan kombinasi sifat-sifat multispektral pada citra
4 meter dengan detail-detail data pada 1 meter.Citra IKONOS diproses untuk
menghasilkan 1 meter produk-produk berwarna (Sugawarna 2013).

IKONOS memiliki Optical Sensor Assembly (OSA) yang menyediakan data


penginderaan jauh resolusi sangat tinggi dengan mode pankromatik sebanyak 1 band
dan multispectral sebanyak 4 band. OSA yang terdapat pada IKONOS didasarkan
pada prinsip pushbroom yang mampu mengambil citra pankromatik dan citra
multispektral secara simultan.
Rincian band yang dimiliki IKONOS (panjang gelombang dan resolusi) yaitu:
 Mode pankromatik, 0.49 – 0.90 µm (green), resolusi 1 m
 Mode multispektral, band 1, 0.45 – 0.52 µm, resolusi 4 m
 Mode multispektral, band 2, 0.52 – 0.60 µm, resolusi 4 m
 Mode multispektral, band 3, 0.63 – 0.69 µm, resolusi 4 m
 Mode multispektral, band 4, 0.76 – 0.90 µm, resolusi 4 m

Kegunaan citra satelit IKONOS biasanya diaplikasikan untuk pemetaan


perkotaan dan pedesaan, pemetaan perpajakan, konstruksi, pertambangan, sumber
daya alam dan bencana alam, analisis pertanian dan perhutanan serta deteksi
perubahan lingkungan (Mardin 2009).

3. Karakteristik Quickbird
Quickbird milik Digital Globe diluncurkan pada 18 Oktober 2001 di California,
U.S.A. dan mulai memproduksi data pada bulan Mei 2002. QuickBird merupakan
satelit ketiga yang diluncurkan oleh DigitalGlobe dengan tujuan untuk menghasilkan
citra satelit resolusi tinggi untuk kepentingan komersial. QuickBird memiliki resolusi
spasial 0.65 meter untuk citra pankromatik (hitam-putih) serta 2.4 meter untuk citra
multispektral (berwarna). Citra multispektral QuickBird mempunyai 4 band yang
biasa dikenal dengan nama VNIR (Visible – Near InfraRed). Satelit ini tergolong citra
resolusi sangat tinggi.
Rincian band yang dimiliki Quickbird (panjang gelombang) yaitu:
 Band Merah (630 – 690 nm)
 Band Hijau (520 – 600 nm)
 Band Biru (450 – 520 nm),
 Band Infra Merah Dekat (Near InfraRed : 760 – 900 nm).
Satelit Quickbird berada pada ketinggian 450 km (980 sun synchronous) dari
permukaan bumi, dan melaju pada orbitnya dengan kecepatan 7.1 km/detik (25.560
km/jam). Dengan kecepatan orbit 7.1 km/detik, Satelit QuickBird dapat melintasi
tempat yang sama dalam waktu sekitar 1 sampai dengan 3.5 hari (tergantung
dari latitude). Ketelitian dari satelit ini yaitu kesalahan radius 23 meter dan kesalahan
linear 17 meter (tanpa titik kontrol).
Kegunaan satelit Qiuckbird biasanya digunakan dalam aplikasi analisis
perubahan dan penggunaan lahan, pertanian, iklim hutan, exploration and
production (E&P) minyak bumi dan gas, teknik, konstruksi, dan studi lingkungan.
Kegunaan di bidang kehutanan yaitu sebagai monitoring batas-batas fungsi kawasan
hutan, identifikasi wilayah habitat satwa, identifikasi perubahan kawasan hutan
akibat illegal loging, inventarisasi potensi sumber daya hutan, pemetaan kawasan
unit-unit pengelolaan hutan, perencanaan lokasi reboisasi dan lainnya (Agustina et al.
2012).

4. Karakteristik Worldview
Satelit Worldview diluncurkan pada 8 Oktober 2009 dari Vandenberg Air Force
Base, California, Amerika Serikat. Satelit Worldview mengambil citra secara
multispektral. Resolusi spasialnya 0.5 m (pankromatik) dan 2.4 m (multispektral).
Citra Worldview terdiri dari delapan saluran multispektral (coastal, blue, green,
yellow, red, red-edge, NIR1, dan NIR2). Resolusi spasial citra multispektral 1.85 m2
sedangkan pankromatik 0.46 m2 (Azizah et al. 2016; Widayani 2018).
Satelit ini juga mampu mengumpulkan data citra multispektral daerah yang
sangat luas 1 juta km2 setiap hari, Sensor satelit WorldView-2 menyediakan sebuah
band resolusi tinggi pankromatik dan 8 band multispektral, 4 band standar (warna
merah, hijau, biru dan inframerah) dan 4 bend baru (warna kuning, merah dan
inframerah), penuh warna citra untuk meningkatkan aplikasi analisis, pemetaan dan
pemantauan spektral, perencanaan penggunaan lahan, bantuan bencana, eksplorasi,
pertahanan dan intelijen, serta lingkungan visualisasi dan simulasi. Dengan
penambahan keragaman spektralnya menyediakan kemampuan untuk melakukan
deteksi perubahan dan pemetaan yang tepat. Selain berbagai perbaikan teknis,
Worldview-2 juga memiliki kemampuan untuk mengakomodasi permintaan
perekaman langsung, yang memungkinkan pelanggan diseluruh dunia memilih serta
memuat profil pencitraan langsung pada wahana dan melaksanakan pengiriman data
ke stasiun bumi sendiri (Setiawan dan Budisusanto 2014).
5. Karakteristik Geoeye
Satelit GeoEye diluncurkan pada 6 September 2008 dari Vandenberg Air Force
Base, California, AS. Satelit ini dikeluarkan oleh Geoeye Inc yang mana
pembuatannya disponsori oleh Google dan National Geospatial-Intelligence
Agency (NGA). Satelit ini mampu memetakan gambar dengan resolusi gambar yang
sangat tinggi dan merupakan satelit komersial dengan pencitraan gambar tertinggi
yang ada di orbit bumi saat ini. Satelit ini tergolong citra resolusi sangat tinggi.
Kegunaan satelit Geoeye yaitu untuk menyediakan data-data peta satelit daratan
di seluruh dunia yang akan memperkuat layanan peta berbasis web melalui Google
Earth maupun Google Maps. Dengan demikian, sangat bermanfaat karena produk
Geoeye-1 akan memberikan berbagai aplikasi untuk pertahanan negara, keamanan
nasional, transportasi air dan kelautan, minyak dan gas, energi, pertambangan,
pemetaan dan layanan berbasis lokasi, negara dan pemerintahan daerah,
asuransi dan manajemen risiko, pertanian, sumber daya alam dan pemantauan
lingkungan.
Geoeye menyediakan data penginderaan jauh dengan ground resolution hingga
0.41 m dalam mode pankromatik dan 1.65 meter pada mode multispectral. Geoeye
memiliki orbit Sun-synchronous polar pada ketinggian 681 km menjadi 770 km di atas
permukaan laut. Satelit ini memiliki resolusi temporal selama kurang dari 3 hari
(Alawy 2016). Berdasarkan kebijakan pemerintah AS resolusi spasial yang
diperkenankan untuk kepentingan komersial adalah resolusi 0,5 meter dan 2 meter.
Rincian band yang dimiliki Geoeye-1 (panjang gelombang dan resolusi) yaitu:
 Pankromatik, 0.45 – 0.80 µm (green), resolusi 0.41 m
 Multispektral, Band 1, 0.45 – 0.51 µm (blue), resolusi temporal 1.65 m
 Multispektral, Band 2, 0.51 – 0.58 µm (green), resolusi temporal 1.65 m
 Multispektral, Band 3, 0.655 – 0.69 µm (red), resolusi temporal 1.65 m
 Multispektral, Band 4, 0.78 – 0.92 µm (near IR), resolusi temporal 1.65 m
Selain resolusi yang tinggi, citra satelit Geoeye juga memiliki tingkat akurasi 3
m yang artinya adalah pengguna satelit Geoeye mampu memetakan alam dan fitur
buatan dalam jarak 3 m dari lokasi sebenarnya di permukaan bumi tanpa adanya titik
kontrol utama. Selain itu, tingkat akurasi ini tidak pernah di capai oleh sistem
pencitraan komersial sebelumnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa satelit
Geoeye termasuk ke dalam salah satu daftar jenis satelit yang komersial dengan
tingkat akurasi tingi serta resolusi spasial yang cukup memuaskan.

6. Karakteristik Terra
Satelit ini diluncurkan dari Vandenberg Air Force Base pada 18 Desember 1999,
diterbangkan dengan roket Atlas IIAS dan mulai mengumpulkan data pada 24
Februari 2000. Terra (EOS AM-1) adalah satelit penelitian multinasional NASA
di orbit sun-synchronous di sekitar bumi.Satelit ini adalah bagian dari Earth Orbiting
System. Nama Terra dating dari bahasa Latin yang berarti bumi. Instrumen ASTER
didesain dengan 3 band pada jangkauan spektral visible dan near-infrared (VNIR)
dengan resolusi 15 m, 6 band pada spektral short-wave infrared (SWIR) dengan
resolusi 30 m dan 5 band pada thermal infrared dengan resolusi 90 m. Band VNIR
dan SWIR mempunyai lebar band spektral pada orde 10. ASTER terdiri dari 3 sistem
teleskop terpisah, dimana masing-masing dapat dibidikkan pada target terpilih.
Dengan penempatan (pointing) pada target yang sama dua kali, ASTER dapat
mendapatkan citra stereo beresolusi tinggi. Cakupan scan (Swath witdh) dari citra
adalah 60 km dan revisit time sekitar 5 hari.
Kegunaan satelit ini yaitu Data Terra-MODIS dimanfaatkan untuk pemanfaatan
fase tanaman padi, zona potensi penangkapan ikan, monitoring titik api kebakaran
hutan, dan lain-lain.

7. Karakteristik Rapideye
Satelit Rapideye merupakan satelit yang diluncurkan dari roket DNEPR-1 pada 29
Agustus 2008 di Kosmodrom Baykonur Kazakhstan. Rapideye dibangun oleh
MacDonald Ltd (MDA) yang menawarkan pengguna gambar sumber data yang berupa
kombinasi dengan cakupan yang luas, tergolong citra resolusi tinggi dan kemampuan
multispectral yang tinggi. Rapideye terdiri dari lima satelit yang terpisah yang
memiliki kemampuan memberikan informasi geospasial serta memperoleh data
gambar dengan resolusi tinggi. Sistem Rapideye mengumpulkan data liputan 4 juta
kilometer persegi per hari dengan resolusi 6.5 meter. Masing-masing satelit RapidEye
memiliki ukuran kurang dari satu meter kubik dan beratnya 150 kg, yang telah
dirancang untuk beroperasi selama 7 tahun. Kelima satelit tersebut juga dilengkapi
dengan sensor identik dan terletak di bidang orbit yang sama. Satelit Rapideye adalah
satelit komersial pertama yang menyertakan pita Red-Edge, yang sensitif terhadap
perubahan kandungan klorofil. Studi menunjukkan bahwa pita ini dapat membantu
memantau kesehatan vegetasi, meningkatkan pemisahan spesies, dan membantu
dalam mengukur kandungan protein dan nitrogen dalam biomassa.. Satelit ini
memiliki jumlah spektral band yaitu 5. Waktu revisit satelit ini yaitu 1 hari (pada posisi
off-nadir) dan 5.5 hari (posisi nadir).
Rincian band yang dimiliki Rapideye (panjang gelombang) yaitu:
 Blue (440 – 510 nm)
 Green (520 – 590 nm)
 Red (630 – 685 nm)
 Red Edge (690 – 730 nm)
 Near-infrared (760 – 850 nm)

Kegunaan satelit Rapideye yaitu Informasi berbasis satelit semakin banyak


digunakan oleh pemerintah dan operator komersial untuk menilai status hutan,
mengevaluasi strategi pengelolaan, mengukur kelestarian lingkungan dan ekonomi
operasi hutan, memantau pembalakan liar dan deforestasi .

8. Karakteristik AVHRR-NOAA-15
Satelit NOAA-15 diluncurkan pada 13 Mei 1998 dengan kendaraan peluncuran
Titan 23G dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg. Satelit NOAA (National
Oceanic and Atmospheric Administration) merupakan satelit meteorologi seri ke-3
milik Amerika.
NOAA ini dilengkapi dengan 6 sensor utama, yaitu :
 AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer)
 TOVS (Tiros Operational Vertical Sonde)
 HIRS (High Resolution Infrared Sounder (bagian dari TOVS)
 DCS (Data Collection System)
 SEM (Space Environment Monitor)
 SARSAT (Search and Rescue Sattelite System)
Berdasarkan 6 (enam) sensor utama di atas, sensor yang relevan untuk
pemantauan bumi adalah sensor AVHRR dengan kemampuan memantau lima
saluran yang dimulai dari saluran tampak (visible band) sampai dengan saluran
inframerah jauh (far infrared band). Periode untuk sekali orbit bagi satelit NOAA
adalah 102 menit sehingga setiap hari mengasilkan kurang lebih 14.1 orbit. Satelit
NOAA dengan orbit geostasioner adalah satelit yang memonitor belahan bumi bagian
barat pada ketinggian 22.240 mil di atas permukaan bumi sedangkan satelit NOAA
dengan orbit polar adalah satelit yang memonitor bumi pada ketinggian 540 mil di
atas permukaan bumi. Kringgian satelit ini yaitu 870 km (Wicaksono et al. 2014).

Tabel 1. Karakteristik panjang gelombang NOAA-AVHRR


Panjang
Saluran Resolusi Daerah Spektrum Penggunaan
Gelombang (µm)
Pemetaan awan dan
permukaan siang hari,
1 1.09 km 0.58-0.68 Tampak pemantauan salju lapisan
es, cuaca dan keadaan
vegetasi
Tampak sampai Batas daratan-perairan,
2 1.09 km 0.725-1.00
inframerah dekat salju, es, vegetasi
3A 1.09 km 1.58-1.64 Inframerah tengah Deteksi salju dan es
Pemetaan malam hari,
pengukuran temperature
3B 1.09 km 3.55-3.93 Inframerah tengah
suhu permukaan laut,
pemantauan aktivitas
vulkanik, pemantauan
penyebaran debu vulkanik

Pemetaan malam hari,


awan siang-malam,
penelitian air tanah untuk
4 1.09 km 10.30-11.30 Inframerah jauh
pertanian, dan
pengukuran suhu
permukaan laut
Pengukuran suhu
permukaan
5 1.09 km 11.50-12.50 Inframerah jauh laut, pemetaan siang-
malam, penelitian air
tanah dan pertanian

Satelit NOAA digunakan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan fisik


lautan atau samudra dan atmosfer. Data AVHRR dari satelit NOAA dapat digunakan
untuk menganalisis berbagai parameter yang berkaitan dengan bidang hidrologi,
oseanografi, hingga meteorologi. Selain itu, dapat diaplikasikan untuk monitoring
vegetasi hingga kebakaran hutan, dan untu ekstraksi berbagai data. Aplikasi
penggunaan satelit NOAA di indonesia sangat bermanfaat mengingat karakteristik
Indonesia sebagai negara yang memiliki perairan luas. Sensor AVHRR dapat
dimanfaatkan untuk eksplorasi sumber daya laut yang ada di Indonesia seperti
menentukan lokasi potensial penangkapan ikan.

9. Karakteristik Pleaides
Pleiades 1A dan Pleiades 1B merupakan satelit kembar milik Airbus Defence
and Space. Pleiades memiliki 1 kamera dengan 1 band pankromatik dan 4
multispektral. Pleiades 1A diluncurkan pada bulan Desember 2011 sementara Pleaides
1B diluncurkan pada bulan Desember tahun berikutnya. Satelit Pleaides 1A dan
1B berada pada orbit yang sama namun terpisah jarak hingga 180 derajat sehingga
dapat menyediakan citra hingga temporal harian. Satelit Pleiades dilengkapi sensor
yang dapat membuat gambar berwarna dengan resolusi spasial 50 cm. Masing-
masing satelit memiliki resolusi temporal 2 hari dengan jenis orbit heliosynchronous
quasi-circular pada ketinggian orbit 694 km. Sensor resolusi tinggi Pleiades
membuat gambar dalam mode pankromatik dengan resolusi 70 cm, yang di-
resample hingga 50 cm di permukaan tanah. Dalam mode multispectral, kamera
ini memotret gambar dengan resolusi 2.8 m yang di-resample hingga 2 m.
Penggabungan kedua jenis produk ini menghasilkan gambar berwarna dengan
resolusi 50 cm. Produk Pleiades dapat diaplikasikan pada pertahanan, pemetaan
perkotaan, pertanian, dan infrastruktur (LAPAN 2018a).
Berikut merupakan rincian band dari sensor Pleaides
Blue, 0.430 – 0.550 µm, resolusi 2 m
Green, 0.500 – 0.620 µm, resolusi 2 m
Red, 0.590 – 0.710 µm, resolusi 2 m
NIR IR, 0.740 – 0.940 µm (middle IR), resolusi 2 m
PAN, 0.470 – 0.820 µm, resolusi 50 cm
Pléiades-1, adalah citra satelit resolusi tinggi terbaru yang diluncurkan pada
tanggal 16 Desember 2011 dari Sinnamary, Guiana Prancis. Pléiades-1,adalah
satelit pertama dari dua satelit resolusi tinggi yang diluncurkan oleh perusahaan
Astrium yang membawahi proyek satelit SPOT. Satelit kedua yaitu Pléiades-2,
diluncurkan pada akhir 2012. Pléiades-1, memiliki kemampuan perekaman
maksimum 1 juta kilometer persegi dan memiliki kemampuan yang lebih baik
dibandingkan satelit-satelit resolusi tinggi lainnya (Unik 2019).
10. Karakteristik SPOT-6 dan SPOT 7
a. SPOT-6
Satelit SPOT-6 diluncurkan pada 9 September 2012 dengan Roket PSLV dari
Pusat Antariksa Satish Dhawan, India. Satelit ini dibangun oleh AIRBUS Defence and
Space. SPOT-6 merupakan satelit penginderaan jauh optis yang mampu menyediakan
citra dengan resolusi hingga 1.5 meter untuk pankromatik dan 6 meter untuk
multispektral. Satelit ini tergolong citra resolusi tinggi. Citra Satelit SPOT-6 dengan
resolusi spasial mencapai 1.5 meter dalam posisi nadir, termasuk dalam kategori citra
dengan resolusi spasial sangat tinggi. Dengan tampilan yang cukup detail disertai
cakupan rekaman yang luas (mencapai lebar 60 km) (Aryastana et al. 2016).

b. SPOT-7
Satelit SPOT-7 diluncurkan pada tanggal 30 Juni 2014 bertempat di Satish
Dhawan Space Center, India, dengan menggunakan roket pengangkut Polar Satellite
Launch Vehicle (PSLV) C23. Satelit SPOT-7 beredar pada ketinggian 694 km di atas
permukaan bumi, pada orbit Sun–synchronous, dengan kemiringan 98.2 derajat,
serta terpisah sejauh 180 derajat dengan Satelit SPOT-6. atelit ini menyediakan citra
dengan resolusi hingga 1.5 meter dengan skala 1:25.000 dan cocok untuk pemetaan
topografi.
Selain itu, satelit ini juga dapat merekam area seluas 60 km x 60 km (pada keadaan
nadir) dengan sekali sapuan perekaman, serta bagaimana Satelit SPOT-7 ini di desain
untuk menghasilkan data citra satelit dalam moda multispektral (4 band) dengan
resolusi spasial 6 meter (pada keadaan nadir) dan dalam moda pankromatik (1 band)
dengan resolusi spasial 1.5 meter, yang sama persis dengan citra yang dihasilkan oleh
Satelit SPOT 6.
Rincian band dari sensor SPOT-6 dan SPOT-7 (panjang gelombang) pankromatik
yaitu:
 1 band pankromatik (450 – 745 nm)

Rincian band dari sensor SPOT-6 dan SPOT-7 (panjang gelombang) multiseptral
yaitu:
 Band biru (455 – 525 nm)
 Band hijau (530 – 590 nm)
 Band merah (625 – 695 nm)
 Band IR dekat (760 – 890 nm)

Kegunaan satelit SPOT-6 dan SPOT 7 yaitu dapat diaplikasikan di bidang pertahanan,
pertanian, pemantauan tutupan lahan dan hutan, pantai, teknik, minyak, gas, dan
industri pertambangan.
Beberapa kegunaan di bidang kehutanan yaitu:
 Monitoring batas-batas fungsi kawasan hutan;
 Identifikasi wilayah habitat satwa;
 Identifikasi perubahan kawasan hutan akibat illegal loging;
 Inventarisasi potensi sumber daya hutan;
 Pemetaan kawasan unit-unit pengelolaan hutan;
 Perencanaan lokasi reboisasi.

11. Karakteristik ALOS (PALSAR AVNIR dan PRISM)


ALOS (Advanced Land Observing Satellite) merupakan satelit observasi bumi
yang diluncurkan pada bulan Januari 2006 oleh Japan Aerospace Exploration
Agency (JAXA). ALOS memiliki misi utama sebagai berikut: Kartografi, Observasi
regional, Monitoring bencana, Survey sumber daya, Pengembangan teknologi
observasi bumi. ALOS memiliki tiga sensor observasi bumi yaitu Panchromatic
Remote-sensing Instrument for Stereo Mapping (PRISM) untuk mendeteksi elevasi
dengan presisi tinggi, Advanced Visible and Near Infrared Radiometer type 2
(AVNIR-2) untuk observasi tutupan lahan, dan Phased Array type L-band Synthetic
Aperture Radar (PALSAR) untuk observasi daratan siang dan malam tanpa
memperhatikan kondisi cuaca (LAPAN, 2018c). ALOS adalah salah satu satelit
observasi terbesar yang berfungsi untuk inventarisasi resolusi tinggi tutupan lahan
(ALOS | Peta Citra Satelit, no date)
Tabel 1 Karakteristik ALOS

PRISM (Panchromatic Remote-Sensing Instrument for Stereo Mapping)


merupakan radiometer pankromatik yang memiliki resolusi spasial 2,5 meter pada
titik nadir. Data yang diekstrak menyediakan model permukaan digital (Digital
Surface Model) yang akurat. PRISM memiliki tiga titik optik independen untuk
melihat titik nadir, depan dan belakang (Backward and Forward). Masing-masing
optik teleskop terdiri dari tiga cermin dan beberapa detektor CCD untuk penyapuan
memanjang. Teleskop Nadir mampu mencakup lebar 70 km, sedangkan teleskop
depan dan belakang mencakup lebar area 35 km. teleskop dipasang pada sisi optica
bench pada suhu yang tepat. Teleskop depan dan belakang memiliki inklinasi 24 dan
-24 derajat dari titik nadir untuk rasio dasar ketinggian 1,0 (Unik 2019).
Tabel 2 Spesifikasi ALOS PRISM
ALOS AVNIR-2 AVNIR- 2 (The Advanced Terlihat dan Near Infrared
Radiometer type 2) merupakangelombang tampak dan radiometer yang digunakan
untuk menyimpan daratan dan wilayah pesisir. AVNIR-2 menyediakan peta cakupan
lahan dengan yang spasial baik dan peta penggunaan lahan untuk lingkungan
daerah. AVNIR-2 adalah Penerus AVNIR yang terdapat pada Advanced Earth
Observing Satellite (ADEOS), yang diluncurkan pada bulan Agustus 1996. Itu
Seketika -Medan dari view- (IFOV) adalah peningkatan utama atas AVNIR. AVNIR-
2 menyediakan gambar dengan resolusi spasial 10m, perbaikan atas resolusi 16m dari
AVNIR di wilayah multi-spektral. AVNIR-2 memiliki peningkatan detektor CCD dan
elektronik mengaktifkan kembali solusi yang lebih tinggi. Sebuah fungsi lintas-track
menunjuk untuk observasi prompt dari daerah bencana bencana bencana. Sudut
menunjuk (Pointing angle) dari AVNIR-2 adalah 44 dan - 44 derajat.
Tabel 3 Spesifikasi AVNIR-2
12. Karakteristik Sentinel
Sentinel merupakan data citra satelit yang dapat diperoleh dengan tanpa biaya.
Sentinel -2 merupakan citra dengan resolusi tinggi dengan swath yang lebar, revisit di
lokasi yang sama setiap 10 hari. Sentinel-2 terdiri dari dua satelit konstelasi yaitu
Sentinel-2A dan Sentinel-2B yang mengorbit kutub pada orbit sun-synchronous pada
ketinggian 786 km. Dua satelit identik tersebut berjarak 180 derajat satu sama lain.
Satelit tersebut merupakan satelit resolusi menengah dengan resolusi temporal 10
hari untuk satu satelit atau 5 hari dengan dua satelit. dan dapat digunakan untuk
kajian-kajian monitoring tutupan lahan, termasuk vegetasi, tanah dan air, juga
jaringan air dan area pantai. Sentinel-2 Multispectral Instrument (MSI) sampel 13
band spektral: 4 band (Band 2, Band 3, Band 4, and Band 8) dengan resolusi 10m
(bandingkan dengan pankromatik Landsat 15m), enam band (Band 5, Band 6, Band 7,
Band 8a, Band 11, and Band 12) dengan resolusi spasial 20 meter dan tiga band (Band
1, Band 9, and Band 10) dengan resolusi spasial 60m (Unik 2019). Satelit yang
direncanakan dapat bertahan selama 7 tahun ini, mempunyai resolusi spasial 10 meter
(untuk band-band cahaya tampak dan inframerah dekat), 20 meter dan 60 meter
(untuk band-band gelombang inframerah dekat dan gelombang pendek inframerah)
(Dasanto 2000).

DAFTAR PUSTAKA
Agustina A, Sugandi D, Somantri L. 2012. Pemanfaatan citra quickbird untuk
pemetaan penggunaan lahan di Cibeunying Kota Bandung. Jurnal Pendidikan
Geografi. 12(1) : 49-61.
Alawy MM. 2016. Analisis ketelitian geometrik citra lleiades 1B dan geoeye untuk
pembuatan peta dasar RDTR kawasan pesisir (studi kasus: Kecamatan Bulak,
Kota Surabaya) [tesis]. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Aryastana P, Eryani IGAP , Candrayana KW. 2016. Perubahan garis pantai dengan
citra satelit di Kabupaten Gianyar. Jurnal PADURAKSA. (5)2: 70-81.
Azizah NN, Siregar VP, Agus SB. 2016. Penerapan algoritma spectral angle mapper
(SAM) untuk klasifikasi lamun menggunakan citra satelit Worldview-2. Jurnal
Penginderaan Jauh. 13(2): 61 – 72.
Dasanto D. 2000. Analisis Kerentanan Banjir Di Jawa Timur Menggunakan Teknik
Penginderaan Jauh. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Kristanto Y, Agustin T, Muhammad F. 2017. Pendugaan karakteristik awan
berdasarkan data spektral citra satelit resolusi spasial menengah landsat 8
OLI/TIRS ( studi kasus : Provinsi DKI Jakarta). Jurnal Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika. 4( 2) : 42-51.

LAPAN (2018a). Jenis Data Satelit Penginderaan Jauh PLEIADES. Tersedia di:
https://inderaja-
catalog.lapan.go.id/application_data/default/pages/about_Pleiades.html
(Diakses: 16 Februari 2021).
LAPAN (2018c) Jenis Data Satelit Penginderaan Jauh ALOS. Tersedia di:
https://inderaja-
catalog.lapan.go.id/application_data/default/pages/about_ALOS.html
(Diaskses: 16 Februari 2021).
Mardin R. 20009. Pemanfaatan citra ikonos untuk identifikasi objek‐objek kekotaan.
Jurnal Ruang 1 (1): 47 – 54.
Setiawan H dan Budisusanto Y. 2014. kajian citra resolusi tinggi worldview-2 sebagai
penunjang data dasar untuk rencana detail tata ruang kota (rdtrk) (studi kasus:
Kecamatan Rungkut, Surabaya). GEOID. 10 (10): 52 - 58.

Unik M. 2019. Pengantar: spesifikasi citra satelit analisis citra digital untuk
pengelolaan sumber daya hutan. Tersedia di:
https://www.researchgate.net/publication/339001973_Pengantar_SPESIFIK
ASI_CITRA_SATELIT_-
_ANALISIS_CITRA_DIGITAL_UNTUK_PENGELOLAAN_SUMBER_DAYA
_HUTAN#pf19. (Diakses pada 16 Februari 2021).
Wicaksono A, Muhsoni FF, Fahrudin A. 2010. Aplikasi data citra satelit NOAA-17
untuk mengukur variasi suhu permukaan Laut Jawa. Jurnal Kelautan. 3(1): 70-
74.
Wisnama IGY, Sutanto, Sudibyakto. 2008. Kemampuan saluran termal citra landsat 7
ETM+ dan citra aster dalam memetakan pola suhu permukaan di Kota Denpasar
dan sekitarnya. Jurnal Majalah Geografi Indonesia. 22(1): 39-51.

Anda mungkin juga menyukai