Kelompok 4
ABSTRACT
Halaman
DAFTAR TABEL..............................................................i
DAFTAR GAMBAR…………………………………….......ii
I. PENDAHULUAN …… ………………………………….1
1.1 Latar Belakang …….…………………………………..1
1.2 Tujuan …………………………………………..2
II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………….3
2.1 Surfer ……………………………………………….......3
2.1.1 Deskripsi Surfer ………………………………...3
2.1.2 Spesifikasi dan Aplikasi Surfer…………………..4
III. METODOLOGI …………………………………………...6
3.1 Waktu dan Tempat ………………………………………6
3.2 Alat dan Bahan …………………………………………..6
3.3 Prosedur Kerja …………………………………………...6
3.3.1 Pengolahan Data Program Surfer …………………6
Halaman
1. Tabel Alat dan Bahan ...................................................... 6
i
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 1. Diagram alir peta 2D………………………… 6
2. Diagram alir peta 3D …………………………………… 7
3. Diagram alir stick plot arus……………………………… 8
3. Peta Batimetri 2D……………………………………………… 9
4. Peta Batimetri 3D……………………………………………… 10
5. Stik Plot Arus…………………………………………………… 11
ii
I. PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengolah data koordinat menggunakan surfer.
2. Mahasiswa mampu membuat profil stick plot arus dari peta topografi
3. Mahasiswa mampu mendigitasi peta kontur batimetri 2D dan 3D dengan
menggunakan surfer.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Surfer
3.1.1Deskripsi Surfer
Surfer adalah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk membuat
peta kontur dan permodelan tiga dimensi dengan mendasarkan peta grid.
Surfer dapat memberikan gambar gambaran secara spasial perletakan potensi
bencana dengan cara analisis spasial mitigasi bencana (Yuliantina 2020). Juga
mempermudah serta mempercepat aktivitas konversi data ke dalam bentuk
peta kontur dan plot permukaan. selain itu Surfer juga berguna dalam bidang
pengembangan teknologi bawah laut.
Plotting data yang dilakukan oleh perangkat lunak ini yaitu berupa
X,Y,Z yang tidak beraturan yang menjadi lembar titik-titik segi empat (grid)
yang beraturan sehingga bentuknya yang serangkai dari vertical dan horizontal
dan meembentuk segi empat. Aplikasi ini tidak mensyaratkan perangkat keras
ataupun system yang beroprasi tinggi. Oleh karena itu, surfer relative mudah
dalam aplikasinya dan juga bisa digunakan dalam keadaan tidak terhubung
pada internet.
Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk
pembuatan peta kontur dan pemodelan 3 dimensi (3D) dengan mendasarkan
pada grid. Perangkat lunak ini melakukan plotting data tabular XYZ tak
beraturan menjadi lembar titik-titik segi empat (grid) yang beraturan. Gridding
merupakan proses pembentukan rangkaian nilai Z yang teratur dari sebuah
data XYZ. Hasil dari proses gridding ini adalah file grid yang tersimpan pada
file.grd. Namun pada penelitian ini Software Surfer digunakan untuk membuat
pemetaan kebisingan, maka nilai Z tersebut bukan lagi berupa titik ketinggian
atau kedalaman (Aini et al. 2017).
Surfer adalah suatu pemodelan visual 3D, Kontur dan Permukaan.
Surfer melakukan plotting data x,y, dan z yang masih berantakan menjadi
lembar titik segi empat (grid) yang beraturan dan rapi. Grid adalah garis
vertikal dan horizontal yang ada pada aplikasi surfer yang berbetuk segi empat
yang digunakan sebagai dasar pembuatan atau pembentukan contour dan
3
surface 2D atau 3D. Garis vertikal dan horizontal ini terdapat perpotongan.
Titik perpotangan ini terdapat dan tersimpan data z yang menjadi fungsi titik
kedalaman dan ketinggian. Gridding adalah serangkaian penyusunan dan
pembentukan rangkaian nilai z yang teratur dari sebuah data x, y dan z.
Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk
pembuatan peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada
grid. Perangkat lunak ini melakukan plotting data tabular XYZ tak beraturan
menjadi lembar titik-titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah
serangkaian garis vertikal dan horisontal yang dalam Surfer berbentuk segi
empat dan digunakan sebagai dasar pembentuk kontur dan surface tiga
dimensi (Ahmad et al. 2018).
4
Map Projections
Customize Your Map
Superior Gridding
Variograms
Faults and Breaklines
Grid Functions
Surface plot adalah lembar kerja yang digunakan untuk membuat peta
atau file grid. Padasaat awal dibuka, lembar kerja ini berada pada kondisi
yang masih kosong. Pada lembar plot ini peta dibentuk dan diolah untuk
selanjutnya disajikan.
Worksheet merupakan lembar kerja yang digunakan untuk melakukan
input data XYZ. Data XYZ adalah modal utama dalam pembuatan peta
pada surfer.
Jendela editor adalah tempat yang digunakan untuk membuat atau
mengolah file teks ASCII. Teks yang dibuat dalam jendela editor dapat
dikopi dan ditempel dalam jendela plot.
Overlay peta kontur dimaksudkan adalah menampakkan sebuah peta
kontur dengan sebuah data raster, atau sebuah peta kontur dengan model
tiga dimensi.
5
III. METODOLOGI
Lalu klik New Plot dan New Base Map dan masukkan file bingkai dalam format
bln
New Base Map kemidian masukkan file digitize pulau dalam format bln
6
Arahkan kursor pada gambar kemudian klik Ctrl + A
Klik base-digital pulau.bln lalu klik fill, Pattern, Solid kemudian ubah warnanya
Klik Countor-digitize kedalaman.grid lalu Levels dan klik Fill Countor dan ubah
ubah warna ke Batimetri
Klik Simbol dan ubah ke GSI North Arrows, maka akan muncul gambar Simbol
Klik Text dan beri nama dengan nama Peta Batimetri 2 Dimensi
Auto Scaling lalu klik Show Base Edit Base Properties kemudian pilih warna
7
Peta Batimetri 3 Dimensi
Klik Symbol lalu Show Color Scale kemudian pilih Vector Color BlueRed1
8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Profil 2D Peta Batimetri
Batimetri merupakan ukuran tinggi rendahnya dasar laut, sehingga peta
batimetri memberikan informasi tentang dasar laut, di mana informasi tersebut
dapat memberikan manfaat pada beberapa bidang yang berkaitan dengan dasar
laut, seperti alur pelayaran untuk kapal rakyat (Febrianto et al. 2015).
Istilah batimetri (kedalaman dasar laut) didefinisikan sebagai pengukuran dan
pemetaan dari topografi dasar laut (Arief 2013). Informasi tentang batimetri
sangat penting dalam bidang kelautan misalnya dalam penentuan alur pelayaran,
perencanaan bangunan pantai, perencanaan pembangunan pelabuhan,
pembangunan jaringan pipa bawah laut, kesesuaian untuk budidaya laut dan
lainnya. Kegunaan dan pemanfaatan lain dari pemetaan batimetri adalah sebagai
informasi dasar untuk mempelajari ekosistem dasar perairan, seperti pemetaan
kondisi habitat karang dan sebagai informasi dasar zona potensi wisata laut dan
budidaya perairan.
9
sesuai pada permukaan tanah atau dasar laut yang memiliki ketinggian atau
kedalaman perairan yang sama.
Menurut Pradipta et al. (2018), kegiatan pengukuran dan pemetaan batimetri
sangat dibutuhkan untuk area-area penelitan perairan. Indonesia sebagai negara
yang memiliki banyak wilayah perairan, teknologi pemetaan batimetri sangatlah
penting dan dapat memberikan banyak manfaat. Peta hasil pengukuran dan
pemetaan batimetri dapat digunakan dalam berbagai aspek seperti pemantauan
waduk, perencanaan, dan rekayasa. Pengukuran dan pemetaan batimetri di daerah
perairan dangkal sulit dilakukan karena keterbatasan alat yang tersedia saat ini
banyak digunakan untuk air dalam seperti di laut.
10
pemetaan batimetri bisa dilakukan dengan teknologi akustik yaitu dengan
menggunakan gelombang suara sehingga penggunaan teknologi ini lebih baik
karena tidak merusak lingkungan sekitar penelitian.
Data tentang kedalaman atau batimetri dapat menjadi salah satu data acuan
dalam pelayaran. Kapal rakyat yang berlayar di Pulau Tunda, pada umumnya
tidak dilengkapi alat yang memberi informasi tentang alur pelayaran yang sesuai
dan pemetaan perairan di sekitar pulau tersebut yang tidak begitu detail atau rinci
dapat mengakibatkan kesalahan dalam berlayar dan dapat menimbulkan kejadian
seperti kandasnya kapal karena perairan yang dangkal untuk dilewati kapal.
Informasi yang rinci mengenai batimetri ini sangatlah diperlukan untuk alur
pelayaran rakyat atau alur yang dilewati oleh kapal transportasi di daerah tersebut
(Febrianto et al. 2015).
Gambar 4 di atas merupakan grafik stick plot, yaitu grafik yang menunjukkan
kecepatan dan arah arus yang terjadi terhadap perubahan waktu. Data yang
digunakan untuk penggambaran stick plot merupakan data hasil pemisahan arus
11
yaitu dengan menggunakan nilai komponen U dan komponen T (Simatupang dan
Agussalim 2016).
Arus merupakan pergerakan massa air yang dipengaruhi oleh angin, masa
jenis air dan perbedaan tekanan yang mengakibatkan pengangkutan material-
material air dari permukaan maupun kolom air (Prayogo 2021). Angin merupakan
salah satu gaya utama yang menyebabkan timbulnya arus laut selain gaya yang
timbul akibat dari tidak samanya pemanasan dan pendinginan air laut.
Arus laut adalah gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang
lain. Arus laut terjadi dimana saja di laut. Pada hakekatnya, energi yang
menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari. Adanya perbedaan
pemanasan matahari terhadap permukaan bumi menimbulkan pula perbedaan
energi yang diterima permukaan bumi. Perbedaan ini menimbulkan fenomena
arus laut dan angin yang menjadi mekanisme untuk menye-imbangkan energi di
seluruh muka bumi. Kedua fenomena ini juga saling berkaitan erat satu dengan
yang lain.
4.2 Pembahasan
Dengan menggunakan teknologi yang tersedia, peta yang awalnya hanya
memiliki dimensi 2D dapat diubah menjadi 3D dan membentuk kontur daratan
yang menghadap langsung ke lautan. Kontur sendiri merupakan garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian yang sama pada suatu bidang
referensi. Teknik garis kontur digunakan untuk memberikan ketelitian yang lebih
baik dan menggambarkan bentuk permukaan tanah dan ketinggiannya pada peta.
Selain teknik garis kontur, terdapat juga teknik lain seperti hachures dan shading
untuk menggambarkan permukaan tanah. Menurut Iskandar Muda. Garis kontur
adalah metode yang banyak dilakukan untuk menggambarkan bentuk ketinggian
permukaan tanah di peta, karena memberi lebih presisi baik (Senduk 2021).
Kita mengubah peta kontur yang awalnya 2D menjadi peta 3D agar lebih
mudah memvisualisasikan kondisi ketinggian, kedalaman, dan kemiringan suatu
wilayah.Pemetaan secara 3D ini dapat memberikan informasi yang akurat dan
mendetail kepada pengguna peta 3D ini nantinya (Ghazali et al. 2015).Untuk
membuat peta 3D, diperlukan penggunaan perangkat lunak khusus seperti Surfer
12
dan tingkat kesulitan dalam penggunaannya sebanding dengan hasil yang
diperoleh.
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
kedalaman terdalam terdapat pada titik dengan kedalaman 209, sedangkan titik
terdangkal terletak pada titik 1. Selain itu, kecepatan arusnya cukup tenang dan
tidak terlalu kuat, hal ini dapat dilihat dari jumlah anak panah biru yang lebih
banyak daripada anak panah merah pada gambar 5.
13
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum tentang pengolahan data di aplikasi surfer adalah
aplikasi ini dapat membantu lebih cepat dalam mengolah data surfer ini akan
sangat dibutuhkan untuk para peneliti geografi, peneliti dasar laut, pertambangan,
pembangunan pelabuhan, dll. Kekurangan aplikasi surfer ini adalah jika salah
memasukkan data atau kita melakukan kesalahan, maka akan mengulang dari
awal.
5.2 Saran
Sarannya yaitu praktikan agar elbih memahami lagi cara penggunaan surfer
tersebut karena aplikasi inikemungkinan mengalami kesalahannya besar jika tidak
mengerti cara penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyatno S, Rifa’i MA, Dewi IP. 2017. Pemetaan Karakteristik Pasang Surut Dan
Batimetri Di Selat Semau Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Kelautan
1(1): 44-55.
14
Ahmad F, Handayani ID, Margiantono A. 2018. Analisis Tingkat Kebisingan Di
Universitas Semarang Dengan Peta Kontur Menggunakan Software Golden
14. elektrikal 10(2): 22-27.
Aini AN, Anwar IF, Sufanir AMS, Astor Y. 2017. Survei Dan Pemetaan Zona
Kebisingan Arus Lalu Lintas Pada Kawasan Rsup Dr Hasan Sadikin
Bandung. Jurusan Teknik Sipil 1(1): 1-5.
Astuti RD, Suhardi B, Jauhari WA, Pramesti NY. 2019. Pemetaan Lingkungan
Kerja Fisik Pada Lantai Produksi IKM “ABC” Dengan Software Surfer.
Performa: Media Ilmiah Teknik Industri 18(2): 73-78. DOI:
10.20961/performa.18.2.33600.
Catherinna M, Subarjo P, Satriadi A. 2015. Pemetaan Batimetri Perairan Anyer,
Banten Menggunakan Multibeam Echosounder System (Mbes). Jurnal
Oseanografi 4(1): 253-261.
Febrianto T, Hestirianoto T, Agus SB. 2015. Pemetaan Batimetri Di Perairan
Dangkal Pulau Tunda, Serang, Banten Menggunakan Singlebeam
Echosounder. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan 6(2): 139-147.
Ghazali MI, Samopa F, Sani NA. 2015. Pengembangan Peta Interaktif Tiga
Dimensi Gedung Rektorat Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Menggunakan Unity 3d Engine. Jurnal Teknik ITS 4(1): 111-118.
Lubis MZ, Puspita WR, Budiana B, Purba JH, Hakim R. 2020. Identifikasi
Kedalaman Perairan (Batimetri) Terhadap Nilai Kedalaman Data Satelit Di
Perairan Batu Ampar, Batam. Jurnal ASEECT 1(2): 6-12.
Pradipta R, Yuwono BD, Sudarsono B. 2018. Analisis Ketelitian Humminbird
Helix 5 Chirp Si Gps G2 Dengan Menggunakan Usv (Unmanned Surface
Vehicle) (Studi Kasus: Waduk Pendidikan Diponegoro, Semarang). Jurnal
Geodesi Undip 7(3): 42-52.
Pratama KY, Prasetyawan IB, Atmodjo W. 2014. Studi Pola Arus Di Perairan
Khusus Pertamina Pt. Arun Lhokseumawe - Aceh. JURNAL OSEANOGRAFI
3(2): 220 - 229.
Prayogo LM. 2021. Pemetaan Pola Pergerakan Arus Permukaan Laut Pada Musim
Peralihan Timur - Barat Di Perairan Madura, Jawa Timur. Juvenil 2(2): 69-
75. DOI: 10.21107/juvenil.v2i2.10103.
15
Satriya Y. 2019. Teori dasar geokomputasi. Jurnal ilmiah komputer dan
informatika (2): 21-32.
Senduk N. 2021. Penerapan Teknik Penggambaran Garis Kontur Menggunakan
Auto Cad 3d. Jurnal Teknik Sipil Terapan 3(2): 90-100.
Setyawan D, Nugraha AL, Sudarsono B. 2018. Analisis Potensi Desa Berbasis
Sistem Informasi Geografis(Studi Kasus: Kelurahan Sumurboto, Kecamatan
Banyumanik, Kabupaten Semarang). Jurnal Geodesi Undip 7(4): 1-7.
Simatupang CM, Surbakti H, Agussalim A. 2016. Analisis Data Arus Di Perairan
Muara Sungai Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. MASPARI JOURNAL
8(1): 15-24.
Trenggono M, Agustiadi T. 2018. Observasi Parameter Meteo-Oseanografi Dalam
Musim Peralihan I Di Selat Lirang. Jurnal Akuatika Indonesia 3(1): 60-73.
Yuliantina M, Suharyani S. 2020. Kinerja Sistem Pencahayaan Pada Museum
Keris Nusantara Surakarta. Prosiding Siar Seminar Ilmiah Arsitektur: 616-
621.
LAMPIRAN
Pertama buka aplikasi surfer yang sudah di download dan masuk pada menu
worksheet, lalu pada x (bujur) di isi angka 5 karena jumlah datanya ada 5, y
(lintang) di isi angka 1
16
Masuk pada data yang sudah tersedia lalu coppy, data yang pertama ini untuk
bujur, lalu paste pada kolom 1,2, dan 5, ketika mengkil ctrl+v (paste) nanti akan
muncul tampilan kotak di klik oke saja. Data bujur yang bawah ini di coppy, paste
seperti sebelumnya pada kolom 3 dan 4, data x sudah terisi.
Angka sebelah kanan ini untuk data lintang, data lintang atas di coppy. Lalu paste
pada kolom 1, 3, dan 5, data bujur yang bawah ini di coppy, paste eperti
sebelumnya pada kolom 2 dan 4. Data bujur dan lintang sudah terisi, selanjutnya
kita klik file > save
17
Simpan dengan diberi nama bingkai dan format bln, lalu klik save
Selanjutnya klik new plot pada bagian pojok atas kiri, lalu klik new base map,
setelah muncul tampilan seperti dibawah, pilih file bingkai yang sudah di simpan
dan klik open. Muncul gambar bingkai seperti dibawah, lalu klik new base map
lagi. Hilangkan centang tulisan base-bingkaiiiiii.bln untuk menghilangkan garis
silang pada bingkai
18
Seperti tadi pilih lokasi file disimpan, klik gambar peta lalu klik open dan akan
muncul plot seperti gambar dibawah. Klik foto petanya lalu klik map pilih
digitize, kita digitize bagian pulau nya dengan rapih dan lakukan hingga titik awal
kita digitize selain itu kita harus berhati-hati karena fitur ini mudah sekali terklik.
Data hasil digitize pertama coppy pada bagian paling bawah, lalu save dala format
bln
19
bln. Lalu kita new plot > grid > data kedalaman > ok, lalu new base map
masukkan bingkai tadi,
Masukan juga kedalaman yang sudh di grid dan masukan pulau yang sudah
digitize. Selanjutnya klik ctrl+a pilih map > overlay maps. Untuk pulau kita klik
+ pada bagian base-digitizedpulau, nanti akan muncul polygon. Lalu ganti warna
sesuai keinginan masing-masing. Untuk kontur kedalaman klik levels, file,
counter dang anti jadi batimetri, tampilkan warnanya. arah mata angina, pilih
symbol > klik dimana aja> > perbesar. Di simbol set ganti, ganti juga pada bagian
simbolnya. Tambahkan scale bar dengan cara klik peta > maps > add > scale bar.
Namai peta bathimetri 2D kelompok 4
Klik new plot > map> new > 3D Surface. Masukan kedalaman yang sudah di grid.
Merubah warna menjadi bathymetry, klik show color scale dan show base, lalu
ganti warna sesuai yang di inginkan. Kita tambahkan mata angina seperti tadi,
tambahkan scale bar juga lalu beri nama Batimetri 3D Kelompok 4, lalu save
dalam bentuk gambar dengan mengklik file > exsport > beri nama file > format
jpg > save.
20
Stik Plot Arus
Pertama buka surfer dan klik worksheet, masukan waktu (x), kedalaman (y), arah
(z). Karena waktu pengamatan 10 jam maka pada x dimasukan angka 1-10,
permukaan kedalamannya 0 maka pada baris y permukaan dimasukan 0, lalu
masukan nilali arah di modul sesuai waktu pada kolom z, selanjutnya pada bagian
kolom masukan kedalaman -1 dan masukan data arahh sesuai waktu kolom z,
bagian dasar kedalamannya -2. Masukan lagi data arah sesuai waktu pada kolom
z, save format bln
Membuat data kecepatan. Caranya sama seperti arah namun kolom z masukan
data kecepatan dan save format bln
21
Klik new plot untuk griding data arah dan kecepatan. Pertama klik grid > data >
buka file, spacing ganti 1 > ok. Lakukan hal yang sama utuk data kecepatan
Pertama masukan hasil grid arah lalu grid kecepatan, klik gambar > scaling >
show scale legend hasilnya seperti gambar dibawah
22
Menambahkan warna klik symbol pada color scaling pilih by magnitude, arus >
bluered1, klik show color scal
Menambahkank mata angina, klik symbol > klik pada sembarang tempat > klik
symbol (object mananger), mengganti bentuk mata angina pilih GSI North
Arrows dan sesuaikan ukurannya
Terakhir beri judul, klik teks > kllik sembarang > beri nama > sesuaikan ukuran.
Menjadikan dalam bentuk gambar > file > export > beri nama (format jpeg).
23