Anda di halaman 1dari 14

Kecepatan suara diperoleh dengan menggunakan rumus :

C = 1449,2 + 4,6T - 0,055T2 + 0,00029T3 + (1,34 - 0,010T)(S-35) - 0,016Z


dengan : C = Kecepatan suara (m/s)
               T = Suhu (oC)
               S = Salinitas (psu)
               Z = Kedalaman (m)
dengan begitu, dapat dikatakan bahwa kecepatan suara di laut dipengaruhi oleh
suhu, salinitas, dan kedalaman laut.
a terjadi kenaikan suhu air laut sebesar 1 0C akan menyebabkan meningkatnya kecepatan suara sebesar
4m/detik. Akibatnya jika suhu meningkat menurut kedalaman maka gelombang suara yang dipancarkan
akan cenderung dibelokan ke arah permukaan air.

Sebaliknya jika suhu menurun karena kedalaman maka gelombang suara akan cenderung dibelokan ke
dasar perairan. Karena terjadi pembelokan gelombang suara ke permukaan dan ke dasar perairan, maka
terdapat wilayah yang tidak terjadi perambatan gelombang suara yang disebut shadow zone. Jarak dari
sumber suara ke shadow zone ditentukan oleh laju perubahan suhu terhadap kedalaman, kedalaman
sumber suara, dan kedalaman penerima suara.

sherly's blog
Senin, 12 November 2012

Akustik Kelautan

Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi
dan membagi daratan atas benua atau pulau. Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air
murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik
dan partikel-partikel tak terlarut. Luas laut kedaulatan 3.1 juta km 2 dan luas laut ZEE 2.7 jt km2. 
Karena laut begitu luas dan dalam (dinamis), maka dibutuhkan alat dan metode untuk melakukan
pendeskripsian kolom dan dasar laut. Saat ini metode yang paling baik adalah dengan
menggunakan akustik.
Akustik merupakan satu bidang ilmu yang mempelajari tentang suara atau bunyi yang
ditimbulkan dari benda yang bergetar. Teori akustik membahas tentang gelombang suara dan
perambatannya dalam suatu medium. Sedangkan akustik kelautan adalah teori yang membahas
tentang gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium air laut. Akustik kelautan
merupakan satu bidang kelautan yang mendeteksi  target di kolom perairan dan dasar perairan
dengan menggunakan suara sebagai mediannya. Studi kelautan dengan menggunakan akustik
sangat membantu peneliti untuk mengetahui objek yang berada di kolom dan dasar perairan.
Objek ini dapat berupa plankton, ikan, jenis subtrat maupun kandungan minyak yang berada di
bawah dasar perairan. Kegunaan lain dari akustik bawah air adalah untuk penentuan kedalaman
air dalam pelayaran, jenis dan komposisi dasar laut (lumpur, pasir, kerikil, karang dan
sebagainya), untuk penentuan contour dasar laut, lokasi kapal berlabuh atau pemasangan
bangunan laut, untuk eksplorasi minyak dan mineral didasar laut, mempelajari proses
sedimentasi dan untuk pertahanan keamanan (pendeteksian kapal-kapal selam dengan
pemasangan buoy-system)

Distribusi Kecepatan Suara terhadap Kedalaman di laut

Gambar 1. Profil Suhu dan Kecepatan Suara Terhadap Kedalaman


Sumber: http://irwankl3.blogspot.com/2011/03/definisi-suara-secara-umum.html

Keterangan :
a.       Zona 1  Di lapisan homogen (mixed layer) walaupun suhunya konstan, kecepatan suara
bertambah terhadap kedalaman karena pengaruh pertambahan tekanan.
b.      Zona 2  Di lapisan thermocline penurunan suhu yang cepat lebih mendominasi pertambahan
tekanan sehingga kecepatan suara berkurang terhadap kedalaman.
c.     Zona 3  Di lapisan dalam (deep layer) efek penambahan tekanan kembali mendominasi
penurunan suhu sehingga kecepatan suara bertambah terhadap kedalaman.
Di bawah lapisan thermocline, terdapat lapisan di mana C adalah minimum, lapisan C
minimum ini terbentuk karena di lapisan thermocline terjadi pengurangan C, sementara di bawah
lapisan thermocline terjadi penambahan C. 
Bunyi mempunyai cepat rambat yang terbatas. Bunyi memerlukan waktu untuk
berpindah. Cepat rambat bunyi sebenarnya tidak terlampau besar. Cepat rambat bunyi jauh lebih
kecil dibandingkan dengan cepat rambat cahaya. Karena bunyi termasuk gelombang, cepat
rambat bunyi juga memenuhi persamaan cepat rambat gelombang. Jika bunyi menempuh jarak
(s) selama selang waktu (t) maka akan memenuhi hubungan:
V = s/t
s = jarak tempuh (m)
t = waktu ( s )
v = cepat rambat bunyi (m/s)
Satu periode gelombang menempuh jarak sejauh satu panjang gelombang. Maka jika t=
T, maka s=λ . Maka bentuk lain ungkapan cepat rambat gelombang adalah V=λ/T oleh karena f =
1/T ,maka:
V = λf
λ = panjang gelombang bunyi (m)
T = periode gelombang bunyi (s)
F = ferkuensi gelombang bunyi (Hz)

Pada laut, suara dirambatkan melalui medium air. Kecepatan rambat suara laut berbeda
dengan kecepatan rambat udara ataupun darat. Bunyi merambat di udara dengan kecepatan 1.224
km/jam. Bunyi merambat lebih lambat jika suhu dan tekanan udara lebih rendah. Jika
dibandingkan dengan cepat rambat udara, di laut kecepatan rambatnya lebih cepat 4x lipat
dibangingkan dengan cepat rambat di udara. Hal tersebut diakibatkan partikel air laut lebih rapat
dibandingkan dengan di udara yang lebih renggang. Sedangkan di darat (zat padat) lebih cepat
lagi cepat rambat di laut karena benda padat kerapatannya paling tinggi diantara medium yang
lain.

Tabel 1. Cepat rambat bunyi pada medium tertentu


Medium Cepat Rambat Suara (m/s)
Udara (0°C) 331
Udara (15°C) 340
Air (25°C) 1490
Air Laut (25°C) 1530
Tembaga (20°C) 3560
Besi (20°C) 5130
Aluminium (20°C) 5100
Sumber: http://andrynugrohoatmarinescience.wordpress.com

Kecepatan suara dapat dihitung menggunakan rumus :


C = 1449,2 + 4,6T - 0,055T2 + 0,00029T3 + (1,34 - 0,010T)(S-35) - 0,016Z
dengan : C = Kecepatan suara (m/s)
               T = Suhu (°C)
               S = Salinitas (psu)
               Z = Kedalaman (m)

Dari persamaan di atas, kecepatan suara bergantung pada suhu, salinitas, tekanan, musim
dan lokasi. Semakin jauh suara dari sumber suara, maka kegiatan echo akan mengalami
perubahan dari segi ruang dan waktu.
Pada dasarnya pemantauan hidroakustik didasarkan pada prinsip yang sederhana. 
Gelombang suara dipancarkan melalui sebuah alat yang menghasilkan energi suara (tranducer)
pada kolom perairan ataupun dasar perairan yang sebelumnya diubah dari energi elektrik
menjadi energi meknik. Kecepatan energi suara di perairan mencapai 1500 m/s, ketika energi
tersebut mengenai suatu target maka akan dikembalikan dalam bentuk echo, echo akan kembali
ke receiver.  Nilai hamburan balik yang diterima oleh alat dan kemudian akan dikirimkan ke
perangkat  output yang sebelumnya telah diubah dari energi mekanik ke energi elektrik,
selanjutnya akan diolah dan menghasilkan suatu visualisasi yang dapat diinterpretasikan.
Metode akustik mempunyai keunggulan komparatif yakni berkecepatan tinggi (great
speed), estimasi stok ikan secara langsung (direct estimation), memproses data secara real time,
tepat dan akurat. Dengan menentukan selang waktu antara pulsa yang dipancarkan dan yang
diterima, transducer dapat memperkirakan jarak dan orientasi dari suatu objek yang dideteksi.

Jarak = Kec. Suara x Waktu


2

Akustik pasif merupakan suatu aksi mendengarkan gelombang suara yang datang dari
berbagai objek pada kolom perairan, biasanya suara yang diterima pada frekuensi tertentu
ataupun frekuensi yang spesifik untuk berbagai analisis.  Pasif akustik dapat digunakan untuk
mendengarkan ledakan bawah air (seismic), gempa bumi, letusan gunung berapi, suara yang
dihasilkan oleh ikan dan hewan lainnya, aktivitas kapal-kapal ataupun sebagai peralatan untuk
mendeteksi kondisi di bawah air (hidroakustik untuk mendeteksi ikan). Sedangkan, akustik aktif
memiliki arti yaitu dapat mengukur jarak dari objek yang dideteksi dan ukuran relatifnya dengan
menghasilkan pulsa suara dan mengukur waktu tempuh dari pulsa tersebut sejak dipancarkan
sampai diterima kembali oleh alat serta dihitung berapa amplitudo yang kembali.  Akustik aktif
memakai prinsip dasar SONAR untuk pengukuran bawah air.

Alat-alat yang digunakan dalam survey Akustik:


a.   Multi-bottle Water Sampler with CTD 

Gambar 2. Multi-bottle Water Sampler dengan CTD

Multi-bottle Water Sampler ini digunakan untuk mengambil samper air pada beberapa
kedalaman tertentu. Alat ini dapat digunakan hingga kedalaman 1000 meter. Rangka yang
berwarna putih pada Gambar 2 diatas biasa disebut rossete. Karena alat ini hanya dapat
mengambil sampel saja, alat ini biasanya digunakan bersamaan dengan CTD. Selain untuk
memperoleh data, CTD juga digunakan untuk mengontrol Water Sampler. Rencana penurunan
telah diprogram melalui laptop atau komputer dengan software yang telah disediakan. Bagian
atas dan bawah botol dibuka sebelum diturunkan. Pada saat mencapai kedalaman yang telah
diprogram, tutup botol akan menutup secara otomatis. Kekurangan dari Water Sampler ini
mungkin hanya penggunaan yang harus bersamaan dengan CTD. Selain itu alat ini adalah alat
yang sangat efisien, dapat memperoleh banyak sampel air pada beberapa kedalaman yang telah
diprogram dalam software. 
CTD, dari namanya yang merupakan akronim dari Conductivity, Temperature, and
Depth ini merupakan alat yang dapat merekam data pada kedalaman air laut. Dapat dilihat pada
Gambar 2, CTD diletakkan di bagian bawah Water Sampler. Data yang dapat direkam yaitu
kedalaman, kedalaman saat pengambilan sampel, suhu, konduktivitas, klorofil, dan turbiditi.
CTD ini dapat digunakan bersamaan dengan Water Sampler. CTD diturunkan bersamaan
dengan Water Sampler dan secara otomatis akan merekam data. Hasil rekaman dari CTD ini
akan keluar berupa data digital di komputer ataupun laptop. Data yang dihasilkan dari CTD ini
didapatkan dengan resolusi tinggi dengan interval waktu dan kedalaman yang cukup singkat.
Data yang dihasilkan pun aktual dan ilmuan dapat meneliti relasi pada parameter-parameter
tersebut. Kekurangan dari kedua alat ini yaitu biaya yang besar dan juga memakan waktu cukup
lama.
       b. ADCP 
Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP atau ADP) adalah current meter
hydroacoustic mirip dengan sonar, digunakan untuk mengukur kecepatan arus air selama rentang
kedalaman  dengan menggunakan efek Doppler dari gelombang suara yang tersebar kembali dari
partikel dalam kolom air. Frekuensi kerja berkisar dari 38 kHz ke beberapa megahertz. ADCP
terdiri dari osilator piezoelektrik untuk mengirim dan menerima sinyal suara.

Pembentukan Shadow Zone
Shadow Zone adalah suatu wilayah dimana gelombang suara tidak dapat merambat atau
lemah sehingga hampir tidak dapat merambat dalam suatu medium. Menurut Urick (1983) di
kolom perairan terjadi pembelokan gelombang suara (refraksi) yang terjadi karena perbedaan
kedalaman, salinitas dan suhu ait laut. Pengaruh yang paling nyata terlihat jika terjadi kenaikan
suhu air laut sebesar 1 0C akan menyebabkan meningkatnya kecepatan suara sebesar 1m/detik.
Akibatnya jika suhu meningkat menurut kedalaman maka gelombang suara yang dipancarkan
akan cenderung dibelokan ke arah permukaan air.
Gambar 3. Shadow Zone Akustik
Sumber: http://www.dosits.org

Sebaliknya jika suhu menurun karena kedalaman maka gelombang suara akan
cenderung dibelokan ke dasar perairan. Karena terjadi pembelokan gelombang suara ke
permukaan dan ke dasar perairan, maka terdapat wilayah yang tidak terjadi perambatan
gelombang suara yang disebut shadow zone. Jarak dari sumber suara ke shadow zone ditentukan
oleh laju perubahan suhu terhadap kedalaman, kedalaman sumber suara, dan kedalaman
penerima suara.
Shadow Zone ini adalah daerah dimana temperatur dan salinitas laut pada lapisan
tersebut dapat memantulkan gelombang suara yang datang. Shadow zone atau disebut juga
sebagai “daerah kedap” gelombang suara karena pada zona ini hampir tidak terjadi perambatan
gelombang suara. Daerah ini juga merupakan zona aman dimana suhu dan salinitas air laut pada
zona tersebut membelokkan gelombang suara yang datang.
Secara umum pada kedalaman sumber suara 30 m, 110 m, dan 300 m frekuensi 100 Hz
mengalami kehilangan suara yang paling besar sehingga banyak
terbentuk shadow zone di kolom perairan karena pada frekuensi 100 Hz, gelombang suara
memiliki panjang gelombang yang paling panjang sehingga mampu melakukan penetrasi
kedalam sedimen yang menyebabkan nilai TL bertambah dan memunculkan lebih
banyak shadow zone. Frekuensi 50.000 Hz shadow zone lebih sedikit jika dibandingkan dengan
frekuensi 1.000 Hz dan 10.000 Hz. Nilai Transmission Loss dipengaruhi oleh kedalaman sumber
suara.
a.      Perambatan Gelombang Suara Dalam Air
Kecepatan suara dalam air laut merupakan variabel oseanografik yang menentukan pola
pemancaran suara di dalam medium (Kadarwati, 1999). Kecepatan suara bervariasi terhadap
kedalaman, musim, posisi geografis dan waktu pada lokasi tertentu. Di perairan dangkal dekat
pantai, profil kecepatan suara cenderung tidak teratur dan sulit di prediksi. Faktor fisik air laut
yang paling menentukan dalam mempengaruhi kecepatan suara di dalam air laut adalah suhu,
salinitas, dan tekanan (Urick, 1983).
Di dalam air laut, kecepatan gelombang suara mendekati 1.500 m/ detik (umumnya
berkisar 1.450 m/detik sampai dengan 1.550 m/detik, tergantung suhu, salinitas, dan tekanan)
(Lurton, 2002).
Namun secara nyata di alam, kecepatan suara di dalam laut masih dipengaruhi oleh beberapa hal
seperti arus, pertukaran massa air, masukan air tawar dari sungai (dekat dengan daerah estuari,
posisi lintang, pasang surut dan internal wave).
b.      Profil Kolom Perairan
  Suhu
Suhu merupakan salah satu karakter fisik dari air laut yang penting. Di wilayah lintang
sedang dan rendah (dekat dengan wilayah tropis), suhu merupakan faktor penting yang
mempengaruhi densitas dan kecepatan suara di dalam air. Suhu di daerah tropis pada wilayah
permukaan laut berkisar 26-29 0C yang dipengaruhi oleh musim (Pickard dan Emery, 1990).
Distribusi suhu permukaan dibagi menjadi beberapa zona yang dipengaruhi oleh posisi
lintang. Suhu tinggi di dapat di zona ekuator dimana cahaya matahari cenderung banyak berada
pada zona ini, sedangkan daerah suhu rendah berada di dekat wilayah kutub (Stewart, 2008).
Pada daerah non kutub, sifat-sifat air pada lapisan isotermal yang dipengaruhi oleh angin
sehingga menyebabkan adanya pengadukan menyebabkan lapisan ini memiliki temperatur yang
cenderung konstan. Oleh karena itu, pada lapisan isothermal memiliki bentuk profil suara yang
bertambah sejalan dengan kedalaman laut yang disebabkan pengaruh gradien tekanan (Jensen et
al, 1994).
Pada kondisi perairan laut yang mempunyai suhu berbeda-beda menimbulkan variasi
kecepatan suara yang menyebabkan refraksi atau pembelokan perambatan gelombang suara.
Perubahan suhu yang sangat cepat pada lapisan termoklin menyebabkan pembelokan gelombang
suara yang tajam dan pada lapisan ini bertindak sebagai bidang pantul.
  Salinitas
Menurut Sanusi (2006) salinitas adalah jumlah zat-zat terlarut dalam 1 kg air laut,
dimana semua karbonat telah diubah menjadi oksida, bromide dan iodide diganti oleh klorida
dan semua bahan organik telah dioksidasi sempurna. Pada umumnya perairan laut lepas memiliki
kadar salinitas 35 psu; yang berarti dalam 1 kg air laut mengandung elemen-elemen kimia
terlarut seberat 35 gram. Dimana komposisi air laut tersebut terdiri atas 3,5% elemen-elemen
kimia terlarut dan 96,5% kandungan airnya.
Di perairan estuari dimana aliran sungai bermuara, kadar salinitasnya relatif lebih
rendah jika dibandingkan dengan perairan laut lepas. Hal ini disebabkan oleh adanya
percampuran massa air laut dengan massa air sungai yang memliki salinitas rendah (Sanusi,
2006).
Salinitas dapat mempengaruhi kecepatan suara di dalam air, terutama di wilayah lintang
tinggi (dekat kutub) dimana suhu mendekati titik beku, salinitas merupakan salah satu paling
faktor penting yang mempengaruhi kecepatan gelombang suara di dalam air. Distribusi vertikal
salinitas pada wilayah tropis, ekuator, dan sub tropis mengalami nilai yang paling kecil pada
kedalaman 600- 1000 m (34-35 pratical salinity unit/psu). Di wilayah tropis nilai salinitas pada
permukaan berkisar 36-37 psu. Salinitas maksimun pada wilayah perairan tropis terjadi pada
kedalaman 100-200 m dekat dengan lapisan termoklin dimana kadar salinitas dapat mencapai
lebih dari 37 psu. Di daerah laut dalam, kadar salinitas relatif seragam dengan nilai 34,6-34,9 psu
(Pickard dan Emery, 1990). Salinitas di samudera seperti Atlantik, Pasifik, dan Hindia rata-rata
35 psu, di wilayah laut yang tertutup, nilai salitas rata-rata tidak jauh dari kisaran 35 psu
tergantung dari penguapan yang terjadi (Lurton, 2002).
c.       Lapisan Termoklin
Lapisan termoklin merupakan lapisan yang berada dalam kolom perairan di laut yang
dimana pada lapisan ini mengalami perubahan suhu yang drastis dengan lapisan yang berada dan
di bawah lapisan termoklin. Di laut, termoklin seperti lapisan yang membagi antara lapisan
pencampuran (mixing layer) dan lapisan dalam (deep layer). Tergantung musim, garis lintang
dan pengadukan oleh angin, lapisan ini bersifat semi permanen. Faktor yang menentukan
ketebalan lapisan ini di dalam suatu perairan seperti variasi cuaca musiman, lintang, kondisi
lingkungan suatu tempat ( pasang surut dan arus).
Secara umum terbentuknya lapisan termoklin dikarenakan penyerapan sinar matahari
pada siang hari oleh permukaan laut ( karena energi panas diradiasikan ke atmosfer). Panas yang
berada di permukaan air laut ini di distribusikan ke bagian dalam sampai kedalaman 100-200 m
(yang disebut lapisan tercampur) sehingga suhu pada zona ini relatif homogen. Di bawah zona
pencampuran dimana tidak ada peristiwa pengadukan maka suhunya menjadi turun dengan cepat
mendekati suhu pada lapisan dalam. Penurunan suhu berbanding lurus dengan penambahan
kedalaman dan salinitas. Pada daerah dimana terjadi penurunan suhu secara cepat inilah
dinamakan lapisan termoklin.
Di laut terbuka, lapisan ini berkarakter sebagai gradient kecepatan suara negatif dimana
dapat memantulkan gelombang suara. Secara teknik lapisan ini membendung dari impendansi
akustik yang terputus-putus (diskontinu) yang tercipta dari perubahan densitas secara mendadak.
Karateristik yang unik inilah yang membuat pentingnya lapisan termoklin untuk diketahui,
terutama dibidang pertahanan dan keamanan (kapal selam). Pada wilayah tropis, rata-rata lapisan
termoklin berada pada kedalaman 200-400 m (Pickard dan Emery, 1990).
d.       Kedalaman dan Dasar Perairan
Kedalaman mempengaruhi cepat rambat suara di dalam air laut. Bertambahnya
kedalaman, maka kecepatan suara akan bertambah karena adanya tekanan hidrostatis yang
semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Ratarata terjadi peningkatan kecepatan suara
sebesar 0, 017 m/detik setiap kedalaman bertambah 1 meter. (Lurton, 2002).
Permukaan laut merupakan pemantul dan penghambur suara yang mempunyai efek
yang sangat besar dalam perambatan suara ketika sumber atau penerima berada di perairan
dangkal. Jika permukaan halus sempurna, maka ia akan menjadi pemantul suara yang nyaris
sempurna. Sebaliknya jika permukaan laut kasar kehilangan akibat pantulan mendekati nol
(Kadarwati, 1999).
Perairan Indonesia memiliki gambaran relief dasar laut yang unik, semua tipe relief
dasar laut bisa diketemukan seperti paparan yang dangkal, depresi dalam dengan berbagai
bentuk, berbagai bentuk elevasi berbentuk gunung bawah air, terumbu karang, dan sebagainya.
Dasar laut memiliki karateristik yang dapat memantulkan dan menghamburkan suara
serta dapat membentuk shadow zone. Dasar laut memiliki lapisan yang berlapis-lapis dengan
densitas dan kecepatan suara yang berubah secara bertahap atau acak terhadap kedalaman. Selain
itu komposisi di dasar laut bervariatif mulai dari batuan yang keras sampai lumpur yang lunak
( Kadarwati, 1999).

Refraksi Gelombang Suara (Hk. Snellius)


Refraksi adalah peristiwa berbeloknya arah gerak puncak gelombang dikarenakan
adanya perubahan bentuk (geometri/morfologi) dasar laut dan perubahan kedalaman laut.
Jika kita perhatikan gulungan gelombang laut yang bergerak dari tengah laut menuju
tepi pantai. Ketika masih di tengah laut, gelombang laut biasanya bergerak ke berbagai arah.
Tetapi ketika semakin mendekati garis pantai, seolah-olah otomatis sejajar dengan garis pantai.
Ketika semakin dekat dengan garis pantai, gelombang laut semakin sejajar dengan garis pantai.
Kemudian pada saat pecah, gelombang laut tepat sejajar dengan garis pantai. Yang dimaksudkan
dengan garis pantai di sini adalah perbatasan antara laut dan hamparan pasir.
Fenomena di atas merupakan salah satu contoh refraksi gelombang. Refraksi atau
disebut juga pembiasan gelombang adalah peristiwa perubahan arah gelombang yang bergerak
ke arah pantai dari kedalaman air yang dalam menuju kedalaman air yang dangkal. Karena
adanya perubahan kedalaman air, peristiwa refraksi gelombang diakibatkan oleh perbedaan
kecepatan gelombang yang biasanya disertai juga dengan perubahan panjang gelombang yang
mengecil.
Untuk membantu memahami hal ini, kita tinjau pembiasan gelombang laut pada saat
gelombang laut bergerak dari tengah laut menuju tepi pantai. Mula-mula gelombang laut
merambat melalui air laut. Ketika mendekati garis pantai, permukaan laut tentu semakin dangkal.
Nah, pada saat gelombang memasuki bagian laut yang dangkal, laju gelombang menjadi
berkurang. Berkurangnya laju gelombang laut mengakibatkan terjadinya pembelokkan arah
perambatan gelombang  (gelombang laut dibiaskan). Dengan kata lain, berkurangnya laju
gelombang laut ketika memasuki bagian laut yang dangkal menyebabkan gelombang laut
dibelokkan hingga sejajar garis pantai.
Coba perhatikan gambar dibawah ini,

Gambar 4. Ilusrtasi gelombang laut yang bergerak dari tengah laut menuju garis pantai
Sumber: http://aulyafirman.blogspot.com/2011/03/refraksi-dan-difraksi gelombang_22.html

Gambar di atas mewakili gelombang laut yang bergerak dari tengah laut menuju garis
pantai. Gelombang laut diwakili oleh muka gelombang. Arah gerakan gelombang laut diwakili
oleh sinar (garis atau tanda panah yang tegak lurus muka gelombang).
Untuk lebih jelasnya, gambar dibawah akan memberikan keterangan lebih rinci,
Gambar 5. Ilusrtasi gelombang laut yang bergerak dari tengah laut menuju garis pantai
Sumber: http://aulyafirman.blogspot.com/2011/03/refraksi-dan-difraksi gelombang_22.html

Kita bayangkan muka gelombang masih berada di bagian laut yang dalam (a dan a’).
Dalam selang waktu yang sama, muka gelombang bergerak dari a ke b dan dari a’ ke
b’. Perhatikan bahwa jarak antara a ke b sama dengan jarak dari a’ ke b’. Selanjutnya muka
gelombang yang tiba di b mulai memasuki bagian laut yang dangkal, sedangkan muka
gelombang yang tiba di b’ masih berada di bagian laut yang dalam. Karena bergerak di daerah
yang dangkal maka muka gelombang yang tiba di b tadi mulai berkurang kelajuannya,
sebaliknya muka gelombang yang tiba b’ tadi masih bergerak dengan kelajuan yang sama seperti
sebelumnya.
Dalam selang waktu yang sama, muka gelombang berada di bagian laut yang dangkal
bergerak dari b ke c, demikian juga muka gelombang yang berada di bagian laut yang dalam
bergerak dari b’ ke c’. Perhatikan bahwa dalam selang waktu yang sama, muka gelombang yang
berada di bagian laut yang dangkal menempuh jarak yang lebih pendek (b ke c) sedangkan
muka gelombang yang berada di bagian laut yang dalam menempuh jarak yang lebih jauh (b’
ke c’). Hal ini dikarenakan muka gelombang yang berada di bagian laut yang dangkal bergerak
lebih lambat (lajunya lebih kecil). Karena bergerak lebih lambat maka selama selang waktu yang
sama, jarak yang ditempuhnya juga lebih pendek.
Nah, karena dalam selang waktu yang sama jarak yang ditempuh muka gelombang
ketika bergerak dari b ke c lebih pendek dibandingkan dengan jarak yang ditempuh muka
gelombang dari b’ ke c’ maka arah gerakan muka gelombang perlahan-lahan dibelokkan,
sebagaimana tampak pada gambar di atas. Ingat bahwa semakin dekat dengan garis pantai, laut
juga semakin dangkal. Karenanya semakin mendekati garis pantai, laju gelombang semakin
berkurang. Berkurangnya laju gelombang mengakibatkan arah gerakan gelombang terus
dibelokkan. Proses ini terus berlangsung hingga gelombang mencapai garis pantai. Ketika
gelombang tapecah, arah gerakan gelombang tepat sejajar dengan garis pantai. Proses ini juga
dapat menjelaskan proses terjadinya gelombang.
a.       Hukum Snellius yang Berkaitan dengan Gelombang
Gambar 6. Iliustrasi Hukum Snellius
Sumber: http://www.crayonpedia.org/mw/G._Sifat_%E2%80%93_Sifat_Gelombang_12.1

Pembelokan arah gerakan gelombang ketika gelombang memasuki medium yang


berbeda dengan medium yang dilalui sebelumnya, dikenal dengan julukan pembiasan alias
refraksi. Terdapat dua kemungkinan. Pertama, apabila kelajuan gelombang berkurang ketika
memasuki medium yang berbeda dengan medium yang dilalui sebelumnya maka sudut bias
(r) yaitu sudut yang dibentuk sinar bias dengan garis normal biasanya lebih kecil dibandingkan
dengan sudut datang (i) yaitu  sudut yang dibentuk oleh sinar datang dengan garis normal.
Garis normal pada gambar di atas diberi simbol N.  Kedua, apabila kelajuan gelombang
bertambah ketika memasuki medium yang berbeda dengan medium yang dilalui sebelumnya
maka sudut bias biasanya lebih besar dibandingkan dengan sudut datang.
Dari uraian di atas tampak bahwa sudut datang dan sudut bias berkaitan erat dengan
kelajuan gelombang. Penurunan persamaan yang menyatakan hubungan antara sudut datang dan
sudut bias dengan kelajuan gelombang dibahas seperti berikut ini,

 
Gambar 7. Ilustrasi Penurunan persamaan yang menyatakan hubungan antara sudut datang dan
sudut bias dengan kelajuan gelombang
Sumber: http://indo-fisika.blogspot.com/2010/02/ pengantar-dirimu-pernah-jalan-jalan-ke.html

Untuk mempermudah pengoprekan rumus, jarak dari b ke c diberi simbol s2, sedangkan
jarak dari b’ ke c’ diberi simbol s1. Segitiga bb’c’ dan segitiga bcc’ memiliki satu sisi yang sama
yang diberi simbol x. Karena satu sisinya sama maka kita bisa menyatukan kedua persamaan di
atas (dua persamaan yang ada di sebelah kanan gambar).
Kita tulis kembali kedua persamaan di atas :
Karena x sama maka persamaan di atas bisa ditulis menjadi seperti ini :

   
Persamaan di atas menyatakan hubungan antara kelajuan gelombang dengan sudut
datang dan sudut bias. Jika v1 > v2 maka sin (teta 2) < sin (teta 1). Ini berarti jika laju gelombang
pada medium 1 lebih besar daripada laju gelombang pada medium 2 maka sudut bias lebih
kecil daripada sudut datang. Dengan kata lain, jika laju gelombang pada medium 1 lebih
besar daripada laju gelombang pada medium 2 maka sudut datang lebih besar daripada sudut
bias.
Sebaliknya jika v1 < v2 maka sin (teta 2) > sin (teta 1). Ini berarti jika laju gelombang
pada medium 1 lebih kecil daripada laju gelombang pada medium 2 maka sudut bias lebih
besar daripada sudut datang. Dengan kata lain, jika laju gelombang pada medium 1 lebih
kecil daripada laju gelombang pada medium 2 maka sudut datang lebih kecil daripada sudut bias.
Hal ini sesuai dengan penjelasan sebelumnya.

Absorbsi
Absorbsi adalah transmisi yang hilang sejak di echo dari trasnduser. Absorbsi bergantung pada
suhu, salinitas, pH, kedalaman dan frekuensi (1-10 MHz). Frekuensi sangat mempengaruhi
absorbsi. Jika frekuensi tinggi maka absorbsi juga tinggi.

Target Strength 
Target strength adalah kekuatan pantulan gema yang dikembalikan oleh target dan relatif
terhadap intensitas suara yang mengenal target. Ukuran akustik dari target dalam desibel (dB).
Kemampuan dari target yang diberikan untuk mencerminkan sinyal akustik biasanya diberikan
dalam bentuk desibel negatif. 
TS = 10 log (Ir/Ii) 

Volume Scatter 
-Backscattering Strength adalah rasio antara intensitas yang direflesikan oleh suatu
kelompok single target yang diukur dari target. 
-Scattering Volume (SV) adalah rasio antara intensitas suara yang direflesikan oleh suatu group
single target yang berada pada suatu volume air tertentu (1 m3).
SV = 10 log ρv + 10 log (Ir/Ii) 

Refefensi:
Anonim. 2012. Refraksi Gelombang. http://indo-fisika.blogspot.com/2010/02/ pengantar-dirimu-pernah-
jalan-jalan-ke.html [diakses pada tanggal 25 September 2012]
Firman, Aulya. 2011. Refraksi dan Difraksi Gelombang.  http://aulyafirman.blog
spot.com/2011/03/refraksi-dan-difraksigelombang_22.html [diakses pada tanggal 25 September
2012]
Iskandarsyah, Mochamad. 2011. Pemetaan Shadow Zone Akustik Dengan Metode Parabolic Equation Di
Wilayah Perairan Selat Lombok. http://www.dosits.org [diakses pada tanggal 25 September
2012]
Kalther, Jimmy. 2010. Istilah-istilah Gelombang Laut. http://jimmykalther.word
press.com/2010/04/29/istilah-istilah-gelombang-laut/ [diakses pada tanggal 25 September 2012]

Diposting oleh sherly intan amalia di 18.24 


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Posting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Pengikut

Arsip Blog

 ▼  2012 (3)
o ▼  November (1)
 Akustik Kelautan
o ►  April (1)
o ►  Maret (1)
 ►  2011 (1)
Mengenai Saya
sherly intan amalia
Lihat profil lengkapku
Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai