PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Secara garis besar, penggunaan dari metode akustik ini adalah sebagai
berikut :
(3) Pada studi tingkah laku ikan dan organisme laut lainnya :
Dalam pendugaan stok ikan dengan metode akustik dan juga medisai
echo sounder/sonar, faktor terpenting yang harus diketahui adalah target
strength.
Target strength adalah kekuatan dari suatu target untuk menentukan
suara. Tergantung dari domain yang digunakan, target strength didefinisikan
menjadi dua, yakni “intensity target strength” dan “energy target strength”.
Secara sederhana, kedua difinisi tersebut dapat diformulasikan sebagai
berikut (Johannesson and Mitson, 1983) :
Serta P(rec) adalah “pressure” yang diterima oleh “receiver” dari echo
sounder yang secara matematis dapat didefinisikan sebagai :
P(rec) = s √ Gb 2 δ . . . . . . . . . (5)
dimana :
s adalah bentuk gelombang dari sinyal echo,
G adalah cumulative gain,
b2 adalah transmit & receive beam pattern
δ adalah scattering crossection
Untuk lebih jelasnya, pada Gambar 1 diberikan block diagram dari
sistem echosounder yang pada prinsipnya memberikan alasan kenapa
sampai kepada dua definisi target strength yang berbeda. Dari gambar
tersebut, definisi intensity target strength dan energy taget strength, masing-
masing akan menjadi :
2 2
TSi = 10 log ( |P(bsc )| / IP |P(inc)| . . . . . . (6)
∞ ∞
2 2
TSe = 10 log ( ∫|SFH | dw/∫|SFH| dw ) . . . . . . (7)
0 0
dimana :
P(bsc) = backscattered signal.
P(inc) = incident signal.
Gambar 1. Model sistem linier dari echo sounder.
S(w) = the frequency transfer function of the transmitter.
F(w) = the frequency transfer function of the target.
H(w) = the frequency transfer function of the receiver.
V 2 (max)
TSi = 10 log ( ) + TSr (i) . . . . . . (8)
V 2 r ( max)
V 2 ( t ) dt
t2 t2
TSe = 10 log ∫V 2
dt /∫ ¿ + TSr (e) . . . . . . (9)
t1 t1
¿
dimana :
V2 (max) = the peak squared echo envelope voltage of target.
V2r(max) = the peak squared echo envelope of reference target.
TSr (i) = intensity target strength of reference target.
V 2 ( t ) dt=¿
t2
the echo energy of target.
∫¿
t1
t2
Perlu diketahui bahwa bola (sphere) adalah suatu target yang paling
ideal karena “scattering croos-section ( δ ) nya akan π a2. Kemudian
karena target strength teoritis dapat dihitung dengan rumus yang sangat
sederhana (hanya untuk “time-domain” saja karena untuk “frequency-domain”
harus dilakukan koreksi terhadap “resonance frequency”, dan sebagainya) :
TSr = 10 log (a2/4) . . . . . . (10)
dimana : a adalah jari-jari dari lingkaran bola.
Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap nilai target strength
adalah ukuran ikan. Untuk spesies ikan yang sama, pada umumnya makin besar
ukuran ikan, maka makin besar nilai target strength-nya. Hal ini terutama berlaku
untuk “geometric region” dari grafik hubungan antara ukuran target dan target
strength (untuk region yang lain yakni Rayleigh region, resmance region dan
trasition region kecenderungan hubungan linier tersebut tidak berlaku).
Secara akustik, ukuran panjang ikan (L) berhubungan linier dengan scattering
cross section ( δ ¿ menurut persamaan δ = a L2 , yang dengan demikian
hubungan antara target strength (TS) dan L menjadi sebagai berikut :
TS = 20 log L + A . . . . . . (11)
dimana A adalah nilai target strength untuk 1 cm panjang ikan (normalized target
strength) dimana tergantung dari spesies ikan. Khusus untuk ikan –ikan yang
mempunyai gelembung renang (bladder fish), hubungan linier tersebut sudah
banyak diteliti dan telah teruji kebenarannya (Foote 1987), akan tetapi untuk ikan-
ikan yang tidak mempunyai gelembung renang (bladderless fish) masih
memerlukan penelitian lebih lanjut.
Dalam kenyataannya, nilai 20 log L dalam persamaan (11) diatas juga
bervariasi karena sangat tergantung dari spesies ikan dan faktor-faktor instrument
yang digunakan. Sebagai contoh dari hubungan tersebut adalah seperti tertera pada
gambar 2 (untuk horse mackerei) (Johannesson and Loose, 1973).
Kekomplekan hubungan antara TS dan L tergantung juga dari faktor-faktor
lain (yang akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini) karena sulit untuk mengisolasi
hanya satu faktor mengingat ada keterpengaruhan antara kesemua faktor-faktor
tersebut.
Secara Akustik, ikan dan organisme laut lainnya dapat digolongkan menjadi
dua kelompok besar, yakni :
Physostomes (gelembung renang terbuka)
Bladder fish
Physoclists (gelembung renang tertutup)
“fish”
Bladderless fish (tidak mempunyai gelembung renang)
Jadi jika melakukan pengukuran target strength dari “bladeerless fish”, makan
faktor acoustic impedance ini harus diperhitungkan benar agar ketelitian
pengukuran bisa ditingkatkan. Untuk memudahkannya, jika melakukan pengukuran
TS ikan air laut, maka haruslah dilakukan di laut, sebaliknya untuk ikan-ikan air
tawar dilakukan di air tawar juga. Sudah tentu kalau melakukan pengukuran TS
dalam “in situ conditions” hal ini tidak perlu diperhitungkan karena sudah pada
kondisi yang sebenarnya dan ikanpun dalam keadaan berenang bebas.
Beam pattern tergantung dari luas permukaan trandsucer dan frequensi yang
digunakan. Makin kecil luas permukaan transducer, maka makin besar sudut beam
dari transducer tersebut (untuk frekuensi tertentu), sebaliknya makin besar luas
permukaan transducer, maka makin kecil sudut beam yang dihasilkan.
Mengingat perubahan dari beam patttern, khususnya sudut beam tersebut,
maka terdapat target strength juga menimbul-kan pengaruh tertentu tergantung dari
besar-kecilnya sudut beam tersebut. Adapun bentuk umum dari hubungan antara
sudut beam dan peruahan nilai target strength adalah seperti tertera pada gambar 8.
Dari Gambar tersebut terlihat bahwa makin besar sudut beam, maka makin besar
perubahan nilai TS yang ditimbulkannya. Dengan demikian, untuk menghindari
perubahan TS yang besar, hendaknya sudut beam yang dipergnakan lebih kecil dari
100. Sudah tentu untuk menghasilkan beam dengan lebar yang sekecil mungkin
akan menemui kesulitan, lebih-lebih untuk frekuensi rendah, karena luas
permukaan transducer harus sebesar mungkin. Secara teknis sulit dilakukan karena
menjadi tidak efisien dan transducernya menjadi besar dan berat.
Seperti telah disebutkan pada sub-bab 2.3 di atas, secara akustik ikan-ikan
hanya
Gambar 8. Hubungan antara beam pattern dan target strength.
Dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni “bladder fish” dan “bladderleess
fish”. Contoh dari bladder fish yang termasuk physoclists (gelembung renang
tertutup) adalah cod, walley pollock, pacific. Whiting, saithe, dan sebagainya,
sedangkan yang termasuk physostomes (gelembung renangterbuka) adalah herring,
spart dan sebagainya. Selanjutnya yang termasuk bladderless fish adalahhh Atlantic
mackerel, jenis-jenis tuna/cakalang, squid dan seterusnya.
Dengan melihat rumus umum hubungan antara target strength dan panjang
ikan, yakni TS = log L + A seperti tertara pada rumus (11) di atas, maka secara
implisit dan eksplisit pengaruh dari spesies terkandung dalam nilai A (normalized
target strength). Jadi dengan mengetahui nilai A tersebut sebenarnya secara kasar
dapat membedakan spesies ikan. Pada umumnya untuk psysoclists biasanya nilai A
sekitar – 67.5 dB, sedangkan untuk physostomes sekitar – 71.9 dB dan untuk
bladderless fish sekitar – 80.0 dB (Foote, 1987 dan Arnaya, 1990 b)
Sudah tentu untuk mengetahui spesies ikan yang sebenarnya, selain
memerlukan pengalaman dan ketelitian dalam menginterpretasi echogram, juga
perlu verifikasi dengan alat penangkapan ikan, underwater camera/video camera,
dan sebagainya.
Seperti telah umum diketahui bahwa dengan pergerakan renang dari ikan,
maka akan menimbulkan perubahan bentuk tubuh dari ikan yang bersangkutan.
Perubahan bentuk (lateral deformation) ini akan menimbulkan perubahan pada echo
yang dihasilkannya dan kosekuensinya pada nilai target strength.
Untuk “bladder fish”, perubahan bentuk tubuh ikan akan mengakibatkan
perubahan bentuk yang kecil saja dari gelembung renang. Dengan bladder fish
tidak akan menimbulkan pengaruh yang nyata dari target strength.
Untuk “bladderless fish”, berdasarkan penelitian Arnaya rt.al (1990 a),
kecepatan renang sangat berpengaruh terhadap nilai target strength. Hal ini
terutama berlaku untuk squid dimana menggunakan mekanisme renang berupa “jet-
propulsion”. Jelas sekali bahwa dengan kecepatan renang yang berbeda, tilt angle
dari squid yang bersangkutan juga berubah, yang dengan demikian target
strengthnya juga berubah. Untuk “baldderless fish” lainnya seperti Atlantic
mackerel, kecepatan renang juga sangat mempengaruhi “body tilt angle” karena
untuk membuat keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada sistem
hidrodinamikanya (gravityh force, drag, thrust, lift dan sebagainya).
dimana :
P = densitas ikan,
∆z = ketebalan dari lapisan distribusi ikan,
¿ ,i = komponen dari “received pressure” ikan ke i tanpa extinction
= Si √ ( Gb 2
δ ) i (lihat persamaan (3) di atas,
Kemudian, intensitas sesaat, I, tergantung dari acoustic impedance (PC)
dari air laut dan Prec menurut persamaan.
prec
I = . . . . . . (16)
PC
dan energy dari echo yang diterima adalah integral (waktu) dari intensitas sesaat
I:
∞ ∞
1
E = ∫ I (t) dt =
PC ∫ P2rec (t) dt . . . . . . (17)
0 0
dimana integral tersebut dalam prakteknya diambil dalam selang “duration” dari
“received echo signal”. Perlu kiranya dicatat bahwa energi echo E adalah sama
apakah untuk time-domain atau frequency-domain dan tidak tergantung dari
“system phase resonance”. Akan tetapi E tergantung dari bentuk pulsa dan
orientasi dari ikan di dalam beam suara.
Dalam hal tidak adanya noise, maka energi rata-rata adalah hasil perataan
dari sejumlah rata-rata adalah hasil perataan dari sejumlah besar (lebih besar dari
300 energi echo) yang berasal dari ensonfikasi terhadap agregasi ikan :
<E> = k ρf < δ > ¿ . . . . . . (18)
dimana :
k = parameter dari sistem alat yang ditentukan berdasarkan teknik
kalibrasi baku,
Pf = densitas rata-rata dari ikan yang dideteksi per ping,
¿δ>¿ = ∫ G . b2 .δ . dF / ∫ G . b2 .dF . . . . . . (19)
dimana : dF adalah elemen kemungkinan yang berkaitan dengan posisi ikan di
dalam beam suara, distribusi orientasinya, panjang, dan banyak lagi
kemungkinan variabel sifat-sifat ikan di dalam agregasi misalnya spesies,
kondisinya pada saat diamati, tingkah laku dan sebagainya.
Dalam bentuk logaritme, persamaan (18) dapat disederhanakan menjadi :
<SV> = 10 log ρf + <TS> . . . . . . (20)
Inilah persamaan pokok untuk mengestimasi densitas ikan ρf dengan
metode echo integration.
Pada penelitian yang sebenarnya, pengukuran (SV) dapat dilakukan
dengan memasukkan jumlah tertentu ikan ke dalam kurungan (cage) mulai dari
densitas terendah sampai densitas tertinggi. Untuk masing-masing densitas
tersebut, dapat dihitung “volume backscattering rata-rata” (SV) menurut
persamaan berikut ini :
<SV> = 10 log {(<Ecs>-<Ec>)/<Er>) + <TSr> - 10 log N + 10 log ρf
. . .(21)
dimana :
<Ecs> = rata-rata energi echo dari ikan dan cage,
<Ec> = rata-rata energi echo dari cage kosong,
<Er> = rata-rata energi echo dari “reference target”,
<TSr> = rata-rata target strength dari “reference target”.
N = jumlah ikan di dalam cage
ρf = densitas ikan di dalam cage (fish/m3).
Gambar 11. “Experimental set-up” dari pengukuran target strength dengan “cage
method”
Akhirnya dengan regresi linier diperoleh hubungan antara <SV> dan
ρf menurut persamaan :
<SV>= 4. Log ρf + B . . . . . . (22)
dimana kalau nilai a mendekati atau sama dengan 10, maka nilai B akan sama
dengan <TS> menurut persamaan (20) di atas.
Demikianlah prinsip dan prosedur pengukuran target strength “cage-
method” dimana sebenarnya yang dicari adalah hubungan linier antara <SV>
dan <TS> karena jika densitas ikan sama dengan satu, maka <SV> = <TS>.
Contoh dari cara pengukuran adalah seperti tertera pada Gambar 11 (Arnaya, et
al, 1988a, 1988b).
~ c ∆θe
¿ . Dengan demikian, maka koordinat sudut ( θ . ∅ ) dari posisi
No . d
target dapat dihitung dari :
e = sin −1 √sin 2 θ1 +sin 2 θ2 . . . . . . (31)
sin
2
f = (¿¿ 2 θ1 +sin θ 2)
tan−1 ¿
Untuk sudut-sudut yang dekat acoustic-axis, maka persamaan (31) akan menjadi
:
e = √θ +θ
2
1
2
2 . . . . . . (32)
θ
f = (¿ ¿ 1/θ2 )
tan −1 ¿
Yang dimaksud dengan kombinasi di sini adalah nilai back scattering cross
section (SV) yang diperoleh dari survai akustik dengan menggunakan sistem
single-beam echo sounder/echo integrator dibagi dengan densitas ikan ρf
yang diperoleh dari echogram (ikan-ikan tunggal). Camera bawah air, alat
penangkapan ikan (khususnya trawl) sehingga berdasarkan persamaan (SV) =
log ρf + (TS), maka nilai rata-rata dari target strength (<TS>) dengan mudah
didapat.
Cara ini adalah yang keteletiannya paling rendah karena sulit untuk
melakukan kalibrasi dari gabungan metode yang digunakan dan sumber.
Gambar 16. Block diagarm dari cara penghitungan in situ target strength dengan
“quasi-ideal-beam method”.
Kesalahan (baik alat maupun pengamatan oleh mata manusia) sulit dihindarkan.
Dengan demikian, untuk tingkat teknologi yang sudah semakin canggih seperti
sekarang ini, metode ini sudah hampir ditinggalkan. Akan tetapi jika alat
canggih tidak ada dan dituntut untuk mendapatkan nilai in situ target strength
walaupun ketelitiannya rendah, maka mungkin juga masih bisa digunakan.
Echo counting dan echo integration adalah dua metode pokok untuk
mendapatkan nilai kuantitative dari pendugaan stok/kemelimpahan ikan dengan
metode akustik. Jika densitas ikan pada volume yang disamping adalah rendah,
maka echo dari ikan-ikan tunggal dapat dengan mudah dipisahkan darn
kemudian dapat dihitung satu demi satu. Akan tetapi pada densitas ikan yang
tinggal atau ikan-ikan tersebut membentuk gerombolan, dimana eho dari target
ganda menjadi overlap dan ikan tunggal sulit dipisahkan, maka total biomasa
atau jumlah ikan seluruhnya dapat diukur/diduga dengan echo integrator. Echo
integrator ini seperti telah sedikit disinggung di bagian muka berfungsi untuk
mengubah energi total dari echo ikan menjadi densitas ikan dalam fish/m 3 atau
kg/m3. Biasanya untuk survai kelautan, satuan bisa juga dalam bentuk “number
per unit area” (NPUA) sebagai ganti dari “number per unit volume”
Ehrenberg, J. E. 1984. The Biosomics dual beam target strength measurement system.
FAO Fish. Circ., 778 : 71 – 78/
Foote, K.G., 1982. On multiple scattering in fisheries dcoustiesc. Intern. Counc. Explor.
Sea, CM 1982/B:3A, 6pp.
Foote, K.G., 1982. Energy in acoustic echoes from fish aggregation. Fish. Res., 1
(1981/1982) : 129 -140
Foote, K.G. F.H. Kristensen and H. Solli, 1984. Trial of a new split-beam echosounder.
Intern. Counc. Expl. Sea, CM. 1984/8 : 21 , 15 pp.
Foote, K.G., 1987. Fish target strengths for use inecho integrator surveys. J.
Acoust,Soc.Am., 82 (3) : 981 – 987.
Foote, K.G. 1988. Scheme for displaying fish position data in real time derived with a
split-beam echo sounders. J. Cons. Int . explor. Ner, 45 : 93 – 96.
Furusawa, M., 1988, Prolate spheroidal models fot predicting general trands of fish target
strength. J. Acoonst. Soc. Jpn (E), 9, 13 – 24.
Johnesson, K.A and G.F. losse. 1977.some results of observed abundance estimations
obatied in several UNDP/FAO Resource survey Projects. Rapp.P.ver.Reun. cons.
Int. Exsplor. Mer., 170 : 296 – 318.
Lytle, D.W and D.R Maxwell 1983. Hydroacoustic assessment in high density fish
schools. FAO Fish. Rep., 300, 157 – 171.
Robinson, B.J. 1982. An in situ technique to determine fish target strength, with results
for blue whiting (Micromesistius poutassou). Cons. Int. Explor. Mer., 40 : 153 –
160.
Sasakura, T., K. Minohara, J. Kagawa, 1987. Scientific sounder using quasi-ideal bean
transducer. Intern. Symp. Fish. Acoust., June 22 – 26, 1987, Seattle, Washington.
40 pp.
Urik, R.J. 1983. Principles of underwater sounde. Thrid edition. McGraw-Hill Book
Company, 423 pp.
Lampiran 1. Unit and symbols
2. Supplementary Units
These units have not yet been classified as either base units or derivet units.
Quality name symbol
Plane angle radian rad
Solid angle steradian sr
3. derived units
Only those through to be appropriate to this manual are listed below
Quality Name Symbol Expressed as
Frequency hertz Hz 1 Hz = 1 s-1
Force newton N 1N = 1 kg m/s2
Pressure and stress pascal Pa 1 Pa = 1 N/m2
Work, energy, quantity of heat joule J 1J = 1 Nm
Power watt W 1W = 1 J/s
Electrical potential volt V 1V = 1 W/A
Electrical capacitance farad F 1F = 1 As/V
Electrical resistance ohm Ω 1Ω = 1 V/A
Electrical conductance siemens S 1S = 1 Ω-1
Lampiran 1. Lanjutan
4. Other Units
Quantity Name Symbol Expressed as
Absorption alpha α dB/km
Efficiency eta η %
Angle theta θ degrees
Wavelength lambda λ m
Density rho ρ kg/m3
Wave speed c m/s
Acoustic resistance rayl ρ kg/m2s
Acoustic cross-section sigma σ m2
Duration of time tau τ s
Angular velocity omega ω rads/g
Angle (ideal beam) Psi ψ
Intensity I
Electrical power Pe watts
Acoustic power WA w
Source level SL dB/lμPa
Directivity index DI 10 log (4πarea)/λ2
Transmission loss TL dB
Target strength TS dB
Receiving transducer sensitivity SRT dB/IV/lμPa
Radiator resistance RR ohms
Voltage at transducer terminals VRT dB/V
Echo level EL dB/lμPa
Band level BL dB
Calibrated voltage output VR dB/V
5. Multiples of SI Units
Again, only those multiples likely to occur in this manual are included :
Multiplication Factor Name Symbol
106 mega M
103 kilo k
102 hecto h
10-1 deci d
10-2 centi c
10-3 milli m
10-6 micro μ
10-9 nano n
10-12 pico p
Lampiran 2. Lanjutan
Examples
1 cm3 = (10-2 m)3 = 10-6 m3
1 μs-1 = (10-6 s)-1 = 106 s-1
1 mm2/s = (10-3 m)2/s = 10-6 m2/s
Compound prefixes should not be used, write nm (nanometer) NOT mμm
The coise of multiples (decimal multiple or submultiple) of an SI units is
taken for convenience, i.e. the particular multiple shosen will be the one leading to
numerical values within practical range. It is usually possible to keep these values
between 0,1 and 1000
Examples
0,00394 m can be written as 3,94 mm
1401 Pa can be written as 1.401 kPa
3,1 x 10-8 s can be written as 31 ns
In calculations, errors may be avoided more easily if quantities in SI with the
prefixed being replaced by powers of 10.
Symbol for units are printed in lower case up-right type and remain unaltered
in the plural, they should be written without a final full stop and be placed after be
complete numerical value. Upper case letters are used where the name of the unit is
derived from a proper name, e,g. newton,N or pascal, P.
m
Compound units, formet by another, e,g.
s
Are indicated as m/s, or ms-1 the letter form is preferable where multiple units occur
on the same line.
6. notes
1) the units of pressure in older textbooks was the μbar, this has been
replaced by the μPa. To convert μbar to μPa, add 100 dB,
e,g. 110 dB/lμbar/lm = 210 dB/lμbar/lm
or -110 dB/lV/lμbar = -210 dB/lV/lμbar
2) use of the nautical mile is standard for seagoing purposes, where the
terms mile or mile2 are used, a nautical mile is implied. (Never use nm as
an abbreviation for nautical mile.
3) The prefix hydro is regarded as superfiuous when fisheries acoustics are
being considered. It is not used in this manual.
4) Some dublication in the use of symbols inevitably occur but an
explanation is given in the section concerned.
D. 1. Dead zone : volume of the transduser beam, usually close to the seahed,
where targets cannot be detected.
2. decibel : logarithmic ratio used to express relative levels of acoustic or
electrical signal (unit : dB).
3. demodulation : process of extracting information ffrom a signal.
4. depth interval : selected interval between two depth, also known as a gate
(unit metres).
5. depth range : the total depth indicated on the display (unit metres)
6. depth recorder : device which indicated an records the depth of acoustic
targets and the enabed.
7. detection threshold : signal power in the receiver bandwidth relative to the
noise power in a 1 Hz band which permits the detection of a target against
specified criteria (unit : dB)
8. digital : having the circuit state of “OFF” or “ON”
9. directivity index : diagram of the concentrating power of a transducer
related to dimensions and acoustic wavelength, expressed in logarithmi a
form (symbol Dl : unit dB)
10. directivity pattern : diagram of the contentrating power of a transducer in
terms of beam angle and relative amplitude of the lobes.
11. display unit : for the display of signals and other information relating to
the echo-sounder.
12. Doppler effect : frequency difference (f) between the transmitted pulse (f 0)
and the received echo, due to the relative speed (V in m/s) between the
ship and the target inwater where the acoustic velocity is c, m/s and f =
2f0V/c
13. dual beam : multi-element transducer from which two concentric beams of
same frequency but different beeamwidths are formed.
14. dynamic range : the axtent which signals can be processed without
distortion (unit dB).
N. 1. Nautical mile market : signal from ships log to mark a record, or to zero
an integrator.
2. near field : the distance within which tranducer measurements should not
be made.
3. noise level : number of dB by which noise is above or below a given
reference.
4. noise limited : distance at which detection is no langer possible because
the signal is obscured by noise.
5. noise reduction : number of dB by which noise is reduced from a
reference.
6. noise spectrum level : noise power for one cycle of energy, (symbol : SPL ;
unit : dB/lμPa/Hz)