Anda di halaman 1dari 22

Pengertian pedosfer

PEDOSFER adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangsungnya
proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan sebagai lapisan tanah yang
menempati bagian paling atas dari litosfer. Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk
dari campuran hasil pelapukan batuan (anorganik), organik, air, dan udara yang menempati
bagian paling atas dari litosfer. Ilmu yang mempelajari tanah disebut pedologi, sedangkan ilmu
yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut pedogenesa.
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN TANAH
5 Faktor yang mempengaruhi Proses Pembentukan Tanah (Genesis) dan Perkembangan
Tanah (Differensiasi Horison), yaitu:
1. Bahan Induk (b) = Batuan Beku, B.Sedimen, B.Metamorf, Bhn.Organik; (mempengaruhi
perbedaan dari sifat kimia dan sifat fisik tanah)
2. Iklim (i) = curah hujan dan suhu (temperatur)
3. Organisme (o) atau Jasad Hidup (h) = Tumbuhan & Hewan
4. Relief (r ) atau Topografi (t) : Kecuraman Lereng
5. Waktu (w) = Tingkat Perkembangan (muda, dewasa, tua) dan Umur (dalam tahun)

•Hubungan Tanah dengan Faktor Pembentuknya sbb:


T (tanah) atau S (soil) = f ( b , i , o , r , w )

Perbedaan Sifat-sifat Tanah yang hanya disebabkan oleh Satu Faktor Pembentuk Tanah, dikenal
sebagai:
1.Klimatosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya pengaruh iklim
2.Biosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya pengaruh organisme
3.Toposekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaantopografi
4.Lithosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaan Jenis bahan induk
5.Khronosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaan Faktor umur

BAHAN INDUK :

•Menurut Jenny (1941)


Bahan Induk adalah keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah

Jenis-jenis Bahan Induk:


1.Batuan Beku:
Adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pembekuan (solidifikasi) magma cair.
2.Batuan Sedimen:
Adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pemadatan (konsolidasi) endapan-endapan partikel
yang terbawa oleh angin atau air di permukaan bumi.
3.Batuan Metamorf:
Adalah batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan bentuk (transformasi)
akibat adanya pengaruh perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi.

Jenis-jenis Batuan Beku:


•Berdasarkan Tempat Pembekuan Magma, batuan beku dibedakan menjadi :
1. Batuan Beku Dalam (Flutonik)
2. Batuan Beku Gang (Intrusi)
3. Batuan Beku Atas (Ekstrusi / Batuan Vulkanik)

•Berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi:


1. Batuan Beku Masam -> kand. SiO2 tinggi : > 65%
2. Batuan Beku Intermedier -> kand. SiO2 sedang : + 55% s/d 65%
3. Batuan Beku Basa -> kand. SiO2 rendah : < 55%

Jenis-jenis Batuan Sedimen:


1. Batuan Kapur dan Dolomit -> kand. Ca, Mg > 50%
2. Batupasir -> kand. Pasir > 50%
3. Shale (Serpih) -> Clayshale/Claystone (kand. Liat à banyak)
-> Siltstone (kand. Debu à banyak)

Jenis-jenis Batuan Metamorf:


1. Schist :
Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar halus à Schist Mika
2. Gneis :
Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar kasar à Granit Gneis
3. Kuarsit :
Batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir
4. Marmer :
Batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur karbonat

Bahan Induk Organik :


•Bahan Induk yang berasal dari proses akumulasi penimbunan hutan rawa / vegetasi rawa
•Tanah yang terbentuk disebut: Tanah Organik, Tanah Gambut, Histosol

PROSES PELAPUKAN :
1.Proses Pelapukan Fisik :
•Proses mekanik yang menyebabkan bebatuan masif pecah –hancur
terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil tanpa ada perubahan
kimiawi.
•Terjadi karena:-> Perubahan suhu yang drastis (sgt dingin di Kutub
dan sangat panas di Padang Pasir)
-> Hantaman air hujan
-> Penetrasi Akar
-> Aktivitas Makhluk Hidup lainnya

2.Proses Pelapukan Kimia:


•Proses Pelapukan yang diikuti terjadinya perubahan sifat kimiawi
•Meliputi:
1.Pelarutan (solubilitasi) 5. Reduksi
2.Hidrasi 6. Karbonatasi
3.Hidrolisis 7. Asidifikasi (pengasaman)
4.Oksidasi

Faktor Iklim :
1. Curah Hujan
2. Temperatur

Faktor Organisme / Jasad Hidup :


->Vegetasi (Makroflora) & Hewan (Makrofauna)
->Mikroorganisme tanah

Faktor Topografi / Relief :


-> Kecuraman Lereng
-> Bentuk Lereng (Puncak, Cembung, Cekung, Kaki Lereng)
Mempengaruhi Proses Pembentukan Tanah dengan 4 Cara :
1. Jumlah air hujan yg dpt meresap atau disimpan oleh massa tanah
2. Kedalaman air tanah
3. Besarnya erosi yang dapat terjadi
4. Arah pergerakan air yg membawa bhn-bhn terlarut dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah
Definisi dan pengertian dari Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar
daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup
lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi
oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.

Ilmu yang mempelajari tetang tanah adalah Pedologi, Di dalamnya ditinjau berbagai hal
mengenai pembentukan tanah (pedogenesis), morfologi tanah (sifat dan ciri fisika dan kimia),
dan klasifikasi tanah. Istilah ini dipinjam dari bahasa inggris, pedology, yang membentuknya dari
dua kata bahasa Yunani: pedon ("tanah") dan logos ("lambang", "pengetahuan").

Istilah tubuh alam bebas adalah hasil pelapukan batuan yang menduduki sebagian besar daratan
permukaan bumi, dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkan tanaman, serta menjadi tempat
mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya.
Menurut pandangan dan pengertian yang diberikan oleh para ahli tanah adalah sebagai berikut :
1. Tanah adalah bentukan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, yang mempunyai
sifat tersendiri dan mencerminkan hasil pengaruh berbagai faktor yang membentuknya di alam.
2. Tanah adalah sarana produksi tanaman yang mampu menghasilkan berbagai tanaman.
Seorang Pedolog, melihat tanah sebagai lapisan kulit bumi yang lunak dan gembur yang berasal
dari batuan induk. Tanah mempunyai lapisan-lapisan yang berbeda warna sampai ke dalam
terdapat bagian keras yang sulit ditembus disebut batuan induk.
Tanah mempunyai beberapa sifat yang menentukan kualitas tanah seperti sifat biologi, sifat fisik
dan sifat kimia. Tanah bagian paling atas sering disebut top soil, selanjutnya ada lapisan-lapisan
dibawahnya sehingga terbentuk profil tanah.
Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman karena perbedaan
jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat dari tanah tersebut. Untuk memahami hubungan antara
jenis tanah , diperlukan pengetahuan yang mampu mngelompokkan tanah secara sistematik
sehingga dikenal banyak sekali sistem klasifikasi yang berkembang. Untuk mempelajari
hubungan antar jenis tanah maka sistem klasifikasi tanah dibagi menjadi sistem klasifikasi alami
dan sistem klasifikasi teknis (Sutanto, 2005).

Klasifikasi alami yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimiliki tanpa
menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya. Klasifikasi ini memberikan
gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah yang dimiliki masing-masing
kelas dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan bagi berbagai penggunaan
tanah.

Sebaran Penis Tahan di Dunia

Klasifikasi teknis yakni klasifikasi tanahyang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk menanam tanaman
semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman semusim seperti kelerengan, tekstur, pH dan lain-lain. Dalam praktiknya untuk
mempelajari jenis tanah maka sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem klasifikasi alami.
Pada awalnya jenis tanah dikalsifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :
 Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi,
 Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal terutama bahan
induk dan relief,
 Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai
awal proses pembentukan tanah.
Kemudian dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah
(taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State
Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan dan sejak
tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami berdasarkan
karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses genesis. Berdasarkan
ada tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya maka dalam taksonomi tanah dibedakan
atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup, family dan seri. Pada edisi
Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Keduabelas ordo tersebut adalah
Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols,
Spodosols, Ultisols dam Vertisols.
Macam-macam tanah
1. Alfisols. Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa
sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang ekuivalen dengan
jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning dan planosols.
2. Andisols. Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat andik.
Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.
3. Aridisol. Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim kelengasan
tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah coklat (kemerahan)
dan tanah arida (merah).
4. Entisols. Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan aluvian
yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah aluvial, regosol dn tanah
glei humus rendah.
5. Gelisols. Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak dijumpai di
Indonesia
6. Histosols. Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis
40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah bog dan tanah
gambut.
7. Inceptisols. Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi,
tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm. Jenis tanah
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei humik dan glei humik rendah.
8. Mollisols. Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis
tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah rendzina.
9. Oxisols. Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari
permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah laterik.
10. Spodosols. Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.
11. Ultisols. Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%) yang
menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut dibentangan
lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah laterik coklat-
kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.
12. Vertisols. Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering
dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah grumosol.

Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols, Vertisols,
Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis tanah yang paling banyak
ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia
(Sutanto, 2005).
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah antara lain:
• Iklim
Unsur-unsur iklim yang utama mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah Suhu dan Curah
Hujan.
• Organisme (vegetasi, jasad renik)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah seperti:
a. Membuat proses pelapukan
b. Membantu proses pembentukan humus
c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah hal ini terlihat pada daerah beriklim sedang
seperti di Eropa dan Amerika
d. Memiliki kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap
sifat-sifat tanah.
• Bahan induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
• Topografi atau relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi tebal atau tipisnya lapisan tanah.
• Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian
yang terus menerus.

KONSEP PEDON DAN PROFIL TANAH

A. Konsep Pedon dan polipedon


Tanah dalam disiplin ilmu tanah adalah sekumpulan tubuh alam terletak di permukaan
bumi, yang kadang diubah atau diusahakan oleh manusia sebagai lahan usaha tani, merupakan
media alam sebagai tempat pertumbuhan tanaman dan biologi lainnya. Batasan terkecil untuk
tanah sukar ditentukan, apabila ditentukan secara ekstrim, hasil yang akan dicapai menjadi aneh
secara ilmiah. Apabila tanah sudah mempunyai struktur, maka tanah di bagian permukaan struktur
dan tanah di bagian dalam struktur akan berbeda. Apabila tanah tidak berstruktur akan sangat sulit
untuk menentukannya. Konsep pedon memberikan salah satu pemecahan dan memberikan satuan
yang jelas untuk melakukan deskripsi dan pengambilan contoh tanah.
1. Pedon
Pedon adalah suatu area terkecil dari tanah yang harus kita deskripsi dan lakukan
pengambilan contoh tanahnya sebagai pewakil dari satuan tanah yang ada, yang keadaan susunan
Horizon dan perbedaan sifat-sifatnya akan tercermin dari contoh tanahnya. Pedon dapat disamakan
seperti suatu sel dari kristal, berbentuk tiga dimensi. Batas ke bawah agak sukar digambarkan
antara tanah dan bukan tanah. Dimensi lateralnya harus cukup lebar untuk menggambarkan
keadaan Horizon-Horizonnya dan perbedaanperbedaannya, apabila ada. Perbedaan-perbedaan ini
bisa dalam hal ketebalannya atau susunannya, mungkin juga terjadi secara terputus-putus. Suatu
pedon meliputi area berkisar antara 1 sampai 10 m5 tergantung dari variabilitas tanahnya.
2. Polipedon
Suatu tanah yang diklasifikasikan mempunyai tanah di sebelahnya (pedon) yang
tergabung membentuk suatu poligon besar yang mempunyai batasan seperti suatu pulau, yaitu
dengan kumpulan pedon lain yang sifat-sifatnya berbeda. Kumpulan pedon yang sama dan
membentuk suatu pulau ini disebut sebagai polipedon.
Polipedon dibatasi oleh polipedon lain, dengan batas sifat-sifat polipedon yang cukup
nyata. Perbedaan-perbedaan ini bisa menyangkut keadaan dari Horizon-Horizon apabila ada.
Apabila Horizonnya tidak ada, perbedaannya adalah terletak pada keadaan tanahnya. Keadaan
Horizon atau tanah adalah menyangkut komposisinya, termasuk mineralogi, struktur, konsistensi,
tekstur dari Horizon, dan juga rejim kelembapannya. Apabila warna sebagai penentu, maka warna
juga perlu disebutkan. Keadaan dari Horizon-Horizon yang dimaksud adalah keadaan batas
Horizon, ketebalannya, dan perbedaan antara Horizon-Horizon atau subHorizon.
Oleh karena itu batasan dari polipedon ini secara konsepsional awal, sama dengan
batasan dari seri tanah, yaitu yang merupakan kategori terendah dari sistem klasifikasi taksonomi
tanah. Dengan demikian, maka setiap polipedon dapat diklasifikasikan ke dalam seri tanah, hanya
saja bahwa seri tanah mempunyai selang sifat yang lebih lebar daripada polipedon. Polipedon
mempunyai luasan minimum >1 m5 dan maksimumnya tidak terbatas.

Pedon adalah suatu lajur tubuh tanah mulai dari permukaan lahan sampai batas terbawah (bahan
induk tanah). Pedon merupakan volume terkecil yang dapat disebut tanah dan mempunyai
ukuran tiga dimensi. Luas pedon berkisar antara 1-10 m2. Kumpulan dari pedon-pedon disebut
polipedon. Luas polipedon minimum 2 m2, sedangkan luas maksimumnya tidak terbatas. Profil
tanah atau penampang tanah adalah bidang tegak dari suatu sisi pedon yang mencirikan suatu
lapisan-lapisan tanah, atau disebut Horizon Tanah. Setiap horizon tanah memperlihatkan
perbedaan, baik menurut komposisi kimia maupun fisiknya. Kebanyakan horizon dapat
dibedakan dari dasar warnanya. Perbedaan horizon tanah terbentuk karena dua faktor yaitu
pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air atau pencucian tanah (leached) dan karena
proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan menghasilkan
benda alam baru yang disebut tanah. Adapun yang dimaksud solum adalah kedalaman efektif
tanah yang masih dapat dijangkau oleh akar tanaman. Horizon-horizon yang menyusun profil
tanah berturut-turut dari atas ke bawah adalah horizon O, A, B, C, dan D atau R (Bed Rock).

B. PROFIL TANAH
Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit. Tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat
yang lain, karena keaneka ragaman ini, maka tanah dapat dipandang sebagai kumpulan individu-
individu tanah. Pementukan tanah dari bongkahan bum mulai dari proses-proses pemecahan atau
penghancura dimana bahan induk berkeping-keping secara halus . Tiap tanah berkembang secara
baik dan masih dalam keadaan asli akan mempunyai sifat profil yang khas. Sifat-sifat ini yang dipakai
dalam klasifikasi dan penjarangan tanah yang sangat besar manfatnya dalam menentukan pendapat
tentang tanah dan sifat-sifat profil.
Tanah begitu berarti bagi manusia sebagai sumber penghidupan manusia sehingga munculah istilah
Soil Science atau ilmu tanah yaitu ilmu yang berhubungan dengan tanah sebagai sumber
penghidupan pada permukaan bumi yang mencakup pembentukan tanah serta klasifikasi dan
pemetaan berdasarkan sifat-sifat fisika, kimia hayati dan kesuburan tanah dimana sifat-sifat ini
berkaitan dengan pengolahan bagi produksi tanaman.
Pengenalan tanah di lapangan dilakukan dengan mengamati menjelaskan sifat-sifat profil tanah. Profil
tanah adalah urutan-urutan horison tanah, yakni lapisan-lapisan tanah yang dianggap sejajar
permukaan bumi. Profil tanah dipelajari menggali tanah dengan dinding lubang vertikal kelapisan yang
lebih bawah.
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara membuat lubang
dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan
keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena
gaya-gaya alam (natural forces) terhadap proses pembentukan mineral. Pembentukan dan pelapukan
bahan-bahan organik pertukaran ion-ion, pergerakan dan pencucian bahan-bahan koloid (Buckman,
1982).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya dari fraksi tanah halus. Berdasar atas perbandingan
anyaknya butir-butir pasir, debu, liat maka tanah dikelompokkan kedalam beberapa kelas tekstur.
Dalam klasifikasi tanah tingkat famili kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam kelas sebaran besar
butir yan mencakup seluruh tanah. Kelas besar butir merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur
tanah tetapi dengan memperhatikan pula banyaknya fragmen batuan atau fragsi tanah yang lebih
besar dari pasir. Tanah-tanah bertekstur liat ukuran butienya lebuh halus maka setiap satuan berat
mempunyai luas luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan
menyediakan unsur hara tinggi. Tanah yang bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada
tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno,2003)
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena
butir pasir, debu, liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik oksida-oksida
besi dan lain-lain. Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasarkan atas kemantapan atau
ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Didaerah curah hujan tinggi seperti pada
profil dalam dan dangkal umunya ditemukan struktur remah atau granular dipermukaan dan gumpal
di horison bawah. Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah. Tanah-tanah
dipermukaan banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat perkembangan yang kuat
(Pairunan, 1983).
Warna tanah merupakan petujuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah
pada umumnya oleh perbedaan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah
makin gelap. Bahan organik memberi warna kelabu, kelabu tua atau coklat tua pada tanah kecuali
bila bahan dasarnya tertentu sperti oksida dan besi atau penimbunan garam memodifikasi warna.
Akan tetapi banyak tanah tropika dengan kandungan oksida (hematit) yang tiggi berwarna merah,
bahkan dengan sejumlah besar bahan organik (Nurhayati, 1986).
Batas lapisan dengan lapisan lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Dalam
pengamatan di lapangan ketajaman peralihan lapisan-lapisan ini dibedakan kedalam beberapa
tingkatan yaitu nyata (lebar peralihan kurang dari 2,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm) dan
baur (lebar peralihan lebih dari 12,5 cm). disamping itu entuk topografi dari batas horison tersebut
dapat rata, berombak, tidak teratur atau terputus (Foth, 1988).
Karatan merupakan hasil pelapukan batuan tanah yang di pengaruhi oleh adhesi dan kohesi. Karatan
berwarna hitam mengandung banyak mangan (Mg) sedangkan berwarna merah mengandung besi
(Fe). Karatan merupakan hasil reaksi oksidasi dan reduksi dalam tanah. Karatan menunjukkan hasil
reaksi oksidasi dan reduksi dalam tanah. Karatan menunjukkan bahwa udara masih dapat kedalam
tanah setempat sehingga terjadi oksidasi ditempat tersebut dan terbentuk senyawa-senywa Fe3+ yang
berwarna merah. Bila air tida pernah menggenang tata udara dalam tanah selalu baik, maka seluruh
profil tanah dalam keaadaan oksidasi (Fe3+) oleh karena itu umumnya berwarna merah atau coklat.
(Foth, 1988).

WARNA TANAH

Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Penyebab perbedaan warna
permukaan tanah umumnya terjadi karena perbedaan kandungan bahan organik. Semakin tinggi
kandungan bahan organik berarti semakin gelap warna tanah. Warna tanah disusun oleh tiga
jenis variabel, yaitu sebagai berikut:
• Hue
Warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.
• Value
Menunjukkan kecermelangan cahaya.
• Chroma
Menunjukkan kemurnian relatif panjang gelombang cahaya dominan.
Warna tanah dapat ditentukan dengan membandingkan warna baku pada buku Munsell Soil
Colur Chart dengan warna tanah. Warna tanah akan berbeda bila tanah dalam keadaan basah,
lembab, atau kering.
STRUKTUR DAN TEKSTUR TANAH

Struktur Tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir
tanah satu sama lain. Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
1. Lempeng (Platy), ditemukan di horizon A.
2. Prisma (Prosmatic), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
3. Tiang (Columnar), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
4. Gumpal bersudut (Angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
5. Gumpal membulat (Sub angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
6. Granuler (Granular), ditemukan pada horizon A.
7. Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.
Tekstur Tanah menunjukkan kasar halusnya tanah yang didasarkan atas perbandingan banyaknya
butir-butir pasir, debu, dan liat di dalam tanah. Untuk menentukan tekstur tanah terdapat 12 kelas
dalam segi tiga tekstur tanah.
SISTEM KLASIFIKASI TANAH

Sistem klasifikasi tanah (alami) yang ada di dunia ini terdiri atas berbagai macam. Sebab banyak
negara yang menggunakan sistem klasifikasi yang dikembangkan sendiri oleh negara tersebut.
Nama golongan tanah dengan membubuhkan kata sol merupakan singkatan dari kata latin solum.

JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA


Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda-beda.
Berikut ini adalah 8 jenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1. Tanah Humus

Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan
hujan tropis yang lebat.

2. Tanah Pasir

Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta
batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.

3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan

Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang
memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.

4. Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang
tinggi dan bersuhu rendah / dingin.

5. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi

Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur
mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.

6. Tanah Laterit

Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara
tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.

7. Tanah Mediteran / Tanah Kapur

Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur.
Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

8. Tanah Gambut / Tanah Organosol


Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil
bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.

Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanah akan menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda.
Berdasarkan pada faktor pembentuk dan sifat tanah inilah, beberapa ahli mengklasifikasikan tanah
dengan klasifikasi yang berbeda.

Tingkat kategori yang sudah banyak dikembangkan dalam survei dan pemetaan tanah di Indonesia, yaitu
tingkat kategori jenis (great soil group). Klasifikasi jenis-jenis tanah pada tingkat tersebut sering
digunakan untuk mengelompokkan tanah di Indonesia

Tanah Organosol atau Tanah Gambut

Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa,
mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debulempung,
tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah.
Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat
di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena
derajat keasaman tinggi.

Tanah Aluvial

Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari material halus
yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini banyak terdapat di daerah datar
sepanjang aliran sungai

Tanah Regosol
Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran terutama pada
daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa,
Bali, dan Nusa Tenggara.

Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal.
Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna.
Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.

Tanah Latosol

Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat
berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami proses
pelapukan lanjut.

Tanah Grumusol
Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumid atau subarid, dan
curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.

Tanah Podsolik

Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah
hujan lebih 2.500 mm/ tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna
merah, dan kering.

Tanah Podsol

Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah, topografi
pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat. Kesuburan tanah
rendah

Tanah Andosol

Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim sedang dengan
curah hujan di atas 2.500 mm/ tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas
kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu
hingga hitam.

Tanah Mediteran Merah Kuning


Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim subhumid,
topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah cokelat hingga merah.
Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut ”Terra Rossa”.

Hidromorf Kelabu

Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa dataran
rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna kelabu hingga kekuningan.

KERUSAKAN TANAH DAN DAMPAK BAGI KEHIDUPAN


Kerusakan Tanah Pertanian Akibat Erosi
Penggunaan lahan tanpa diimbangi dengan upaya konservasi dan perbaikan kondisi lahan akan
menyebabkan degradasi lahan. Lahan di daerah hulu dengan lereng curam yang hanya sesuai untuk
hutan, apabila mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian tanaman semusim akan rentan
terhadap bencana erosi dan atau tanah longsor. Perubahan penggunaan lahan miring dari vegetasi
permanen (hutan) menjadi lahan pertanian intensif menyebabkan tanah menjadi lebih mudah
terdegradasi oleh erosi tanah. Praktek penebangan dan perusakan hutan (deforesterisasi)
merupakan penyebab utama terjadinya erosi di kawasan daerah aliran sungai (DAS).
Penurunan produktivitas usaha tani secara langsung akan diikuti oleh penurunan pendapatan petani
dan kesejahteraan petani. Disamping menyebabkan ketidak-berlanjutan usaha tani di wilayah hulu,
kegiatan usaha tani tersebut juga menyebabkan kerusakan sumber daya lahan dan lingkungan di
wilayah hilir, yang akan menyebabkan ketidak-berlanjutan beberapa kegiatan usaha ekonomi
produktif di wilayah hilir akibat terjadinya pengendapan sedimen, kerusakan sarana irigasi, bahaya
banjir dimusim penghujan dan kekeringan dimusim kemarau.

Pencemaran Agrokimia
Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat disebabkan karena
penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida) yang tidak proporsional.
Dampak negatif dari penggunaan agrokimia antara lain berupa pencemaran air, tanah, dan hasil
pertanian, gangguan kesehatan petani, menurunnya keanekaragaman hayati, ketidak berdayaan
petani dalam pengadaan bibit, pupuk kimia dan dalam menentukan komoditas yang akan ditanam.
Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan berdampak pada kehidupan
dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga berdampak pada kehidupan biota tanah.
Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi biota tanah.
Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi dalam kurun
waktu yang panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi
ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya kandungan bahan organik
tanah.
Akibat dari ditinggalkannya penggunaan pupuk organik berdampak pada penyusutan kandungan
bahan organik tanah. Sistem pertanian bisa menjadi sustainable (berkelanjutan) jika kandungan
bahan organik tanah lebih dari 2%. Bahan organik tanah disamping memberikan unsur hara
tanaman yang lengkap juga akan memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah akan semakin remah.
Namun jika penambahan bahan organik tidak diberikan dalam jangka panjang kesuburan fisiknya
akan semakin menurun.

Pencemaran Industri
Pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat juga disebabkan karena
kegiatan industri. Pengembangan sektor industri akan berpotensi menimbulkan dampak negatip
terhadap lingkungan pertanian kita, dikarenakan adanya limbah cair, gas dan padatan yang asing
bagi lingkungan pertanian. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa gas buang seperti belerang
dioksida (SO2) akan menyebabkan terjadinya hujan asam dan akan merusak lahan pertanian.
Disamping itu, adanya limbah cair dengan kandungan logam berat beracun (Pb, Ni, Cd, Hg) akan
menyebabkan degradasi lahan pertanian dan terjadinya pencemaran dakhil. Limbah cair ini apa
bila masuk ke badan air pengairan, dampak negatifnya akan meluas sebarannya. Penggalakan
terhadap program kali bersih dan langit biru perlu dilakukan, dan penerapan sangsi bagi pengusaha
yang mengotori tanah, air dan udara.

Pertambangan dan Galian


Usaha pertambangan besar sering dilakukan diatas lahan yang subur atau hutan yang permanen.
Dampak negatif pertambangan dapat berupa rusaknya permukaan bekas penambangan yang tidak
teratur, hilangnya lapisan tanah yang subur, dan sisa ekstraksi (tailing) yang akan berpengaruh
pada reaksi tanah dan komposisi tanah. Sisa ektraksi ini bisa bereaksi sangat asam atau sangat
basa, sehingga akan berpengaruh pada degradasi kesuburan tanah.
Semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan bangunan terutama batu bata dan genteng, akan
menyebabkan kebutuhan tanah galian juga semakin banyak (galian C). Tanah untuk pembuatan
batu bata dan genteng lebih cocok pada tanah tanah yang subur yang produktif. Dengan dipicu dari
rendahnya tingkat keuntungan berusaha tani dan besarnya resiko kegagalan, menyebabkan lahan-
lahan pertanian banyak digunakan untuk pembuatan batu bata, genteng dan tembikar. Penggalian
tanah sawah untuk galian C disamping akan merusak tata air pengairan (irigasi dan drainase) juga
akan terjadi kehilangan lapisan tanah bagian atas (top soil) yang relatif lebih subur, dan
meninggalkan lapisan tanah bawahan (sub soil) yang kurang subur, sehingga lahan sawah akan
menjadi tidak produktif.

PENCEMARAN TANAH
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah
lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau
bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan
tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat
kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam
tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat
berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara
di atasnya.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian kerusakan tanah
untuk
produksi bio massa: “Tanah adalah salah atu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak
bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia,
biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya.”

Penyebab Pencemaran Tanah


Tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi.
Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari
tumbuhan.
Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian besar dari makanan kita
berasal dari permukaan tanah.. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban kita menjaga
kelestarian
tanah sehingga tetap dapat mendukung kehidupan di muka bumi ini. Akan tetapi,
sebagaimana halnya pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun akibat kegiatan manusia
juga.
Pencemaran tanah dapat disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian

- Limbah domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagang-an/
pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan
dan swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
1. Limbah padat berupa sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kan-tong plastik,
bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb.
2. Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah
akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme
di dalam tanah.

Limbah industri
1. Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan industri berupa
padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan
pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
2. Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya
sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga,
timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri
pelapisan logam

timbunan limbah industri


- - Limbah pertanian
Limbah pertanian berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman,
misalnya pupuk urea

Dampak Pencemaran Tanah


- Timbulan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu/ mencemari karena:
lindi (air sampah), bau dan estika. Timbulan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga
tanah tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan
asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan
gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah
lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada permukaan tanah menjadi racun.

- Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat
ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat
menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang
akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan untuk
berkembang.
- Limbah cair rumah tangga berupa; tinja, deterjen, oli bekas, cat, jika meresap kedalam tanah
akan merusak kandungan air tanah bahkan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat
membunuh mikro-organisme di dalam tanah.

- Limbah padat hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses
pengolahan. Penimbunan limbah padat mengakibatkan pembusukan yang menimbulkan bau di
sekitarnya karena adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu.Dengan tertimbunnya
limbah ini dalam jangka waktu lama, permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke
dalam tanah terkontaminasi dengan bakteri tertentu yang mengakibatkan turunnya kualitas air
tanah pada musim kemarau. Selain itu timbunan akan mengering dan mengundang bahaya
kebakaran.

- Limbah cair sisa hasil industri pelapisan logam yang mengandung zat-zat seperti tembaga,
timbal, perak,khrom, arsen dan boron merupakan zat yang sangat beracun terhadap
mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi
mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah.

- Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang
menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu
karena hara tanah semakin berkurang
- Penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang
berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya.
Selain itu penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal
terhadap pestisida tersebut

Cara Menanggulangi Pencemaran Tanah


1. Remidiasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua
jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-
siteadalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal
dan rumit.
2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi
zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan
air).
3. Pengolahan sampah
- Limbah domestik yang berjumlah sangat banyak memerlukan penanganan khusus agar tidak
mencemari tanah. Pertama sampah tersebut kita pisahkan ke dalam sampah organik yang dapat
diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable) dan
- sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable). Oleh karena itu,
sangatlah bijaksana jika setiap rumah tangga dapat memisahkan sampah atau limbah atas dua bagian
yakni organik dan anorganik dalam dua wadah yang berbeda sebelum diangkut ketempat
pembuangan akhir.

- Sampah organik yang terbiodegradasi dapat diolah, misalnya dijadikan bahan urukan, ke-
mudian kita tutup dengan tanah sehingga terdapat permukaan tanah yang dapat kita pakai lagi;
dibuat kompos; khusus kotoran hewan dapat dibuat biogas dll.
- Landfill, yaitu pembuangan sampah ke dalam lobang (tempat yang lebih rendah).
- sanitary incine ration, pembuangan sampah ke dalam jurang kemudian ditutup lagi dengan
tanah
- Individual incineration, yaitu sampah dikumpulkan dan dibakar sendiri.
- Incinerator, yaitu pembakaran sampah setelah sampah terkumpul banyak oleh petugas
kebersihan.

4. Mengurangi penggunaan pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia untuk pemberantasan hama seperti
pestisida
5. Mengolah limbah industri dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang kesungai atau kelaut.

6. Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme


(nonbiodegradable). Misalnya mengganti plastik sebagai bahan kemasan/pembungkus dengan bahan
yang ramah lingkungan seperti dengan daun pisang atau daun jati.

FAKTOR YANG DIPENGARUHI OLEH STRUKTUR TANAH

- Pergerakan air
Pergerakan air dibagi menjadi 3, yaitu:
• Prokolasi PERKOLASI adalah pergerakan air didalam tanah
• Inviltrasi adalah pergerakan air dipermukaan tanah sebelum mencapai tanah bagian dalam.
• Limpasan adalah atau disebut juga run off = air langsung mengalir kebawah.
Pergerakan air ini merupakn salah satu faktor yang dipengaruhi oleh struktur tanaman. Apabila
struktur tanah memiliki banyak pori maka pergerakan air cenderung menuju ke pusat gravitasi dan
kemungkinan untuk terjadi limpasan sangatlah kecil. Begitupun sebaliknya apabila struktur tanah
tersebut memiliki sedikit pori dan tidak teguh maka pergerakan air cenderung akan mengalami
limpasan/ run off.
• Ukuran
Ukuran struktur dibedakan dalam 5 kelas, yakni:
sangat halus, halus, sedang, kasar/besar, dan sangat besar. Batas ukuran dari kelas tersebut
berbedamenurut bentuk struktur.
Ukuran masing-masing kelas menurut bentuk struktur tanah (mm)
Kelas
Lempeng*)
Prisma dan Tiang
Gumpal
Kersai
Sangat halus <1 <10 <5 10 >100 >50 >10
*) Dalam deskripsi, tipis digunakan sebagai pengganti halus, dan tebal sebagai kasar.
• Kemantapan agregat
Ketahanan rata- rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau
penggenangan air. Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan
kekuatan sementasi atau pengikatan. Struktur tanah disyarati oleh tekstur, adanya bahan organik dan
bahan-bahan perekat lain serta nisbah atau perbandingan antara berbagai kation yang ada dalam tanah.
Struktur tanah berpengaruh penting atas regim udara dan air dalam tanah, antara hidrolik dan
konsekuensinya yang berpengaruh atas pertumbuhan akar dan kegiatan biologi dalam tanah.
• Konsistensi
Derajat kohesi dan adhesi antara partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap
perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Kosistensi
ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur tanah. Cara penentuan
• Lapangan : Memijat tanah dalam kondisi kering, lembab, dan basah
• Laboratorium : angka-angka Atterberg
• Perakaran
Perakaran selain menjadi factor yang mempengaruhi struktur tanah, perakaran juga merupakan salah
satu faktor yang dipengaruhi oleh struktur tanah. System perakaran tanah akan lebih bagus dengan kata
lain akan lebih berkembang baik jika struktur tanahnya juga tidak terlalu memadat seperti kubus atau
prisma. System perakaran dalam tanah akan lebih berkembang baik jika terletak pada struktur tanah
yang kersai atau remah.
• Erosi
Erosi juga merupakan faktor yang dipengaruhi oleh struktur tanah. Jika struktur tanah itu cenderung
tipis dan tidak teguh maka erosi yang ditimbulkan akan semakin besar. Begitupun sebaliknya, jika
struktur tanah itu cenderung tebal dan keras maka kemungkinan erosi yang terjadi cenderung sedikit
atau bahkan tidak ada.
• Porositas
Porositas atau jumlah ruang pori yang terdapat didalam tanah merupakan salah satu faktor yang
dipengaruhi oleh struktur tanah. Semakin padat dan keras struktur tanah maka porositasnya semakin
sedikit dan berkurang sebaliknya, semakin remahnya struktur tanah maka porositsnya semakin banyak

Anda mungkin juga menyukai