Anda di halaman 1dari 41

3.

1 JUDUL

Identifikasi Batuan Sedimen

3.2 TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai dari acara identifikasi batuan sedimen adalah sebagai
berikut:

1. Praktikan mampu mengidentifikasi batuan sedimen

2. Praktikan mampu menjelaskan jenis-jenis batuan sedimen


3.3. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum identifikasi batuan sedimen dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel 1. Alat dan kegunaannya dalam praktikum identifikasi batuan beku.

No Nama Alat Kegunaan

Lubang Preparat Untuk melihat warna batuan


1.

2. Mistar Sebagai alat bantu pembuatan table

Untuk menggambar batuan yang diamati


3.
Pensil Warna
Rocks and Minerals Referensi klasifikasi batuan beku
4.

5. Tabel hasil pengamatan Untuk menulis hasil pengamatan.

Bahan yang digunakan dalam praktikum identifikasi batuan sedimen dapat


dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Bahan dan kegunaannya dalam praktikum identifikasi batuan beku.

No Nama Bahan Kegunaan

1. Batu Pasir Sebagai bahan praktikum

2. Batu Gamping Sebagai bahan praktikum

Batu Gamping Sebagai bahan praktikum


3.

4. Batu Gamping Sebagai bahan praktikum

5. Batu Bara Sebagai bahan paktikum

3.4. PROSEDUR KERJA

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum identifikasi batuan


sedimen adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2) Melakukan identifikasi batuan beku secara megaskopis/ kasat mata


berdasarkan sifat-sifat fisinya:

 Warna

 Tekstur

 Struktur

 Komposisi mineral pembentuk batuan


3) Menentukan nama batuannya

4) Mengisi data pada lembar pengamatan

3.5. LANDASAN TEORI

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan


endapan yang berupa bahan lepas. Hutton (1875) menyatakan Sedimentary
rocks are rocks which are formed by the “turning to stone” of sediments and that
sediments, in turn, are formed by the breakdown of yet-older rocks. O’Dunn & Sill
(1986) menyebutkan sedimentary rocks are formed by the consolidation of
sediment : loose materials delivered to depositional sites by water, wind, glaciers,
and landslides. They may also be created by the precipitation of CaCO3, silica,
salts, and other materials from solution (Batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke
lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah
atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh penguapan
larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain). Menurut Tucker
(1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan
itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen
tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
(Moss,1977).
Zingg (1935) menggunakan nisbah b/a dan c/b (dimana a, b, dan c berturut-turut
panjang, lebar, dan tebal partikel) untuk mendefinisikan empat kategori bentuk.
Kategori-kategori itu—oblate, prolate, triaxial, dan equi-axial. Dimana klsafikasi
ini membagi batuan sedimen berdasarkan bentuk kebundarannya yaitu sebagai
berikut :

1. Angular (menyudut) (0-0,15): sangat sedikit atau tidak ada jejak


penghancuran; sudut dan sisi partikel tajam; sudut sekunder (tonjolan minor dari
profil partikel; bukan sudut antar-muka partikel) banyak dan tajam.

2. Subangular (menyudut tanggung) (0,15-0,25): sedikit jejak penghancuran;


sudut dan tepi partikel hingga tingkat tertentu membundar; banyak terdapat
sudut sekunder (10-20), meskipun tidak sebanyak seperti pada partikel
menyudut.

3. Subrounded (membulat tanggung) (0,25-0,40): jejak penghancuran cukup


banyak; sudut dan sisi partikel membundar; jumlah sudut sekunder relatif sedikit
(5-10) dan umumnya membundar. Luas permukaan partikel berkurang; sudut-
dalam asli, meskipun membundar, masih terlihat jelas.

4. Rounded (membundar) (0,40-0,60): Bidang-bidang asli hampir terhancurkan


seluruhnya; bidang yang relatif datar masih dapat ditemukan. Sisi dan sudut asli
menjadi melengkung dan membentuk kurva yang relatif besar; hanya sedikit
ditemukan sudut sekunder (0-5). Pada kebundaran 0,60, semua sudut sekunder
hilang. Bentuk asli masih terlihat.

5. Well rounded (sangat bundar) (0,60-1,00): tidak ada permukaan, sudut, atau
sisi asli; semuanya membentuk lengkungan-lekungan besar; tidak ada bagian
yang datar; tidak ada sudut sekunder. Bentuk asli tidak terlihat lagi, amun dapat
diperkirakan dari bentuknya yang sekarang. (Alfonsus simalogi)

Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan


sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya.
Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera
setelah proses pengendapan. Pada batuan sedimen dikenal dua macam
struktur, yaitu :

Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut


juga sebagai struktur primer.

Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar, sesar,


dan lipatan.

Pembagian struktur sedimen ada beberapa macam dan versi dari peneliti yang
menganalisa dan mempelajari struktur sedimen, pembagian struktur
sedimen menurut Pettijohn :

1. Struktur Sedimen Primer: Struktur pada batuan sedimen yang terjadi pada saat proses
sedimentasi sehingga dapat di gunakan untuk mengidentifikasi mekanisme
pengendapan.

2. Struktur Sedimen Sekunder : struktur sedimen yang terjadi pada batuan sedimen pada
saat sebelum dan sesudah proses sedimentasi yang juga dapat merefleksikan
lingkungan pengendapan, keadaan dasar permukaan, lereng,dan kondisi permukaan.

3. Struktur Sedimen organik: Struktur sedimen yang terbentuk akibat dari proses
organisme pada saat dan sesudah terjadi proses sedimentasi. ( Pettijohn & Potter,
1964 )
Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu
batuan tertentu. Sifat fisika dan kimia yang umum dikenal dalam mengidentifikasi
batuan biasanya dibagi dalam 4 kategori sifat, yaitu warna, Tekstur, Struktur dan
Komposisi mineral pembentuk batuan. Batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk dari batuan. Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitaan
dengan ukuran, bentuk dan susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan
dapat dijadikan petunjuk tentang proses (ganesa) yang terjadi Struktur adalah
kenampakan hubungan antara bagian batuan yang berbeda. Macam-macam
struktur yang terdapat pada batuan sedimen lebih bergantung pada hubungan
antar butir yang mengontrol dari teksturnya pada waktu lampau sehingga
menghasilkan batuan tersebut. ang telah ada sebelumnya atau hasil aktivitas
kimia maupun organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan
bumi dan mengalami pembatuan. Mineral-mineral yang terdapat pada batuan
sedimen, antara lain : kwarsa, mika karbonat, mineral lempung (Firdaus,
2011:13-14).

3.6 DATA/HASIL PENGAMATAN

1. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini yang di identifikasi adalah batuan meramorf, di,ama
pengertian dari Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil
pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Dimana yang di identifikasi pada
batuan ini adalah berdasarkan sifat fisisnya, yang terbagi dalam 4 kategori sifat,
yaitu meliputi: berdasarkan sifat-sifat fisinya: warna, tekstur, struktur, dan
komposisi mineral pembentuk batuan.

Pada batuan sedimen yang pertama yaitu batu pasir. Batupasir termasuk dalam
batuan sedimen klastik terigen. Hal ini berarti batu ini disusun oleh butiran
detritus yang berasal dari daratan. Mempunyai butiran yang berukuran 1/16 mm
– 2 mm. Berdasarkan klasifikasi wentworth untuk ukuran butir, maka ukuran
tersebut dinamakan pasir, sehingga batunya dinamakan batupasir. Biasanya
batupasir disusun dari lima komponen dasar, yaitu : fragmen batuan (litik),
butiran kuarsa, butiran feldspar, matriks, dan semen. Matriks terdiri dari mineral
lempung, dan biasa juga kuarsa yang berukuran lanau. Pada batu pasir yang
diamati pada pengamatan III tentang identifikasi batuan sedimen yaitu batu pasir
yang mempunyai warna putih, teksturnya yaitu Klasik, dan strukturnya Silang
siur, ukuran butirannya yaitu >256 dan sortasi dalam batuan yang diamati yaitu
sedang.

Pada batuan sedimen yang kedua yaitu batu gamping. Koral batu gamping
merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai media adsorbsi,
absorbsi dan filtrasi untuk menurunkan kadar minyak mineral pada limbah cair,
namun saat ini belum begitu dimanfaatkan secara umum. Batu kapur (Gamping)
dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau
secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara
organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput,
foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang.
Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam,
tergantung keberadaan mineral pengotornya. Batu gamping yang telah dilakukan
pada pengamatan kedua yaitu batu gamping yang berwarna putih jernih, Tekstur
Non-klasik, strukturnya Berdegradasi dan komposisinya Kwarsa sedangkan
ukuran butirannya 1-5 mm(sedang) dan adapun sortasinya yaitu Baik.

Pada pengamatan yang ketiga yaitu batu gamping batu gamping. Penggunaan
batu kapur sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan campuran
bangunan, industri karet dan ban, kertas, dan lain-lain. Mineral karbonat yang
umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah aragonit (CaCO3), yang
merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah
menjadi kalsit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum ditemukan berasosiasi
dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit
(FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3). Batu gamping
yang diamati pada 3.1 yaitu batu gamping berwarna putih, Teksturnya klasik,
sedangkan Strukturnya silang siur, komposisi mineralnya yaitu mika, ukuran
butirannya kasar dan sortasinya sangat buruk. Sedangkan pada pengamatan 3.2
yaitu btu gamping yang berwarna putih, terksturnya non-klasik, sedangkan
strukturnya berdeglarasi, komposisi mineralnya yaitu mika, ukuran butirannya
halus dan sortasinya sedang.

Pada pengamatan yang terakhir yaitu batu bara, Batuan ini terbentuk dari
material organic yang berasal dari tumbuhan. Untuk batubara dibedakan
berdasarkan kandungan unsure karbon,oksigen, air dan tingkat
perkembangannya. Batu yang diamati pada percobaan III Tentang identifikasi
batuan sedimen yaitu batu bara, batu bara pada pengamatan ini berwarna hitam,
teksturnya Non-klasik, dan struktur pada batu Bara yaitu Berlapis sedangkan
komposisi mineralnya yaitu mika, ukuran butirannya yaitu 1-5(sedang) dan
sortasi dalam batuan bara yang diamati yaitu Baik.

3.7 PENUTUP

1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari acara III tentang identifikasi batuan
Sedimen yaitu sebagai berikut:

1. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari batuan yang sudah ada sebelumnya
atau hasil aktifitas kimia maupun organism, yang diendapkan lapis demi lapis pada
permukaan bumi dan mengalami pembatuan.

2. Seperti pada pengamatan batuan beku :


– Batu pasir memiliki warna hitam, teksturnya klasik, Kemudian memiliki
struktur yaitu silang siur, ukuran butiran yaitu >256, sortasinya sedangkan
komposisi mineralnya mika.
– Batu gamping memiliki warna putih jernih, teksturnya non-klasik, .
Kemudian mempunyai struktur berdegradasi,dan komposisi mineralnya kuarsa
sedangkan ukuran butirannya1-5mm dan sortasinya yaitu baik.

– Batu bara memiliki warna hitam, teksturnya Non-klasik, kemudian


strukturnya Berlapis, dan komposisi mineralnya mika, sedangkan ukuran
butirannya yaitu 1-5(sedang) dan sortasinya Baik.

2. Saran

Adapun saran yang dapat saya ajukan dalam praktikum acara tiga tentang
identifikasi batuan sedimen yaitu sebaiknya aturan-aturan yang telah disepakati
dalam acara asistensi sebelumnya di terapkan dalam praktikum supaya
praktikan tidak seenaknya melanggar aturan yang telah disepakati bersama. Dan
praktikan tidak berlaku seenaknya pada asisten.

DAFTAR PUSTAKA

Moss,S.J. et. al. 1997. New Observations on the Sedimentary and Tectonic
Evolution of the Tertiary Kutai Basin, East Kalimantan. In Fraser, A.J., Matthews,
S.J. & Murphy, R.W. eds. Petroleum Geology of Southeast Asia, Special
Publications .126, pp. 395-416. The Geological Society: London.

Tiercelin, J.J. 1990. Rift-basin Sedimentation: Responses to Climate, Tectonism


and Volcanism. Journal of African Earth Science: Afrika Timur.

Firdaus. 2011.Modul Praktikum Geologi Dasar. Universitas Haluoleo: KendarI.

Alfonsus simalango,1986, the geology and geothermal activity of the east African
rift system, Kenya.
2.1.JUDUL

Identifikasi Batuan Beku..

2.2.TUJUAN

Adapun tujuan yang dicapai dalam melakukan paktikum acara Identifikasi Batuan
Beku yaitu sebagai berikut :

1. Praktikan mampu mengidentifikasi batuan beku.

2. Praktikan mampu mengklsifikasikan batuan beku.


2.3. ALAT DAN BAHAN

Table 1. Alat yang digunakan dalam identiikasi batuan beku yaitu sebagai berikut:

No. Alat dan Bahan Kegunaan

1. Komperator Batuan Sebagai bahan pembanding dalam mengidentifikasi


batuan beku.

2. Lubang Preparat Sebagai pembatas untuk mengamati batuan agar tidak


semua bagian mineral teramati.

3. Pensil Warna menggambar sampel batuan sebagai objek.

4. Sampel Batuan Beku Untuk diidentifikasi jenis batuan, dan jenis mineral
yang terkandung pada sampel batuan tersebut.

Table 2. Bahan yang digunakan dalam identifikasi batuan beku adalah sebagai berikut :

No Nama bahan Kegunaan

1. Gabbro Sebagai bahan praktikum


2. Zeolit Sebagai bahan praktium

3. Andesit Sebagai bahan praktikum

4. Basal Sebagai bahan praktikum

1.4 LANDASAN TEORI

Batuan beku berasal dari cairan magma yang membeku akibat mengalami pendinginan.
Menurut ilmu petrologi semua bahan beku terbentuk dari magma karena membekunya
lelehan silikat yang cair dan pijar. Magma yang cair dan pijar itu berada di dalam bumi
dan oleh kekuatan gas yang larut di dalamnya naik ke atas mencari tempat-tempat yang
lemah dalam kerak bumi seperti daerah patahan/rekahan. Magma akan keluar mencapai
permukaan bumi melalui pipa gunungapi dan disebut lava, akan tetapi ada pula magama
yang membeku jauh di dalam bumi dan dikenal dengan nama batuan beku dalam.Batuan
Beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik
di mantel ataupun kerakbumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari
proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan
komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar
terbentuk di bawah permukaan kerak bumi. (Budi Setiyarso,1981)

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk secara langsung dari hasil pembekuan magma,
baik itu dibawah permukaan bumi (intrusif) ataupun dipermukaan bumi (ekstrusif).Secara
umum batuan beku memiliki cirri-ciri sebagai berikut ;Massive Maksudnya batuan
tersebut memiliki struktur yang kompak dank eras. Terdiri dari paduan mineral-mineral
pembentuk batuan, yaitu mineral primert (mineral utama dan mineral aksesoris). Tidak
ada perlapisan Maksudnya batuan tersebut tidak menunjukkan adanya bidang perpisahan
pada strukturnya. Berikut ini bentuk-bentuk badan batuan beku (Rock body) Batuan beku
luar, berupa produk ekstrusif (bukit, gunung dan planteau).Batuan beku adalah
merupakan kumpulan mineral-mineral silikat dari hasil penghabluran magma yang
mendingin. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan kepada tiga patokan utama yaitu
berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan
berdasarkan susunan mineralnya. Pembagian yang berdasarkan genetik atau tempat
terjadinya dari batuan beku dapat dibagi atas batuan ekstrusi dan batuan intrusi. Batuan
ekstrusi terdiri dari semua material yang dikeluarkan kepermukaan bumi baik di daratan
maupun di bawah permukaan laut material ini mendingin dengan cepat, ada yang
berbentuk padat atau suatu larutan yang kental dan panas yang disebut lava. Magma yang
mencapai permukaan bumi melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai
erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan beku luar. (W.T. Huang,
1962).

Batuan beku berasal dari hasil pendinginan dan pembekuan magma, dimana magma ini
merupakan suatu lelehan pijar yang terdiri dari zat-zat yang mobil yang panas bersuhu
antara 9000-12000 terbentuk secara alamiah yang merupakan senyawa silikat dan magma
juga mengandung gas. Sistem yang paling berguna dan signifikan dalam
pengklasifikasian batuan beku, didasarkan oleh dua kriteria yaitu: komposisi dan tekstur.
Pentingnya kriteria tersebut tidak hanya terletak pada kegunaan untuk mendeskripsikan
batuan sehingga bisa dibedakan dengan batuan tipe lain, tetapi juga penting dalam
pengertian umum. Pada komposisi mineral terdapat petunjuk-petunjuk penting mengenai
sifat dasar magma, dan tekstur menunjukkan sejarah pendinginan.Kira-kira 99% dari dari
sebagian besar batuan beku tersusun hanya dari 8 elemen, yaitu oksigen, kalsium,
alumunium, silikon, sodium, magnesium, dan potassium. Sebagian besar dari elemen
terebut masuk ke dalam struktur kristal pembentuk batu silikat dan membentuk feldspar,
amphibole, kuarsa, mika, piroksen, olivine, dan amphibole. Keenam mineral ini terdapat
pada 95% volume dari semua batuan-batuan beku dan yang terpenting adalah untuk
mempelajari klasifikasi dan asal batuan beku.( Turner dan Verhoogen 1960),
Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, atau agregasi dari mineral-mineral ,
biasanya dia tidak dalam keadaan homogen dan tidak pula mempunyai susunan kimia dan
sifat-sifat fisika yang tetap dan terbentuk di alam. Untuk mengetahui proses-proses yang
terjadi suatu batuan terlebih dahulu kita melakukan pendiskripsian batuan, yaitu: jenis
batuan, warna batuan, tekstur batuan, struktur, serta komposisi-komposisi mineral yang
menyusun batuan. Secara Umum jenis batuan dibagi atas 3 yaitu Batuan beku, sedimen
dan metamorf.Batuan beku adalah batuan yang terbentuk melalui hasil pembekuan
magma atau kristalisasi magma yang dipengaruhi oleh suhu. Penggolongan batuan beku
dapat didasarkan pada tiga patokan utama yaitu berdasarkan genetic batuan, berdasarkan
senyawa kimia yang terkadung, dan berdasarkan susunan mineraloginya.Batuan beku
terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang mengandung gelas, berdasarkan
tempat kejadiannya (genesa) batuan beku terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: a. Batuan
beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Proses pendinginan
sangat lambat sehingga batuan seluruhnya terdiri atas kristal-kristal (struktur
holohialin).contoh :Granit, Granodiorit, dan Gabro. b. Batuan beku korok (hypabisal),
terbentuk pada celah-celah atau pipa gunung api. Proses pendinginannya berlangsung
relatif cepat sehingga batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan
bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh batuan
ini dalah Granit porfir dan Diorit porfir. c. Batuan beku luar (efusif) terbentuk di dekat
permukaan bumi. Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk
kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contohnya Obsidian, Riolit dan
Batuapung.(alfonsus simalango,1986).

Batuan beku berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dapat dibagi tiga, yaitu : Batuan
intrusi atau plutonik adalah batuan yang terbentuknya berada jauh di dalam bumi (15 – 50
Km). Karena tempat pembentukannya dekat dengan astenosfer, maka pendinginan
berjalan sangat lambat. Karena itu bentuk batuannya besar – besar dan mempunyai kristal
yang sempurna dengan bentuk tekstur holokristalin (semua komposisi disusun oleh kristal
sempurna), karena pembentukan kristalnya sangat sempurna mengingat waktu
penghablurannya sangat lama. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan
granit (yang sering dijadikan hiasan rumah) dan lain-laijn. Batuan Ekstrusi adalah
Magma yang bergerak dari dalam ke permukaan bumi, sebagian besar membeku di dalam
sebagai batuan plutonis, hanya kurang dari 1/10 nya yang membeku di permukaan bumi
dan dikenal sebagai Batuan Vulkanis atau vulkanik. Suatu aktivitas vulkanisme akan
mengeluarkan materi – materi berupa gas, cair dan padat. Kelompok batuan ekstrusi
terdiri dari semua material yang dikeluarkan ke permukaaan bumi baik di daratan ataupun
di bawah permukaan laut. Material ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk
padat, debu atau suatu larutan kental dan panas, cairan ini disebut lava. Ada dua tipe
magma intrusi, yang pertama memiliki kandungan silika yang rendah dan vikositasnya
rendah. Tipe kedua dari lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki kandungan silika
yang tinggi dan vikositas relatif tinggi.Contoh batuan beku vulkanik adalah basalt,
andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite. Batuan Gang antara batuan
dalam dan batuan leleran terdapat gejala antara batuan yang terbentuk dalam celah –
celah serta rekahan – rekahan dalam kerak bumi. Batuan yang terbentuk adalah batuan
gang atau batuan korok disebut juga batuan hypo-abisik. Gang disini adalah suatu badan
yang bentuknya seperti sebuah kitab besar. Magma yang membeku dalam gang adalah
magma yang sedang menuju ke permukaan bumi atau membeku dalam celah – celah di
kerak bumi. Misalnya magma yang mempunyai susunan granit itu membeku dalam
sebuah gang, maka batuan yang terbentuk disebut porfiri granit yang berarti batuan granit
bertekstur porfiri. (Munir, 1995).

Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu batuan
tertentu. Setelah identiikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberi nama
batuan tersebut. Sifat fisika dan kimia yang umum dikenal dalam mengidentifikasi batuan
biasanya dibagi dalam 4 kategori sifat, yaitu :

1. Warna

2. Tekstur

3. Struktur
4. Komposisi mineral pembentuk batuan
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma, baik di bawah
permukaan (insrusif) maupun di atas permukaan (eksrusif). Ciri khas batua beku adalah
kenampakannya yang kristalin, yaitu memiliki unit-unit kristal yang kecil yang saling
mengikat satu sama lain. (DRS. FIRDAUS, M.SI, 2011:10)

1.5 PROSEDUR PRAKTIKUM

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum acara II tentang identifikasi
batuan beku adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Melakukan identifikasi batuan beku secara megaskopis/kasat mata berdasarkan sifat-


sifat fisisnya :

v Warna

v Tekstur

v Struktur

v Komposisi mineral pembentuk batuan

3. Menentukan nama batuannya

4. Mengisi data pada lembar pengamatan

1.6 DATA/HASIL PENGAMATAN

Adapun hasil data pengamatan pada acara dapat dilihat sebagai berikut:
v Nomor Peraga : 1

v Nama Batuan : Gabbro

v Warna : Hitam/gelap

v Sifat Batuan : Mafic

v Tekstur : Faneritic

v Struktur : Masif

v Komposisi Mineral : Mika

v Nomor Peraga : 2

v Nama Batuan : Zeolit

v Warna : Putih abu-abu

v Sifat Batuan : Felsic

v Tekstur : Faneritik

v Struktur : Masif

v Komposisi Mineral : Feldspar

v Nomor Peraga : 3

v Nama Batuan : Andesit


v Warna : Merah Daging

v Sifat Batuan : Intermediet

v Tekstur : Afanitic

v Struktur : Jointing

v Komposisi Mineral : Ortoklas

v Nomor Peraga : 4

v Nama Batuan : Basalt

v Warna : Hitam

v Sifat Batuan : Ultra basa

v Tekstur : Faneritik

v Struktur : Masif

v Komposisi Mineral : Mika, piroksen

1.7 PEMBAHASAN

Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu batuan
tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberi nama
batuan tersebut. Sifat fisika dan kimia yang umum dikenal dalam mengidentifikasi batuan
biasanya dibagi dalam 4 kategori sifat diantaranya warna, tekstur, struktur, dan komposisi
mineral pembentuk batuan yang di identifikasi.

Dalam mengidentifikasi batuan beku ini salah satu sifat dari batuan yang perlu di lihat
yaitu warna, karena warna batuan biasanya merepresentasikan dari mineral pembentuk
batuan beku itu sendiri. Selain daripada warna sifat batuan yang perlu dilihat juga adalah
tekstur, dimana tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitan dengan ukuran, bentuk,
dan susunan butir mineral dalam batuan. Kemudian yang perlu dilihat lagi ialah
strukturnya, dimana struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang
berbeda. Dan yang terakhir ialah komposisi mineral pembentuk batuan yaitu mineral-
mineral yang terdapat pada batuan beku, antara lain : kwarsa, mika, feldspar, olivine,
piroksen. Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf, antara lain : kwarsa,
mika, feldspar, karbont, mineral lempung.

Pada batuan beku pertama nama batuan beku yang di identifikasi ialah gabbro. Gabbro
memiliki sifat batuan basa/mafic dikarenakan batuan ini memiliki warna hitam/gelap.
Mempunyai tekstur faneritik yang mana pada batuan beku ini butiran-butiran mineral
dapat dilihat dengan mata telanjang, strukturnya massif hal ini dapat dilihat dari batuan
ini yang memiliki struktur yang pejal, tanpa retakan maupun lubang gas. Juga
mempunyai komposisi mineral yaitu mika.

Pada batuan beku kedua nama batuan beku yang di identifikasi adalah zeolit. Zeolit
memiliki sifat batuan asam/felsic dikarenakan pada batuan beku ini tampak terlihat
terang yaitu berwarna putih abu-abu, dan mempunyai tekstur faneritik yang mana
butiran-butiran mineral dapat dilihat dengan mata telanjang. Mempunyai bentuk struktur
massif sebab batuan ini pejal, tanpa retakan maupun lubang gas. Selain itu pada zeolit
mempunyai komposisi mineral yaitu feldspar.
Pada batuan beku ketiga nama batuan beku yang di identifikasi ialah andesit. Andesit
memiliki sifat batuan intermediet. Berwarna merah daging atau dengan sebutan lain yaitu
ortoklas dan mempunyai tekstur afanitik hal ini di karenakan pada andesit ini terdapat
butiran-butiran mineral yangsangat halus sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Andesit memiliki struktur jointing yang mana pada batuan tampak memiliki
retakan dan komposisi mineralnya yaitu feldspar.

Pada batuan beku keempat nama batuan beku yang di identifikasi ialah basalt. Basalt
memiliki sifat batuan ultra basa dan berwarna hitam. Batuan beku ini memiliki tekstur
faneritik yang mana pada batuan ini memiliki butiran-butiran mineral yang dapat dilihat
dengan mata telanjang. Srtuktur yang dimiliki oleh basalt yaitu massif hal ini dapat
dilihat pada batuanyang memiliki struktur yang pejal, tanpa retakan maupun lubang gas
dan mempunyai komposisi mineral yaitu mika, dan piroksen.

1.8 PENUTUP

1.8.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari acara II tentang identifikasi batuan beku
yaitu sebagai berikut:

1. batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma, baik di bawah
permukaan (instrusif) maupun di atas permukaan (ekstrusif). Ciri khas batuan beku
adalah kenampakannya yang kristalin, yaitu unit-unit kristal yang kecil yang saling
mengikat satu sama lain.

2. Dalam mengidentifikasi batuan beku biasanya di bagi dalam 4 kategori sifat, yaitu :

a. Warna

b. Tekstur

c. Struktur
d. Komposisi mineral pembentuk batuan
1.8.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya sampaikan pada praktikum ini adalah mengenai jam
praktikum yang seharusnya tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

DRS.Firdaus, M.SI, 2011, Modul Pratikum Geologi Dasar, Universitas Haluoleo :


Kendari.

Alfonsus simalango,1986, The Geology and Geothermal Activity of TheEeast African


Rift System, Kenya.

Munir, 1955, Petrologi Dan Kristalografi & Mineralogi T. Geology. ITB

Budi setiyarso,1981, Petrologi Batuan Beku. Yogyakarta

Turner dan Verhoogen , 1960, Dasar-Dasar Geologi, Institut Teknologi Bandung.

W. T. Huang,1962, Modul ekskursi Endapan Mineral, Program Studi Teknik Geologi.


Institut Teknologi Bandung.

Semoga bermanfaat

By. Ld. Hasan Poboyen (Geology Unhalu)

Report this ad

Report this ad

Share this:

 Twitter
 Facebook

 Surat elektronik

 Cetak

 LinkedIn

 Google

 Tumblr

 WhatsApp

 Skype


Terkait
Identifikasi Batuan Sedimen (Laporan Praktikum)dalam "Laporan (Praktikum/Penelitian/TA)"
Identifikasi Batuan Metamorf (Laporan Praktikum)dalam "Laporan (Praktikum/Penelitian/TA)"
Identifikasi Mineral (Laporan Praktikum)dalam "Laporan (Praktikum/Penelitian/TA)"

atuan Metamorf
(Metamorphic Rocks)
Date: Januari 29, 2018Author: Hasangeos0 Komentar

A. Pengertian Batuan Metamorf

What the meaning is metamorphic rocks?

Secara bahasa kata metamorf berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Meta”
yang artinya berubah dan “Morph” yang artinya bentuk. Batuan metamorf
(batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan yang
merupakan terbentuk dari hasil transformasi atau ubahan dari suatu
tipe batuan yang telah ada sebelumnya, oleh suatu proses yang disebut
metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Batuan asal yang
dikenai panas dan tekanan ekstrem, akan mengalami perubahan fisika
dan/atau kimia yang besar. Batuan asal dapat berupa batuan sedimen,
batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua.

Batuan metamorf membentuk bagian yang cukup besar dari kerak bumi dan
diklasifikasikan berdasarkan tekstur, selain juga oleh susunan mineral
dan susunan kimianya (fasies metamorfik). Batuan jenis ini dapat
terbentuk secara mudah akibat berada dalam kedalaman tinggi, mengalami
suhu tinggi dan tekanan besar dari lapisan batuan di atasnya. Mereka
dapat terbentuk dari proses tektonik seperti tumbukan lempeng, yang
menyebabkan tekanan horisontal, gesekan dan distorsi. Mereka juga
terbentuk ketika batuan terpanaskan oleh intrusi dari batuan cair dan
panas yang disebut magma dari interior bumi. Beberapa contoh batuan
metamorf adalah slate, filit, sekis, gneis, kuarsit, dan lain-lain.

B. Karakteristik Batuan Metamorf

1.Warna Batuan Metamorf (Color)

Warna batuan metamorf sangat bervariasi, tergantung kepada batuan


sebelumnya serta penyebab perubahannya, berdasarkan warnanya ada
beberapa batuan metamorf, yaitu:

1. Kwarsa, berwarna putih jernih atau putih susu, tidak memiliki


belahan.
2. Mika, memiliki belahan, apabila berwarna puti diberi nama muskovit,
bila berwarna hitam diberi nama biotit.

3. Feldspar, memiliki belahan dengan ciri tertentu, bila belahannya


tegak lurus dan berwarna merah daging disebut ortoklas, sedangkan
bila belahannya seperti kristal kembar berwarna putih atau abu-abu
disebut plagioklas.

2. Tekstur Batuan Metamorf (Texture)

Penilaian tekstur batuan metamorf berhubungan dengan ukuran, bentuk,


dan susunan butir mineral batuan tersebut. Tekstur umum yang paling
sering dijumpai adalah

 Kristaloblastik, mineral batuan asal sudah mengalami kristalisasi,


kemudianterjadi lagi proses kristalisasi ketika menjadi batuan
metamorf.

 Relik (sisa), tekstur batuan metamorf yang masih terlihat tekstur


batuan asalnya.

3. Struktur Batuan Metamorf (Structure)

 BerFoliasi, Foliasi adalah lapisan-lapisan pada batuan metamorf yang


berbentuk seperti belahan. Merupakan penjajaran dari komposisi
mineralnya.

 Non-Foliasi, merupakan batuan metamorf yang tidak memiliki lapisan-


lapisan sehinggatidak terlihat penjajaran mineral-mineral penyusun
batuan tersebut.

4. Komposisi Mineral Pembentuk Batuan Metamorf (Composition)


Mineral pembentuk batuan metamorf disebut mineral metamorfik. Mineral
ini hanya terbentuk pada suhu dan tekanan yang tinggi. Beberapa
mineral yang pasti terlibat dalam proses metamorfisme disebut mineral
indeks, antara lain termasuk silimanit, kyanit, stauroli, andalusi,
dan beberapa garnet. Mineral lainnya yang dapat ditemukan dalam batuan
metamorf tetapi belum tentu terlibat dalam proses metamorfisme adalah
olivin, piroksen, amphibol, mika, dan kwarsa.

5. Bentuk Kristal Batuan Metamorf (Form Cristal)

 Euhedral, jika kristal berbentuk sempurna, dengan dibatasi oleh


bidang kristal yang ideal (tegas, jelas teratur).

 Subhedral, kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak


begitu jelas, sebagian teratur, sebagian tidak.

 Anhedral, kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak


teratur.

C. Tipe-Tipe Metamorfisme

Adapun batuan metamorf dapat dibedakan menjadi berikut ini.

1. Metamorfisme Kontak
Metamorfisme kontak adalah nama yang diberikan untuk perubahan yang
terjadi ketika magma disuntikkan ke batuan padat di sekelilingnya
(country rock). Perubahan ini merupakan perubahan terbesar di mana pun
magma kontak dengan batuan karena suhu tertinggi terjadi pada batas
ini dan menurun bila semakin jauh dengan kontak. Zona yang
bermetamorfisme di sekitar batuan beku yang terbentuk dari pendinginan
magma disebut aureole kontak metamorfisme. Aureole menunjukkan semua
derajat metamorfisme dari area kontak hingga area non-metamorfisme
(tidak berubah) pada country rock yang jauh dari area kontak. Pembentukan
mineral bijih yang penting dapat terjadi oleh proses metasomatisme
pada atau di dekat zona kontak.

Ketika batuan kontak terubah oleh intrusi beku, batuan terubah ini
umumnya menjadi lebih keras dan memiliki kristalin kasar. Banyak
batuan terubah dari metamorfisme kontak biasa disebut batutanduk
(hornfels atau hornstone). Istilah ini sering digunakan oleh ahli geologi
untuk menandakan mereka berbutir halus, kompak, dan merupakan produk
non-foliasi dari metamorfisme kontak. Sebuah serpih bisa menjadi
batutanduk berlempung gelap (argillaceous hornfels), penuh dengan lempeng -
lempeng biotit kecoklatan; sebuah napal atau batugamping tidak murni
dapat berubah menjadi batutanduk-silikat-gampingan atau marmer
silikaan berwarna abu-abu, kuning atau kehijauan. Sebuah diabas atau
andesit dapat berubah menjadi batutanduk diabas atau batutanduk
andesit dengan pengembangan hornblende dan biotit baru dan rekristalisasi
parsial dari feldspar asal. Rijang atau batuapi mungkin dapat berubah
menjadi batuan kristalin kuarsa yang halus; Batupasir yang kehilangan
struktur klastik dan diubah menjadi mosaik butiran kecil kuarsa yang
saling berdekatan dalam batuan metamorf disebut kuarsit.

Jika batuan pada awalnya ber-foliasi atau ber-pita - pita (seperti


misalnya batupasir dengan tekstur laminasi ) karakter ini tidak dapat
dilenyapkan, dan batutanduk ber-foliasi dihasilkan; fosil bahkan
mungkin akan terawetkan dalam batuan metamorf, meskipun sepenuhnya
direkristalisasi, dan dalam banyak lava kontak-terubah, vesikula masih
dapat terlihat, meskipun kandungannya biasanya merupakan kombinasi
baru dan membentuk mineral yang awalnya tidak hadir.

Akibat rekristalisasi dengan cara ini batuan aneh dengan jenis yang
sangat berbeda sering diproduksi. Jadi serpih mungkin bisa berubah
menjadi batuan - batuan kordierit, atau mungkin menunjukkan kristal -
kristal besar andalusit (dan chiastolit), staurolit, garnet, kyanit
dan sillimanit, semua berasal dari isi alumina dari serpih asal.
Sejumlah besar mika (baik muskovit dan biotit) sering bersamaan
terbentuk, dan produk yang dihasilkan memiliki kemiripan dekat dengan
banyak jenis sekis. Batugamping, jika murni, sering berubah menjadi
marmer - marmer kristalin kasar; tetapi jika ada campuran dari lempung
atau pasir di batuan asal maka mineral - mineral seperti garnet,
epidot, idokras,dan wollastonit akan hadir. Batupasir ketika
dipanaskan sangat mungkin berubah menjadi kuarsit yang terdiri dari
butir - butir kasar kuarsa yang jelas. Tahap - tahap pengubahan intens
ini tidak begitu sering terlihat di batuan beku, karena mineral
mereka, yang terbentuk pada suhu tinggi, tidak begitu mudah berubah
atau direkristalisasi.

Ada juga kecenderungan untuk metasomatisme antara magma beku dan


batuan sedimen, dimana bahan kimia di setiap batuan dipertukarkan atau
diperkenalkan ke yang lain. Granit dapat menyerap fragmen serpih atau
potongan basal. Dalam hal ini, batuan hybrid yang disebut skarn
muncul, yang tidak memiliki karakteristik normal batuan beku atau
sedimen. Kadang-kadang intrusi magma menembus bebatuan sekitar,
mengisi kekar - kekar dan bidang perlapisan, dengan sejumlah kuarsa
dan feldspar. Hal ini sangat jarang terjadi namun kemungkinan
keterjadiannya ada dan dalam skala besar.

2. Metamorfisme Regional

Metamorfisme regional, juga dikenal sebagai metamorfisme dinamik,


adalah nama yang diberikan untuk perubahan yang terjadi pada massa
besar batuan di wilayah yang luas. Batuan dapat bermetamorfosis hanya
dengan berada di kedalaman besar di bawah permukaan bumi, mengalami
suhu tinggi dan mengalami tekanan yang besar disebabkan oleh berat
yang sangat besar dari lapisan batuan di atasnya. Sebagian besar kerak
benua bagian bawah adalah batuan metamorf, selain juga ada intrusi
batuan beku yang baru terbentuk. Pergerakan tektonik horizontal
seperti tumbukan benua menghasilkan sabuk orogenik, menyebabkan
tingginya suhu, tekanan, dan deformasi di batuan sepanjang sabuk
tersebut. Jika batuan metamorf yang terbentuk kemudian terangkat dan
tersingkap akibat erosi, mereka dapat tersingkap di dalam sabuk
panjang tersebut atau daerah besar lainnya di permukaan. Proses
metamorfosis mungkin telah menghancurkan fitur asli yang bisa
mengungkapkan sejarah batuan sebelumnya. Rekristalisasi batuan akan
menghancurkan tekstur dan fosil yang hadir dalam batuan sedimen.
Metasomatisme akan mengubah komposisi asli.
Metamorfisme regional cenderung membuat batuan lebih keras dan pada
saat yang sama menyebabkan terbentuknya tekstur foliasi, skistos, atau
gneis, yang terdiri dari susunan planar mineral, sehingga menyebkan
mineral - mineral lempeng atau prismatik seperti mika dan hornblende
memiliki sumbu - sumbu terpanjang yang sejajar satu sama lain. Itulah
sebabnya banyak dari batuan ini berlapis - lapis dalam satu arah
sepanjang sepanjang zona-zona bantalan mika (mica-bearing zone pada sekis).
Dalam gneis, mineral juga cenderung dipisahkan dalam bentuk pita -
pita; sehingga ada perselingan kuarsa dan mika pada sekis mika, sangat
tipis, tetapi pada dasarnya tiap lapisan atau pita terdiri dari satu
mineral. Sepanjang lapisan mineral yang terdiri dari serpih-serpih,
batuan akan mudah terpecah. Selain itu, gneis juga mengandung lebih
banyak feldspar daripada sekis , dan lebih keras serta kurang
menyerpih. Pita - pita skistos dan gneis (dua jenis utama foliasi)
terbentuk oleh tekanan terarah pada suhu tinggi, dan gerakan
interstitial atau aliran internal menyusun partikel - partikel mineral
ketika mereka mengkristal dalam bidang tekanan terarah tersebut.

Batuan asal batuan sedimen dan batuan beku dapat bermetamorfosis


menjadi sekis dan gneis. Komposisi batuan asal semakin sulit dibedakan
apabila derajat metamorfisme semakin tinggi. Sebuah kuarsa-porfiri dan
batupasir feldspatik dapat bermetamorfosis menjadi mika-sekis abu-abu
atau merah muda.

3. Metamorfisme Kataklastik

Metamorfisme kataklastik terjadi sebagai akibat dari deformasi


mekanis, seperti ketika dua tubuh batuan bergeser melewati satu sama
lain sepanjang zona sesar. Gesekan di sepanjang zona geser
menghasilkan panas, dan batuan terdeformasi secara mekanik. Batuan
tersebut hancur dan tertumbuk akibat pergeseran tersebut. Metamorfisme
kataklastik tidak umum terjadi terbatas di zona sempit dimana sesar
mendatar terjadi.

4. Metamorfisme Hidrotermal

Batuan yang terubah pada suhu tinggi dan tekanan sedang akibat cairan
hidrotermal disebut mengalami metamorfisme hidrotermal. Hal ini biasa
terjadi dalam batuan basaltik yang umumnya kekurangan mineral -
mineral hidrat. Metamorfisme hidrotermal menyebabkan alterasi menjadi
mineral - mineral hidrat kaya Mg - Fe seperti talk, klorit, serpentin,
aktinolit, tremolit, zeolit, dan mineral lempung. Endapan kaya bijih
sering terbentuk akibat metamorfisme hidrotermal.

5. Metamorfisme Tindihan

Ketika batuan sedimen terkubur sampai kedalaman beberapa ratus meter,


suhu yang lebih besar dari 300oC dapat berkembang tanpa adanya stres
diferensial. Mineral baru tumbuh, tetapi batuan tidak tampak
bermetamorfosis. Mineral utama yang dihasilkan biasanya adalah Zeolit.
Metamorfosis tindihan tumpang tindih dengan diagenesis sampai batas
tertentu , dan metamorfisme ini dapat berubah menjadi metamorfisme
regional seiring meningkatnya suhu dan tekanan.

Ketika material luar bumi, seperti meteorit atau komet jatuh ke bumi
Bumi atau jika ada ledakan gunung berapi yang sangat besar, tekanan
sangat tinggi dapat terjadi pada batuan - batuan yang terkena dampak.
Tekanan-tekanan yang sangat tinggi dapat menghasilkan mineral yang
hanya stabil pada tekanan yang sangat tinggi, seperti polimorf SiO2
seperti koesit dan stishofit.

D. Proses Pembentukan Batuan Metamorf

Siklus Pembentukan Batuan


dentifikasi Mineral
(Laporan Praktikum)
Date: Juni 22, 2013Author: Hasangeos1 Komentar

1.1. JUDUL

Identifikasi Mineral

1.2. TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum acara Identifikasi Mineral adalah :

1. Praktikum mampu mengidentifikasi suatu mineral.

2. Praktikun mampu mengetahui dan mampu mendeskripsikan jenis-jenis mineral.


1.3. ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum acara Identifikasi
Mineral adalah:

Alat dan Bahan Kegunaan

Lubang Preparat Sebagai pembatas untuk mengamati batuan agar tidak semua
bagian mineral teramati

Kuku Jari Tangan Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral
(skala mohs = 2,5)
Uang Logam Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral
(skala mohs = 3,0)

Pecahan Kaca Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral


(skala mohs =4,5)

Pisau/Paku Baja Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral


(skala mohs =5,5)

Kikir Baja Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral


(skala mohs =6,5)

Porselin Sebagai tempat menggosokkan mineral guna mengetahui


ceratnya

Pensil Warna Untuk mengetahui secara jelas warna mineral

1.4. DASAR TEORI

Identifikasi mineral merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu mineral
tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat member nama mineral tersebut.
Mineral adalah anorganik yang terbetuk secara alamiah, memiliki komposisi kimia yang
tetap dan struk tur Kristal yang beraturan. Di alam ini terdapat lebih dari 2000 jenis
mineral yang telah diketahui tetapi, hanya beberapa mineral saja yang dijumpai sebagai
mineral pembentuk batuan (Anonim, 2011:2)

Geologi merupakan bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang


bentuk(arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Proses deformasi adalah
perubahan bentuk dan ukuran pada batuan akibat dari gaya yang terjadi dalam bumi.
Didalam pengertian umum, Geologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk
batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses terbentuknya.
Beberapa ahli menganggap bahwa geologi lebih ditekankan pada studi mengenai struktur
geologi misalnya perlipatan, rekahan, sesar dan sebagainya.

Batuan merupakan agregasi(kumpulan) dari beberapa macam mineral ataupun mineral


sejenisnya. Andesit sering juga disebut batu candi tersusun atas mineral-mineral
plagioklas, piroksin, hornblende dan sedikit kuarsa. Sedangkan marmer termaksud batuan
metamorf oleh mineral kalsit yang mengalami perubahan (Asikin, Sukendar. 1978 :78 ).

Tekstur batuan mempunyai arti penting dalam mengedintifikasi mineral karena


mencerminkan proses yang telah dialamin batuan tersebut terutama proses transportasi
dan pengendapannya, tekstur juga dapat digunakan untuk menginterpetasi lingkungan
pengendapan batuan(Doddy, 1987).

Kekerasan suatu benda diukur berdasarkan skala tertentu. Saat ini, skala yang paling
umum digunakan ialah Skala Kekerasan Mohs (Mohs Hardness Scale). Prinsip dasarnya
ialah dengan menggoreskan benda yang akan diukur kekerasannya dengan benda lain
yang lebih keras. Skala pengukurannya mulai dari 1 hingga 10 dengan intan sebagai
benda terkeras dan talk sebagai yang terlunak (Badgley, P.C. 1959 :231).

Mineral adalah elemen atau komponen kimiawi yang umumnya kristalin dan terbentuk
sebagai hasil dari proses geologi (Nickel, E. H., 1995).

Mineral adalah bahan alam yang umumnya anorganik dengan komposisi kimia dan
kondisi fisik yang tertentu (O’ Donoghue, 1990).

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur (L.G. Berry dan B. Mason, 1959).
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik (D.G.A Whitten dan J.R.V.
Brooks, 1972).

Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu
atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil
suatu kehidupan (A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977).

1.5. PROSEDUR PRAKTIKUM

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum mineral ini antara lain:

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Lakukan identifikasi mineral secara megaskopis/kasat mata berdasarkan sifat-sifat


fisisnya :

a. Warna

b. Bentuk

c. Kekerasan

d. Tenacity

e. Derajat transparent

f. Belahan

g. Pecahan

h. Cerat

i. Tentukan nama mineralnya.

j. Mengisi data pada lembar pengamatan


1.6. HASIL PENGAMATAN
No. Urut Mineral : I (Satu)

Sifat Fisik

 Warna Segar : Hijau

 Warna Lapuk : Coklat

 Kekerasan : 3,0-4,5

 Tenacity : Britle

 Belahan : Sempurna

 Pecahan : Concoidal

 Cerat/Gores : Hijau Keputihan

 Kilap : Kilap Non-Logam (Kilap tanah)


Nama Mineral : Chlorite

Keterangan Tambahan : Klorit adalah nama yang digunakan untuk sekelompok


silikat mineral lembar dengan sifat yang sama. Mereka terutama ditemukan di batuan
lemah bermetamorfosa dan bentuk dari perubahan batuan sedimen liat-kaya dan dari
perubahan pyroxenes, Amfibol dan mika. Mereka juga ditemukan di beberapa sedimen.

No. Urut Mineral : II (Dua)

Sifat Fisik

 Warna Segar : Abu-abu

 Warna Lapuk : Abu-abu

 Kekerasan : 2,5

 Tenacity : Britle
 Belahan : Tidak sempurna

 Pecahan : Even

 Cerat/Gores : Abu-abu

 Kilap : Kilap Non-Logam (Kilap tanah)


Nama Mineral : Galena

Keterangan Tambahan : Mineral ini meninggalkan bekas ditangan saat dipegang.


Galena adalah mineral sulfida memimpin umum ditemukan dalam urat hidrotermal, atau
sebagai pengajuan rekahan, rongga dan penggantian tambalan di batu gamping. jumlah
Lesser ditemukan di batuan beku, metamorf dan sedimen banyak.

No. Urut Mineral : III (Tiga)

Sifat Fisik

 Warna Segar : Putih

 Warna Lapuk : Coklat Kekuningan

 Kekerasan : 2,0-2,5

 Tenacity : Britle

 Belahan : Tidak sempurna

 Pecahan : Even

 Cerat/Gores : Putih

 Kilap : Kilap Non-Logam(Kilap tanah)


Nama Mineral : Anindrite

Keterangan Tambahan : Mineral ini tidak dapat memantulkan cahaya (kilat) hal ini
disebabkan karena struktur kristalnya yang tidak teratur
No. Urut Mineral : IV (Empat)

Sifat Fisik

 Warna Segar : Putih

 Warna Lapuk : Coklat Muda

 Kekerasan : 4,5-5,5

 Tenacity : Britle

 Belahan : Tidak sempurna

 Pecahan : Fibrous

 Cerat/Gores : Putih

 Kilap : Kilap Non-Logam (Kilap kaca)


Nama Mineral : Kuarsa

Keterangan Tambahan : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatit,


hidrotermal, metamorfik dan sedimen.

1.6. PEMBAHASAN

Pada dasarnya mineral adalah suatu bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah,
memiliki komposisi kimia yang tetap dan struktur Kristal yang beraturan.

Mengidentifikasi suatu mineral merupakan suatu kegiatan untuk mebuat deskripsi tentang
suatu mineral tertentu. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
suatu mineral salah satunya dengan cara mengidentifikasi mineral tersebut berdasarkan
sifat fisisnya secara khusus, dan ada juga yang mengidentifikasinya dengan alat-alat
canggih seiring dengan berkembangnya zaman sekarang ini.
Pada praktikum ini mineral yang di identifikasi adalah berdasarkan sifat fisisnya yaitu
dengan melihat dari kilat, warna, kekerasan tenacity, cerat, belahan, pecahan, bentuk, dan
sifat dalam.

Pada mineral nomor urut 1 memiliki warna segar hijau, dengan warna lapuk coklat,
mineral ini memiliki kekerasan 3,0 – 4,5 dengan perbandingan uang logam dan pecahan
kaca mineral ini dapat tergores, tenacity yang dimiliki adalah Britle yaitu mineral yang
mudah hancur menjadi tepung, sebab saat mineral ini digoreskan dengan uang logam
serpihan-serpihan mineral ini jatuh seperti tepung. Belahan yang diperlihatkan mineral ini
belahan sempurna, sedangkan jenis pecahannya adalah concoidal yaitu memperlihatkan
gelombang yang melengkung seperti pecahan botol. Cerat atau gores pada mineral
ini dapat ditentukan dengan menggoreskan porselen pada mineral, jika meninggalkan
warna pada porselen maka itulah yang dinamakan cerat atau gores, saat praktikum
mineral ini memiliki cerat atau goresan hijau keputihan, sedangkan kilap yang di
temukan yaitu kilap non-logam (kilap tanah). Dengan menemukan sejumlah sifat fisiknya
dapat ditentukan bahwa mineral ini adalah mineral Chlorite

Mineral nomor urut 2 memiliki warna segar abu-abu dengan warna lapuknya abu-abu,
mineral kedua ini memilki kekerasan 2,5 dengan mengguanakan kuku jari tangan mineral
ini dapat tergores dan saat mineral ini dipegang, akan meninggalkan bekas atau
serbuknya di telapak tangan. Mineral ini memiliki tenacity seperti pada mineral pertama
yaitu Britle mineral yang dapat hancur menjadi tepung. Mineral ini memilki belahan
tetapi tidak sempurna memperlihatkan arah belahannya, pecahan yang dimilikinya yaitu
Even dapat dikatakan bahwa pecahan tersebut menunjukkan bidang pecahan yang halus.
Kilap yang diperlihatkan mineral ini berupa kilap non-logam(kilap tanah). Mineral kedua
dari praktikum ini disebut Mineral Galena

Dengan cara yang sama, mineral nomor urut 3 dapat ditentukan dengan memperhatikan
sifat-sifat fisiknya, warna segarnya putih warna lapuk pada mineral ini yaitu coklat
kekuningan, sedangkan kekerasan 2,0 – 2,5 dengan menggoreskan kuku jari saja mineral
ini telah hancur meninggalkan pecahan-pecahan dan serbuk. Tenacity yang dimiliki sama
seperti mineral pertama dan mineral kedua yaitu Britle, sedangkan pecahan yang dimiliki
yaitu Even, belahannya tidak sempurna, saat digoreskan pada porselen meninggalkan
cerat atau gores berwarna putih, kilap yang ditemukan pada mineral ini yaitu kilap non-
logam(kilap tanah). Mineral ketiga dari praktikum ini disebut dengan Mineral Anhidrit.

Mineral nomor urut 4 memperlhatkan warna segar Putih dengan warna lapuk coklat muda
pada bagian yang mengalami pelapukan. Kekerasan yang dimiliki berkisar antara 4,5 –
5,5 karena saat digoreskan dengan kuku jari tangan mineral ini susah untuk tergores,
mineral ini mampu tergores saat alat yang digunakan berupa pecahan kaca. Tenacity
mineral ke empat ini memiliki kesamaan dengan mineral sebelumnya yaitu Britle, dengan
belahan yang tidak sempurna, pecahan yang di tunjukkan berbeda dengan mineral
sebelumnya, mineral ini menunjukkan pecahan fibrous.

1.7. PENUTUP

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dalam praktikum ini:

– Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah, memiliki


komposisi kimia yang tetap dan struktur Kristal yang beraturan

– Untuk mengidentifikasi suatu mineral dapat di identifikasi berdasarkan sifat


fisisnya secara khusus, antara lain: kilat, warna, kekerasan, tenacity, cerat, belahan,
pecahan, bentuk, berat jenis, sifat dalam, kemagnetan, kelistrikan, daya lebur dan derajat
transparan.

2. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum kali ini, yaitu agar pada laboratorium
kebumian fakultas MIPA ini alat-alat yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu
mineral perlu disediakan, tidak hanya bahan-bahannya saja.

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Sukendar. 1978. Dasar-dasar Geologi Struktur, Departemen Teknik Geologi


ITB. Bandung

Graha, Doddy Setya. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung.

Badgley, P.C. 1959. Structural Methot For The Exploration Geologist.Oxford Book
Company. New Delhi.

Nickel, E. H., 1995. Geologi. Third Edition, and Pretice Hail Of India. New Delhi.

O’ Donoghue, 1990. Manual Of Field Geologi. John Wiley and Sons, Inc. New York.

L.G. Berry dan B. Mason, 1959. Petrology, Mc Graw Hill Book Co., New York.

Semoga bermanfaat

By. Ld. Hasan Poboyen (Geology Unhalu)


Iklan
Report this ad

Report this ad

Share this:

 Twitter

 Facebook

 Surat elektronik
 Cetak

 LinkedIn

 Google

 Tumblr

 WhatsApp

 Skype


Terkait
Identifikasi Batuan Beku (Laporan Praktikum)dalam "Laporan (Praktikum/Penelitian/TA)"
Identifikasi Batuan Sedimen (Laporan Praktikum)dalam "Laporan (Praktikum/Penelitian/TA)"
Identifikasi Batuan Metamorf (Laporan Praktikum)dalam "Laporan (Praktikum/Penelitian/TA)"
DASAR TEORI IDENTIFIKASI MINERALDASAR TEORI LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI
MINERALIDENTIFIKASI MINERALLAPORAN (PRAKTIKUM/PENELITIAN/TA)LAPORAN
PRAKTIKUM IDENTIFIKASI MINERALMINERALPROSEDUR PRAKTIKUM GEOLOGISIFAT FISIK
BATUAN

Navigasi pos
SEBELUMNYA Previous post:Contoh Surat Pemberitahuan Aksi

BERIKUT Next post:Identifikasi Batuan Sedimen (Laporan Praktikum)

SATU RESPONS UNTUK “IDENTIFIKASI MINERAL


(LAPORAN PRAKTIKUM)”

Anda mungkin juga menyukai